• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN UBI KAYU DI PROVINSI SUMATERA UTARA TESIS. Oleh SAHLA HASANAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN UBI KAYU DI PROVINSI SUMATERA UTARA TESIS. Oleh SAHLA HASANAH"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN UBI KAYU DI PROVINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh

SAHLA HASANAH 187039017

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2 0 2 1

(2)

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN UBI KAYU DI PROVINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh

SAHLA HASANAH 187039017

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2 0 2 1

(3)
(4)

Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan Tim Penguji pada Kamis, 21 Januari 2021.

Tim Penguji :

Ketua : Dr. Ir. Tavi Supriana, MS Anggota : Dr. Ir. Salmiah, MS

Dr. Ir. Rahmanta, M.Si

Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA

(5)
(6)

ABSTRAK

SAHLA HASANAH (187039017) dengan judul tesis “Analisis Permintaan dan Penawaran Ubi Kayu di Provinsi Sumatera Utara” Penulisan tesis ini di bimbing oleh ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan ibu Dr. Ir. Salmiah,MS selaku Anggota Komisi Pembimbing. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis permintaan dan penawaran ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara. Data yang digunakan berupa data sekunder, yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Sumatera Utara dari tahun 1990-2019. Metode analisis yang digunakan adalah persamaan simultan dengan variabel dependen permintaan dan penawaran ubi kayu dan variabel independen berupa harga ubi kayu (HA), jumlah penduduk (JP), pendapatan perkapita (PPK), luas panen (LP), dan harga pupuk (HP). Data diolah menggunakan Eviews 10.Hasil penelitian menunjukkan HA, PPK, dan JP secara serempak berpengaruh signifikan terhadap permintaan ubi kayu. HA, PPK, dan JP secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan ubi kayu. Dan HA, LP, dan HP secara serempak berpengaruh positif terhadap penawaran ubi kayu. LP secara parsial berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penawaran ubi kayu sedangkan HA dan HP secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara.

Kata Kunci : Ubi Kayu, Permintaan, Penawaran, harga ubi kayu, persamaan Simultan.

(7)

ABSTRACT

SAHLA HASANAH (187039017) with the title of thesis “The Analysis Of Cassava Demand and Supply In North Sumatera Province“The writing of this thesis was supervised by Dr. Ir.

Tavi Supriana, MS as Chairman of the Advisory Commission and Dr. Ir. Salmiah, MS as Member of the Advisory Commission. This study aimed to analyze cassava demand and supply in North Sumatera Province. Data utilized were secondary data obtained from the North Sumatera Province Badan Pusat Statistik (BPS) and North Sumatera Province Department of Food Crops and Horticulture from 1990-2019. The analysis method employed was the simultaneous equation with dependent variables of cassava demand and supply and independent variables of cassava prices (HA), population number (JP), per capita income (PPK), land area (LP), and fertilizer price (HP). Data were processed using Eviews 10. The study results suggest that HA, PPK, and JP simultaneously significantly affected cassava demand. HA, PPK, and JP variables partially positively and significantly affected cassava demand. Meanwhile, HA, LP, and HP simultaneously significantly affected cassava supply.

LP variable partially positively and insignificantly affected cassava while HA and HP variables partially positively and significantly affected cassava supply in North Sumatera Province.

Keywords: Cassava; Cassava price; Demand; Simulatenous equation; Supply.

(8)

RIWAYAT HIDUP

SAHLA HASANAH lahir di Medan, 21 Oktober 1995. Puteri sulung dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Masrup Sani, SE dan Ibu Nila Aswita Ba.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 2001 masuk Sekolah Dasar di SDN 060834 Medan, tamat tahun 2007.

2. Tahun 2007 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Swasta Panca Budi Medan, tamat tahun 2010.

3. Tahun 2010 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 4 Medan, tamat tahun 2013.

4. Tahun 2013 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, tamat tahun 2017

5. Tahun 2018 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister Agribisnis Universitas Sumatera Utara.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat serta ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Adapun judul dari tesis ini adalah “Analisis Permintaan dan Penwaran Ubi Kayu di Provinsi Sumatera Utara”

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku rector Universitas Sumatera

Utara.

2. Bapak Dr. Ir. Hasanuddin, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si selaku Ketua Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, M.S selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah

membantu penulis dalam penyusunan tesis ini.

5. Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si dan Ibu Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA selaku komisi penguji, atas bimbingan, arahan dan waktu yang telah diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

6. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

7. Kedua Orang tua tercinta yang sudah mendoakan penulis hingga saat ini.

8. Suami penulis Bapak Diwan Hadi Prakoso, SP tercinta atas dukungan selama penulis menempuh studi magister ini hingga selesai.

(10)

9. Teman kelompok Gibah Genah saya Anita Rizky Lubis, Supriadi Surbakti, Ni’mal Hamdi, M. Tufiq, dan Ryan Iskandar, atas bantuan dan dukungan selama peneliti menempuh studi dalam penulisan tesis ini.

10. Rekan Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Magister Agribisnis Universitas Sumatera Utara, atas bantuan dan dukungan selama peneliti menempuh studi dalam penulisan tesis ini.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2021

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

Hal

DAFTAR TABEL ………. iiiv

DAFTAR GAMBAR ………. ix

DAFTAR LAMPIRAN ………. x

I. PENDAHULUAN ………... 1

1.1. Latar Belakang ……… 1

1.2. Identifikasi Masalah ……… 5

1.3. Tujuan Penelitian ……… 6

1.4. Manfaat Penelitian ……….. 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ……… 7

2.1. Ubi Kayu ……….……… 7

2.2. Landasan Teori ………... 8

2.2.1. Teori Permintaan ……….. 8

2.2.2. Teori Penawaran …….……….. 13

2.2.3. Pengertian Harga ……… 15

2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran……….. 19

2.3. Penelitian Terdahulu………. 22

2.4. Kerangka Pemikiran ………. 25

2.5. Hipotesis Penelitian ……….. 27

III. METODE PENELITIAN ……… 28

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ………... 28

3.2. Metode Penentuan Data ………... … 28

3.3. Metode Pengumpulan Data………. 28

3.4. Metode Analisis Data ………. 28

3.4.1. Model Identifikasi ……… 30

3.4.2. Uji Statistik ……… 31

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional ……….…… 33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 35

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian …... 35

4.2. Deskripsi Data ……….. 38

4.2.1. Perkembangan Permintaan dan Penawaran Ubi Kayu Provinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2019 …... 38

4.2.2. Perkembangan Harga Ubi kayu Provinsi Sumatra Utara ……… 39

4.2.3. Perkembangan Pendapatan Per Kapita Provinsi Sumatera Utara ………. 39

4.2.4. Perkembangan Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara ……… 41

(12)

4.2.5. Perkembangan Luas Panen Provinsi Sumatera Utara .… 42

4.2.6. Perkembangan Harga Pupuk di Provinsi Sumatera Utara ……….…. 42

4.3. Hasil Analisis dan Pembahasan ………... 43

4.3.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara ………. 44

4.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara ………. 47

4.3.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Ubi Kayu di Provinsi Sumatera Utara ……… 50

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

5.1. Kesimpulan... 53

5.2. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ………... 55

LAMPIRAN ………...…….. 58

(13)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1.1 Luas Panen, Produksi, Rata-Rata Produktivitas Ubi Kayu di

Provinsi Sumatera Utara 2014-2019……….. 2 1.2. Permintaan dan Harga Eceran Ubi Kayu Provinsi Sumatera

Utara Tahun 2015-2019……….. 4 2.1. Nilai Kalori Sumber Karbohidrat ………... 8 3.1. Identifikasi Persamaan Simultan ………...… 31 4.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ubi kayu di

Provinsi Sumatera Utara ………... 44 4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Ubi kayu di

Provinsi Sumatera Utara ……… 47 4.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Ubi kayu di

Provinsi Sumatera Utara ………. 50

(14)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

2.1. Kurva Permintaan ... 11

2.2. Pergeseran Permintaan Terhadap Suatu Barang... 12

2.3. Kurva Penawaran ... 14

2.4. Kurva Keseimbangan Permintaan dan Penawaran ……….... 19

2.5.Skema Kerangka Pemikiran... 26

4.1. Perkembangan permintaan dan penawaran ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara tahun 1990- 2019 ……… …... 38

4.2. Perkembangan harga ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2019 ……… 39

4.3. Perkembangan Pendapatan Per Kapita Provinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2019 ... 40

4.4. Perkembangan Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2019 ………... 41

4.5. Perkembangan Luas Panen ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2019 ………... 42

4.6. Perkembangan Harga Pupuk Provinsi Sumatera Utara Tahun 1990-2019 ………. 43

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal

1. Data Variabel Pertahun ... 58 2. Hasil Persamaan Simultan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Permintaan Ubi Kayu di Provinsi Sumatera Utara ..……….… 59 3. Hasil Persamaan Simultan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Penawaran Ubi Kayu di Provinsi Sumatera Utara ………...………. 60 4. Hasil Persamaan Simultan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga

Ubi Kayu di Provinsi Sumatera Utara ………..…. 61

(16)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ketahanan pangan menjadi isu internasional Tahun 1970-an karena adanya krisis pangan global. Awalnya ketahanan pangan didefinisikan sebagai kondisi ketersediaan pangan baik ditingkat internasional maupun nasional yang terfokus ke pada padi-padian. Hal ini menyebabkan kebijakan ketahanan pangan yang dikenal dengan Food Availibility Approach (FFA). Jika persediaan pangan terpenuhi maka para pedagang dapat menyalurkan pangan secara merata dan efisien sehingga harga pangan akan stabil dan dapat terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

Untuk menanggulangi kerawanan pangan pemerintah telah mencanangkan Program Peningkatan Ketahanan Pangan (BKP), berdasarkan UU No. 7 tahun 1996 tentang Pangan. Kemudian pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden No.68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan, yaitu pengembangan diversifikasi konsumsi pangan yang bertumpu pada keanekaragaman sumber daya pangan, kelembagaan, dan budaya lokal. Untuk memenuhi sumber karbohidrat, Indonesia semakin tergantung pada beras dan gandum (Richana, 2013). Masalah utama pada ketersediaan pangan nasional adalah jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar. Tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia menurut sensus yang dilakukan BPS menunjukkan lebih dari 237 juta jiwa. Diperkirakan pada tahun 2020 angka tersebut akan mencapai 274 juta jiwa. Jika pertambahan populasi dihitung secara linier sebesar 1,6% per tahun, maka dibutuhkannya persediaan pangan yang cukup besar. Kebutuhan pangan yang terbesar yang dimaksudkan disini adalah pangan

(17)

sumber karbohidrat, yaitu sekitar separuh lebih (>50%) dari kebutuhan energi per orang per hari (Gardjito dkk, 2013).

Ubi kayu merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah beras dan jagung, di beberapa daerah yang sulit diperoleh beras, ubi kayu digunakan sebagai bahan makanan cadangan sehingga digunakan masyarakat sebagai bahan makanan pokok (Purwono dan Purnamawati, 2009). Ubi kayu tidak hanya berperan sebagai penyangga pangan tetapi juga sebagai sumber pendapatan rumah tangga petani.

Besarnya permintaan pasar akan ubi kayu juga dapat dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan perusahaan industri pengolahan yang mengolah ubi kayu menjadi berbagai jenis produk makanan, dan bahan makanan stengah jadi seperti cemilan , tepung tapioca ataupun pakan ternak. Jelas bahwa ubi kayu adalah produk yang multifungsi yang sangat menjanjikan (Nazaruddin, 2012).

Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu produsen ubi kayu di Indonesia. Rata-rata produktivitas ubi kayu di provinsi ini mencapai 40 ton per tahun (BPS, 2020).

Tabel 1.1. Luas Panen, Produksi, Rata-Rata Produktivitas Ubi Kayu di Provinsi Sumatera Utara 2014-2019

Tahun Luas Panen (Ha)

Produksi (ton)

Rata-Rata Produktivitas (ton/Ha)

2014 42.062 1.383.346 32,9

2015 47.837 1.619.495 33,9

2016 34.852 1.228.138 35,2

2017 28.948 980.879 33,9

2018 22.945 848.966 37,0

2019 31.514 1.279.374 40,6

Sumber: BPS Sumut, 2020 (diolah)

Menurut Tabel 1.1, Provinsi Sumatera Utara mengalami penurunan luas panen ubi kayu dalam periode 2014 – 2019. Di Tahun 2018, luas panen untuk

(18)

komoditas ubi kayu hanya tinggal setengah dari luas panen di tahun 2014, ini disebabkan pengalihfunsian lahan menjadi pemukiman dan pengalihfunsian komoditi pertanian menjadi komoditas pertanian lainnya. Pada periode 2014 – 2019 terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada rata rata produktivitas ubi kayu Sumatera Utara dimana pada tahun 2019 menjadi puncak rata rata produktivitas ubi kayu pada periode tersebut.

Permintaan ubi kayu sangat tinggi, ubi kayu saat ini sudah di garap sebagai komoditas agroindustri, seperti produk tepung tapioka, industri fermentasi, dan berbagai industri makanan. Pasar potensial tepung tapioca antara lain Jepang dan Amerika serikat. Tiap tahun negara tersebut mengimpor lebih kurang 1 juta ton produk tepung, terdiri atas 750.000 ton tepung tapioka dan 250.000 ton tepung lainnya. Disamping tepung tapioka, ternyata produk gaplek, chips, dan pelet juga berpeluang untuk di eksport. Negara pengimpor gaplek diantaranya adalah MEE, Cina, Jepang, Korea, Amerika Serikat dan Rusia.

Indonesia sudah memanfaatkan peluang ekspor gaplek ke pasar internasional, tetapi volume ekspornya masih rendah, yaitu sekitar 1,0 – 1,2 juta ton/tahun.

Pemerintah selalu mengupayakan peningkatan produktivitas ubi kayu baik dari kuantitas maupun kualitas di Provinsi Sumatera Utara. Hingga saat ini masih terjadi kesenjangan yang cukup besar antara penawaran (supply) dan permintaan (demand) ubi kayu. Untuk saat ini, penawaran ubi kayu didapatkan dari data produksinya, produksi ubi kayu untuk dalam negeri khususnya daerah Provinsi Sumatera Utara terpenuhi kebutuhan konsumsinya, tetapi peluang ekspor masih sangat terbuka dan potensi ini akan selalu meningkat sesuai kebutuhan masyarakat mendatang. Harga eceran ubi kayu yang rendah menjadi salah satu pertimbangan

(19)

petani mempertahankan keberlangsungan usahatani ubi kayu . Seperti yang di tampilkan oleh tabel berikut ini:

Tabel 1.2. Permintaan dan Harga Eceran Ubi Kayu Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015-2019

Tahun Permintaan (Ton) Harga Eceran (Rp/Kg)

2015 202.098 2.865

2016 321.214 2.941

2017 432.654 2.882

2018 2019

541.750 613.968

2.600 2.733 Sumber : BPS Sumatera Utara, 2020

Berdasarkan Tabel 1.1 dan Tabel 1.2, dalam kurun waktu 5 tahun terakhir yakni 2015-2019 dapat dilihat bahwa penawaran ubi kayu tertinggi di Sumatera Utara terjadi pada tahun 2015 yaitu sebanyak 1.619.495 ton dan penawaran terendah ubi kayu pada tahun 2018 yaitu sebanyak 848.965 ton. Konsumsi paling tinggi pada ubi kayu yaitu tahun 2019 sebanyak 613.968 ton sedangkan konsumsi ubi kayu paling rendah pada tahun 2015 sebanyak 202.098 ton. Untuk harga eceran ubi kayu cenderung stagnan di kisaran Rp 2.500/Kg hingga Rp 3.000/Kg.

Sentral produksi ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara yaitu Kabupaten Simalungun, Kabupaten Karo, Langkat, Kota Binjai, Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai. Enam kabupaten/kota di Sumatera Utara itu dikenal sebagai produsen ubi kayu yang memiliki kualitas cukup baik. Permintaan ubi kayu juga di lakukan beberapa pengusaha kripik di kota medan. Ubi kayu yang cukup besar juga di pesan oleh pabrik tapioka. Permintaan ubi kayu yang terus meningkat ini harus diimbangi oleh jumlah ubi kayu yang di tawarkan oleh produsen di Provinsi Sumatera Utara. Kenaikan produksi ubi kayu tanpa diiringi dengan perbaikan pemasaran tidak akan menguntungkan bagi petani sebagai

(20)

produsen utama ubi kayu. Kegiatan pemasaran pada umumnya berkaitan erat dengan penawaran ubi kayu oleh petani dan permintaan ubi kayu oleh penduduk pada umumnya. Walaupun kenaikan produksi ubi kayu bisa terjadi di Provinsi Sumatera Utara, tetapi karena menyangkut ketahanan pangan nasional, produksi tersebut bisa saja dialihkan untuk kepentingan daerah lain yang membutuhkan ubi kayu. Harga ubi kayu yang rendah dapat mempengaruhi keuntungan petani ubi kayu dan menjadi alasan petani mengalihkan ubi kayu ke komoditi pertanian lainnya, hal ini tentu dapat mengancam ketersediaan penawaran ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara dan nasional.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merasa perlu dikaji mengenai Bagaimana permintaan dan penawaran ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Apakah harga ubi kayu, pendapatan per kapita dan jumlah penduduk mempengaruhi permintaan (demand) ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara?

2. Apakah harga ubi kayu, luas panen, dan harga pupuk mempengaruhi penawaran (supply) ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara?

3. Apakah pendapatan per kapita dan harga pupuk mempengaruhi harga ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara?

(21)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis pengaruh harga ubi kayu, jumlah pendapatan dan jumlah penduduk terhadap permintaan (demand) ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara.

2. Menganalisis pengaruh harga ubi kayu, luas panen dan harga pupuk terhadap penawaran (supply) ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara.

3. Menganalisis pengaruh pendapatan per kapita dan harga pupuk terhadap harga ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara pada Tahun 1990-2019.

1.4. Manfaat Peneltian

Adapun manfaat penelitian adalah:

1. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan, baik untuk kepentingan akademis maupun kepentingan non akademis.

2. Sebagai bahan refrensi dan informasi bagi pemerintah selaku badan pengambil keputusan dan kebijakan mengenai ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara.

3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ubi Kayu

Tanaman pangan berupa perdu ini punya nama lain yaitu ubi kayu, ketela pohon atau dalam bahasa inggris: cassava. Singkong adalah jenis tanaman tahunan di daerah tropis dan subtropis yang berasal dari Brazil, Amerika Selatan, yang menyebar sampai ke Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok dan Indonesia.

Singkong masuk ke Indonesia pada tahun 1852 (Nurani dkk, 2007). Pada umumnya tanaman ubi kayu ditanam di daerah yang relatif kering. Tapi sebenarnyatanaman ubi kayu ini dapat tumbuh di daerah antara 30° lintang selatan dan 30° lintang utara,sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ubi kayu sekitar 10 jam/hari, terutama untukkesuburan daun dan perkembangan umbinya. Suhu udara rata-rata lebih dari 18°C dengan curahhujan di atas 500 mm/tahun. Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ubi kayu antara 1.500 – 2.500 mm/tahun. Kelembaban udara optimal untuk tanaman ubi kayu antara 60-65%, dengansuhu udara minimal bagi tumbuhnya sekitar 10°C. Jika suhunya dibawah 10°C, pertumbuhantanaman akan sedikit terhambat. Selain itu, tanaman menjadi kerdil karena pertumbuhan bungayang kurang sempurna (Lutfi, 2014).

. Tanaman ubi kayu dibudidayakan dengan menggunakan stek batang.

Perkecambahan stek tergantung pada kondisi varietas, umur tanaman, penyimpanan dan lingkungan.Ubi kayu dapat ditanam secara monokultur maupun tumpangsari. Pola monokultur umumnya dikembangkan dalam usaha tani komersial atau usahatani alternatif pada lahan marjinal, di mana komoditas lain tidak produktif atau usahatani dengan input minimal bagi petani yang modalnya

(23)

terbatas. Pola tumpangsari diusahakan oleh petani berlahan sempit, baik secara komersial maupun subsisten (Sundari, 2010).

Ubi kayu merupakan sumber karbohidrat bagi sekitar 500 juta manusia di dunia. Di Indonesia, tanaman ini menempati urutan pertama sebagai sumber karbohidrat, ubi kayu merupakan penghasil kalori terbesar dibandingkan dengan tanaman lain seperti ditunjukkan di tabel berikut:

Tabel 2.1. Nilai Kalori Sumber Karbohidrat

No. Jenis Tanaman Nilai Kalori (Ka/Ha/Hr)

1. Ubi Kayu 250 x 103

2. Jagung 200 x 103

3. Beras 176 x 103

4. Sorgum 114 x 103

5. Gandum 110 x 103

Sumber: Prihandana dkk, 2008

Secara umum singkong memiliki karakteristik kadar air (60,67%), berat jenis (1,15 g/ml), kadar pati (35,93 %), rendemen pati (18,94%), kadar air pati (8,17%), kadar amilosa (18,03 %), dan amilopektin (81,97 %) serta tingkat konversi pati menjadi glukosa secara enzimatis (64,92 %).

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Teori Permintaan

Hukum permintaan adalah hukum yang menjelaskan tentang adanya hubungan yang bersifat negatif antara tingkat harga dengan jumlah barang yang diminta. Apabila harga naik jumlah barang yang diminta sedikit dan apabila harga rendah jumlah barang yang diminta meningkat. Dengan demikian hukum permintaan berbunyi : Semakin turun tingkat harga, maka semakin banyak jumlah barang yang tersedia diminta, dan sebaliknya semakin naik tingkat harga semakin sedikit jumlah barang yang bersedia diminta. Pada hukum permintaan berlaku

(24)

asumsi ceteris paribus. Artinya hukum permintaan tersebut berlaku jika keadaan atau faktor-faktor selain harga tidak berubah (dianggap tetap) (Amelia, dkk.

2018).

Permintaan seseorang atau sesuatu masyarakat ke atas suatu barang ditentukan oleh banyak faktor. Diantara faktor-faktor tersebut yang terpenting, adalah (Sukirno,1995):

1. Harga barang itu sendiri.

2. Harga barang-barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut.

3. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat.

4. Cita rasa masyarakat.

5. Jumlah penduduk

6. Ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan datang.

Jangkauan mengenai jumlah peningkatan permintaan akan produksi tanaman apakah merupakan jumlah besar atau jumlah yang terbatas (kecil), hal ini penting untuk menentukan pola pengelolaan pertanian intensif atau pertanian ekstensif tersebut, yang artinya menyesuaikan peningkatan produksi dengan peningkatan permintaan, dengan maksud agar produksi jangan kurang dan juga jangan sampai kelebihan dalam usaha untuk mencukupi/memenuhi permintaan tersebut (Kartasapoetra, 1985).

Kenaikan pendapatan per kapita dan pertambahan jumlah penduduk dalam jangka panjang akan menambah permintaan. Tetapi karena elastisitas permintaan pendapatan untuk barang pertanian adalah rendah (ed< 1),maka pertambahan permintaan hasil pertanian tidak begitu besar. Pada waktu yang sama juga penawaran hasil pertanian mengalami pertambahan dan ini disebabkan oleh

(25)

perkembangan dalam teknologi. Kemajuan teknologi bercocok tanam yang sangat tinggi menyebabkan kenaikan produktivitas dan produksi yang sangat pesat (Sukirno,1995).

Dari sudut ilmu ekonomi pengertian permintaan sedikit berbeda dengan pengertian yang digunakan sehari-hari. Menurut pengertian sehari-hari permintaan diartikan secara absolut yaitu jumlah barang yang dibutuhkan, sedangkan dari kacamata ilmu ekonomi permintaan baru mempunyai arti apabila didukung oleh tenaga beli peminta barang yang disebut permintaan efektif. Sedangkan permintaan yang hanya didasarkan atas kebutuhan saja disebut sebagai permintaan absolut atau potensial (Sudarsono, 1990).

Faktor yang mempengaruhi besar kecilya permintaan antara lain adalah harga barang yang bersangkutan, harga barang lain (subsitusi atau komplementer), selera, jumlah penduduk, dan tingkat pendapatan (Rahmanta, 2018).

Dalam teori permintaan dikemukakan bahwa tingkat permintaan suatu barang dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, harga barang tersebut (relatif terhadap harga barang-barang lainnya), dan selera. Seperti dikemukakan sebelumnya, tingkat partisipasi konsumsi ubi kayu menurun dengan meningkatnya pendapatan. Hal ini menunjukkan, walaupun pasar ubi kayu yang dikonsumsi untuk pangan saat ini masih cukup besar tetapi di masa depan ada kecenderungan untuk terus menurun.

(26)

Gambar 2.1. Kurva Permintaan

Bergeraknya jumlah barang atau jasa diminta akibat dari naik turunnya harga disebut dengan pergerakan jumlah permintaan pada Gambar 2.1. dapat dilihat pada harga bergerak dari Po ke P1 atau P2, kuantitas barang pun bergerak meningkat atau menurun dari Q0 ke Q1 atau Q2.

Lipsey (1996) menyatakan bahwa permintaan adalah keinginan akan produk-produk tertentu yang didukung oleh suatu kemampuan dan keinginan untuk membelinya. Permintaan pasar akan suatu barang adalah jumlah keseluruhan yang diminta seluruh pembeli potensial tersebut. Permintaan adalah hubungan menyeluruh antara kuantitas komoditi tertentu yang akan dibeli oleh konsumen selama periode waktu tertentu dengan harga komoditi tersebut. Jumlah komoditi total yang ingin dibeli disebut jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditi tersebut. Selera mempunyai pengaruh yang besar terhadap keinginan untuk membeli suatu komoditi. Suatu perubahan selera dapat berlangsung untuk jangka waktu yang cukup lama atau dapat pula berupa suatu peralihan sementara.

(27)

Gambar 2.2. Pergeseran Permintaan Terhadap Suatu Barang

Pergeseran kurva permintaan dari D0 ke D1 pada Gambar 2.2, menunjukkan adanya kenaikan dalam permintaan. Suatu kenaikan permintaan berarti bahwa lebih banyak barang yang diminta pada tiap tingkat harga.

Pergeseran ke kanan berarti terjadi perubahan pada faktor-faktor penggeser kurva permintaan seperti berubahnya harga komoditas kompetitor, meningkatnya pendapatan masyarakat, dan meningkatnya jumlah penduduk. Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam konsep permintaan (Lipsey, 1996) . Pertama, jumlah yang diminta merupakan kuantitas yang diinginkan (desired). Ini menunjukkan berapa banyak yang diinginkan atas dasar harga komoditi itu, harga lainnya, penghasilan, selera, dan sebagainya. Kedua, apa yang diinginkan tidak merupakan harapan kosong, tetapi permintaan efektif, artinya merupakan jumlah orang yang bersedia membelinya pada harga yang mereka harus bayar untuk komoditi tersebut. Ketiga, kuantitas yang diminta merupakan arus pembelian yang kontinyu. Kuantitas tersebut harus dinyatakan dalam banyaknya persatuan waktu.

(28)

2.2.2. Teori Penawaran

Penawaran adalah hubungan antara harga dengan kuantitas untuk setiap unit waktu yang akan dijual oleh penjual. Beda antara satu daftar penawaran dengan suatu kurva penjualan sama dengan beda suatu daftar permintaan dengan suatu kurva pemintaan. Biasanya, kurva penawaran naik kearah kanan atas karena harga yang lebih tinggi akan mendorong penjual untuk menjual lebih banyak dan dapat menarik penjual lain masuk ke pasar. Hukum penawaran juga dapat dinyatakan sebagai berikut: “Ada hubungan (positif) langsung antara jumlah barang yang

ditawarkan dengan harganya dengan anggapan ceteris paribus”

(Sardjono, 2017).

Salah satu faktor yang mempengaruhi penawaran adalah tingkat pendapatan dan stabilitas harga dari hasil usaha tani yang dikelola, petani sangat mengharapkan harga yang cukup tinggi untuk membayar ganti rugi biaya secara tunai dan hasil upaya yang dikeluarkan sewaktu memproduksi hasil usaha taninya (Mosher,1987). Penjual menawarkan barangnya pada berbagai tingkat harga ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya adalah (Sukirno,1995):

1. Harga barang itu sendiri.

2. Harga barang-barang lain

3. Ongkos produksi, yaitu biaya untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan mentah

4. Tujuan-tujuan dari perusahaan tersebut.

5. Tingkat teknologi yang digunakan.

Penawaran dapat didefinisikan sebagai kualitas barang yang ingin dan dapat ditawarkan produsen ke pasar pada berbagai tingkat harga dan waktu. Penawaran mencerminkan hubungan langsung antara barang dan kuantitas (jumlah barang

(29)

secara fisis), hukum penawaran menyatakan apabila harga barang naik produsen berkeinginan menawarkan lebih banyak barang (output) ke pasar. Permintaan dalam terminologi ekonomi adalah jumlah yang diinginkan dan dapat dibeli konsumen dan pasar pada berbagai tingkat harga sebagaimana halnya dengan konsep penawaran ini dilibatkan dengan hubungan kualitas (Downey dan Erickson,1996).

Hipotesis ekonomi yang mendasar adalah bahwa untuk kebanyakan komoditi, harga komoditi dan kuantitas atau jumlah yang akan ditawarkan berhubungan secara positif, dengan semua faktor yang lain tetap sama, dengan kata lain semakin tinggi harga suatu komoditas, semakin besar jumlah komoditas yang akan ditawarkan, sebaliknya semakin rendah harga suatu komoditas, semakin sedikit pula jumlah komoditas Kurva penawaran memperlihatkan perubahan kuantitas barang yang ditawarkan ketika harganya berubah. Karena harga yang lebih tinggi menaikan kuantitas yang ditawarkan, maka kurva penawaran memiliki kemiringan ke atas atau positif.

Gambar 2.3.Kurva Penawaran

Kurva penawaran memperlihatkan apa yang terjadi dengan kuantitas barang yang ditawarkan ketika harganya berubah, dengan menganggap seluruh faktor

(30)

penentu lainnya konstan. Jika satu dari faktor-faktor tersebut berubah, kurva penawaran akan bergeser (Mankiw, 2000). Pemerintah terkadang menetapkan suatu harga minimum bagi barang dan jasa tertentu yang disebut harga dasar (price floor) (Lipsey,1996). Contohnya adalah upah minimum tenaga kerja dan harga dasar bagi beberapa jenis komoditi pertanian. Harga dasar yang sama atau kurang dari harga ekuilibrium tidak akan berpengaruh apa-apa karena titik ekuilibrium tetap bias dicapai dan akan tetap konsisten dengan harga dasar yang resmi. Akan tetapi jika harga dasar ditetapkan lebih tinggi dari harga ekuilibrium, harga dasar ini akan mengikat atau efektif. Harga dasar yang efektif akan mengakibatkan kelebihan penawaran. Akan muncul surplus yang tak terjual atau excess production. Sedangkan harga batas tertinggi ditetapkan berdasarkan harga

dasar ditambah dengan biaya-biaya pemasaran seperti biaya pengolahan, biaya penyimpanan, dan biaya angkutan, ditambah lagi keuntungan yang wajar bagi pedagang (Amang, 1993).

2.2.3. Pengertian Harga

Menurut Kotler dan Amstrong (2012:345) harga dapat didefenisikan secara sempit sebagai jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa.

Atau dapat didefenisikan secara luas harga sebagai jumlah nilai yang ditukarkan konsumen untuk keuntungan memiliki dan menggunakan produk atau jasa yang memungkinkan perusahaan mendapatkan laba yang wajar dengan cara dibayar untuk nilai pelanggan yang diciptakannya. Strategi Penyesuaian harga (Kotler dan Armstrong, 2010:10) :

(31)

1. Penetapan harga diskon dan potongan harga, bertujuan untuk menghargairespons pelanggan seperti membayar lebih awal atau mempromosikan produk.

2. Penetapan harga tersegmentasi, menyesuaikan harga untuk memungkinkanadanya perbedaan dalam pelanggan, produk, atau lokasi.

3. Penetapan harga psikologis, menyesuaikan harga untuk pengaruh psikologis.

4. Penetapan harga promosi, mengurangi harga untuk sementara guna 5. meningkatkan penjualan jangka pendek

Metode penetapan harga menurut Tjiptono (2010:154) secara garis besar dapat dikelompokan menjadi empat kategori utama, yaitu metode penetapan harga berbasis permintaan, berbasis biaya, berbasis laba, dan berbasis persaingan.

1. Metode penetapan harga berbasis permintaan

Adalah suatu metode yang menekankan pada faktor-faktor yang mempengaruhi selera dan referensi pelanggan daripada faktor-faktor seperti biaya, laba, dan persaingan. Permintaan pelanggan sendiri didasarkan pada berbagai pertimbangan, diantaranya yaitu:

a. Kemampuan para pelanggan untuk membeli (daya beli) b. Kemampuan pelanggan untuk membeli.

c. Suatu produk gaya hidup dalam pelanggan, yakni menyangkut apakah produk tersebut merupakan simbol status atau hanya produk yang digunakan sehari-hari.

d. Manfaat yang diberikan produk tersebut kepada pelanggan.

e. Harga produk-produk substitusi.

f. Pasar potensial bagi produk tersebut.

g. Sifat persaingan non harga.

(32)

h. Perilaku konsumen secara umum.

i. Segmen-segmen dalam pasar.

2. Metode Penetapan Harga Berbasis Biaya

Dalam metode ini faktor penentu harga yang utama adalah aspek penawaran atau biaya bukan aspek permintaan. Harga ditentukan berdasarkan biaya produksi dan pemasaran yang ditambah dengan jumlah tertentu sehingga dapat menutupi biaya- biaya langsung, biaya overhead dan laba.

3. Metode Penetapan Harga Berbasis Laba

Metode ini berusaha menyeimbangkan pendapatan dan biaya dalam penetapan harganya. Upaya ini dapat dilakaukan atas dasar target volume laba spesifik atau dinyatakan dalam bentuk presentase terhadap penjualan atau investasi. Metode penetapan harga berbasis laba ini terdiri dari target profit, pricing, target return on sales pricing, dan target return on investment pricing.

4. Metode Penetapan Harga Berbasis Persaingan

Selain berdasarkan pada pertimbangan biaya, permintaan atau laba, harga juga dapat ditetapkan atas dasar persaingan, yaitu apa yang dilakukan pesaing. Metode penetapan harga berbasis persaingan terdiri dari customary pricing ; above at or below market pricing ; loss leader pricing; dan scaled bid pricing.

Indikator harga menururt Herman, et. al. (2011:54), yaitu : a. Keterjangkauan harga

Keterjangkauan harga adalah harga sesungguhnya dari suatu produk yang tertulis di suatu produk, yang harus dibayarkan oleh pelanggan. Maksudnya adalah pelanggan cenderung melihat harga akhir dan memutuskan apakah akan menerima

(33)

nilai yang baik seperti yang diharapkan. Harapan pelanggan dalam melihat harga yaitu :

1) Harga yang ditawarkan mampu dijangkau oleh pelanggan secara financial.

2) Penentuan harga harus sesuai dengan kualitas produk sehingga pelanggan dapat mempertimbangkan dalam melakukan pembelian.

b. Diskon/potongan harga

Diskon merupakan potongan harga yang diberikan oleh penjual kepada pembeli sebagai penghargaan atas aktivitas tertentu dari pembeli yang menyenangkan bagi penjual.

Terdapat empat indikator yang dapat digunakan untuk mengukur harga suatu barang menurut Pepadri dan Sitinjak (dalam Wibowo dan Karimah, 2012:5) yaitu :

a. Referensi harga

b. Harga yang relatif lebih murah c. Kewajaran harga

d. Kesesuaian pengorbanan dan harga sesuai dengan manfaat.

Harga suatu barang dan jumlah barang yang diperjual belikan ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari barang tersebut. Oleh karena itu, untuk menganalisis mekanisme penentuan harga dan jumlah barang yang diperjualbelikan maka perlu dilakukan analisis permintaan dan penawaran atas suatu barang tertentu yang terdapat dipasar. Keadaan suatu pasar dikatakan seimbang apabila jumlah yang ditawarkan penjual pada suatu harga tertentu adalah sama dengan jumlah yang diminta para pembeli pada harga tersebut. Harga suatu barang dan jumlah barang yang diperjual belikan adalah ditentukan dengan

(34)

melihat keadaan ekuilibrium dalam suatu pasar (Sukirno, 2005). Keadaan ekuilibrium tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut :

Gambar 2.4. Kurva Keseimbangan Permintaan dan Penawaran

2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran 1. Harga

Harga terbentuk ketika terjadi pertemuan antara permintaan dan penawaran.

Dalam hal ini, ada kesepakatan antara harga yang diminta pembeli dengan harga yang ditawarkan oleh penjual. Barang akan memiliki harga ketika barang tersebut berguna atau bermanfaat dan dibutuhkan oleh masyarakat. Selain itu barang menjadi bernilai karena jumlahnya yang terbatas. Pergeseran kurva permintaan ke kanan berarti adanya kenaikan jumlah barang yang diminta. Jika penawaran tidak berubah, maka akan mengakibatkan kenaikan harga dan kenaikan jumlah barang yang terjual/terbeli. Sebaliknya pergeseran kerva permintaan kekiri berarti terjadi penurunan permintaan, sehingga harga barang akan mengalami penurunan.

Pergeseran kurva penawaran kekanan berarti terjadi kenaikan jumlah barang yang ditawarkan. Jika permintaan tetap, maka harga akan mengalami penurunan.

Sebaliknya pergeseran kurva penawaran kekiri berarti terjadi penurunan jumlah penawaran barang, maka harga akan mengalami kenaikan (Sukirno, 2011).

(35)

Harga merupakan beban atau nilai bagi konsumen, yang didapatkan dengan memperoleh dan menggunakan suatu produk, termasuk biaya keuangan dari konsumsi, disamping biaya sosial yang bukan keuangan, seperti dalam bentuk waktu, upaya, psikis, risiko, dan prestise atau gengsi sosial (Assauri, 2012).

2. Pendapatan Per Kapita

Pendapatan (income) adalah uang yang diterima seseorang dalam perusahaan yang berbentuk gaji, upah, sewa, bunga, laba, dan lain sebagainya.

Bersama dengan tunjangan pengangguran, uang pensiun dan lain sebagainya.

Senada dengan definisi diatas, pendapatan atau income dari seseorang adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi. Pendapatan memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup, dimana pendapatan merupakan ukuran yang dipakai untuk melihat apakah kehidupan seseorang itu layak atau tidak layak. Dengan pendapatan yang tinggi setidaknya semua kebutuhan pokok terpenuhi sehingga dapat mencapai suatu tingkat kehidupan yang layak (Widodo, 2006).

Tingkat pendapatan mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat.

Hubungan antara pendapatan dan konsumsi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam berbagai permasalahan ekonomi. Kenyataan menunjukkan bahwa pegeluaran konsumsi meningkat dengan naiknya pendapatan, dan sebaliknya jika pendapatan turun, pengeluaran konsumsi juga turun. Tinggi rendahnya pengeluaran sangat tergantung pada kemampuan keluarga dalam mengelola penerimaan atau pendapatnnya (Danil, 2013).

(36)

3. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh, walaupun pengeluaran rata – rata per orang atau per keluarga relative rendah. Misalnya, walaupun tingkat konsumsi rata rata penduduk Indonesia lebih rendah daripada penduduk Singapura, tetapi secara absolut tingkat pengeluaran konsumsi Indonesia lebih besar daripada Singapura. Sebab, jumlah penduduk Indonesia lima puluh kali lipat penduduk Singapura (Manurung. 2008).

4. Luas Panen

Luas lahan dapat mempengaruhi jumlah produksi petani, semakin luas lahan semakin besar pula hasil produksi yang diperoleh petani. Akan tetapi jika petani tidak dapat memanfaatkan luas lahan tersebut maka semakin luas lahan tidak menjamin pendapatan petani meningkat dikarenakan denga lahan yang akan sulit untuk dilakukan pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi, selain lahan yang luas juga memerlukan tenaga kerja dan modal yang cukup besar pula (Soekartawi, 2002).

5. Harga pupuk

Pupuk merupakan salah satu factor Produksi yang penting di perhitungkan dalam usahatani. Bila harga pupuk semakin meningkat maka akan menyebabkan biaya produksi menjadi mahal. Bila biaya produksi semakin mahal, maka produsen menjadi berkurang kemampuannya untuk berproduksi. Artinya, besar kecilnya harga pupuk akan mempengaruhi besar kecilnya jumlah input yang dipakai. Bila harga pupuk meningkat, kecenderungan pengurangan penggunaannya berdampak pada hasil yang juga akan turun. Turunnya hasil secara otomatis menyebabkan turunnya penawaran (Daniel, 2002).

(37)

2.3. Penelitian Terdahulu

No Penulis Judul Metode Hasil Penelitian

1 Tatang Suryadi (2014)

Analisis Permintaan dan Penawaran Ubi Kayu di Indonesia

Analisis tabel dan metode peramalan serta analisis regresi.

Faktor - faktor yang mempengaruhi adalah produktifitas ubi kayu tahun lalu, luas areal tahun lalu, harga eceran ubi kayu, harga ubi kayu, harga preveneu gula, harga jagung dunia, luas areal jagung, produksi jagung tahun lalu, produksi agroindustri jagung, harga ubi kayu, stok ubi kayu akhir tahun, permintaan ubi kayu tahun lalu, harga impor Indonesia, harga impor Indonesia tahun lalu, harga dunia ubi kayu tahun lalu, ekspor ubi kayu dunia, ekspor ubi kayu Indonesia, dan ekspor ubi kayu negara lain, impor ubi kayu dunia, harga impor dunia, populasi dunia, impor ubi kayu Indonesia, impor ubi kayu dunia.

2 Kristian dan

Surono, S.

(2015)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Produksi, Konsumsi, dan Harga Ubi Kayu Indonesia (Studi tahun 1991-2013

Persamaan simultan

Produksi ubi kayu dipengaruhi secara signifikan oleh variabel harga ubi kayu, luas areal panen ubi kayu dan harga pupuk urea.

Konsumsi ubi kayu di Indonesia dipengaruhi secara signifikan oleh variabel jumlah penduduk Indonesia.

Harga ubi kayu di Indonesia dipengaruhi secara signifikan oleh variabel luas panen ubi

(38)

kayu, konsumsi ubi kayu dan panjang jalan beraspal

3 Kusmaria, K., Asmarantaka, R. W., &

Harianto, H.

(2017)

Analisis Penentuan Rafaksi dan Pengaruhnya Terhadap

Pilihan Saluran Pemasaran Petani Ubi Kayu di Kabupaten Lampung

Tengah

Analisis deskriptif, korelasi dan regresi logistik biner

Analisis korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara usia panen dan varietas ubi kayu dengan rafaksi ubi kayu yang diterima petani. Analisis regresi

logistik biner

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang nyata antara rafaksi dengan pilihan saluran pemasaran petani ubi kayu.

4 Syafina, Lailan.

(2014)

Faktor– Faktor Yang

Mepengaruhi Produksi Ubi Kayu (Manihot esculanta )

Analisis regresi dengan metode taksiran OLS (Ordinary Least Square).

Luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk urea, dan pupuk posca berpengaruh nyata terhadap produksi ubi kayu

5

Puteri, Ginna Ayu (2009)

Analisis Respon dan Proyeksi Penawaran Ubi

Kayu di

Indonesia

Model penyesuaian parsial Nerlove dengan metode estimasi Ordinary Least

Square pada E-views 5.1.

Harga ubi kayu direspon secara positif dan relatif kecil oleh petani dengan meningkatkan luas areal panennya. Sedangkan pada produktivitas dapat disimpulkan bahwa peningkatan harga ubi kayu bukan merupakan insentif bagi petani untuk meningkatkan

produktivitasnya.

6 Maria Dhu’a Fitriana (2019)

Analisis Efisiensi Produksi

Usahatani Ubi

Kayu di

Kecamatan

Analisis deskriptif kuantitatif dan analisis kualitatif.

Faktor yang

mempengaruhi produksi ubi kayu untuk kelompok varietas Cassesart adalah luas lahan, pupuk urea dan tenaga kerja,

(39)

Natar Kabpaten Lampung

Selatan

sedangkan untuk kelompok varietas lainnya terdiri dari luas lahan, dan tenaga kerja.

Usahatani belum efisien dan masing-masing proses produksi berada pada tahap increasing return to scale.

7 Thamrin M, Mardhiyah A, dan

Marpaung SE. (2013)

Analisis

usahatani ubi kayu (Manihot utilissima)

Metode analisis Cobb- Douglas, Deskriptif dan R/C Ratio

Variabel luas lahan, bibit, tenaga kerja dan pupuk berpengaruh nyata secara simultan (serempak) terhadap pendapatan petani ubi kayu. Secara parsial variabel luas lahan berpengaruh nyata.

Sementara variabel bibit, tenaga kerja dan pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani ubi kayu.

Berdasarkan analisis R/C Ratio dengan nilai 7,5 >

1.

8 Limbong, Henny Crosita (2017)

Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Ketersediaan dan Konsumsi Makanan

Berpati (Ubi Kayu dan Ubi Jalar) di Sumatera Utara

Regresi Linier Berganda

Ketersediaan ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara secara serempak dipengaruhi oleh luas panen ubi kayu, harga ubi kayu, jumlah penduduk dan konsumsi ubi kayu.

Konsumsi ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara secara serempak tidak dipengaruhi oleh harga ubi kayu, harga tepung, produksi ubi kayu dan pendapatan perkapita dan secara parsial konsumsi ubi kayu dipengaruhi oleh pendapatan.

9 Zaenol Alim (2019)

Analisis rantai pasok ubi kayu di Kecamatan

Analisis margin pemasaran,

Faktor pendorong pengembangan rantai pasokan ubi kayu

(40)

Wringin Kabupaten Bondowoso.

FFA, dan nilai

tambah.

tertinggi adalah produk olahan ubi kayu yang beranekaragam. Hasil analisis nilai tambah menunjukkan bahwa pengolahan ubi kayu menjadi tape memberikan nilai tambah yang positif.

10 Abadi Juwita (2001)

Analisis

Permintaan dan Penawaran Ubi

Kayu di

Provinsi

Sumatera Utara

Regresi linear berganda

Variabel harga ubi kayu tingkat produsen, ongkos Produksi berpengaruh nyata terhadap Produksi.

Harga ubi, harga beras, pendapatan per kapita berpengaruh nyata terhadap permintaan ubi kayu. Harga ubi, harga

tepung tapioca

berpengaruh nyata terhadap permintaan pabrik pengolahan ubi kayu.

2.4. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran pada penelitian ini menggambarkan antara variabel- variabel eksogen terhadap variabel-variabel endogen. Permintaan ubi kayu Provinsi Sumatra Utara di pengaruhi oleh harga ubi kayu, pendapatan perkapita dan jumlah penduduk. Penawaran ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara di pengaruhi oleh harga ubi kayu, luas panen, dan harga pupuk.

Permintaan ubi kayu sangat di pengaruhi oleh harga dari ubi kayu itu sendiri, semakin rendah harga suatu komoditas maka jumlah yang diminta untuk komoditas itu akan semakin besar, kalau factor lain tetap sama (hukum permintaan). Perubahan tingkat pendapatan juga mempengaruhi permintaan ubi kayu, dan produk turunannya meningkat baik dari segi kuantitas (jumlah) maupun

(41)

Permintaan Ubi Kayu Pendapatan Perkapita

dari segi kualitas (mutu). Hal ini disebabkan karena bagian dari pendapatan yang akan di belanjakan bertambah, sehingga jumlah ubi kayu dan produk berbahan baku ubi kayu yang akan dibeli meningkat. Jumlah penduduk sangat mempengaruhi permintaan ubi kayu di Sumatra Utara, semakin banyak jumlah penduduk di Sumatra Utara maka semakin besar permintaan akan ubi kayu.

Berdasarkan analisis permintaan dan penawaran ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara maka dapat diambil kerangka pemikiran pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Skema Kerangka Pemikiran

Pada penawaran ubi kayu pun sebaliknya sangat dipengaruhi harga ubi kayu, harga kentang sebagai barang subtitusi, luas panen, dan harga pupuk. Harga ubi kayu mempengaruhi jumlah penawaran komoditas ini ditingkat produsen.

Semakin rendah harga ubi kayu, maka penawaran akan ubi kayu juga semakin kecil. Ini sesuai dengan hukum penawaran, semakin tinggi harga suatu barang maka semakin tinggi penawaran akan barang tersebut, begitu juga sebaliknya.

Harga pupuk mempengaruhi penawaran ubi kayu, semakin tinggi harga Penawaran Ubi Kayu Jumlah Penduduk

Harga Ubi Kayu

Luas Panen

Harga Pupuk

(42)

pupuk (input produksi) maka akan menurunkan jumlah penawaran, harga pupuk ini merupakan harga rata-rata pupuk urea. Luas panen juga mempengaruhi jumlah ubi kayu yang ditawarkan. Semakin besar luas panen ubi kayu maka semakin besar produksi ubi kayu yang dihasilkan, walau saat ini penerapan teknologi pada usahatani ubi kayu sudah berhasil meningkatkan produktivitas nya.

2.5. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka hipotesis penelitian adalah:

1. Harga ubi kayu, pendapatan per kapita dan jumlah penduduk berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara 2. Harga ubi kayu, luas panen dan harga pupuk berpengaruh secara signifikan

terhadap penawaran ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara

3. Pendapatan per kapita dan harga pupuk berpengaruh signifikan terhadap harga ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara.

(43)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi dengan produsen komoditas ubi kayu terbesar kelima di Indonesia (BPS, 2015).

3.2. Metode Penentuan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, berupa data tahunan time series pada tahun 1990 – 2019, sehingga diperoleh sebanyak 30 pengamatan. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah dan disajikan dalam tabel dan dalam bentuk lain (Umar, 2008)

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dan diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Sumatera Utara dan instansi yang bersangkutan lainnya, serta data tersebut juga diambil dari buku-buku yang berhubungan dengan permintaan dan penawaran ubi kayu.

3.4. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan persamaan simultan. Persamaan simultan adalah persamaan estimasi dimana variabel terikat dari persamaan itu juga merupakan variabel penjelas untuk salah satu atau lebih variabel bebasnya.

Variabel pada persamaan simultan yang nilainya ditentukan dalam model disebut variabel endogen, sedangkan variabel pada persamaan simultan yang nilainya

(44)

ditentukan oleh variabel lain diluar model disebut variabel eksogen. Dengan demikian setiap variabel endogen mempunyai persamaan struktural atau persamaan perilaku sendiri (Yuwono, 2005).

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara, maka fungsi permintaan dan penawaran ubi kayu adalah:

Qd = f (HA , PPK, JP)...(3.1) Qs = f (HA , LP , HP)..…...(3.2) Variabel-variabel tersebut dianalisis secara simultan, sehingga diperoleh persamaan struktural sebagai berikut : (Koutsoyiannis, 1977)

Permintaan :

Qd = a

0

+ a

1

HA + a

2

PPK + a

3

JP + e

1 ……….………. (3.3) Penawaran :

Qs = b

0

+ b

1

HA + b

2

LP + b

3

HP + e

2

……….. (

3.4

)

Keterangan:

Qd = Jumlah Permintaan Ubi Kayu (Ton) HA = Harga Ubi Kayu (Rp/Kg)

PPK = Pendapatan Per Kapita (Rp/Kapita) JP = Jumlah Penduduk (Jiwa)

Qs = Jumlah Penawaran Ubi Kayu (Ton) LP = Luas Panen (Ton/ha)

HP = Harga Pupuk (Rp/Kg) e dan u = Standar Error

a0, b0, a1,b1,… = Parameter Penduga

(45)

Dari persamaan struktural diturunkan dalam model reduksi yaitu reduced form. Dengan demikian dapat kita peroleh persamaan : (Koutsoyiannis, 1977)

Qd = Qs

a

0

+ a

1

HA + a

2

PPK + a

3

JP + e

1=

b

0

+ b

1

HA +b

2

LP +b

3

HP + e

2

(a1 – b1) HA = - a0 – a2 PPK- a3 JP – e1+ b0 + b2 LP + b3 HP + e2

(a1 – b1) HA = (-a0 + b0) – a2 PPK- a3 JP +b2 LP + b3 HP – (e1+e2) HA = (−𝑎0+𝑏0)

𝑎1−𝑏1 - 𝑎2

𝑎1−𝑏1𝑃𝑃𝐾 - 𝑎3

𝑎1−𝑏1 𝐽𝑃 + 𝑏2

𝑎1−𝑏1 𝐿𝑃 + 𝑏3

𝑎1−𝑏1 𝐻𝑃 - (𝑒1+𝑒2)

𝑎1−𝑏1

HA = 𝜋0 - 𝜋2 𝑃𝑃𝐾 - 𝜋3 𝐽𝑃 + 𝜋4 𝐿𝑃 + 𝜋5 𝐻𝑃 – U ……… (3.5) Keterangan:

Qd = Jumlah PermintaanUbi Kayu (Ton) HA = Harga Ubi Kayu (Rp/Kg)

JP = Jumlah Penduduk (Jiwa)

PPK = Pendapatan Per Kapita (Rp/Kapita) Qs = Jumlah Penawaran Ubi kayu (Ton) HP = Harga Pupuk Urea (Rp/Kg)

e dan u = Standar Error a0, b0, 𝜋0……= Parameter Penduga

3.4.1. Model Identifikasi

Sebelum menentukan metode estimasi, maka dilakukan identifikasi pada persamaan simultan, dimana dari masing-masing permasalahan identifikasi tersebut dapat diketahui metode apa yang tepat. Dari persamaan diatas dapat di uji identifikasi dengan order condition dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(Koutsoyiannis, 1977)

(46)

(K-M) ≥ (G-1) Jika,

1. (K-M) < (G-1), maka persamaan disebut Under identified.

2. (K-M) = (G-1), maka persamaan disebut Exactly identified.

3. (K-M) > (G-1), maka persamaan disebut Over identified.

Keterangan :

K = Jumlah total variabel yang terdapat dalam model persamaan (eksogenous, endogenous, predetermined).

M = Jumlah variabel yang ada pada suatu persamaan (eksogenous,dan endogenous).

G = Jumlah persamaan yang ada dalam model simultan.

Identifikasi persamaan simultan dapat dilihat pada Tabel 3.1 Tabel 3.1. Identifikasi Persamaan Simultan

Persamaan Simultan K - M G - 1 (K-M)

= G-1

Keputusan Qd =a0 + a1 HA + a2 PPK + a3 JP + e1 6 - 4 3 - 1 2 = 2 Exactly

identified Qs= b0 + b1HA +b2 LP +b3 HP + e2 6 - 4 3 - 1 2 = 2 Exactly

identified

Karena semua persamaan tersebut telah teridentifikasi Exactly identified dengan demikian model diatas dapat diselesaikan menggunakan metode Indirect

Last Square (ILS) dengan bantuan Program software Eviews 10 (Sumodiningrat, 1998).

(47)

3.4.2. Uji Statistik a. Uji t (Uji Parsial)

Uji t bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh setiap variabel independen secara individual (parsial) terhadap perubahan variasi dari variabel dependen. Pengujian dilakukan terhadap koefisien regresi secara individual, dengan menggunakan statistik uji t yang mengikuti distribusi student dengan derajat bebas (n-k) dengan n adalah jumlah observasi dan k adalah banyaknya variabel independen ditambah dengan konstanta. Prosedur uji t pada koefisien regresi parsial pada regresi berganda adalah dengan membuat hipotesis melalui uji dua sisi. Kriteria pengujiannya yaitu :

1. Jika Prob. < α, maka H0 ditolak dan Ha diterima yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan = 0,05.

2. 2. Jika Prob. > α, maka H0 diterima dan Ha ditolak yaitu tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan = 0,05.

b. Uji F (Uji Simultan)

Uji F-statistik ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen dengan statistik uji F. Statistik uji F mengikuti distribusi F (Fa;(k-1),(n-k)) dengan derajat bebas sebanyak (k-1) untuk numerator dan (n-k) untuk denumerator, dimana k merupakan banyaknya parameter termasuk intersep/ konstanta, sedangkan n adalah banyaknya observasi. Kriteria uji F tersebut adalah sebagai berikut: (Widarjono, 2007)

(48)

1. Jika Prob. (F-statistic) < α, maka H0 ditolak dan Ha diterima yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen dengan = 0,05.

2. Jika Prob. (F-statistic) > α, maka H0 diterima dan Ha ditolak yaitu tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara bersamasama terhadap variabel dependen dengan = 0,05.

c. Koefisien Determinasi (R2 )

Pengamatan terhadap koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen secara bersama-sama memberi penjelasan terhadap variabel dependen. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0 <

R2 < 1 ). Koefisien determinasi berguna untuk menguji kekuatan variabel – variable independen dalam menjelaskan variabel dependen.

1. Jika R2 = 0 atau mendekati 0, maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen.

2. Jika R2 = 1 atau mendekati 1, maka terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen.

3.5. Definisi dan Batasan Operasional a. Definisi

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam penelitian ini, maka dibuat definisi sebagai berikut :

1. Permintaan ubi kayu adalah banyaknya jumlah ubi kayu yang diminta oleh konsumen pada waktu dan harga yang tertentu atau dengan kata lain adalah kebutuhan ubi kayu yang di tawarkan kepada konsumen di Provinsi Sumatera Utara dalam satuan Ton.

(49)

2. Penawaran ubi kayu adalah jumlah produksi ditambah impor ubi kayu yang ditawarkan oleh produsen kepada konsumen pada waktu tertentu di Provinsi Sumatera Utara dalam satuan Ton.

3. Harga ubi kayu adalah harga beli konsumen ubi kayu yang berlaku di Provinsi Sumatera Utara dalam satuan Rupiah Per Kilogram.

4. Pendapatan per kapita adalah penghasilan penduduk Provinsi Sumatera Utara rata-rata per tahunnya dengan satuan Rupiah Per Kapita

5. Jumlah penduduk adalah total jumlah seluruh penduduk di Provinsi Sumatera Utara dalam satuan Jiwa.

6. Luas Panen adalah Luas lahan yang digunakan untuk usahatani ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara dengan satuan hektar.

7. Harga Pupuk adalah harga pupuk subsidi yang digunakan dalam produksi ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara dengan satuan Rupiah Per Kilogram.

b. Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Provinsi Sumatera Utara.

2. Sampel yang digunakan adalah sampel data mengenai segala hal yang mempengaruhi permintaan dan penawaran ubi kayu selama tahun 1990-2019 secara berurutan. Data yang diambil adalah permintaan dan penawaran ubi kayu, harga ubi kayu, pendapatan per kapita, jumlah penduduk, luas panen dan harga pupuk di Provinsi Sumatera Utara.

3. Waktu penelitian adalah tahun 2020.

(50)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.

Gambaran Umum Daerah Penelitian

Secara adminstratif Provinsi Sumatera Utara terletak di 0ᵒ LS – 4ᵒ 40’ LU dan 96ᵒ 40’ – 100ᵒ 50’ BT, yang beribukota Medan dan mempunyai 25 kabupaten dan 8 kotamadya. Sumatera Utara memiliki batas utara yaitu provinsi Aceh dan selat Malaka, selatan berbatasan dengan provinsi Riau, Sumatera Barat dan Samudera Indonesia, barat berbatasan dengan provinsi Aceh dan Samudera Indonesia, timur berbatasan dengan selat Malaka. Luas Provinsi Sumatera Utara kurang lebih 72.981,23 km2 (BPS, 2019) .

Topografis Wilayah Sumatera Utara terdiri dari daerah pantai, dataran rendah dan dataran tinggi serta pegunungan Bukit Barisan yang membujur ditengah-tengah dari Utara ke Selatan. Kemiringan tanah antara 0 – 12 % seluas 65,51% seluas 8,64 % dan diatas 40 % seluas 24,28 %, sedangkan luas Wilayah Danau Toba 112.920 Ha atau 1,57 %. Berdasarkan Topografi Daerah Sumatera Utara dibagi atas 3 (tiga) bagian yaitu bagian Timur dengan keadaan relatif datar, bagian tengah bergelombang sampai berbukit dan bagian Barat merupakan dataran bergelombang.Wilayah Pantai Timur yang merupakan dataran rendah seluas 24.921,99 Km2 atau 34,77 persen dari luas wilayah Sumatera Utara adalah Daerah yang subur, kelembaban tinggi dengan curah hujan relatif tinggi pula.

Wilayah ini memiliki potensi ekonomi yang tinggi sehingga cenderung semakin padat karena arus migrasi dari wilayah Pantai Barat dan dataran tinggi.

Banjir juga sering melanda wilayah tersebut akibat berkurangnya pelestarian hutan, erosi dan pendangkalan sungai. Pada musim kemarau terjadi pula

(51)

kekurangan persediaan air disebabkan kondisi hutan yang kritis. Wilayah dataran tinggi dan wilayah Pantai Barat seluas 46.758,69 Km2 atau 65,23 persen dari luas wilayah Sumatera Utara, yang sebagian besar merupakan pegunungan, memiliki variasi dalam tingkat kesuburan tanah, iklim, topografi dan kontur serta daerah yang struktur tanahnya labil. Beberapa 2 danau, sungai, air terjun dan gunung berapi dijumpai di wilayah ini serta sebagian wilayahnya tercatat sebagai daerah gempa tektonik dan vulkanik.

Iklim di Sumatera Utara termasuk iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin Passat dan angin Muson. Kelembaban udara rata-rata 78%-91%, Curah hujan (800-4000) mm / Tahun dan penyinaran matahari 43%. Penduduk Sumatera Utara terdiri dari berbagai suku, yaitu Melayu, Batak, Nias, Aceh, Minangkabau, Jawa dan telah beragama. Walaupun berbeda Agama dan adat istiadat, kehidupan bersama berlangsung rukun dan damai dengan Pancasila sebagai pedoman hidup.

Jumlah penduduk di Sumatera Utara 14.562.549 jiwa (BPS, 2019).

merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di luar Pulau Jawa.

Sekitar 56,75 % penduduk bertempat tinggal di pedesaan dan 43,25 % bertempat tinggal di daerah perkotaan. Pada tahun 2007, penduduk Provinsi Sumatera Utara bertambah jumlahnya menjadi 12.834.371 jiwa yang terdiri dari 6.405.076 jiwa penduduk laki-laki atau sebesar 49,91 persen dan 6.429.925 jiwa penduduk perempuan atau sebesar 50,09 persen, dengan kepadatan rata-rata 179 Jiwa/Km² (BPS, 2007).

Laju pertumbuhan Penduduk Sumatera Utara selama kurun waktu tahun 1990 – 2000 adalah 1,20 persen pertahun, dan pada Tahun 2000 – 2005 menjadi 1,35 persen pertahun. Laju pertumbuhan penduduk tertinggi antara Tahun 2000 –

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dari estimasi tersebut diperoleh nilai F- statistik sebesar 38,133 yang lebih besar dari F-tabel (2,66) pada level 5 persen dengan nilai probabilitas (F- Statistik) sebesar

[r]

F hitung (0,065) ≥ 0,05, maka H o diterima dan H1 ditolak yang artinya tidak ada pengaruh nyata antara harga domestik, harga impor, harga kedelai, luas panen jagung,

Jika nilai probabilitas F statistik lebih besar dari nilai alfa maka H 0 diterima sedangkan H a ditolak sehingga variabel independen secara bersama-sama tidak

Karena F hitung &gt; F tabel (8,365. 2,11) dengan signifikan &lt;0,05 (0,000&lt; 0,05), maka hasil membuktikan bahwa H 08 ditolak dan H a8 diterima, sehingga dapat dinyatakan

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh F hitung = 2,865&gt; 2,16 (p= 0,017 &lt; 0,05); sehingga H a diterima dan H 0 ditolak, artinya ukuran perusahaan,

Nilai signifikansi F hitung yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa H 1 diterima dan H 0 ditolak, artinya secara silmutan variabel bebas yaitu harga ikan Nila, harga

Hal ini juga dapat dilihat dari F hitung &gt; F tabel (18,879 &gt; 2,87), maka H 0 ditolak atau H a diterima yang berarti bahwa ada hubungan positif dan pengaruh