• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Analisis Data

4. Uji Regresi Linier Berganda

Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Berikut ini adalah hasil regresi linier berganda variabel independenJumlah Rapat Dewan Komisaris, Ukuran Dewan Direksi, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Jumlah Rapat Dewan Pengawas Syariah dan Ukuran Komite Audit terhadap Return on Asset (ROA).

Untuk menguji hipotesis penelitian ini digunakan alat analisis regresi linear berganda, karena dalam modelnya terdapat lebih dari satu variabel independen. Di bawah ini adalah hasil pengujian data dengan menggunakan regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS versi 20.

Tabel 4.11 Hasil Analisis Regresi Linear Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -.005 .014 -.327 .746 JRDK .002 .000 .768 5.387 .000 UDD .002 .002 .185 1.363 .181 PDKI .002 .010 .027 .209 .835 JRDPS -3.700E-5 .000 -.010 -.077 .939 UKA -.004 .002 -.329 -2.140 .039

a. Dependent Variable: ROA Sumber : data sekunder diolah, 2017.

Dari hasil analisis regresi diatas diperoleh persamaan model regresi sebagai berikut:

ROA = - 0,005 + 0,002 Jumlah Rapat Dewan Komisaris + 0,002 Ukuran Dewan Direksi + 0,002 Proporsi Dewan Komisaris Independen – 3,7 Jumlah Rapat Dewan Pengawas Syariah – 0,04 Ukuran Komite Audit + e Persamaan regresi diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Konstanta sebesar -0,005 menyatakan bahwa jika ada jumlah rapat Dewan Komisaris (X1), ukuran Dewan Direksi (X2), proporsi Dewan Komisaris Independen (X3), jumlah Rapat Dewan Pengawas Syariah (X4), dan ukuran Komite Audit (X5) konstan atau tidak ada atau 0, maka rasio ROA akan mengalami penurunan sebesar -0,005.

b. Koefisien regresi Jumlah Rapat Dewan Komisaris (X1) sebesar 0,002 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 satuan nilai jumlah rapat dewan direksi maka akan menaikkan ROA sebesar 0,002 satuan. Artinya apabila jumlah rapat dewan direksi meningkat 1 satuan, maka akan mengakibatkan rasio ROA juga naik sebesar 0,002. Maka tingkat laba yang dihasilkan Bank Umum Syariah (BUS) juga akan naik. c. Koefisien regresi Ukuran Dewan Direksi (X2) sebesar 0,002

menyatakan bahwa setiap penambahan 1 satuan nilai jumlah dewan direksi maka akan menaikkan ROA sebesar 0,002 satuan. Artinya apabila jumlah dewan direksi meningkat 1 satuan, maka akan mengakibatkan rasio ROA juga naik sebesar 0,002. Maka tingkat laba yang dihasilkan Bank Umum Syariah (BUS) juga akan naik.

d. Koefisien regresi Proporsi Dewan Komisaris Independen sebesar 0,002 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 satuan nilai jumlah dewan komite independent maka akan menaikkan ROA sebesar 0,002 satuan. Artinya apabila dewan komite independent meningkat 1 satuan, maka akan mengakibatkan rasio ROA juga naik sebesar 0,002. Maka tingkat laba yang dihasilkan Bank Umum Syariah (BUS) juga akan naik. e. Koefisien regresi Jumlah Rapat Dewan Pengawas Syariah adalah

sebesar -3,7 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 satuan nilai jumlah rapat DPS maka akan menurunkan ROA sebesar 3,7 satuan. Artinya apabila jumlah rapat Dewan Pengawas Syariah meningkat 1 satuan, maka akan mengakibatkan rasio ROA juga turun sebesar 3,7. Maka tingkat laba yang dihasilkan Bank Umum Syariah (BUS) juga akan turun.

f. Koefisien regresi Ukuran Komite Audit sebesar -0,04 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 satuan nilai jumlah komiite audit maka akan menurunkan ROA sebesar 0,04 satuan. Artinya apabila jumlah komite audit meningkat 1 satuan, maka akan mengakibatkan rasio ROA juga turun sebesar 0,04. Maka tingkat laba yang dihasilkan Bank Umum Syariah (BUS) juga akan turun.

Berdasarkan hasil uji analisis berganda, peneliti juga mendapatkan nilai t hitung masing-masing untuk variabel jumlah rapat Dewan Komisaris (X1), ukuran Dewan Direksi (X2), proporsi Dewan

Komisaris Independen (X3), jumlah rapat Dewan Pengawas Syariah, dan ukuran Komite Audit (X5), yaitu:

a. Variabeljumlah rapat Dewan Komisaris (X1) dengan t hitung 5.387 dan nilai sig. (0,000) < α (0,05) makaH1 diterima,dapat dikatakan jumlah rapat Dewan Komisaris (X1) secara statistik berpengaruh positif dan signifkan terhadap ROA (Y). Hal ini berarti semakin sering Dewan Komisaris mengadakan rapat maka dapat meningkatkan kinerja keuagan (ROA).

Hal ini menunjukkan bahwa sesuai dengan fungsinya,

menurut Vafeas (2000) dalam Sam’ani (2008) menilai fungsi

monitoring yang dilakukan oleh dewan komisaris dipengaruhi oleh aktivitas dewan komisaris. Peran dewan komisaris ini diharpkan dapat meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara dewan direksi dengan pemegang saham, yaitu dapat meningkatkan kualitas laba dengan membatasi kecurangan dalam bentuk tingkat manajemen laba melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuangan tersebut. Fungsi monitoring yang dilakukan dewan komisaris dipengaruhi oleh aktivitas dewan komisaris. Dengan menekankan pada fungsi aktivitas dewan komisaris, peran keahlian atau konseling yang diberikan oleh dewan komisaris merupakan suatu jasa yang berkualitas bagi manajemen dan perusahaan yang tidak dapat diberika oleh pasar.

b. Variabel ukuran Dewan Direksi (X2) dengan t hitung 1.363dan nilai sig. (0,181) > α (0,05) maka H2ditolak, sehingga variabel Jumlah Dewan Direksi (X2) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA (Y). Hal ini berarti ukuran/ jumlah Dewan Direksi pada suatu perusahaan tidak mampu meningkatkan kinerja keuagan (ROA) tersebut.

Menurut Wulandari (2006)jumlah dewan direksi yang optimal tergantung masing-masing perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah dewan direksi tidak menjamin keefektifan dalam menjalankan tanggung jawabnya mengelola perusahaan

c. Variabel proporsiDewan Komisaris Independen (X3) dengan t hitung 0,209 dan nilai sig. (0,835) > α (0,05) maka H3 ditolak, sehingga variabel Dewan Komite Independen (X3) berpengaruh positif dantidak signifikan terhadap ROA (Y). Hal ini berarti proporsi Dewan Komisaris Independen pada suatu perusahaan tidak mampu meningkatkan kinerja keuangan (ROA).

Menurut Syafiqurrahman, dkk (2014) dewan komisaris independen adalah orang yang berasal dari luar perusahaan, ini memungkinkan pengetahuan dewan komisaris independen tentang keadaan perusahaan juga relatif terbatas. Hal ini menyebabkan kurang efektifnya peran dewan komisaris independen di dalam peningkatan kinerja perusahaan, karena mungkin dewan direksi

dan dewan komisaris tidak terlalu mempertimbangkan masukan- masukan yang diberikan oleh dewan komisaris independen. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi proporsi dewan komisaris independen maka kemampuan proporsi dewan komisaris independen semakin objektif. Pengambilan keputusan yang objektif ini tidak dapat meningkatkan kinerja keuangan (ROA). d. Variabel jumlah rapat Dewan Pengawas Syariah (X4) dengan t

hitung -0,077 dan nilai sig. (0,939) > α (0,05) maka H4 ditolak, sehingga variabel Jumlah Rapat Dewan Pengawas Syariah (X4) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA (Y). Hal ini berarti dilihat dari jumlah rapat Dewan Pengawas Syariah pada suatu perusahaan tidak dapat meningkatkan kinerja keuangan (ROA).

Sesuai dengan Undang-undang No. 21, 2008Dewan Pengawas Syariah tugasnya yaitu menilai dan memastikan pemenuhan Prinsip Syariah atas pedoman operasional dan produk yang dikeluarkan Bank, mengawasi proses pengembangan produk baru Bank agar sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia, meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia untuk produk baru Bank yang belum ada fatwanya, melakukan review secara berkala atas pemenuhan Prinsip Syariah terhadap mekanisme penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank, dan meminta

data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan kerja Bank dalam rangka pelaksanaan tugasnya.Dewan Pengawas Syariah tidak berfokus memonitoring tentang kinerja keuangan pada Bank Umum Syariah. Jadi tidak berpengaruh dalam hal pengingkatan kinerja keuangan Bank Umum Syariah.

e. Variabel ukuran Komite Audit (X5) dengan t hitung -2,140 dan nilai sig. (0,039) > α (0,05) maka H5 diterima, sehingga variabel Jumlah Komite Audit (X5) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA (Y). Hal ini berarti jumlah komite audit yang semakin besar akan menurunkan kinerja keuangan (ROA).

Menurut Romano, et al (2012) dengan jumlah komite audit yang lebih sedikit pengendalaian internal akan lebih baik, meningkatkan kewaspadaan atas kegiatan dan keputusan dewan yang pada akhrinya akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

Dokumen terkait