• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Determinan Permintaan Ekspor Kopi Provinsi Sumatera Utara Ke Amerika Serikat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Determinan Permintaan Ekspor Kopi Provinsi Sumatera Utara Ke Amerika Serikat"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

S E K

O L A

H

P A

S C

A S A R JA

N

A

ANALISIS DETERMINAN PERMINTAAN

EKSPOR KOPI PROVINSI SUMATERA UTARA

KE AMERIKA SERIKAT

T E S I S

Oleh

NIRWAN NASUTION

107018008

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS DETERMINAN PERMINTAAN

EKSPOR KOPI PROVINSI SUMATERA UTARA

KE AMERIKA SERIKAT

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan pada Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

NIRWAN NASUTION

107018008

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR KOPI PROVINSI SUMATERA UTARA KE AMERIKA SERIKAT

Nama Mahasiswa : Nirwan Nasution

Nomor Pokok : 107018008

Program Studi : Ilmu Ekonomi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Rujiman, MA) (Dr. Dede Ruslan, M.Si Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec) (Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 27 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Rujiman, MA

Anggota : 1. Dr. Dede Ruslan, M.Si

2. Prof. Dr. Ramli, MS

3. Dr. Rahmanta, M.Si

(5)

ANALISIS DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR KOPI PROVINSI SUMATERA UTARA

KE AMERIKA SERIKAT

PERNYATAAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku

Medan, 28 Agustus 2013 Penulis,

(6)

ANALISIS DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR KOPI PROVINSI SUMATERA UTARA KE AMERIKA SERIKAT

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh harga kopi dunia terhadap volume ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat, hubungan nilai kurs dengan ekspor kopi Sumatera Utara, pengaruh pendapatan perkapita Amerika Serikat terhadap permintaan ekspor kopi Sumatera Utara, dan konsumsi kopi Amerika Serikat. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data time series tahun 1992-2011, yang bersumber dari BPS Sumatera Utara, AEKI Sumatera Utara dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara dan dianalisis dengan menggunakan Metode Ordinary Least Square (OLS) serta pengolahan data dengan menggunakan program komputer E-Views 4.0. Berdasarkan hasil estimasi, penelitian ini menemukan bahwa faktor-faktor yang positif mempengaruhi volume ekspor kopi di Sumatera Utara adalah harga kopi dunia, konsumsi kopi AS dan pendapatan perkapita AS Dan secara parsial menunjukkan bahwa harga kopi domestik dan kurs rupiah terhadap dollar AS berpengaruh negatif terhadap volume ekspor kopi di Sumatera Utara. Sesuai dengan hasil penelitian tersebut disarankan agar petani kopi di Sumatera Utara berusaha meningkatkan produksi dan menjaga kualitas kopi yang dihasilkan. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara juga perlu membuat kebijakan dan mengkaji lebih lanjut standar penentuan harga kopi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri sehingga keduanya saling mempengaruhi karena pengendalian terhadap harga kopi akan mendukung naiknya ekspor kopi ke negara lain dari Sumatera Utara.

(7)

ANALYSIS OF COFFEE EXPORT DEMAND DETERMINANTS NORTH SUMATRA PROVINCE TO THE UNITED STATES

ABSTRACT

This study aimed to analyze the influence of world coffee prices on coffee export volume to the United States of North Sumatra, the exchange rate relations with North Sumatra coffee exports, per capita income of U.S. influence to demand North Sumatra coffee exports, and the U.S. coffee consumption. This study uses secondary data from the 1992-2011 time series data, which is sourced from the BPS North Sumatra, North Sumatra AICE and the Department of Industry and Trade of the Province of North Sumatra and analyzed using the method of Ordinary Least Square (OLS) and data processing using a computer program E-Views 4.0. Based on estimates, the study found that the factors that positively influence the export volume of coffee in North Sumatra is the world price of coffee, the U.S. coffee consumption and the U.S. per capita income. And partially suggests that domestic coffee prices and the exchange rate of the rupiah against the U.S. dollar negatively affect the export volume of coffee in North Sumatra. In accordance with the results of these studies suggested that coffee farmers in North Sumatra trying to increase production and maintain quality of the coffee produced. North Sumatra Provincial Government also needs to develop policies and assess further the standard pricing of coffee, both domestically and abroad so that they affect each other because of the control of rising coffee prices will support the export of coffee to other countries of North Sumatra.

Keywords : The world price of coffee, The U.S. coffee consumption, The U.S. per capita income and The exchange rate of the rupiah against

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. WB.

Alhamdulillahi robbil ’alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir penyusunan tesis ini.

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Sudi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Judul Penelitian yang dilakukan penulis adalah : ”Analisis Determinan Permintaan Ekspor Kopi Provinsi Sumatera Utara Ke Amerika Serikat ”

Selama melakukan penulisan tesis ini penulis banyak memperoleh bimbingan dan dukungan baik secara moril maupun materiil dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTMH, MSc (CTM), SpA(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Erman Munir, M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin M.Ec, selaku Ketua Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Dr. Rujiman, MA dan Bapak Dr. Dede Ruslan, M.Si, selaku Dosen

Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan masukan hingga selesainya tesis ini.

5. Bapak Prof. Dr. Ramli, MS dan Bapak Dr. Rahmanta, M.Si serta Bapak Dr. Tarmizi, SU, selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan masukan-masukan demi penyempurnaan tesis ini.

6. Bapak Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam yang telah banyak memberikan ide-ide dalam penulisan tesis ini.

(9)

8. Orang tua penulis, Alm. H. Muhammad Ludin dan Almh. Hj. Rasuna yang telah menginspirasi dan menjadi motivasi, serta semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

9. Khusus untuk istri dan anak-anakku tercinta yang telah memberikan semangat, motivasi, dorongan dan pengorbanan yang tulus kepada penulis dari masa perkuliahan sampai penulisan tesis ini.

10. Rekan-rekan mahasiswa khusunya Angkatan XIX Program Sudi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca yang membutuhkannya. Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Medan, Juli 2013 Penulis

(10)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : N i r w a n

2. Agama : Islam

3. Tempat/Tanggal Lahir : Tamiang, 6 Februari 1965 4. Pekerjaan : PNS Pemerintah Kota Medan 5. Nama Orang Tua

Ayah : Alm. H. Muhammad Ludin

Ibu : Almh. Hj. Rasuna

6. Pendidikan

(11)

DAFTAR ISI

1.2. Permasalahan Penelitian... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Teori Tentang Ekspor (Perdagangan Internasional) ... 10

2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ekspor ... 15

2.2.1. Harga Kopi Dunia ... 18

2.2.2. Nilai Tukar (Kurs) Dollar terhadap Rupiah ... 19

2.2.3. Pendapatan Perkapita Amerika Serikat ... 25

2.3. Penelitian Terdahulu ... 27

(12)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1. Letak Geografis SumateraUtara ... 41

4.2. Produksi Kopi ... 43

4.3. Ekspor ... 46

4.4. Konsumsi Kopi Dunia ... 52

4.5. Perkembangan Harga Kopi Domestik... 55

4.6. Perkembangan Harga Kopi Dunia ... 56

4.7. Pendapatan Perkapita ... 57

4.8. Kurs ... 57

4.9. Pengujian Statistik ... 58

4.9.1. Uji Normalitas ... 58

4.9.2. Uji Linieritas ... 60

4.9.3. Uji Otokorelasi ... 61

4.9.4. Uji Multikolieritas ... 64

4.10. Hasil Analisis Data dan Pembahasan ... 66

4.10.1. Uji Statistik Hasil Estimasi Model Penelitian ... 66

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

6.1Kesimpulan ... 70

6.2 Saran ... 70

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 29

4.1. Wilayah Potensi Pengembangan Komoditi Kopi di Sumatera Utara ... 42

4.2. Perbandingan Rata-rata Permintaan Kopi Dunia dari Sumut dengan daerah-daerah lain di Indonesia Tahun 2011 ... 49

4.3. Kebutuhan Konsumsi/Permintaan Kopi beberapa Negara Dunia dari Sumatera Utara (dalam ribuan ton) ... 52

4.4. Hasil Uji Jargue-Bera ... 59

4.5. Hasil Uji Ramsey ... 61

4.6. Uji Autokorelasi ... 63

4.7. Hasil Uji Multikolinieritas ... 65

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1. Perkembangan Volume Ekspor Kopi Sumatera Utara (Ton) Tahun

2006-2011 ... 4

1.2. Total Lahan Kopi Sumatera Utara (Ha) Tahun 2006-2011 ... 5

1.3. Produksi Kopi Sumatera Utara (ton) Tahun 2006-2011 ... 6

2.1. Kerangka Berpikir ... 31

4.1. Perkembangan Ekspor Kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat tahun 1992-2011 ... 51

4.2. Perkembangan Konsumsi Kopi AS tahun 1992-2011 ... 55

4.3. Perkembangan Harga Kopi domestik tahun 1992-2011 ... 56

4.4. Perkembangan Harga Kopi dunia tahun 1992-2011 ... 56

4.5. Pendapatan Perkapita AS tahun 1992-2011 ... 57

4.6. Perkembangan Kurs Dollar AS terhadap Rupiah tahun 1992-2011 ... 58

(15)

DAFTARA LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman 1. Multikolinearitas ... 74 2. Volume Ekspor Kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat dari

tahun 1992-2011 ... 77 3. Harga Kopi Dalam Negeri (Domestik) dari tahun 1992-2011 ... 78 4. Harga Kopi Dunia dari tahun 1992-2011 ... 79 5. Konsumsi Kopi Masyarakat Amerika Serikat dari tahun

1992-2011 ... 80 6. Pendapatan Perkapita Rakyat Amerika Serikat dari tahun

(16)

ANALISIS DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR KOPI PROVINSI SUMATERA UTARA KE AMERIKA SERIKAT

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh harga kopi dunia terhadap volume ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat, hubungan nilai kurs dengan ekspor kopi Sumatera Utara, pengaruh pendapatan perkapita Amerika Serikat terhadap permintaan ekspor kopi Sumatera Utara, dan konsumsi kopi Amerika Serikat. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data time series tahun 1992-2011, yang bersumber dari BPS Sumatera Utara, AEKI Sumatera Utara dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara dan dianalisis dengan menggunakan Metode Ordinary Least Square (OLS) serta pengolahan data dengan menggunakan program komputer E-Views 4.0. Berdasarkan hasil estimasi, penelitian ini menemukan bahwa faktor-faktor yang positif mempengaruhi volume ekspor kopi di Sumatera Utara adalah harga kopi dunia, konsumsi kopi AS dan pendapatan perkapita AS Dan secara parsial menunjukkan bahwa harga kopi domestik dan kurs rupiah terhadap dollar AS berpengaruh negatif terhadap volume ekspor kopi di Sumatera Utara. Sesuai dengan hasil penelitian tersebut disarankan agar petani kopi di Sumatera Utara berusaha meningkatkan produksi dan menjaga kualitas kopi yang dihasilkan. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara juga perlu membuat kebijakan dan mengkaji lebih lanjut standar penentuan harga kopi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri sehingga keduanya saling mempengaruhi karena pengendalian terhadap harga kopi akan mendukung naiknya ekspor kopi ke negara lain dari Sumatera Utara.

(17)

ANALYSIS OF COFFEE EXPORT DEMAND DETERMINANTS NORTH SUMATRA PROVINCE TO THE UNITED STATES

ABSTRACT

This study aimed to analyze the influence of world coffee prices on coffee export volume to the United States of North Sumatra, the exchange rate relations with North Sumatra coffee exports, per capita income of U.S. influence to demand North Sumatra coffee exports, and the U.S. coffee consumption. This study uses secondary data from the 1992-2011 time series data, which is sourced from the BPS North Sumatra, North Sumatra AICE and the Department of Industry and Trade of the Province of North Sumatra and analyzed using the method of Ordinary Least Square (OLS) and data processing using a computer program E-Views 4.0. Based on estimates, the study found that the factors that positively influence the export volume of coffee in North Sumatra is the world price of coffee, the U.S. coffee consumption and the U.S. per capita income. And partially suggests that domestic coffee prices and the exchange rate of the rupiah against the U.S. dollar negatively affect the export volume of coffee in North Sumatra. In accordance with the results of these studies suggested that coffee farmers in North Sumatra trying to increase production and maintain quality of the coffee produced. North Sumatra Provincial Government also needs to develop policies and assess further the standard pricing of coffee, both domestically and abroad so that they affect each other because of the control of rising coffee prices will support the export of coffee to other countries of North Sumatra.

Keywords : The world price of coffee, The U.S. coffee consumption, The U.S. per capita income and The exchange rate of the rupiah against

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Pada era globalisasi yang sedang berkembang pada saat ini, telah menyebabkan terjadinya perubahan yaitu dimana antara negara-negara di dunia saling ketergantungan yang semakin meningkat. Artinya bahwa setiap negara tidak dapat lagi saling menutup diri terhadap negara-negara lain (menjalankan perekonomian secara tertutup). Oleh karena itu, keterbukaan perekonomian terhadap dunia internasional menjadi pilihan utama bagi setiap negara. Keterbukaan ini tidak hanya sebatas berhubungan dengan arus perdagangan barang, investasi dan arus keuangan saja, tetapi juga arus jasa, teknologi, informasi, pemikiran dan manusia antar negara. Namun tidak dapat disangsikan lagi bahwa perdagangan barang, investasi dan arus keuangan merupakan pilar utama proses globalisasi itu. Hal ini dicirikan oleh beberapa perkembangan pokok antara lain :

1. Pertumbuhan transaksi keuangan internasional

2. Pertumbuhan perdagangan yang cepat, terutama diantara perusahaan-perusahaan trans-nasional.

3. Gelombang investasi asing langsung yang mendapat dukungan luas dari perusahaan trans-nasional.

4. Timbulnya pasar global.

(19)

Sebagai dampak yang terlihat jelas dari adanya saling ketergantungan ini adalah negara bukan lagi sebagai pemain kunci dalam bidang ekonomi. Hal ini disebabkan karena perekonomian lebih disebabkan oleh pengaruh ekonomi global atau keadaan ekonomi negara-negara lain sehingga peran pemerintah atau negara lebih pada aspek politisnya, yakni bagaimana mengambil berbagai kebijakan yang tepat untuk mengendalikan pengaruh global sehingga perekonomian negara tetap dalam keadaaan stabil dan mampu menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakat. Oleh sebab itu, setiap negara tidak langsung dituntut untuk memperbaiki kinerja perekonomiannya terutama pada sektor perdagangan luar negeri agar dapat bersaing di pasar global dan tidak mudah terseret oleh gejolak ekonomi yang terjadi di negara lain.

Seperti halnya Indonesia yang sudah lama terlibat dalam perdagangan internasional terus melakukan pembenahan dan perbaikan di berbagai sektor guna mengantisipasi persaingan terutama dari negara-negara maju yang telah memiliki fundamental ekonomi yang kuat dan lebih efisien dalam memanfaatkan faktor-faktor produksi. Bagi Indonesia sebagai negara yang masih berkembang, perdagangan luar negeri mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menunjang berbagai pembangunan yang sedang dilaksanakan.

(20)

umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima.

Di era perdagangan bebas ini, persaingan global semakin ketat dan memaksa Indonesia harus kompetitif untuk mempertahankan ekonomi. Ricardo dan Jhingan (1993), menyatakan bahwa salah satu cara untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi suatu Negara dengan meningkatkan pembangunan pada sektor primer (pertanian). Umumnya barang-barang ekspor yang diandalkan oleh Indonesia terutama barang-barang hasil pertanian dan barang tambang. Hal ini didukung oleh potensi yang dimiliki Indonesia sebagai negara agraris dan memiliki kekayaan alam yang cukup melimpah.

Arah pembangunan Sub Sektor Perkebunan seperti yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, adalah mewujudkan perkebunan yang efisien, produktif dan berdaya saing tinggi untuk kemakmuran rakyat secara berkeadilan dan berkesinambungan. Program Pembangunan Perkebunan yaitu melaksanakan pengembangan Agribisnis yang berbasis komoditas dan memantapkan ketahanan pangan.

(21)

Menurut Santosa (1999) kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang diharapkan mampu meningkatkan nilai ekspor. Sebagian kecil hasil perkebunan kopi dikonsumsi dalam negeri, sedang 75 % diekspor. Volume ekspor hasil kopi di Sumatera Utara dari tahun 2006-2011 cukup fluktuatif. Seperti yang tercatat dalam gambar 1.1. yaitu tahun 2006 (63.269 ton), tahun 2007 (66.222 ton), tahun 2008 (65.646 ton), tahun 2009 (67.843 ton), tahun 2010 (69.643 ton) dan tahun 2011 (75.733 ton).

Perkembangan volume ekspor kopi Sumatera Utara dapat dilihat pada gambar 1.1. berikut ini :

Sumber: BPS dalam Angka Tahun 2012

Gambar 1.1. Perkembangan volume ekspor kopi Sumatera Utara (Ton) Tahun 2006-2011

Perkebunan kopi di Indonesia terdiri dari Perkebunan Rakyat (Smallholder), Perkebunan Besar Negara (Government) dan Perkebunan Besar Swasta (Private). Luas areal perkebunan kopi pada perkebunan rakyat di Sumatera Utara lebih dari 50 ribu hektar, dengan produksi mencapai 50 ribu ton.

(22)

Perkembangan ekspor kopi Sumatera Utara tidak terlepas dari faktor pendukung dan penghambat, faktor pendukung antara lain adanya kekayaan sumber daya alam, tenaga kerja yang murah, lahan yang luas dan pertumbuhan ekonomi yang baik, sedangkan faktor penghambat yaitu persaingan yang tajam antara sesama negara produsen kopi, proteksi yang berlebihan dari negara maju, dan fluktuasi harga kopi atau adanya ketidakstabilan harga.

Salah satu faktor pendukung ekspor kopi Sumatera Utara adalah luas lahan kopi, serta produksi yang dihasilkan seperti pada gambar 1.2 dan 1.3 berikut ini:

Sumber: BPS Sumatera Utara 2012 (diolah)

Gambar 1.2. Total Lahan Kopi Sumatera Utara (Ha) Tahun 2006-2011

Gambar 1.2. pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 menunjukkan adanya peningkatan luas lahan kopi di Sumatera Utara.

2006 2007 2008 2009 2010 2011 Total Lahan Kopi 76,942. 79,646. 80,976. 81,845. 79,990. 80,244.

74,000.00 75,000.00 76,000.00 77,000.00 78,000.00 79,000.00 80,000.00 81,000.00 82,000.00 83,000.00

Ha

(23)

Sumber: BPS Sumatera Utara 2012 (diolah)

Gambar 1.3. Produksi kopi Sumatera Utara (ton) 2006-2011

Gambar 1.3 menunjukkan produksi kopi sampai dengan tahun 2010 justru mengalami penurunan. Penurunan produksi kopi tersebut disebabkan faktor iklim/cuaca, usia tanah (tingkat kesuburan tanah), usia tanaman kopi dan penyakit hama. Namun pada tahun 2011 terjadi peningkatan kembali jumlah produksi kopi di Sumatera Utara.

Ekspor kopi dari segi permintaan ditentukan oleh beberapa hal antara lain: harga kopi domestik, harga kopi dunia, kurs dollar AS terhadap rupiah dan pendapatan negara yang menjadi tujuan ekspor. Harga merupakan faktor yang mempengaruhi permintaan, apabila harga kopi dunia naik pada tingkat tertentu maka akan menurunkan permintaan terhadap kopi, sebaliknya jika harga kopi dunia turun maka permintaan kopi akan naik. Hubungan antara nilai kurs dan ekspor kopi Indonesia adalah apabila exchange rate atau kurs dollar AS terhadap rupiah naik, berarti nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing dinilai lebih tinggi daripada nilai sebelumnya sebaliknya apabila exchange rate atau kurs dollar AS terhadap rupiah turun berarti mata uang domestik terhadap

2006 2007 2008 2009 2010 2011 Produksi Kopi 55,017.1 50,157.9 49,839.8 50,705.2 54,100.0 62,135.0

(24)

-exchange rate naik, berarti pula harga barang impor lebih rendah daripada sebelumnya, sehingga jumlah barang impor yang diminta akan naik, ceteris paribus. Kenaikan pendapatan rata-rata rumah tangga akan lebih banyak komoditi itu yang akan diminta pada setiap harga yang mungkin walaupun harga komoditi-komoditi itu tetap sama. Dalam perekonomian Indonesia, stabilitas ekonomi akan sangat mudah terganggu akibat volatilitas kurs Rupiah terhadap Dollar AS. Kepekaan perekonomian Indonesia terhadap volatilitas kurs Rupiah terhadap Dollar AS tersebut karena porsi ekspor dan impor Indonesia yang cukup besar dalam pendapatan nasional.

Konsumsi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi permintaan suatu komoditi, sama halnya dengan permintaan kopi Sumatera Utara oleh Amerika Serikat. Amerika Serikat merupakan negara pengkonsumsi kopi terbesar di dunia seharusnya pasar potensial bagi eksportir kopi dari Sumatera Utara. Namun akhir-akhir ini permintaan impor kopi Amerika Serikat dari Indonesia yang juga ikut mempengaruhi ekspor dari Sumatera Utara mengalami kendala karena diberlakukannya Undang-Undang Bio Terorisme yang mengharuskan eksportir melakukan registrasi dan melaporkan setiap pengiriman barang ditunda. Kenyataan menunjukkan bahwa sejumlah negara mitra dagangnya belum siap dengan ketentuan tersebut (Kopi Indonesia, 2003).

(25)

daerah-daerah lain di Indonesia yang juga mempunyai varietas kopi andalan antara lain Kopi Gayo Aceh. Selama pasokan kopi dunia tergantung dari negara-negara produsen terbesar tersebut, yang akhirnya sangat mempengaruhi naik turunnya harga kopi internasional. Sistem kuota yang diberlakukan International Coffee Organization (ICO) juga sangat dipengaruhi oleh penawaran kopi dunia.

Berdasarkan uraian-uraian dan fenomena-fenomena yang telah dikemukakan diatas menunjukkan bahwa komoditas kopi di Sumatera Utara memiliki banyak aspek yang menarik untuk dikaji terutama dengan impor kopi Amerika Serikat dari Sumatera Utara, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan membuat penelitian dengan judul "Analisis Determinan Permintaan Ekspor Kopi Propinsi Sumatera Utara Ke Amerika Serikat.”

1.2. Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas pada bagian sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah harga kopi dunia berpengaruh terhadap volume ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat.

2. Apakah harga kopi domestik berpengaruh terhadap volume ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat.

3. Apakah kurs berpengaruh terhadap volume ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat.

4. Apakah pendapatan perkapita Amerika Amerika berpengaruh terhadap volume ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat.

(26)

Sumatera Utara ke Amerika Serikat.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis pengaruh harga kopi dunia terhadap volume ekspor kopi Sumatera Utara dari Amerika Serikat

2. Untuk menganalisis pengaruh harga kopi domestik terhadap volume ekspor kopi Sumatera Utara

3. Untuk menganalisis pengaruh pendapatan perkapita Amerika Serikat terhadap volume ekspor kopi Sumatera Utara

4. Untuk menganalisis pengaruh konsumsi kopi Amerika Serikat terhadap volume kopi Sumatera Utara

5. Untuk menganalisis pengaruh kurs terhadap volume ekspor kopi Sumatera Utara

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni.

2. Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa Pascasarjana khususnya jurusan Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Tentang Ekspor (Perdagangan Internasional)

Menurut Undang-Undang Perdagangan Tahun 1996 tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor, ekspor adalah kegiatan mengeluarkan dari Daerah Pabean. Keluar dari daerah pabean berarti keluar dari wilayah yuridiksi Indonesia.

Defenisi lain menyebutkan bahwa ekspor merupakan upaya mengeluarkan barang-barang dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing (Amir, 2004).

Ekspor (export) adalah berbagai macam barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri lalu di jual di luar negeri (Mankiw, 2006). Ditinjau dari sudut pengeluaran, ekspor merupakan salah satu faktor terpenting dari Gross Nasional Product (GNP), sehingga dengan berubahnya nilai ekspor maka pendapatan

masyarakat secara langsung juga akan mengalami perubahan. Dilain pihak, tingginya ekspor suatu negara akan menyebabkan perekonomian tersebut akan sangat sensitif terhadap keguncangan-keguncangan atau fluktuasi yang terjadi di pasaran internasional maupun di perekonomian dunia (Irham dan Yogi, 2003).

(28)

Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah out put dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat out put yang lebih tinggi lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan (Jhingan, 2000).

Selain menambah peningkatan produksi barang untuk dikirim ke luar negeri, ekspor juga menambah permintaan dalam negeri, sehingga secara langsung ekspor memperbesar output industri-industri itu sendiri, dan secara tidak langsung permintaan luar negeri mempengaruhi industri untuk mempergunakan faktor produksinya, misalnya modal, dan juga menggunakan metode-metode produksi yang lebih murah dan efisien sehingga harga dan mutu dapat bersaing di pasar perdagangan internasional.

(29)

Menurut Mankiw (2006), berbagai faktor yang dapat mempengaruhi ekspor, impor, dan ekspor neto suatu negara, meliputi:

1. Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri dan luar negeri.

2. Harga barang-barang di dalam dan di luar negeri.

3. Kurs yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan untuk membeli mata uang asing.

4. Pendapatan konsumen di dalam negeri dan luar negri. 5. Ongkos angkutan barang antarnegara.

6. Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional.

Menurut Todaro (2004), ekspor adalah kegiatan perdagangan internasional yang memberikan rangsangan guna menumbuhkan permintaan dalam negeri yang menyebabkan tumbuhnya industri-industri pabrik besar, bersama dengan struktur politik yang stabil dan lembaga sosial yang fleksibel. Dengan kata lain, ekspor mencerminkan aktifitas perdagangan internasional, sehingga suatu negara yang sedang berkembang kemungkinan untuk mencapai kemajuan perekonomian setara dengan negara-negara yang lebih maju.

(30)

produk yang dihasilkan lebih kecil, berarti kelebihannya merupakan produk yang dapat diekspor. (Bachrawi, 2004).

Sedangkan menurut Samuelson dan Nordhaus (1994:182-183) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi volume dan nilai ekspor suatu negara tergantung pada pendapatan dan output luar negeri, nilai tukar uang (kurs) serta harga relatif antara barang dalam negeri dan luar negeri. Apabila output luar negeri meningkat, atau nilai tukar terhadap mata uang negara lain menurun, maka volume dan nilai ekspor suatu negara akan cenderung meningkat, demikian juga sebaliknya. Selain itu, pilihan antara barang dalam negeri dan barang luar negeri berkaitan dengan harga relatif kedua barang tersebut. Bila harga suatu barang buatan dalam negeri meningkat secara relatif terhadap harga barang luar negeri, maka penduduk tersebut akan cenderung membeli lebih banyak barang luar negeri. Sehingga jumlah dan nilai ekspor akan dipengaruhi oleh harga relatif antara barang-barang dalam negeri dan luar negeri, yang pada gilirannya akan tergantung dari harga dalam negeri, harga internasional dan nilai tukar uang rupiah terhadap dollar.

Perdagangan internasional dapat digunakan sebagai mesin bagi pertumbuhan ekonomi di suatu negara (trade as engine of growth). Perdagangan internasional merupakan sumber penyumbang yang berarti bagi Gross Domestic Product dan sangat berarti bagi pertumbuhan perekonomian, sosial, politik suatu

(31)

Secara teoritis, perdagangan internasional terjadi karena dua alasan utama. Pertama, negara-negara berdagang karena pada dasarnya mereka berbeda satu sama lain. Setiap negara dapat memperoleh keuntungan dengan melakukan sesuatu yang relatif lebih baik. Kedua, negara-negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai skala ekonomi (economies of scale) dalam produksi. Maksudnya, jika setiap negara hanya memproduksi sejumlah barang tertentu, mereka dapat menghasilkan barang-barang tersebut dengan skala yang lebih besar dan karenanya lebih efisien jika dibandingkan kalau negara tersebut memproduksi segala jenis barang. Pola-pola perdagangan dunia yang terjadi mencerminkan perpaduan dari kedua motif ini. (Basri, 2010).

Perdagangan Internasional memunculkan teori-teori yang berkembang dari mulai masa klasik, modern hingga yang mutakhir. Dalam teori modern mengenai perdagangan internasional dikenal teori Heckscher dan Ohlin (H-O). Teori ini disebut juga factor proportion theory atau teori ketersediaan faktor. Seiring dengan perkembangannya Model H-0 mendominasi teori perdagangan internasional dikarenakan menerapkan alat analisis yang lebih matematis dan mengaitkan model tersebut dengan teori ekonomi lainnya, tetapi juga berkenaan dengan validitas teori tersebut terhadap kenyataan perdagangan internasional. Heckscher-Ohlin model (the H-0 model) menekankan bahwa keuntungan komparatif ditentukan oleh perbedaan relatif kekayaan faktor produksi (the relative of endowments of factors of production) dan penggunaan faktor

(32)

Perkembangan ekspor dari suatu negara tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor keunggulan komparatif, tetapi juga oleh faktor-faktor keunggulan suatu negara di dalam persaingan global selain ditentukan oleh keunggulan komparatif (teori-teori klasik dan H-0) yang dimilikinya dan juga karena adanya proteksi atau bantuan fasilitas dari pemerintah, juga sangat ditentukan oleh keunggulan kompetitifnya.

Keunggulan kompetitif tidak hanya dimiliki oleh suatu negara, tetapi juga dimiliki oleh perusahaan-perusahaan di negara tersebut secara individu atau kelompok perbedaan lainnya dengan keunggulan komparatif maka keunggulan kompetitif sifatnya lebih dinamis dengan perubahan-perubahan, misalnya teknologi dan sumber daya manusia (Tambunan, 2001).

2.2. Faktor -faktor yang Mempengaruhi Ekspor

(33)
(34)

Permintaan dalam pengertian ekonomi didefinisikan sebagai skedul, kurva atau fungsi yang menunjukkan kepada skedul tingkat pembelian yang direncanakan. Dilihat melalui kacamata ilmu ekonomi, permintaan mempunyai pengertian sedikit berbeda dengan pengertian yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Menurut pengertian sehari-hari permintaan diartikan sebagai absolut artinya jumlah barang yang dibutuhkan, yang berangkat dari titik tolak bahwa manusia mempunyai kebutuhan. Atas dasar kebutuhan ini individu tersebut mempunyai permintaan akan barang. Makin banyak penduduk suatu negara makin besar permintaan masyarakat akan sesuatu jenis barang. Sepintas lalu pengertian ini tidak menimbulkan masalah akan tetapi bila dipikirkan lebih jauh dalam dunia nyata, barang di pasar mempunyai harga. Dengan kata lain permintaan baru mempunyai arti apabila didukung oleh tenaga beli peminta barang. Permintaan yang didukung oleh kekuatan daya beli disebut permintaan efektif, sedangkan permintaan yang hanya didasarkan atas kebutuhan saja disebut sebagai permintaan potensial.

Teori permintaan yang paling sederhana dalam hukum permintaan menyatakan bahwa pada keadaan Ceteris Paribus, jika harga suatu barang naik, maka jumlah barang yang diminta akan turun dan sebaliknya bila harga barang tersebut turun maka barang yang diminta akan naik (Nicholson, 1999).

Permintaan ekspor seseorang atau masyarakat terhadap suatu barang ditentukan oleh banyak faktor, diantara faktor-faktor tersebut yang terpenting adalah seperti yang dinyatakan di bawah ini :

(35)

2. Harga barang lain yang sangat berkaitan erat dengan barang tersebut 3. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat 4. Jumlah penduduk

5. Selera

6. Ramalan yang akan terjadi di masa yang akan dating 2.2.1. Harga kopi dunia

Harga barang merupakan aspek pokok dalam pembahasan teori ekonomi dan pembentukan harga dari suatu barang terjadi di pasar melalui suatu mekanisme. Dalam mekanisme ini terdapat dua kekuatan pokok yang saling berinteraksi, yaitu penawaran dan permintaan dari barang tersebut. Apabila pada suatu tingkat tertinggi kuantitas barang yang diminta melebihi kuantitas barang yang ditawarkan maka harga akan naik, sebaliknya bila kuantitas barang yang ditawarkan pada harga tersebut lebih banyak daripada kuantitas permintaan, maka harga cenderung turun. Tingginya harga mencerminkan kelangkaan dari barang tersebut. Sampai pada tingkat harga tertinggi konsumen cenderung menggantikan barang tersebut dengan barang lain yang mempunyai hubungan dekat dan relatif lebih murah (Budiono, 2001).

(36)

(Firmansyah, 2006). Sedangkan bagi importir yang misalnya sebagai produsen pengolahan, volatilitas harga mengakibatkan sulitnya mengontrol biaya produksi. Sementara bagi para pedagang dan pemegang stok, kekurangan pengetahuan tentang volatilitas harga akan mengakibatkan kerugian, misalnya masalah perkiraan harga, kapan akan melepas atau menahan stok sampai pada penyusunan kontrak-kontrak pembelian ke depan.

2.2.2. Nilai Tukar (Kurs) Dollar tehadap Rupiah

Kajian mengenai Pengaruh Resiko Nilai Tukar (Kurs) terhadap perdagangan internasional rupanya semakin banyak menarik perhatian ilmu ekonomi internasional. Hal ini bukanlah sesuatu yang baru, karena isu Pengaruh Resiko Nilai Tukar (Kurs) mempunyai implikasi penting bagi pemilihan sebuah sistem moneter internasional. Di Eropa misalnya, Pengaruh Resiko Nilai Tukar (Kurs) adalah salah satu argumentasi utama ekonomi untuk penyatuan keuangan. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi resiko yang tinggi, yang dapat menghambat perdagangan. Karena secara umum dipercayai bahwa pengaruh resiko nilai tukar dapat menghambat perdagangan international.

(37)

ekspor riil non migas, sedangkan pada jangka pendek ketidakpastian nilai tukar efektif riil tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ekspor riil.

Perdagangan internasional merupakan hal yang vital karena perdagangan luar negeri akan meningkatkan kemungkinan konsumsi suatu negara. Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara mengkonsumsi lebih banyak barang dibandingkan yang tersedia menurut garis perbatasan kemungkinan produksi pada swasembada tanpa perdagangan luar negeri (Lindert, 1993).

Kunci perdagangan internasional adalah teori keunggulan komparatif. Prinsip teori ini bahwa suatu negara dapat meningkatkan standar hidup dan pendapatan riilnya melalui spesialisasi produksi komoditi yang memiliki produktivitas tinggi. Dimana negara-negara akan mengutamakan untuk memproduksi komoditi yang paling produktif.

Nilai tukar mata uang (kurs) memainkan peranan sentral dalam hubungan perdagangan internasional, karena perdagangan yang dilakukan antara dua negara mesti memakai dua mata uang yang berbeda misalnya antara negara Indonesia dan Amerika Serikat. Pengimpor Amerika harus membeli rupiah untuk membeli barang-barang dari Indonesia. Sebaliknya pengimpor Indonesia harus membeli dolar Amerika untuk menyelesaikan pembayaran terhadap barang yang dibelinya di Amerika. Besarnya jumlah mata uang yang diperlukan untuk memperoleh satu unit valuta asing disebut dengan kurs mata uang asing.

(38)

Jepang adalah 120 yen per dolar, maka orang Amerika Serikat bisa menukar 1 dolar untuk 120 yen di pasar uang. Sebaliknya orang Jepang yang ingin memiliki dolar akan membayar 120 yen untuk setiap dolar yang dibeli. Ketika orang-orang mengacu pada “kurs” diantara kedua negara, mereka biasanya mengartikan kurs nominal (Mankiw, 2003).

Kurs riil (real exchange rate) adalah nilai dimana seseorang dapat memperdagangkan barang dan jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari negara lain. Nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif yaitu harga-harga didalam negeri dibandingkan dengan harga-harga di luar negeri. Nilai tukar dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini :

� =� �

�∗

dimana Q dalah nilai tukar riil, S adalah nilai tukar nominal, P adalah tingkat harga domestik dan P* adalah tingkat harga di luar negeri (Mankiw, 2003).

(39)

Hal ini juga dijelaskan oleh Salvatore (1996) bahwa dalam melakukan transaksi perdagangan antar negara-negara, mereka menggunakan mata uang asing bukan mata uang negaranya. Mereka membutuhkan mata uang standar seperti US$ untuk bertransaksi. Apabila mata uang domestik terapresiasi terhadap mata uang asing maka harga impor bagi penduduk domestik menjadi lebih murah, tetapi apabila nilai mata uang domestik terdepresiasi maka nilai mata uang asing menjadi lebih mahal yang mengakibatkan ekspornya bagi pihak luar negeri menjadi lebih murah.

(40)

Penurunan nilai rupiah terhadap dollar Amerika Serikat akan berakibat pada naiknya kemampuan dollar untuk membeli kopi yang lebih besar yang dihasilkan Indonesia dengan nilai tukar rupiah. Apabila nilai tukar rupiah menguat terhadap dollar Amerika Serikat akan berakibat pada kemampuan dollar yang menurun dalam perolehan barang dengan nilai rupiah.

Oleh karena itu, dalam perdagangan internasional pertukaran antara satu mata uang dengan mata uang negara lain menjadi hal yang terpenting untuk mempermudah proses transaksi jual beli barang dan jasa. Dari pertukaran ini terdapat perbandingan nilai uang atau harga antara kedua mata uang tersebut dan inilah yang disebut dengan nilai tukar atau kurs. Jadi, secara umum kurs atau nilai tukar dapat diartikan sebagai harga suatu mata uang terhadap mata uang asing atau harga mata uang luar negeri terhadap mata uang domestik. (Lindert, 2000).

Kurs valuta asing merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan apakah barang-barang di negara lain “lebih murah” atau “lebih mahal” dari barang-barang yang diproduksi di dalam negeri.

(41)

Dalam mekanisme pasar, kurs dari suatu mata uang akan selalu mengalami fluktuasi (perubahan-perubahan) yang berdampak langsung pada harga barang-barang ekspor dan impor (Dominic, 2001). Perubahan-perubahan yang dimaksud antara lain:

1. Apresiasi yaitu peristiwa menguatnya nilai tukar mata uang secara otomatis akibat bekerjanya kekuatan-kekuatan penawaran dan permintaan atas mata uang yang bersangkutan dalam sistem pasar bebas. Sebagai akibat dari perubahan kurs ini adalah harga produk dari suatu negara bagi pihak luar negeri akan semakin mahal sedangkan harga produk barang impor bagi masyarakat domestik semakin lebih murah.

2. Depresiasi yaitu peristiwa penurunan nilai tukar mata uang secara otomatis akibat bekerjanya kekuatan penawaran dan permintaan atas mata uang yang bersangkutan dalam sistem pasar bebas. Sebagai akibat dari perubahan kurs ini adalah produk negara itu bagi pihak luar negeri menjadi murah, sedangkan harga impor bagi penduduk domestik menjadi lebih mahal. Sistem penulisan harga atau nilai suatu valuta asing yang dinyatakan dalam valuta asing lainnya dikenal ada dua macam yaitu :

(42)

2. Inderect quotation adalah sistem yang menyatakan nilai valuta asing yang diperlukan atau diperoleh untuk 1 unit mata uang dalam negeri (domestic currency). Penulisannya dilakukan dengan menempatkan nilai mata uang asing (foreign currency) di depan dan unit mata uang dalam negeri (domestic currency) di belakang.

2.2.3. Pendapatan Perkapita Amerika Serikat

Groos Domestic Product (GDP) adalah penghitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi aktivitas perekonomian nasionalnya, tetapi pada dasarnya GDP mengukur seluruh volume produksi dari suatu wilayah (negara) secara geografis.

Gross Domestic Product hanya mencakup barang dan jasa akhir, yaitu

(43)

dengan presentasi yang berbeda dan bertambah pendapatan yang ada (Arsyad, 1997).

Pendapatan perkapita Amerika Serikat merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara dalam arti jangka waktu tertentu. Pendapatan perkapita Amerika Serikat ini merupakan pendapatan konsumen, dimana pada saat pendapatan perkapita Amerika Serikat semakin meningkat, maka permintaan impor juga akan meningkat. Namun permintaan ekspor terhadap suatu barang tidak hanya tergantung kepada tingkat pendapatan saja tetapi juga dari segi persediaan barang yang bersangkutan.

Kemampuan suatu bangsa untuk mengimpor sangat tergantung pada pendapatan nasionalnya. Artinya, semakin besar pendapatan nasional suatu negara maka semakin besar pula kemampuan negara tersebut mengimpor. Namun hubungan antara impor (M) dengan pendapatan nasional (Y) tidak berupa hubungan proporsional. Artinya tidak dapat ditarik kesimpulan bahwa jika pendapatan nasional bertambah menjadi dua kali lipat, maka imporpun akan menjadi dua kali lipat. Hubungan antara impor dan pendapatan nasional ditentukan oleh hasrat mengimpor marginal (Marginal Propensity to Import atau MPM) yang besarnya adalah :

dM

MPM =

dY

(44)

oleh hal-hal seperti perubahan cita rasa konsumen dalam negeri terhadap barang impor, perubahan nilai mata uang, dan sebagainya.

2.3. Penelitian Terdahulu

Pasaribu (2009), dalam penelitian ini berjudul "Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan tingkat PDRB Terhadap Ekspor Sumatera Utara". Ruang lingkup penelitian di lakukan di Sumatera Utara dengan menggunakan data sekunder dari tahun 1988 sampai dengan 2007 (20 tahun) data nilai tukar rupiah atas Dollar Amerika (Rp/US$), tingkat PDRB Sumatera Utara dan Data Ekspor Sumatera Utara.

Untuk menganalisis pengaruh nilai tukar rupiah dan tingkat PDRB terhadap Ekspor Sumatera Utara menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Sumber data berasal dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Bank

Indonesia cabang Medan, dan sumber-sumber kepustakaan lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Penelitian ini menggunakan data time series dari tahun 1988 sampai 2007, penggolahan data dengan menggunakan program komputer E-Views5.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah, dan tingkat PDRB memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Ekspor di Sumatera Utara.

(45)

perkembangan ekspor Sumatera Utara, sementara suku bunga berpengaruh secara positif tetapi tidak signifikan.

Utami (2008), dengan judul: Variabel-Variabel Determinan Ekspor ASEAN: kasus Indonesia, Thailand, Singapura, Filipina Tahun 1990-2006. Penelitian dilakukan untuk mengetahui variabel determinan ekspor Indonesia, Thailand, Singapura, Filipina selama 1990-2006, dengan tujuan peningkatan export performance ASEAN agar dapat bersaing dengan kawasan-kawasan lainnya di dunia. Penelitian dilakukan dengan menggunakan model Gravity, Method of Ordinary Least Square. Dari penelitian ini diketahui bahwa variabel

determinan ekspor Indonesia adalah proporsi output sektor manufaktur pada GDP, proporsi Gross Fixed Capital Formation pada GDP, Real Effective Exchange

Rate, perubahan inflasi. Thailand dan Singapura memiliki determinan ekspor GDP

perkapita dan proporsi sektor manufaktur pada GDP. Sedangkan Filipina, determinan ekspornya adalah indeks harga ekspor, proporsi Gross Fixed Capital Formation, Real Effective Exchange Rate, perubahan inflasi.

Anggraini (2006) dengan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor kopi Indonesia dari Amerika Serikat. Penelitian ini menggunakan data time series dari tahun 1994 sampai 2003 (10 tahun) yang bersumber dari Biro Statistik Indonesia (2003). Model analisis yang digunakan adalah Model Regresi Linier Klasik dengan Metode Kuadrat Terkecil atau Method of Ordinary Least Square (OLS). Estimasi dengan OLS menunjukkan bahwa

(46)

sangat ketat mengawasi mutu kopi yang masuk ke negaranya dari manapun asalnya dan memperketat peraturan-peraturan yang mengarah kepada hak-hak perlindungan konsumen. Sementara harga kopi dunia, harga teh dunia, konsumsi kopi penduduk Amerika Serikat dan jumlah penduduk Amerika Serikat berpengaruh positif signifikan terhadap permintaan ekspor kopi Indonesia dari Amerika Serikat.

Tabel 2.1. Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Nama

Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 1 Pasaribu (2009) tukar rupiah, dan tingkat

PDRB memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap Ekspor di Sumatera Utara.

(47)

3 Utami (2008) Penelitian tentang " Variabel-Variabel

Indonesia adalah proporsi output sektor manufaktur pada GDP, proporsi Gross Fixed Capital Formation pada GDP, Real Effective Exchange Rate, perubahan inflasi. Thailand dan Singapura memiliki adalah indeks harga ekspor, proporsi Gross Fixed Capital Formation, Real Effective Exchange Rate, perubahan inflasi.

4 Anggraini (2006) Penelitian tentang " Faktor faktor

Dan data time series dari tahun 1994-2003 (10 tahun)

Menunjukkan bahwa

variabel pendapatan perkapita penduduk Amerika

(48)

2.4. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, dapat dibuat kerangka pemikiran penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

2.5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dapat ditarik pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Harga kopi domestik berpengaruh negatif terhadap volume ekspor kopi

provinsi Sumatera Utara.

2. Harga kopi dunia berpengaruh positif terhadap volume ekspor kopi Sumatera Utara

3. Konsumsi kopi Amerika berpengaruh positif terhadap volume ekspor kopi Sumatera Utara

4. Pendapatan perkapita Amerika Serikat berpengaruh positif terhadap volume ekspor kopi Sumatera Utara

HARGA KOPI DOMESTIK

HARGA KOPI DUNIA

KONSUMSI KOPI AMERIKA

PENDAPATAN PERKAPITA

AMERIKA

KURS DOLLAR AS TERHADAP RUPIAH

VOLUME EKSPOR KOPI SUMATERA

(49)

5. Kurs Rupiah terhadap Dollar AS berpengaruh positif terhadap volume ekspor kopi Sumatera Utara

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Analisis penelitian dibatasi pada pembentukan variabel mana yang berlaku sebagai variabel dependen dan variabel independen. Variabel-variabel yang diteliti adalah variabel harga kopi dunia, harga kopi domestik, kurs, pendapatan perkapita Amerika Serikat maupun konsumsi kopi Amerika Serikat berpengaruh terhadap volume ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data yang dicatat secara sistematis yang berbentuk data runtut waktu (time series data). Dalam penelitian ini digunakan data tahun 1992-2011 yang diperoleh dari berbagai sumber antara lain: data harga kopi domestik dan harga kopi dunia diperoleh dari ICO (International Coffee Organization). Data volume ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat

(51)

Penelitian ini menggunakan data runtut waktu yang dibatasi dari tahun 1992-2011. Dasar pemilihan tahun dalam penelitian ini agar dapat melihat perkembangan ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat dari masa ke masa.

3.3. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan periode tahun 1992-2011, dengan menggunakan metode Kuadrat terkecil atau method of Ordinary Least Square (OLS), untuk mengestimasi data penelitian digunakan Analisis Regresi Linear Berganda dibantu dengan menggunakan software Eviews 5.1. Metode OLS mempunyai beberapa keunggulan yaitu secara teknis sangat mudah dalam penarikan interprestasi dan perhitungan serta penaksiran BLUE (Best Linier Unbiased Estimator).

(52)

Adapun model yang dipakai dalam penelitian ini adalah:

EKSP = f {HDOM, HDUN, KONS, PDPT, KURS}…………..(3.1)

Selanjutnya dispesifikasikan ke dalam model ekonometrika sebagai berikut: Log EKSP = a0 + a1 LogHDOM + a 2 LogHDUN + a 3 LogKONS + a 4 LogPDPT

+ a 5 LogKURS + ε ... (3.2)

Dimana:

EKSP = Volume Ekspor Kopi Sumatera Utara (dalam ton) HDOM = Harga Kopi Domestik (dalam US dollar)

HDUN = Harga Kopi Dunia (dalam US dollar)

KONS = Konsumsi Kopi Amerika Serikat (dalam bags)

PDPT = Pendapatan Perkapita Amerika Serikat (dalam US dollar) KURS = Kurs rupiah terhadap US dollar (dalam US dollar)

α1 - α 5 = Koefisien regresi

α0 = Intercept

ε = Error term

3.4. Pengujian Statistik

3.4.1. Uji koefisien determinasi (R )

Uji ini digunakan untuk mengetahui besamya kemampuan variabel-variabel bebas menerangkan variabel-variabel tidak bebas pada model secara bersama-sama.

(53)

3.4.2. Uji F- statistik

Uji ini digunakan untuk mengetahui variabel-variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel tidak bebas dengan hipotesis:

Ho : semua variabel bebas secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel tidak bebas.

Hi : semua variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel tidak bebas.

Dengan tingkat keyakinan=a dan df= (k-1) (N-k) H0 diterima jika F.hitung < F-tabd

H0 ditolak jika F.hitung > F.tabel

3.4.3. Uji t-statistik

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas dalam model secara terpisah

mempunyai pengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas untuk tingkat kepercayaan = a dan df = n-k dengan

hipotesa:

Ho : variabel bebas tidak mempengaruhi variabel tidak bebas

Hi : variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebas

Jika ttabel < thitung maka Ho diterima artinya variabel bebas secara terpisah tidak mempengaruhi

variabel tidak bebas.

Jika thitung< ttabel maka Ho ditolak artinya variabel bebas secara terpisah berpengaruh terhadap

(54)

3.5. Uji Asumsi Klasik

3.5.1. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah data yang digunakan mempunyai distribusi normal atau tidak, data yang baik memiliki distribusi normal atau mendekati normal, dalam uji Jarque-Bera (JB)

Jika nilai probabilitas p dari statistik JB besar atau dengan kata lain jika nilai statistik dari JB ini tidak signifikan maka menerima hipotesis bahwa residual mempunyai distribusi normal karena nilai statistik JB mendekati normal.

3.5.2. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk melihat apakah spesifikasi model yang kita gunakan sudah benar atau tidak. Dengan menggunakan uji ini kita dapat mengetahui bentuk model empiris dan menguji variabel yang relevan untuk dimasukkan kedalam model empiris.

Salah satu uji yang digunakan untuk menguji linieritas adalah uji Ramsey (Ramsey RESET Test). Untuk melihat apakah bentuk fungsi linier adalah benar atau tidak maka bandingkan hasil perhitungan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel,

apabila nilai Fhitung > Ftabel maka hipotesis nol yang mengatakan bahwa spesifikasi

model yang digunakan dalam bentuk fungsi linier adalah benar ditolak, dan sebaliknya apabila nilai Fhitung < Ftabel maka hipotesis nol yang mengatakan bahwa

(55)

3.5.3. Uji Otokorelasi

Serial korelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah serial korelasi timbul karena residual tidak bebas dari suatu observasi ke observasi lainnya. Masalah ini sering ditemukan apabila kita menggunakan data time series/runtut waktu. Hal ini disebabkan karena error pada seorang individu cendrung akan mempengaruhi error pada individu yang sama pada periode berikutnya. Sedangkan, pada data cross section, masalah serial korelasi jarang terjadi karena error pada observasi yang berbeda berasal dari individu yang berbeda.

Untuk mendiagnosa ada tidaknya korelasi serial (autokorelasi), dapat dilakukan dengan menggunakan Lagrange Multiplier Test (LM-Test). Uji nonautokorelasi adalah evaluasi korelasi serial dari disturbance term error dengan hipotesis nol: disturbance term error adalah nonautokorelasi. Pengujian asumsi nonautokorelasi menggunakan Breusch-Godfrey [BG] Test atau LM Test.

, error dan juga merupakan derajat bebas Tabel Distribusi [χ2

]. Jika statistik [T-p] × R2 ≥ χ2

p maka disturbance term error mengalami autokorelasi, sebaliknya jika

[T-p] × R2 < χ2

p maka disturbance term error tidak mengalami autokorelasi.

3.5.4. Uji Multikolinearitas

Pada mulanya multikolinieritas berarti ada hubungan yang sempurna atau pasti di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan :

logX1, logX2, logX1,……….LogX2

(56)

β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + …….. βK XK +V = 0

Untuk menguji adanya multikolinieritas, karena multikolinieritas adalah kombinasi linear yang pasti menjelaskan lainnya. Salah satunya cara untuk mengetahui hubungan antar variabel logX yang satu dengan variabel logX yang lain adalah meregresi tiap logXj sisa variabel logX dan menghitung r2 yang cocok. Pengujian terhadap masing-masing variabel independent tersebut didapat, kemudian dibandingkan dengan R yang didapat dari hasil regresi secara bersama-sama variabel independen. Jika r variabel melebihi R pada model regresi, maka dalam regresi tersebut terdapat multikolinieritas. Sebaliknya apabila r2 variabel < R2 pada model regresi, maka dalam regresi tersebut tidak terdapat multikolinieritas.

3.6. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel-varibel penelitian dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Volume ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat adalah kuantitas ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat yang dilakukan tiap tahun dan dinyatakan dalam ribu ton/tahun.

2. Harga Kopi Domestik. Harga kopi domestik dalam penelitian ini adalah harga rata-rata kopi ekspor dari Sumatera Utara, yang dinyatakan dalam US dollar lib.

3. Harga Kopi Dunia. Harga kopi dunia adalah Composite Price International Coffee Organization dinyatakan dalam satuan US dollar lib.

(57)

5. Pendapatan Perkapita. Pendapatan perkapita Amerika Serikat dalam penelitian ini adalah GDP perkapita dari negara pengimpor yaitu Amerika Serikat, dalam ribu Dollar Amerika Serikat/tahun.

(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Letak Geografis Sumatera Utara

Sumatera Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur. Batas-batas wilayah Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

a. Sebelah utara : Aceh

b. Sebelah Barat : Samudera Hindia

c. Sebelah Selatan : Riau dan Sumatera Barat d. Sebelah Timur : Selat Malaka

Sumatera Utara memiliki luas total sebesar 181.860,65 km2 yang terdiri dari luas daratan sebesar 71.680,68 km2 atau 3.70% dari luas wilayah Republik Indonesia dan luas lautan sebesar 110.000,65 km2. Secara regional pada posisi geografisnya, Sumatera Utara berada pada jalur strategis pelayaran internasional Selat Malaka yang berbatasan dengan negara Malaysia dan Singapura sehingga menjadikan Sumatera Utara sebagai pintu gerbang perdagangan internasional di wilayah Indonesia bagian barat. Sumatera Utara tersohor karena luas perkebunannya, hingga kini perkebunan tetap menjadi primadona perekonomian Sumatera Utara, salah satu adalah komoditas kopi yang banyak diekspor ke berbagai negara termasuk ke Amerika Serikat.

(59)

Tabel 4.1. Wilayah Potensi Pengembangan Komoditi Kopi di Sumatera Utara

No Nama Daerah Luas Lahan

1 Kab. Asahan Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 21 Status Lahan : Perkebunan Rakyat

2 Kab. Dairi Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 19.000

Status Lahan : Perkebunan Rakyat Kopi Robusta 8.945 Ha dan Kopi Arabika 10.504,5 Ha

3 Kab. Deli Serdang Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 772 Status Lahan : Perkebunan Rakyat 4 Kab. Humbang

Hasundutan

Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 11.315 Status Lahan : Perkebunan Rakyat

5 Kab. Karo Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 5.508 Status Lahan : Perkebunan Rakyat 6 Kab. Labuhan Batu Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 53

Status Lahan : Perkebunan Rakyat 7 Kab. Labuhan Batu

Selatan

Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 10 Status Lahan : Perkebunan Rakyat 8 Kab. Langkat Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 109

Status Lahan : Perkebunan Rakyat 9 Kab. Mandailing Natal Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 3.790

Status Lahan : Perkebunan Rakyat Kopi Robusta 2.145,30 Ha dan Kopi Arabika 1.642,56 Ha

10 Kab. Nias Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 103 Status Lahan : Perkebunan Rakyat 11 Kab. Nias Barat Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 130

Status Lahan : Perkebunan Rakyat 12 Kab. Nias Selatan Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 55

Status Lahan : Perkebunan Rakyat 13 Kab. Nias Utara Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 293

Status Lahan : Perkebunan Rakyat 14 Kab. Padang Lawas Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 1.366

Status Lahan : Perkebunan Rakyat 15 Kab. Padang Lawas

Utara

Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 681 Status Lahan : Perkebunan Rakyat 16 Kab. Pakpak Barat Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 2.046

Status Lahan : Perkebunan Rakyat Kopi Robusta 645 Ha dan Kopi Arabika 1.397 Ha

17 Kab. Samosir Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 4.094 Status Lahan : Perkebunan Rakyat 18 Kab. Simalungun Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 9.612

Status Lahan : Perkebunan Rakyat Kopi Robusta 2.822,1 Ha dan Kopi Arabika 6.788,2 Ha

19 Kab. Tapanuli Selatan Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 3.036 Status Lahan : Perkebunan Rakyat 20 Kab. Tapanuli Tengah Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 149

Status Lahan : Perkebunan Rakyat

21 Kab. Tapanuli Utara Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 15.371

(60)

22 Kab. Toba Samosir Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 2.621 Status Lahan : Perkebunan Rakyat 23 Kab. Gunung Sitoli Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 109

Status Lahan : Perkebunan Rakyat Sumber : BPS Sumatera Utara (2011)

4.2. Produksi Kopi

Menurut Kepala Dinas Perkebunan Sumatera Utara (Sumut), Aspan Sofian mengatakan bahwa kopi Sumut sudah sangat dikenal di tingkat internasional sebagai yang terbaik sehingga harus didukung dengan program yang tepat. Dengan begitu produktivitasnya dapat ditingkatkan.

Sumatera Utara memiliki dua varietas kopi andalan yakni Arabika dan Robusta. Secara umum, luasan lahan perkebunan kopi Arabika lebih besar daripada kopi Robusta karena produktivitasnya yang lebih tinggi. Luas perkebunan kopi Arabika mencapai 58.118 hektar, sementara kopi Robusta hanya 21.680 hektar. Produksi Arabika bisa mencapai 46.000 ton per tahun, sedangkan kopi Robusta 8.400 ton per tahun.

Dari kondisi tersebut, bisa dikatakan bahwa produktivitas kopi Sumut masih rendah atau cenderung turun. Ini disebabkan karena rata-rata usia tanaman kopi sudah tua atau sekitar 60% dari areal komoditas kopi merupakan tanaman tua (rata-rata sudah berumur diatas 10-25 tahun) sehingga produksinya tidak maksimal atau produksi kopi rata-rata masih sebesar 650-750 kg per hektar, sementara peremajaan minim karena terkendala modal. Untuk itu, harus ada upaya-upaya yang dilakukan seperti :

(61)

Program Revitalisasi Perkebunan, karena peranan kopi dalam menghasilkan devisa tidak berbeda jauh dari yang dihasilkan kakao yang sudah dimasukkan dalam program revitalisasi pemerintah.

2. Program Intensifikasi, khususnya pada perkebunan rakyat, baik untuk kopi Arabika maupun Robusta secara terarah, terencana dan terfokus.

3. Program Ektensifikasi pada kopi Arabika sesuai agroklimat dan keadaan lahan. Dalam program ektensifikasi ini dapat dilakukan pemanfaatan lahan konservasi melalui Program Pengelolaan Hutan Bersama (PHBM).

Namun saat ini program yang bisa berjalan adalah Program Intensifikasi, yang mana petani kopi diberikan bantuan-bantuan berupa peralatan, obat-obatan pemberantas hama, pembenah tanah organik, pupuk, benih, gunting pangkas, dan kebutuhan lainnya. Dan Simalungun, sebagai salah satu sentra produksi kopi di Sumatera Utara menjadi kabupaten yang mendapatkan program intensifikasi ini.

Program intensifikasi kopi tersebut dilakukan di 11 kecamatan di Simalungun dengan luas sekitar 1.000 hektar yang akan melibatkan 1.199 petani. Di Simalungun sendiri, terdapat 8.000 hektar tanaman kopi. Selain Simalungun, kabupaten lain seperti Langkat, Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara, dan Dairi juga merupakan sentra penghasil kopi terbaik di Sumatera Utara.

(62)

Sesuai dengan kondisi geografis Sumatera Utara merupakan kondisi yang menguntungkan untuk pertumbuhan kopi. Kopi dibudidayakan di Sumatera Utara terutama Arabika tetapi Robusta juga ditanam oleh petani kecil/rakyat di dataran tinggi Danau Toba (Tapanuli Utara, Dairi dan Tapanuli Selatan) dan selebihnya ditanam oleh perkebunan swasta di Sidikalang dan Kabupaten Sipirok.

Kondisi saat ini perkebunan kopi telah dilakukan secara bertahap yaitu untuk meningkatkan kualitas dengan cara melakukan rehabilitasi perkebunan di Sumatera Utara yang dilakukan oleh Kantor Perkebunan di Sumatera Utara bekerjasama dengan Kamar Dagang dan Industri di Sumatera Utara. Lambatnya perkembangan kopi Arabika disebabkan karena kopi arabika tumbuhnya membutuhkan ketinggian tumbuh berkisar 800 – 1.500 m dari permukaan laut dan daerah ini pada umumnya sudah digunakan untuk budidaya tanaman sayuran dan holtikultura lainnya dengan nilai ekonomi lebih tinggi.

(63)

profesional; membina kerjasama di bidang pemasaran dalam negeri maupun di luar negeri; promosi dan penetrasi pasar kopi ke negara-negara konsumen; pelayanan dan penyajian informasi dan data perkopian; kerjasama dengan instansi terkait dalam rangka program perkopian nasional; mendukung peningkatan produksi serta perbaikan mutu kopi; dan peningkatan konsumsi kopi di dalam negeri.

4.3. Ekspor

Ditilik dari sejarah perkembangan kopi di Sumatera Utara, sejak kopi menjadi salah satu komoditi andalan Pemerintah Hindia Belanda pada awal 1900-an, kopi-kopi yang dihasilkan oleh perkebunan yang dikelola Pemerintah Hindia Belanda hampir semuanya diekspor, sedangkan kopi-kopi yang berkualitas dijual di dalam negeri atau diberikan kepada rakyat dan buruh kebun untuk dijadikan minuman.

Ekspor kopi banyak mengalami fluktuasi baik jumlah maupun pendapatan devisanya, mengikuti perkembangan pasar kopi internasional yang sejak tahun 1962 dikendalikan oleh Organisasi Kopi Internasional (ICO). Karenanya ekspor kopi internasional dapat diikuti menurut masa-masa sebagai berikut :

1. Periode 1962-1972

(64)

untuk mengembangkan ekspor ke pasar-pasar non kuota. Namun usaha tersebut menghadapi kendala harga yang lebih rendah dibandingkan dengan harga pasaran kuota. Dalam masa ini ekspor kopi Indonesia mencapai jumlah tertinggi 104.413 ton, kemudian pada tahun 1971 turun menjadi 73.309 ton.

2. Periode 1972-1980

Pada tahun 1972, terjadi lonjakan harga kopi di pasar dunia karena timbulnya penyakit kopi Brazilia (kota Parana dan San Paulo). Hal ini menyebabkan ICO tidak memberlakukan kuota kopi, dan hal ini berlangsung sampai tahun 1976. Tercatat ekspor tertinggi pada tahun 1975-1976, meliputi sekitar 130.000 ton/tahun, namun permasalahan yang harus dihadapi Indonesia pada waktu itu adalah citra negatif mengenai aspek mutu kopi yang tergolong rendah dan terdapat di bawah kopi-kopi dari negara lain.

3. Periode kembali dengan kuota ekspor 1980-1985

(65)

4. Periode 1985-1990

Awal tahun 1986, kembali terjadi gangguan frost di Brazilia. ICO kembali dihadapkan pada perkembangan situasi yang mengharuskan ditiadakannya kuota ekspor untuk mengembalikan harga kopi pada tingkat yang wajar. Pada awal Mei 1990 pemerintah Indonesia mengeluarkan pedoman tata niaga kopi yang mengatur mengenai : pelaksanaan ekspor, alokasi ekspor, pengelompokkan PIR kopi, Badan Pemasaran Bersama dan Pembinaan Eksportir Kopi.

Tercatat jumlah ekspor tahun 1990 mencapai 394.900 ton dan telah dikembangkan pula ekspor kopi sangria, walaupun masih terbatas sebesar 500 ton pada tahun 1989 dan sedikit meningkat di tahun 1990.

5. Periode 1991-2003

Sejak diberlakukannya kuota oleh ICO pada bulan Juli 1989 dan diberlakukannya ICA (International Coffee Agreement) tahun 1994 pada tanggal 1 Oktober 1994, maka tata niaga perkopian dunia telah bergeser kearah yang lebih bebas tanpa diatur oleh ketentuan pada Economic Provition seperti ICA 1993, dengan demikian ICO pada saat ini bersifat administratif. Namun pada tahun 1997 dimana terjadi krisis moneter yang menyebabkan penurunan nilai ekspor kopi Indonesia khususnya Sumatera Utara dan pada tahun 1998 berangsur mulai bangkit seiring dengan pemulihan perekonomian. Sehubungan dengan ketentuan tersebut, maka Indonesia sebagai salah satu anggota ICO melakukan penyesuaian tata niaga kopi dengan beberapa kebijakan sebagai berikut :

(66)

b. Selama ICO tidak menerapkan sistem kuota untuk masing-masing negara anggotanya para eksportir kopi dibebaskan dari pembebasan jumlah yang dapat diekspor.

c. Dalam hal ICO menerapkan kuota untuk masing-masing anggotanya para eksportir kopi dikenakan pembatasan jumlah kopi yang dapat diekspor selama satu tahun kopi. Besarnya jumlah kopi ditetapkan berdasarkan realisasi yang bersangkutan selama masa bebas kuota.

Penting disadari bahwa dalam ekspor kopi non migas Sumatera Utara bukan pensuplai satu-satunya didunia. Dengan kata lain kalau mau sukses Sumatera Utara harus menang dalam persaingan tidak saja dalam volume juga dalam mutu, harga, layanan dan sebagainya.

Sebagai gambaran umum perkopian di Sumatera Utara dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Indonesia dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut ini : Tabel 4.2. Perbandingan Rata-rata Permintaan Kopi Dunia dari Sumut dengan Daerah-daerah lain di Indonesia Tahun 2011

Daerah Penghasil Rata-rata ekspor/tahun (ton)

Aceh 10.700

Sumatera Utara 95.000

Sumatera Barat 8.500

Bengkulu 3.500

Sumatera Selatan 24.000

Lampung 475.000

DKI Jakarta 3.500

Jawa Tengah 20.000

Jawa Timur 48.000

Bali 1.200

NTT 6.000

Sulawesi Selatan 6.000

Gambar

gambar 1.1.  berikut ini :
Gambar 1.2. Total Lahan Kopi Sumatera Utara (Ha) Tahun 2006-2011
Gambar 1.3. Produksi kopi Sumatera Utara (ton) 2006-2011
Tabel 2.1. Ringkasan Penelitian Terdahulu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil estimasi diketahui nilai probabilitas F statistik pada model ROE dan ROA memiliki nilai 0.000 yang lebih kecil dari taraf nyatanya 5 persen sehingga dapat

Dari hasil estimasi diketahui nilai probabilitas F statistik pada model permintaan uang sederhana yang dirumuskan Chowdhury dan Leventakis memiliki nilai 0.0000

Dengan pendekatan augmented gravity model, penelitian ini menganalisis pengaruh nilai produk domestik bruto per kapita dan jumlah populasi dari masing-masing negara mitra

Berdasarkan hasil estimasi ECM pada jangka pendek Nilai F statistik yang diperoleh sebesar 25,75 dengan probabilitas 0,00 (Lampiran 21) &lt;ا jikaا dibandingkanا denganا 0,05ا

Dengan hasil estimasi yang diperoleh nilai F-statistik sebesar 15,07916 dengan nilai probabilitasnya pada F-statistik sebesar 0,000003 dengan taraf signifikan α =

hasil R² dari persamaan simultan penawaran beras di Provinsi Sumatera Utara sebesar 0,9524 (95,24 persen), berarti kemampuan variasi variabel harga eceran beras,

Nilai probabilitas yang didapatkan dari hasil estimasi sebesar 0.0000 dan hasil estimasi menunjukkan bahwa ketika terjadi peningkatan jarak ekonomi antar Indonesia

Hasil Estimasi ECM pada Tabel 5.8 menunjukkan nilai koefisien ECT sebesar 0,0852 yaitu signifikan pada level 5% (0,0852 &lt; 0,05 ) menunjukkan bahwa Error Correction