• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

3.4. Metode Analisis Data

3.4.2. Uji Statistik

Uji t bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh setiap variabel independen secara individual (parsial) terhadap perubahan variasi dari variabel dependen. Pengujian dilakukan terhadap koefisien regresi secara individual, dengan menggunakan statistik uji t yang mengikuti distribusi student dengan derajat bebas (n-k) dengan n adalah jumlah observasi dan k adalah banyaknya variabel independen ditambah dengan konstanta. Prosedur uji t pada koefisien regresi parsial pada regresi berganda adalah dengan membuat hipotesis melalui uji dua sisi. Kriteria pengujiannya yaitu :

1. Jika Prob. < α, maka H0 ditolak dan Ha diterima yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan = 0,05.

2. 2. Jika Prob. > α, maka H0 diterima dan Ha ditolak yaitu tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan = 0,05.

b. Uji F (Uji Simultan)

Uji F-statistik ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen dengan statistik uji F. Statistik uji F mengikuti distribusi F (Fa;(k-1),(n-k)) dengan derajat bebas sebanyak (k-1) untuk numerator dan (n-k) untuk denumerator, dimana k merupakan banyaknya parameter termasuk intersep/ konstanta, sedangkan n adalah banyaknya observasi. Kriteria uji F tersebut adalah sebagai berikut: (Widarjono, 2007)

1. Jika Prob. (F-statistic) < α, maka H0 ditolak dan Ha diterima yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen dengan = 0,05.

2. Jika Prob. (F-statistic) > α, maka H0 diterima dan Ha ditolak yaitu tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara bersamasama terhadap variabel dependen dengan = 0,05.

c. Koefisien Determinasi (R2 )

Pengamatan terhadap koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen secara bersama-sama memberi penjelasan terhadap variabel dependen. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0 <

R2 < 1 ). Koefisien determinasi berguna untuk menguji kekuatan variabel – variable independen dalam menjelaskan variabel dependen.

1. Jika R2 = 0 atau mendekati 0, maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen.

2. Jika R2 = 1 atau mendekati 1, maka terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen.

3.5. Definisi dan Batasan Operasional a. Definisi

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam penelitian ini, maka dibuat definisi sebagai berikut :

1. Permintaan ubi kayu adalah banyaknya jumlah ubi kayu yang diminta oleh konsumen pada waktu dan harga yang tertentu atau dengan kata lain adalah kebutuhan ubi kayu yang di tawarkan kepada konsumen di Provinsi Sumatera Utara dalam satuan Ton.

2. Penawaran ubi kayu adalah jumlah produksi ditambah impor ubi kayu yang ditawarkan oleh produsen kepada konsumen pada waktu tertentu di Provinsi Sumatera Utara dalam satuan Ton.

3. Harga ubi kayu adalah harga beli konsumen ubi kayu yang berlaku di Provinsi Sumatera Utara dalam satuan Rupiah Per Kilogram.

4. Pendapatan per kapita adalah penghasilan penduduk Provinsi Sumatera Utara rata-rata per tahunnya dengan satuan Rupiah Per Kapita

5. Jumlah penduduk adalah total jumlah seluruh penduduk di Provinsi Sumatera Utara dalam satuan Jiwa.

6. Luas Panen adalah Luas lahan yang digunakan untuk usahatani ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara dengan satuan hektar.

7. Harga Pupuk adalah harga pupuk subsidi yang digunakan dalam produksi ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara dengan satuan Rupiah Per Kilogram.

b. Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Provinsi Sumatera Utara.

2. Sampel yang digunakan adalah sampel data mengenai segala hal yang mempengaruhi permintaan dan penawaran ubi kayu selama tahun 1990-2019 secara berurutan. Data yang diambil adalah permintaan dan penawaran ubi kayu, harga ubi kayu, pendapatan per kapita, jumlah penduduk, luas panen dan harga pupuk di Provinsi Sumatera Utara.

3. Waktu penelitian adalah tahun 2020.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.

Gambaran Umum Daerah Penelitian

Secara adminstratif Provinsi Sumatera Utara terletak di 0ᵒ LS – 4ᵒ 40’ LU dan 96ᵒ 40’ – 100ᵒ 50’ BT, yang beribukota Medan dan mempunyai 25 kabupaten dan 8 kotamadya. Sumatera Utara memiliki batas utara yaitu provinsi Aceh dan selat Malaka, selatan berbatasan dengan provinsi Riau, Sumatera Barat dan Samudera Indonesia, barat berbatasan dengan provinsi Aceh dan Samudera Indonesia, timur berbatasan dengan selat Malaka. Luas Provinsi Sumatera Utara kurang lebih 72.981,23 km2 (BPS, 2019) .

Topografis Wilayah Sumatera Utara terdiri dari daerah pantai, dataran rendah dan dataran tinggi serta pegunungan Bukit Barisan yang membujur ditengah-tengah dari Utara ke Selatan. Kemiringan tanah antara 0 – 12 % seluas 65,51% seluas 8,64 % dan diatas 40 % seluas 24,28 %, sedangkan luas Wilayah Danau Toba 112.920 Ha atau 1,57 %. Berdasarkan Topografi Daerah Sumatera Utara dibagi atas 3 (tiga) bagian yaitu bagian Timur dengan keadaan relatif datar, bagian tengah bergelombang sampai berbukit dan bagian Barat merupakan dataran bergelombang.Wilayah Pantai Timur yang merupakan dataran rendah seluas 24.921,99 Km2 atau 34,77 persen dari luas wilayah Sumatera Utara adalah Daerah yang subur, kelembaban tinggi dengan curah hujan relatif tinggi pula.

Wilayah ini memiliki potensi ekonomi yang tinggi sehingga cenderung semakin padat karena arus migrasi dari wilayah Pantai Barat dan dataran tinggi.

Banjir juga sering melanda wilayah tersebut akibat berkurangnya pelestarian hutan, erosi dan pendangkalan sungai. Pada musim kemarau terjadi pula

kekurangan persediaan air disebabkan kondisi hutan yang kritis. Wilayah dataran tinggi dan wilayah Pantai Barat seluas 46.758,69 Km2 atau 65,23 persen dari luas wilayah Sumatera Utara, yang sebagian besar merupakan pegunungan, memiliki variasi dalam tingkat kesuburan tanah, iklim, topografi dan kontur serta daerah yang struktur tanahnya labil. Beberapa 2 danau, sungai, air terjun dan gunung berapi dijumpai di wilayah ini serta sebagian wilayahnya tercatat sebagai daerah gempa tektonik dan vulkanik.

Iklim di Sumatera Utara termasuk iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin Passat dan angin Muson. Kelembaban udara rata-rata 78%-91%, Curah hujan (800-4000) mm / Tahun dan penyinaran matahari 43%. Penduduk Sumatera Utara terdiri dari berbagai suku, yaitu Melayu, Batak, Nias, Aceh, Minangkabau, Jawa dan telah beragama. Walaupun berbeda Agama dan adat istiadat, kehidupan bersama berlangsung rukun dan damai dengan Pancasila sebagai pedoman hidup.

Jumlah penduduk di Sumatera Utara 14.562.549 jiwa (BPS, 2019).

merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di luar Pulau Jawa.

Sekitar 56,75 % penduduk bertempat tinggal di pedesaan dan 43,25 % bertempat tinggal di daerah perkotaan. Pada tahun 2007, penduduk Provinsi Sumatera Utara bertambah jumlahnya menjadi 12.834.371 jiwa yang terdiri dari 6.405.076 jiwa penduduk laki-laki atau sebesar 49,91 persen dan 6.429.925 jiwa penduduk perempuan atau sebesar 50,09 persen, dengan kepadatan rata-rata 179 Jiwa/Km² (BPS, 2007).

Laju pertumbuhan Penduduk Sumatera Utara selama kurun waktu tahun 1990 – 2000 adalah 1,20 persen pertahun, dan pada Tahun 2000 – 2005 menjadi 1,35 persen pertahun. Laju pertumbuhan penduduk tertinggi antara Tahun 2000 –

2005 terdapat di Kabupaten Tapanuli Tengah sebesar 2,96 persen pertahun, hal ini kemungkinan karena letak Kabupaten Tapanuli Tengah sebagai daerah transit bagi Kabupaten di sekitarnya seperti Kabupaten Nias dan Tapanuli Selatan. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk terendah ada di Kabupaten Toba Samosir, yang tercatat sebesar negatif 0,96 persen pertahun. Berdasarkan struktur usia keseluruhan terdiri dari 33,68 persen berusia dibawah 15 Tahun; 42,06 persen wanita usia subur dan 18,17 persen usia diatas 45 Tahun (termasuk 3,3 persen diatas 64.

Potensi sumber daya alam Sumatera Utara cukup berlimpah, diantaranya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan dan pariwisata. Potensi pertanian Provinsi Sumatera Utara diantaranya adalah sayuran, dan buah-buahan yang sebagian besar telah dipasarkan dengan baik dan sudah di ekspor keluar negeri maupun provinsi lain. Luas areal perkebunan adalah 1.634.772 ha atau 22,73% dari luas Sumatera Utara dengan produksi sebesar ± 3.738.516 ton untuk 23 komoditi diantaranya sawit, karet, kopi, kakao, tembakau dan kelapa. Rata-rata pertambahan luas lahan perkebunan 0,72 % pertahun dan pertumbuhan produksi sebesar 2,74 % pertahun (BPS, 2019).

Pada Provinsi Sumatera Utara memiliki 647.223 ha lahan pertanian yang dapat dikembangkan. Sebagian besar luas lahan pertanian dialokasikan untuk komoditas tanaman semusim. Hampir 66,4% dari luas lahan pertanian dialokasikan untuk tanaman hortikultura. Sisanya 21,9% dari luas lahan pertanian di Sumatera Utara dialokasikan ke komoditas tanaman tahunan dan 11,7%

diarahkan untuk pembentukan lahan padi sawah. Provinsi Sumatera Utara menuju

menjadi provinsi yang berbasis jasa dan industri. Peran sektor pertanian dalam menyumbangkan PDRB Sumatera Utara semakin kecil.

4.2. Deskripsi Data

4.2.1. Perkembangan Permintaan dan Penawaran Ubi Kayu Provinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2019

Permintaan dan penawaran ubi kayu adalah jumlah ubi kayu yang diminta/ditawarkan untuk dikonsumsi oleh masyarakat Provinsi Sumatera Utara pada tingkat harga dan jumlah tertentu, dinyatakan dalam satuan ton/tahun.

Perkembangan permintaan (Qd) dan penawaran (Qs) ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara tahun 1990- 2019 dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini :

Gambar 4.1. Perkembangan permintaan dan penawaran ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara tahun 1990- 2019

Berdasarkan Gambar 4.1 dapat diketahui bahwa perkembangan permintaan dan penawaran ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara selama 30 tahun terakhir mengalami fluktuasi, hal ini disebabkan oleh konsumsi per kapita ubi kayu dan harga yang berfluktiasi di Provinsi Sumatera Utara.

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

QS QD

4.2.2. Perkembangan Harga Ubi kayu Provinsi Sumatra Utara

Harga ubi kayu adalah harga di tingkat konsumen kepada pedagang dalam satuan rupiah per kilogram. Perkembangan harga ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara tahun 1990-2019 dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini :

Gambar 4.2. Perkembangan harga ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara tahun 1990-2019

Berdasarkan Gambar 4.2. dapat diketahui bahwa perkembangan harga ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara selama 30 tahun terakhir mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan nilai mata uang atau inflasi dan semakin berkurangnya lahan pertanian untuk komoditas ini, alih fungsi lahan untuk pemukiman dan pembangunan marak terjadi sehingga terjadi kelangkaan ubi kayu di Indonesia yang menyebabkan harga semakin naik dan harga ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara pun terjadi kenaikan.

4.2.3. Perkembangan Pendapatan Per Kapita Provinsi Sumatera Utara Pendapatan per kapita di Provinsi Sumatera Utara adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di Provinsi Sumatera Utara. Perkembangan

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

ha

pendapatan per kapita di Provinsi Sumatera Utara tahun 1990-2019 dapat dilihat pada Gambar 4.3. berikut ini:

Gambar 4.3. Perkembangan Pendapatan Per Kapita Provinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2019

Berdasarkan Gambar 4.3. dapat diketahui bahwa pendapatan per kapita di Provinsi Sumatera Utara selama 30 tahun terakhir (1990-2019) mengalami peningkatan. Kondisi menunjukkan bahwa tingkat PDRB per kapita penduduk di Provinsi Sumatera Utara yang relatif cukup baik, namun masih perlu ditingkatkan kualitas distribusinya sehingga pendapatan semakin merata dan mengurangi angka kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara. Peningkatan pendapatan juga disebabkan oleh semakin meningkatnya pembangunan di Provinsi Sumatera Utara, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kesempatan kerja yang berdampak pada peningkatan pendapatan penduduk. Adanya perbaikan dan penambahan jumlah sarana dan prasarana yang dibangun oleh pemerintah juga akan memperlancar kegiatan-kegiatan perekonomian sehingga dapat mendorong masyarakat untuk

0 10000000 20000000 30000000 40000000 50000000 60000000

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

ppk

membuka usaha maupun pengusahaan untuk memperbesar usahanya sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat.

4.2.4. Perkembangan Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara

Jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Utara adalah total seluruh penduduk yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Perkembangan jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Utara tahun 1990-2019 dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut ini:

Gambar 4.4. Perkembangan Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara tahun 1990-2019

Berdasarkan Gambar 4.4. dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Utara selama 30 tahun terakhir (1990-2019) mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh banyaknya angka kelahiran yang terjadi setiap tahunnya ditambah dengan jumlah pendatang dari luar Provinsi Sumatera Utara.

0 2000000 4000000 6000000 8000000 10000000 12000000 14000000 16000000

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

jp

4.2.5. Perkembangan Luas Panen Provinsi Sumatera Utara

Luas panen adalah jumlah luas areal panen yang ditanami dan menghasilkan ubi kayu pada periode satu tahun yang dinyatakan dalam satuan ton per hektar (ha). Perkembangan luas panen ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara tahun 1990-2019 dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut ini:

Gambar 4.5. Perkembangan Luas Panen ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara tahun 1990-2019

Berdasarkan Gambar 4.5. dapat diketahui bahwa perkembangan luas panen di Provinsi Sumatera Utara selama 30 tahun (1990-2019) terakhir cenderung tetap atau stagnan, hal ini bisa saja disebabkan karena tingkat penerapan teknologi pada benih unggul ubi kayu sudah banyak di Provinsi Sumatera Utara, dengan luas panen tetap, tetapi tingkat produktivitas meningkat (Tabel 1.1).

4.2.6. Perkembangan Harga Pupuk di Provinsi Sumatera Utara

Harga Pupuk adalah total rata-rata harga pupuk bersubsidi NPK dan Urea, yang mana pupuk ini adalah pupuk yang memberikan konstribusi terhadap keberhasilan produksi ubi kayu hingga 50% (Tumewu, 2015). Perkembangan

0 10000 20000 30000 40000 50000 60000

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

lp

harga pupuk di Provinsi Sumatera Utara tahun 1990-2019 dapat dilihat pada Gambar 4.6. berikut ini :

Gambar 4.6. Perkembangan Harga Pupuk Provinsi Sumatera Utara tahun 1990-2019

Berdasarkan Gambar 4.6. dapat diketahui bahwa perkembangan harga pupuk NPK, Urea bersubsidi di Provinsi Sumatera Utara selama 30 tahun terakhir (1990-2019) mengalami kenaikan, hal ini bisa saja disebabkan karena kebutuhan pupuk NPK dan Urea yang terus meningkat sebagai dampak perluasan areal tanam.

4.3. Hasil Analisis dan Pembahasan

Variabel-variabel yang akan di uji dalam persamaan simultan yaitu permintaan dan penawaran ubi kayu, harga ubi kayu, pendapatan per kapita, jumlah penduduk, luas panen dan harga pupuk. Enam variabel tersebut memiliki satuan yang berbeda-beda, seperti: rupiah, jiwa, maupun ton/hektar.

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

hp

4.3.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara

Dalam persamaan simultan, permintaan ubi kayu sebagai variabel endogen yang dipengaruhi oleh 3 variabel bebas yaitu harga ubi kayu, pendapatan per kapita dan jumlah penduduk, sebagai variabel eksogen. Pada model persamaan simultan 3.3 didapati hasil persamaannya pada Tabel 4.1 sebagai berikut ini : Tabel 4.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ubi kayu di

Provinsi Sumatera Utara

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1933.892 2167.351 -0.892284 0.3804

HA (Harga Ubi Kayu) 0.973421 0.211894 4.593899 0.0001 JP (Jumlah Penduduk) 0.000240 0.000197 1.219349 0.2337 PPK (Pendapatan perkapita) -1.43E-05 8.96E-06 -1.595448 0.1227 R-squared 0.924069 Mean dependent var 1984.942 Adjusted R-squared 0.915307 S.D. dependent var 1113.746 S.E. of regression 324.1224 Akaike info criterion 14.52369 Sum squared resid 2731439. Schwarz criterion 14.71051 Log likelihood -213.8553 Hannan-Quinn criter. 14.58345 F-statistic 105.4716 Durbin-Watson stat 1.356555 Prob (F-statistic) 0.000000

Sumber: Hasil Pengolahan Lampiran 2

Dari estimasi yang telah dilakukan didapat model persamaan permintaan ubi kayu dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Qd = - 1933.892 + 0.973421(HA) – 1.43E-05 (PPK) + 0.000240 (JP)

Dari Tabel 4.1. dapat dilihat hasil R² dari persamaan simultan permintaan ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara sebesar 0.924069 (92,40 persen), berarti kemampuan variasi variabel harga ubi kayu, jumlah penduduk, dan pendapatan perkapita secara bersama-sama berpengaruh simultan sebesar 92,40 persen terhadap permintaan ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara, sedangkan sisanya 7,60 persen dipengaruhi oleh variabel lain diluar model estimasi.

Sedangkan nilai Prob. (F-statistic) dari persamaan permintaan ubi kayu sebesar 0.000000, berarti nilai Prob. (F-statistic) lebih kecil dari nilai α (0,0000 <

0,05), maka H0 ditolak dan H𝛼 diterima yaitu secara bersama-sama terdapat pengaruh hubungan yang positif yang signifikan antara harga ubi kayu, jumlah penduduk, pendapatan perkapita terhadap permintaan ubi kayu di Provinsi Sumtera Utara.

Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa hasil estimasi koefisen variabel harga ubi kayu sebesar 0.973421 dan tingkat signifikan pada prob 0.0001 < α = 0,05 maka H0 ditolak dan Hα diterima. Artinya secara parsial terdapat pengaruh positif dan signifikan antara harga ubi kayu terhadap permintaan ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara. Jika terjadi kenaikan harga ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara sebesar 1.000 rupiah per kilogram, maka permintaan ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara akan naik sebesar 973,421 ton dalam satu tahun, cateris paribus.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hukum permintaan menurut Sukirno (2010) mengatakan dalam hukum permintaan dijelaskan sifat hubungan antara permintaan suatu barang dengan tingkat harganya. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan: semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut.

Sebaliknya, semakin tinggi harga barang maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Hal ini disebabkan oleh ubi kayu yang bersifat inelastis yaitu perubahan harga tidak mengurangi konsumen tetap mengkonsumsi ubi kayu mengingat ubi kayu merupakan salah satu makanan pokok penduduk terutama penduduk Provinsi Sumatera Utara yang telah terbiasa mengkonsumsi ubi kayu.

Hasil penelitian ini didukung oleh Krisnamurti (2006) yang mengatakan

bahwa sebagai komoditas dengan permintaan yang inelastis yaitu perubahan harga hampir tidak menyebabkan perubahan jumlah permintaan konsumen. Jika ketersediaan kurang, harga langsung naik karena konsumen tidak melakukan penyesuaian atas konsumsinya.

Hasil estimasi koefisen variabel pendapatan per kapita sebesar – 1.43E-05 dan tingkat signifikan pada prob. 0,1227 > α = 0,05 maka H0 diterima dan Hα ditolak. Artinya secara parsial terdapat pengaruh negatif dan tidak signifikan antara pendapatan perkapita terhadap permintaan ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara. Jika terjadi kenaikan pendapatan perkapita sebesar 1.000 rupiah, maka permintaan ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara akan turun sebesar 0,0143 ton dalam satu tahun, ceteris paribus. Hasil penelitian ini didukung oleh Rahmanta (2018) yang dalam bukunya mengatakan bahwa perubahan pendapatan akan mempengaruhi banyaknya barang yang dikonsumsi. Hasil penelitian ini sesuai dengan Limbong, Henny (2017) yang mengatakan bahwa pendapatan per kapita mempengaruhi ketersediaan atau permintaan ubi kayu.

Hasil estimasi koefisen variabel jumlah penduduk sebesar 0,000240 dan tingkat signifikan pada prob. 0,2337 > α = 0,05 maka H0 diterima. dan Hα ditolak Artinya secara parsial terdapat pengaruh positif dan tidak signifikan antara jumlah penduduk terhadap permintaan ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara. Jika terjadi peningkatan jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Utara sebesar 1.000 jiwa, maka permintaan ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara akan meningkat sebesar 0,240 ton dalam satu tahun, cateris paribus. Hasil penelitian ini sesuai dengan Limbong, Henny (2017) yang mengatakan bahwa pertambahan jumlah penduduk mempengaruhi ketersediaan atau permintaan ubi kayu. Penduduk di Provinsi

Sumatera Utara merupakan penduduk yang tingkat konsumsi ubi kayunya tinggi atau dengan kata lain ubi kayu menjadi salah satu bahan makanan pokok utama.

4.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara

Dalam persamaan simultan, penawaran ubi kayu sebagai variabel endogen yang dipengaruhi oleh 3 variabel bebas yaitu harga ubi kayu, luas panen, dan harga pupuk. Pada model persamaan simultan 3.4 didapati hasil persamaannya pada Tabel 4.2 sebagai berikut ini :

Tabel 4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 328.6609 441.2415 0.744855 0.4630

HA (Harga Ubi Kayu) 1.172901 0.352797 3.324574 0.0026 LP (Luas Panen) 0.012542 0.010714 1.170549 0.2524 HP (Harga Pupuk) -0.122997 0.308447 -0.398763 0.6933

R-squared 0.920407 Mean dependent var 1984.942

Adjusted R-squared 0.911223 S.D. dependent var 1113.746 S.E. of regression 331.8451 Akaike info criterion 14.57078 Sum squared resid 2863151 Schwarz criterion 14.75761 Log likelihood -214.5617 Hannan-Quinn criter. 14.63055 F-statistic 100.2209 Durbin-Watson stat 1.545448 Prob (F-statistic) 0.000000

Sumber : Data diolah (Lampiran 3)

Dari estimasi yang telah dilakukan didapat model persamaan penawaran ubi kayu dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Qs = 328.6609 + 1.172901(HA) +0.012542 (LP) - 0.122997 (HP)

Pada Tabel 4.2. hasil R² dari persamaan simultan penawaran ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara sebesar 0,920407 (92,04 persen), berarti kemampuan variasi variabel harga ubi kayu, luas panen, dan harga pupuk secara bersama-sama berpengaruh simultan sebesar 92,04 persen terhadap penawaran ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara, sedangkan sisanya 7, 96 persen dipengaruhi oleh variabel lain diluar model estimasi. Sedangkan nilai Prob. (F-statistic) dari

persamaan penawaran ubi kayu sebesar 0,0000, berarti nilai Prob. (F-statistic) lebih kecil dari nilai α (0,0000 < 0,05), maka H0 ditolak dan Hα diterima yaitu secara bersama-sama terdapat pengaruh hubungan yang positif yang signifikan antara harga ubi kayu, luas panen dan harga pupuk terhadap penawaran ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara.

Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa hasil estimasi koefisen variabel harga ubi kayu sebesar 1,172901 dan tingkat signifikan pada prob. 0,0026< α = 0,05 maka H0 ditolak dan Hα diterima. Artinya secara parsial terdapat pengaruh positif dan signifikan antara harga ubi kayu terhadap penawaran ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara. Jika terjadi kenaikan harga ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara sebesar 1.000 rupiah per kilogram, maka penawaran ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara akan meningkat sebesar 1.172,901 ton dalam satu tahun, ceteris paribus. Penelitian ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Sukirno (2010) dalam

bukunya bahwa hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan oleh penjual. Didalam hukum penawaran ini dinyatakan bagaimana keinginan para penjual untuk menawarkan barangnya apabila harganya tinggi dan bagaimana pula keinginan untuk menawarkan barangnya tersebut apabila harganya rendah. Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa semakin tinggi harga suatu barang, maka semakin banyak jumlah barang tersebut yang akan ditawarkan oleh penjual. Sebaliknya, jika semakin rendah harga suatu barang, maka semakin sedikit jumlah barang tersebut yang akan ditawarkan oleh penjual.

Hasil estimasi koefisen variabel luas panen sebesar 0.012542 dan tingkat signifikan pada prob. 0.2524> α = 0,05 maka H0 diterima dan Hα ditolak. Artinya secara parsial terdapat pengaruh positif dan tidak signifikan antara luas panen terhadap penawaran ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara. Jika terjadi kenaikan luas panen di Provinsi Sumatera Utara sebesar 1 hektar, maka penawaran ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara akan meningkat sebesar 0.12542 ton dalam satu tahun, ceteris paribus. Penelitian ini sesuai dengan Kristian dan Surono, S. (2015) yang

menyatakan bahwa bila luas panen berpengaruh positif terhadap produksi atau penawaran ubi kayu di Indonesia.

Hasil estimasi koefisien variabel harga pupuk sebesar -0.122997 dan tingkat signifikan pada prob. 0.6933 > α = 0,05 maka H0 ditolak dan Hα diterima.

Artinya secara parsial terdapat pengaruh negatif dan tidak signifikan antara harga pupuk terhadap penawaran ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara. Jika terjadi

Artinya secara parsial terdapat pengaruh negatif dan tidak signifikan antara harga pupuk terhadap penawaran ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara. Jika terjadi

Dokumen terkait