• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME EKSPOR KOPI ARABIKA DI SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME EKSPOR KOPI ARABIKA DI SUMATERA UTARA"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH:

HERRY ARIE CHANDRA LUBIS 140304043

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

SKRIPSI

HERRY ARIE CHANDRA LUBIS 140304043

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(3)
(4)
(5)

Herry Arie Chandra Lubis (140304043/Agribisnis) dengan judul Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Kopi Arabika di Sumatera Utara. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT Sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA Sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi volume ekspor kopi di Sumatera Utara dan untuk menganalisis Atribut Bauran Pemasaran (Produk, Harga, dan Prosedur Ekspor) apa yang mempengaruhi eksportir dalam meningkatkan volume ekspor kopi dari Provsinsi Sumatera Utara.

Instrumen penelitian menggunakan metode analisis Error Correction Model (ECM) untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor kopi di Sumatera Utara pada jangka panjang maupun jangka pendek dalam periode tahun 1992-2016. Data yang digunakan adalah data sekunder.

Tanggapan eksportir terhadap atribut variabel bauran pemasaran diukur menggunakan metode Scoring dengan skala Likert terhadap 30 eksportir kopi di kota Medan yang telah selama ini telah mengekspor kopi Arabika dari Sumatera Utara ke beberapa negara di Eropa, Asia dan Afrika. Selanjutnya digunakan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk menganalisis Atribut Bauran Pemasaran (Produk, Harga, dan Prosedur Ekspor) yang mempengaruhi eksportir dalam meningkatkan volume ekspor kopi dari Provsinsi Sumatera Utara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, secara serempak variabel jumlah produksi kopi Arabika Sumatera Utara, harga kopi Sumatera Utara, harga kopi Arabika dunia, dan nilai tukar rupiah terhadap US Dollar berpengaruh nyata terhadap volume ekspor kopi arabika di Provinsi Sumatera Utara. Pada jangka panjang variabel harga kopi arabika berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor kopi Arabika, sedangkan pada jangka pendek tidak ada variabel yang berpengaruh signifikan terhadap volume kopi Arabika di Provinsi Sumatera Utara.

Secara serempak atribut variabel Harga, Produk dan Prosedur Ekspor ternyata mempengaruhi eksportir dalam meningkatkan volume ekspor kopi Arabika dari Sumatera Utara, namun secara parsial hanya atribut variabel produk dan prosedur ekspor yang berpengaruh nyata, sedangkan atribut variabel harga tidak berpengaruh nyata.

Kata Kunci : Kopi Arabika, Error Correction Model (ECM), Ekspor Kopi Arabika, Bauran Pemasaran.

(6)
(7)

iii

Herry Arie Chandra Lubis lahir di Medan pada tanggal 23 April 1996, Sebagai anak pertama dari 2 bersaudara, Seorang Putra dari Ayahanda Abdul Haris Lubis, ST, M.Kom dan Ibunda Ety Fitriani.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis sebagai berikut:

1. Tahun 2002 masuk Sekolah Dasar di SD Swasta Pertiwi di Medan dan tamat pada tahun 2008.

2. Tahun 2008 masuk Sekolah Menengah pertama di SMP Negeri 19 di Medan dan tamat pada tahun 2011.

3. Tahun 2011 masuk Sekolah Mengengah Atas di MAN 2 MODEL di Medan dan tamat pada tahun 2014.

4. Tahun 2014 penulis di terima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN.

Kegiatan yang pernah diikuti penulis adalah sebagai berikut:

1. Bulan Juli sampai dengan Agustus 2017 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Desa Pematang Panjang, Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batubara.

2. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tennis Lapangan Universitas Sumatera Utara mulai dari tahun 2014 - 2018.

3. Tahun 2018 penulis melaksanakan penelitian di Medan, Provinsi Sumatera Utara.

4. Anggota Organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian.

(8)

iv

Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, kesehatan dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah

"Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Kopi Arabika di Provinsi Sumatera Utara". Penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Penulisan dalam skripsi ini tentunya tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah membantu dalam prosesnya baik moril maupun materil.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih khususnya kepada Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA selaku anggota komisi pembimbing atas segala motivasi, dorongan dan bimbingan serta memberikan masukan kepada penulis dari awal sampai akhir pengerjaan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik yang terlibat secara langsung maupun secara tidak langsung. Sebagai rasa bersyukur, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Provinsi Sumatera Utara dan

(9)

v

2. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Abdul Haris Lubis, ST, M.Kom dan Ibunda Ety Fitriani yang selalu mendoakan penulis dan memberikan bimbingan, dukungan, perhatian, serta materi yang selalu diberikan kepada penulis dari awal masuk pendidikan formal sampai penulis menyelesaikan skripsi ini. Serta untuk saudara kandung penulis Amalina Shadrina yang selalu memotivasi penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

3. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian khususnya Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Provinsi Sumatera Utara yang telah membekali ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.

4. Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian khususnya Program Studi Agribisnis yang telah membantu seluruh proses administrasi.

5. Teman-teman dan sahabat penulis Andri Suryadi Prasetya, SP, Dede Patria Nugraha, Lina Jahrona, SP, Faiz Andito, SP, Dwi Delvyanti, SP, M. Dwi Hafiz, Agus Bastian, SP, Arie Febiansyah, SP, Agustina, SP, Indana Zulfa Batubara, SP, Siti Rahmah Putri, SP, Sepri Ginting, Ni’mah Sari Siregar, SP, Zulfahri Amin, SP, Riki Kurniawan, SP, Adenia C Aprilia, S.Pi Marsha Dwi Andarisa yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis dari awal perkuliahan sampai saat ini.

6. Adinda Ulfah Yoza Salsabila, SS. yang telah yang membantu, memotivasi, menasehati dan menemani penulis dalam berbagai situasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(10)

vi

8. Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak penulis sebutkan satu per satu.

Tiada hal yang lebih indah untuk penulis sampaikan kecuali iringan do’a semoga segala kebaikan yang telah dilakukan mendapat ridha dan balasan yang jauh lebih baik dari Allah SWT. Amin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Desember 2018

Penulis

(11)

vi

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komoditi Kopi ... 8

2.1.1 Kopi Arabika ... 8

2.2. Landasan Teori ... 9

2.2.1 Teori Ekspor ... 9

2.2.2 Harga Internasional... 13

2.2.3 Nilai Tukar Uang ... 13

2.2.4 Bauran Pemasaran ... 14

2.2.5 Pendekatan Biaya Dalam Bauran Pemasaran ... 17

2.3. Penelitian Terdahulu ... 16

2.4. Kerangka Pemikiran ... 19

2.5. Hipotesis Penelitian ... 20

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 21

3.2. Metode Penentuan Data ... 21

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 22

3.4. Metode Analisis Data ... 22

3.4.1 Uji Akar Unit ... 22

3.4.2 Uji Asumsi Klasik ... 24

3.4.3 Uji Kointegrasi (Keseimbangan Jangka Panjang) ... 26

3.4.4 Error Corection Model (ECM)... 28

3.4.5 Uji Kesesuaian Model ... 30

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional ... 37

3.5.1 Defenisi ... 37

(12)

vii

4.1. Kondisi Geografis ... 39

4.2. Kondisi Iklim Dan Topografi ... 46

4.3. Sarana Penunjang Ekspor... ... 41

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Kopi Arabika di Provinsi Sumatera Utara ... 42

5.1.1 Hasil Uji Akar Unit... 43

5.1.2 Hasil Uji Kointegrasi ... 44

5.1.3 Hasil Estimasi Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Kopi Arabika di Provinsi Sumatera Utara ... 46

5.1.4 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 47

5.1.5 Hasil Error Corection Model (ECM) ... 49

5.1.6 Hasil Uji Kesesuain Model ... 50

5.2. Elemen Bauran Pemasaran Yang Mempengaruhi Eksportir Dalam Meningkatkan Volume Ekspor ... 52

5.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 52

5.2.2 Uji Kesesuaian Model ... 54

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 58

6.2. Saran ... 59 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

viii

Tabel Judul Halaman

1.1. Luas Tanaman dan Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten Tahun 2016

2 1.2. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor 2012-2016 3 1.3. Luas Tanaman dan Produksi Kopi Arabika Perkebunan

Rakyat di Provinsi Sumatera Utara 2010 – 2016

4 1.4. Perkembangan Rata-Rata Harga Kopi Dunia Tahun 2006-

2015

5 1.5. Harga Kopi di Pasar Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-

2016

5 3.1. Beberapa Provinsi dengan Produksi Kopi Perkebunan

Rakyat Terbesar di Indonesia Tahun 2012-2016

21 5.1. Hasil Uji Akar Unit dengan Augmented Dickey Fuller pada

Level

43 5.2. Hasil Uji Akar Unit dengan Augmented Dickey Fuller pada

First Difference

44 5.3. Hasil Uji Cointegration Regression Durbin Watson

(CRDW)

45 5.4. Hasil Uji Augmented Dickey Fuller Pada Persamaan

Residual Error Correction Term (ECT)

45 5.5. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volume

Ekspor Kopi Arabika di Provinsi Sumatera Utara dalam Jangka Panjang

46

5.6. Hasil Uji LM (Bruesch Godfrey) 48

5.7. Hubungan (Korelasi) antara Variabel Bebas 48 5.8. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volume

Ekspor Kopi Arabika di Provinsi Sumatera Utara dalam Jangka Pendek

49

5.9. Hasil Uji-t 51

5.10. Hasil Uji Multikolinearitas 53

5.11. Hasil Uji Heteroskedastisitas 53

5.12. Hasil Uji Asumsi Normalitas 54

5.13. Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran (Harga, Produk, dan Prosedur Ekspor) Terhadap Volume Ekspor Kopi

55

(14)

ix

Gambar Judul Halaman

2.1. Skema Kerangka Pemikiran Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Volume Ekspor Kopi Arabika Di Provinsi Sumatera Utara

19

5.1. Histogram Normalitas Ekspor Kopi Arabika 47

(15)

x

Lampiran Judul

1. Harga Kopi Arabika, Jumlah Produksi Kopi, Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar, Harga Kopi Arabika Dunia, Dan Volume Ekspor Kopi Arabika

2. Hasil Uji Akar Unit Pada Tingkat Level

3. Hasil Uji Unit Akar Pada Tingkat First Difference 4. Hasil Uji Kointegrasi Harga Kopi Arabika

5. Hasil Uji Engle-Granger (EG)

6. Hasil Uji Error Correction Model (ECM/Jangka Pendek) Volume Ekspor Kopi Arabika

7. Hasil Uji Normalitas

8. Hasil Uji Autokorelasi Metode Bruesh Godfrey 9. Hasil Uji Multikolinearitas

10. Tabel Durbin Watson 11. F-Tabel

12. T-Tabel

13. Critical Values for the Dickey-Fuller Unit Root t-Test Statistics 14. Hasil Uji Mulitikolinearitas Bauran Pemasaran

15. Hasil Uji Heteroskedastisitas Bauran Pemasaran 16. Hasil Uji Normalitas Bauran Pemasaran

17. Score Penilaian Eksportir Terhadap Produk, Harga dan Prosedur Ekspor (Data Ordinal)

18. Score Penilaian Eksportir Terhadap Produk (Data Interval) 19. Score Penilaian Eksportir Terhadap Harga (Data Interval) 20. Score Penilaian Eksportir Terhadap Prosedur (Data Interval)

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kopi merupakan komoditas unggulan yang dikembangkan di Indonesia karena mempunyai nilai ekonomis yang relatif tinggi dipasaran dunia. Permintaan kopi Indonesia dari waktu ke waktu terus meningkat karena seperti kopi Robusta mempunyai keunggulan bentuk yang cukup kuat serta kopi Arabika mempunyai karakteristik cita rasa (acidity, aroma, flavour) yang unik dan ekselen.

Kopi juga salah satu komoditas andalan dan termasuk dalam kelompok komoditas ekspor unggulan di Indonesia. Komoditas kopi berperan dalam meningkatkan devisa negara dan pendapatan petani, serta dapat menyediakan lapangan pekerjaan, pembangunan wilayah, dan konservasi lingkungan. Bukan hanya untuk kenikmatan konsumen peminum kopi, namun juga nilai ekonomis bagi negara- negara yang memproduksi dan mengekspor biji kopi (seperti Indonesia).

Keberhasilan agribisnis kopi membutuhkan dukungan semua pihak yang terkait dalam proses produksi kopi pengolahan dan pemasaran komoditas kopi. Upaya meningkatkan produktivitas dan mutu kopi terus dilakukan sehingga daya saing kopi di Indonesia dapat bersaing di pasar dunia (Rahardjo, 2012).

Menurut Djojohadikusumo (1995 : 110), kegiatan ekspor lebih memberikan nilai tambah bagi suatu negara bila dibandingkan dengan kegiatan impor. Kegiatan impor dalam jangka panjang akan membawa “kebocoran” bagi devisa negara.

Namun, apabila dilihat dari neraca perdagangan yang merupakan salah satu indikator makro perekonomian suatu negara, adanya volume ekspor yang lebih

(17)

tinggi dibandingkan dengan volume impor, menunjukkan majunya perekonomian suatu negara baik dari segi kegiatan perdagangan internasional, maupun dari sumbangannya terhadap pembiayaan pembangunan. Indonesia sebagai salah satu negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, sangat mengandalkan kegiatan perdagangan internasional untuk membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Selain itu kegiatan perdagangan internasional juga sangat penting untuk memacu industri dalam negeri (Dumairy, 1996: 178).

Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang daerahnya berpotensi untuk pengembangan budidaya kopi. Beberapa daerah atau kabupaten yang terkenal dengan produksi kopinya adalah Kabupaten Dairi, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Tobasa, Humbahas, dan kabupaten lainnya yang potensial untuk pertanaman komoditi perkebunan ini. Seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 1.1. Luas Tanaman dan Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten 2016

Kabupaten/Kota Luas Tanaman Produksi

TBM TM TTM Jumlah (ton)

Mandailing Natal 794,00 1 287,00 82,00 2 163,00 1 562,00 Tapanuli Selatan 1 228,00 629,00 1 142,00 2 999,00 702,00 Tapanuli Utara 3 575,00 10 032,00 332,00 13 939,00 13 661,00 Toba Samosir 817,00 2 222,00 141,00 3 180,00 3 227,00 Simalungun 836,00 6 765,00 211,00 7 812,00 10 254,00 Dairi 2 107,00 7 125,00 1 070,00 10 302,00 8 538,00 Karo 1 220,00 4 447,00 426,00 6 093,00 4 813,00 Humbahas 2 244,00 7 718,00 1 145,00 11 107,00 6 284,00 Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara

Adapun jenis kopi yang dibudidayakan di Sumatera Utara ini adalah kopi jenis arabika dan robusta. Kopi memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap volume ekspor hasil perkebunan Sumatera Utara. Kontribusi volume ekspor kopi

(18)

terhadap volume ekspor hasil perkebunan Sumatera Utara periode 2012-2016 disajikan di Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Kopi Tahun 2012-2016 Tahun

Jenis Kopi

Arabika Robusta

Volume(Kg.) Nilai (USD) Volume(Kg.) Nilai (USD) 2012 61.489.167 364.979.728 2.941.274 6.634.023 2013 61.740.606 250.826.258 1.616.163 3.531.223

2014 65.277.533 348.391.646 584.480 1.457.312

2015 70.784.579 363.265.263 144.570 296.029

2016 63.448.254 300.828.415 156.600 382.464

Sumber: AEKI, 2017

Berdasarkan Tabel 1.2, diketahui perkembangan volume dan nilai ekspor kopi dari tahun 2012-2016 berfluktuasi. Volume ekspor jenis kopi Arabika tertinggi yaitu pada tahun 2015 sebesar 70.784.579 kg kemudian pada tahun 2016 mengalami penurunan yaitu sebesar 63.448.254 kg, sedangkan jenis kopi Robusta volume ekspor tertinggi pada tahun 2012 sebesar 2.941.274 kg dan terus mengalami penurunan hingga tahun 2015 dengan volume ekspor sebesar 144.570 kg.

Naik turunnya ekspor volume kopi dipengaruhi oleh jumlah produksi dari kopi itu sendiri. Kopi merupakan tanaman yang tergantung pada musim, tentu saja faktor cuaca dan iklim akan mempengaruhi banyak sedikitnya biji kopi yang dihasilkan.

Tabel 1.3 di bawah ini, menyajikan perkembangan jumlah produksi dan luas lahan kopi Sumatera Utara periode 2012-2016.

(19)

Tabel 1.3. Luas Tanaman dan Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di Provinsi Sumatera Utara 2010 – 2016

No. Tahun Luas Tanaman Produksi

TBM TM TTM Jumlah (Ton)

1 2010 14.198,34 41.003,45 2.519,27 57.721,06 47.755,00 2 2011 13.904,48 42.452,71 2.787,48 59.144,67 48.354,00 3 2012 14.069,91 41.142,84 3.851,25 59.064,00 47.230,00 4 2013 13.976,37 42.865,63 4.221,35 61.063,35 48.646,44 5 2014 14.098,26 43.247,48 3.885,70 61.231,44 49.176,51 6 2015 13.416,00 43.012,00 3.387,00 59.815,00 49.085,00 7 2016 14.233,00 44.067,00 5.039,00 63.339,00 53.237,00 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2016

Berdasarkan Tabel 1.3, dapat diketahui luas tanaman dan produksi kopi arabika di Provinsi Sumatera Utara terus mengalami peningkatan, pada tahun 2010 luas tanaman kopi arabika sebesar 57.721,06 ha dengan produksi sebesar 14.198,34 ton, tahun 2011 luas tanaman kopi arabika sebesar 59.144,67 ha dengan produksi sebesar 13.904,48 ton, namun pada tahun 2015 luas tanaman kopi arabika di Provinsi Sumatera Utara mengalami penurunan 59.815,00 ha dengan produksi 49.085,00 ton dan mengalami peningkatan kembali dari tahun sebelumnya dengan luas tanaman sebesar 63.339,00 ha dengan produksi 53.237,00 ton.

Harga kopi arabika di pasar internasional jauh lebih baik dibandingkan kopi jenis robusta. Pada tahun 2015 harga kopi robusta di pasar internasional hanya berkisar US$ 1,94/kg (Rp 25.553/kg), sementara harga kopi arabika sudah berada pada kisaran US$ 3,5/kg (Rp 47.071/kg) yang berarti harga kopi robusta hanya setengah dari harga jual kopi arabika.

(20)

Tabel 1.4. Perkembangan Rata-Rata Harga Kopi Dunia Tahun 2006-2015 Tahun Kopi Arabika US$/Kg Kopi Robusta US$/Kg

2006 2.522 1,489

2007 2.724 1,909

2008 3.082 2,321

2009 3.171 1,644

2010 4.320 1,736

2011 5.976 2,408

2012 4.111 2,267

2013 3.076 2,076

2014 4.424 2,216

2015 3.526 1,941

Sumber: Direktoriat Jendral Perkebunan, Outlook Kopi 2017

Berdasarkan Tabel 1.4, dapat diketahui perkembangan rata-rata harga kopi dunia mengalami fluktusi. Harga kopi arabika dan harga kopi robusta dunia tertinggi yaitu pada tahun 2011 secara berturut-turut sebesar 5.976 US$/kg dan 2,408 US$/kg. Pada Tabel 1.3, dapat diketahui bahwasanya harga kopi arabika lebih tinggi dari pada harga kopi robusta hal ini dikarenakan kopi arabika memiliki aroma dan cita rasa yang khas.

Tabel 1.5. Harga Kopi di Pasar Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2016

Tahun Harga Kopi (Rp/Kg) Pertumbuhan

2007 22.635 -

2008 27.172 20,05

2009 27.202 0,11

2010 27.961 2,79

2011 50.326 79,98

2012 43.562 -13,45

2013 39.515 -9,29

2014 48.012 21,5

2015 43.208 -10

2016 39.991 -7,45

Rata-Rata Laju Pertumbuhan (%) 9,36

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Provinsi Sumatera Utara, 2017

Berdasarkan Tabel 1.5, dapat diketahui perkembangan harga kopi di pasar Provinsi Sumatera Utara cenderung mengalami peningkatan, harga kopi tertinggi

(21)

yaitu pada tahun 2011 sebesar Rp 50.326/kg yang selanjutnya harga kopi mengalami penurunan hingga tahun 2016 harga kopi sebesar Rp 39.991/kg, sehingga dapat diketahui rata-rata laju pertumbuhan harga kopi yaitu sebesar 9,36% selama tahun 2007 sampai 2016.

Selain cara berkebun atau cara bertani kopi yang baik dan benar, terdapat satu faktor penting yang dapat mendorong peningkatan produksi biji kopi di Sumatera Utara. Faktor tersebut adalah luas lahan perkebunan. Dengan meningkatnya produksi biji kopi Sumatera Utara, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kopi nasional maupun memenuhi kebutuhan kopi di pasar internasional. Juga dengan meningkatnya luas lahan kopi di Sumatera Utara, diharapkan jumlah kopi yang dapat di ekspor akan meningkat pula sehingga dapat menghasilkan peningkatan pendapatan bagi petani kopi Sumatera Utara.

Berdasarkan data volume nilai ekspor pada 5 tahun terakhir (2012-2016), ekspor kopi mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Dari uraian diatas menjelaskan bahwa subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor yang cukup penting bagi perekonomian Sumatera Utara, Oleh karena itu peneliti tertarik untuk menganalisis “Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Kopi Arabika di Sumatera Utara”.

(22)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

Faktor apa sajakah yang mempengaruhi volume ekspor kopi di Sumatera Utara?

Bagaimana Bauran Pemasaran, mencakup variabel Produk, Harga, dan Prosedur Ekspor, mempengaruhi eksportir dalam meningkatkan volume ekspor kopi Arabika dari Provinsi Sumatera Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

Untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi volume ekspor kopi di Sumatera Utara.

Untuk menganalisis bagaimana Bauran Pemasaran (Produk, Harga, dan Prosedur Ekspor) tersebut mempengaruhi eksportir dalam meningkatkan volume ekspor kopi dari Provsinsi Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Untuk menjadi tambahan informasi dan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumber informasi bagi para petani, para penyuluh pertanian, para pengusaha, dan segenap pemerhati agribisnis kopi.

Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan yang berhubungan dengan komoditi kopi di Sumatera Utara khususnya harga kopi dan hal-hal yang terkait terutama di bidang ekspor kopi di Sumatera Utara.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komoditi Kopi 2.1.1 Kopi Arabika

Kopi Arabika (Coffea arabica) adalah kopi yang paling baik mutu cita rasanya dibanding jenis kopi yang lain, tanda-tandanya adalah biji picak dan daun hijau tua dan berombak-ombak (Botanical, 2010).

Kopi Arabika dikenal terlebih dahulu oleh konsumen di banyak negara, sehingga kelezatan kopi Arabika lebih dikenal superior dibandingkan dengan kopi Robusta.

Jenis-jenis kopi yang termasuk dalam golongan Arabika adalah Abesinia, Pasumah, Marago dan Congensis (Najiyati dan Danarti, 1997).

Tanaman kopi arabika dibudidayakan di Indonesia tahun 1696. Tanaman kopi arabika dapat tumbuh baik di daerah yang sejuk dan dingin di ketinggian 600- 2000 meter diatas permukaan laut dikarenakan kopi arabika rentan terhadap penyakit karat daun. Suhu tumbuh optimalnya adalah 18-26 derajat celcius. Proses dari berbunga hingga menjadi buah siap panen adalah 9 bulan dan akan menghasilakan buah siap panen berwarna hijau hingga merah gelap (Budiman Haryato 2012).

Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Konsumsi kopi dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari spesies kopi robusta (Rahardjo, 2012) .

(24)

Kopi pertama kali dikenal di Benua Afrika Ethopia, pada awalnya tanaman kopi tumbuh di hutan-hutan dan dataran yang tinggi, untuk penyebaranya kopi pada awal kemunculannya lumayan lambat, dikarenakan pada saat itu kopi hanya berkhasiat untuk menghangatkan badan. Ketika ditemukan cara pengelolaan kopi yang lebih baik, ternyata tanaman kopi memiliki aroma yang khas dan rasa yang nikmat. Sejak itulah kopi mulai terkenal di dunia dan mulai menyebar kebebrapa negara di dunia seperti Eropa, Asia, dan Amerika.

Biji kopi mengandung kafein sehingga sebagian orang tidak suka meminum kopi karena dapat mempercepat atau merangsang daya kerja jantung dan otak. Untuk menghilangkan kandungan Caffeine dalam kopi sekarang telah banyak dikembangkan cara-cara pengelolaan kopi yang lebih beragam dengan tidak menghilangkan aroma khas dan nikmat kopi (Njiyanti & Danarti, 2011).

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori Ekspor

Ekspor merupakan salah satu bagian dari perdanganan internasional. Dalam hal ini ekspor memiliki pengertian yakni kegiatan perdagangan yang dilakukan untuk menjual barang ataupun jasa keluar negeri, dalam upaya untuk memperoleh keuntungan.

Menurut (Tan,2009) ekspor merupakan suatu aktivitas menjual produk dari suatu negara ke negara lain. Jadi pada dasarnya tujuan ekspor untuk mendapatkan atau memperoleh devisa yang berupa mata uang asing yang digunakan dalam meningkatkan PDB (produk Domestik Bruto) dan pertumbuhan ekonomi.

Adapun 2 teori ekspor menurut beberapa ahli yang wajib di ketahui yaitu :

(25)

1. Teori Keunggulan Komparatif (Theory Of Conparatuve Advantage)

Teori pertama mengenai ekspor yang dikemukakan ahli ialah teori keunggulan komparatif. Teori ini dikemukakan oleh David Ricardo. Dalam teori ini, ia menyatakan bahwa perdagangan internasional atau ekspor dapat terjadi apabila terdapat perbedaan keunggulan komparatif dari setiap negara. Keunggulan komparatif ini dapat dicapai apabila sebuah negara mampu memproduksi sejumlah barang dengan volume besar namun dengan biaya yang lebih kecil dibandingkan dengan negara lain. Sebagai contoh, dalam kasus dimana Indonesia dan Malaysia sama-sama memproduksi Kopi dan Timah. Indonesia dengan sumber kekayaan alam yang melimpah mampu memproduksi kopi dengan biaya lebih rendah dari Malaysia. Namun, Indonesia tidak mampu memproduksi timah secara efisien dan lebih murah dari Malaysia. Sebaliknya Malaysia mampu memproduksi Timah lebih murah dari Indonesia, namun tidak mampu memproduksi kopi yang lebih murah dan efisien. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, Indonesia memiliki keungulan komparatif dalam hal mempoduksi kopi di banding Malaysia. Sedangkan Malaysia memiliki keunggulan komparatif dalam hal memproduksi timah. Dalam hal ini perdagangan internasional antara kedua negara dapat berlangsung jika mereka bertukar kedua komoditas tadi. Yakni Indonesia mengirimkan Kopi ke Malaysia dan sebaliknya Malaysia mengirimkan timah ke Indonesia. Teori ini memandang bahwa sebuah negara dapat menghasilkan banyak keuntungan dengan menjual keunggulan komparatif yang dimilikinya ke negara lain. Selain itu, pendapatan yang diperoleh juga dapat berasal dari spesialisasi produksi barang atau jasa yang memiliki produktifitas dan efisiensi tinggi. Dalam hal ini, tentunya faktor utama penentu adalah jumlah

(26)

Sumber daya alam dan sumbet daya manusia yang mampu mengolah dengan biaya kecil namun menghasilkan volume yang lebih besar ketimbang negara lain.

2. Teori Keunggulan Kompetitif

Teori ini dikembangkan oleh Michael E. Porter pada tahun 1990 dalam sebuah bukunya yang berjudul “The Competitive Advantage Of Nation” . Ia berpendapat bahwa terdapat empat hal yang menyebabkan perusahaan dapat saling berkompetisi sehingga memunculkan adanya keunggulan kompetisi. Keempat hal tersebut antara lain adalah :

1. Kondisi Faktor Produksi (Factor Conditions)

Kondisi ini yakni posisi dimana suatu negara dalam faktor produksi (tenaga kerja terampil, infrastruktur dan teknologi) yang dibutuhkan untuk bersaing dengan industri tertentu. Dalam hal ini untuk dapat memenangkan kompetisi tentu faktor produksi yang ada harus dimaksimalkan sedemikian rupa. Karena jika terdapat nilai minus pada salah satu faktor saja maka tidak akan mungkin anda dapat menghasilkan produk yang mampu bersaing di pasar global.

Seperti yang kita tahu bahwa, untuk dapat masuk ke pasar global tentu saja anda harus memiliki keunggulan dibandingkan dengan perusahaan lain. Mengingat standar kompetisi semakin tinggi, maka tentu untuk dapat memenangkannya kita harus mampu memaksimalkan faktor produksi yang ada. Jangan sampai terdapat kekeliruan dan bahkan kesalahan yang akan berakibat pada kalahnya kita dalam kompetisi merebut pasar internasional.

2. Kondisi Permintaan (Demand Conditions)

Kondisi ini merupakan kondisi dimana terdapat sifat permintaan domestik terhadap barang dan jasa pada industri tertentu. Artinya bahwa, sebuah produk

(27)

atau jasa tidak selalu memiliki tingkat permintaan yang tinggi dipasaran. Dalam hal ini sebelum mampu melakukan ekspor tentu kita harus mempertimbangkan kondisi pasar domestik. Dimana jika pemenuhan produk tersebut telah dikatakan cukup bagi pasar domestik maka tentu produk atau jasa tersebut dapat diekspor keluar. Dalam hal ini, terkadang barang atau jasa yang di produksi tidak cukup diminati oleh pasar domestik. Namun lain halnya ketika produk dan jasa tersebut dijual ke pasar global. Nyatanya produk tersebut amat diminati. Tentunya dalam hal ini kemampuan dalam membaca kondisi permintaan pasar haruslah relavan dan sesuai dengan kenyataan.

3. Industri Terkait dan Industri Pendukung (Related and Supporting Industries) Dalam hal ini keberadaan dan ketiadaan industri pemasok dan industri terkait yang kompetitif secara internasional di negara tersebut juga menjadi salah satu hal yang berpengaruh dalam ekspor. Keberadaan industri pemasok dan terkait akan sangat mendukung, Apalagi jika kedua industri tersebut mampu berkompetisi dalam pasar global. Tentunya peluang tersebut dapat dimanfaatkan untuk menjalin kerjasama dalam memperoleh pasar yang semakin luas dan besar dalam pasar internasional.

4. Strategi, Struktur dan Persaingan Perusahaan

Merupakan kondisi dalam negeri yang menentukan bagaimana perusahaan- perusahaan dibentuk, diorganisasi, dan dikelola serta sifat persaingan domestik.

Dalam hal ini, peranan semua struktur perusahaan dan pemerintah sangat terkait.

Dalam upaya menciptakan perusahaan yang mampu bersaing secara domestik.

Sehingga akan mampu memenangkan persaingan dan tampil pada pasar global.

(28)

2.2.2 Harga internasional

Makin besar selisih antar harga di pasar internasional dengan harga domestik akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan diekspor menjadi bertambah banyak.

Naik turunnya harga tersebut disebabkan oleh:

Keadaan perekonomian negara pengekspor, dimana dengan tingginya inflasi dipasaran domestik akan menyebabkan harga dioasaran domestik menjadi naik, sehingga secara riil harga komoditi tersebut jika ditinjau dari pasaran internasional akan terlihat semakin menurun.

Harga di pasaran internasional semakin meningkat, dimana harga internasional merupakan keseimbangan antara penawaran ekspor dan permintaan impor dunia suatu komoditas di pasaran dunia meningkat sehingga jika harga komoditas di pasaran domestik tersebut stabil, maka selisih harga internasional dan harga domestik semakin besar. Akibat dari kedua hal diatas akan mendorong ekspor komoditi tersebut.

2.2.3 Nilai Tukar Uang

Menurut Branson (1979), maka kebijaksanaan nilai tukar uang adalah dimaksudkan untuk memperbaiki neraca pembayaran yang defisit melalui peningkatan ekspor. Transaksi ekspor berakibat pada adanya uang masuk ke Indonesia dalam mata uang asing. Ketika eksportir (penjual dari Indonesia) memperoleh pembayaran dari luar negeri, maka selanjutnya ia akan menukarkan uang asing tersebut menjadi rupiah agar bisa dipakai kembali menjadi modal dalam pembelian bahan baku, dan biaya operasional lain sehingga menghasilkan produk kembali. Pada saat nilai tukar rupiah mengalami penurunan atau melemah, maka jumlah rupiah yang akan di peroleh eksportir menjadi lebih banyak

(29)

dibandingkan nilai tukar sebelumnya. Jadi secara makro bisa dikatakan bahwa melemahnya nilai tukar rupiah dapat menambah jumlah transaksi ekonomi dan menambah minat dunia usaha untuk meningkatkan ekspor keluar negeri. Namun, akan terjadi sebaliknya ketika nilai tukar rupiah menguat, maka bisa dikatakan minat ekspor dan perekonomian dalam negeri cenderung menurun.

2.2.4 Bauran Pemasaran

Menurut Kotler (1997:92), “Marketing mix is the set of marketing tools that the firm uses to pursue its marketing objectives in the target market”,yang kurang lebih memiliki arti bahwa bauran pemasaran adalah sejumlah alat-alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk meyakinkan obyek pemasaran atau target pasar yang dituju.

Produk

Pengertian produk adalah sesuatu yang dibuat atau dihasilkan untuk memenuhi suatu tujuan atau kebutuhan dan keinginan konsumen. Produk merupakan elemen yang paling penting. Sebab dengan inilah perusahaan berusaha untuk memenuhi

"kebutuhan dan keinginan" dari calon buyer (importir), namun keputusan itu tidak berdiri sebab produk sangat erat hubungannya dengan target market yang dipilih.

b) Harga

Harga merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan penjualan dalam usaha perdagangan ekspor. Strategi harga ekspor adalah cara untuk menentukan tingkat harga yang sesuai dengan kondisi internal perusahaan dan situasi pasar yang dihadapi agar penjualan dapat berhasil sehingga perusahaan dapat meraih keuntungan serta manfaat yang diharapkan. Harga pada suatu perusahaan sangat

(30)

mempengaruhi volume dalam penjualan. Eksportir perlu memikirkan tentang harga jual secara tepat karena harga yang tidak tepat akan berakibat tidak menarik para pembeli untuk membeli atau menggunakan jasa tersebut, penetapan harga jual yang tepat tidak selalu berarti bahwa harga haruslah ditetapkan rendah atau serandah mungkin, karena banyak konsumen yang mempertimbangkan harga dalam memakai sebuah jasa yang ditawarkan.

c) Proses / Prosedur

Proses/prosedur adalah semua mekanisme dan prosedur yang aktual untuk menyampaikan jasa. Proses dalam hal ini adalah faktor utama dalam bauran pemasaran bagaimana membuat konsumen merasa senang dan puas sehingga akan kembali lagi suatu saat.

Bauran pemasaran sangat penting diperhatikan perusahaan supaya perusahaan dapat mencapai target pemasaran yang diinginkan.

2.2.5 Pendekatan Biaya dalam Bauran Pemasaran

Keberhasilan perusahaan dalam menjalankan bauran pemasaran akan tergantung bagaimana usaha-usaha dalam menjalankan pemasaran. Usaha - usaha tersebut berkaitan dengan kemampuan perusahaan mengalokasikan dana dalam setiap bauran pemasaran sehingga mampu mengendalikan biaya yang terjadi dalam pelaksanaan bauran pemasaran.

Biaya adalah kas atau nilai yang setara kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat pada saat ini atau dimasa yang akan datang (Simamora, 2002). Biaya yang berkaitan dengan bauran pemasaran merupakan pengeluaran yang terjadi dalam menjalankan setiap variabel bauran

(31)

pemasaran yang nantinya dapat mempengaruhi volume penjualan. Kemampuan modal perusahaan sangat mempengaruhi keberhasilan dalam menerapkan bauran pemasaran.

Dalam menciptakan sebuah produk maka akan timbul biaya produk. Biaya produk terdiri dari biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan produk tersebut hingga biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead (Blocer, 2000).

Dalam harga terdapat dua indikator yang terkait biaya yaitu tingkat harga dan potongan harga. Tingkat harga adalah harga yang ditentukan perusahaan yang diperkirakan akan dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Dalam menentukan tingkat harga ada beberapa faktor yang harus diperhatikan salah satunya biaya.

Sementara potongan harga merupakan bentuk dari pengeluaran perusahaan dalam menentukan harga. Pengeluaran tersebut terjadi karena harga yang diberikan tidak sesuai dengan harga asli. Sehingga perusahaan harus mengeluarkan biaya untuk menutupi kekurangan harga.

Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian Esterina (2013), yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi arabika dan menganalisis surplus produsen, surplus konsumen terhadap ekspor kopi arabika di Sumatera Utara, dengan menggunakan data sekunder dari tahun 2002-2012 yang berasal dari Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) wilayah Sumatera Utara dan berbagai sumber lainnya. Data yang diperoleh dianalisis melalui uji regresi linier berganda dengan menggunakan

(32)

program SPSS. Variabel-variabel bebas dalam penelitian ini adalah harga ekspor kopi arabika Sumatera Utara, GDP perkapita riil Amerika Serikat, nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar, dan variabel terikat adalah nilai ekspor kopi Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga ekspor kopi arabika Sumatera Utara, GDP perkapita riil Amerika Serikat berpengaruh positif terhadap nilai ekspor kopi di Sumatera Utara dan nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor kopi arabika di Sumatera Utara memberikan pengaruh yang signifikan terhadap ekspor kopi Sumatera Utara. Dari hasil analisis menunjukan bahwa surplus konsumen lebih besar dari pada surplus produsen, berarti keuntungan lebih banyak dinikmati oleh para konsumen di banding produsen dalam kegiatan ekspor kopi arabika Sumatera Utara.

Pada tahun 2015, dalam penelitian oleh Chandra Arif Adianto yang berjudul analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor biji kopi indonesia ke pasar internasional dengan metode error correction model (ecm) bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor biji kopi Indonesia ke pasar internasional sehingga dapat memberikan saran dan kebijakan agar ekspor biji kopi Indonesia dapat menghasilkan keuntungan bagi Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis Error Correction Model (ECM).

Dengan menggunakan data runtun waktu atau (time series) tahun 1980-2013.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah volume ekspor biji kopi, dengan variabel independen harga kopi internasional, luas areal lahan perkebunan, dan real exchange rate Rupiah terhadap USD. Dari hasil analisis variabel-variabel terdapat 2 variabel yang berpengaruh signifikan terhadap ekspor biji kopi Indonesia ke pasar internasional.

(33)

Dalam penelitian Nurfadila (2015) yang berjudul analisis faktor - faktor yang mempengaruhi volume ekspor kopi Indonesia bertujuan untuk menganalisis tingginya ekspor kopi Indonesia yang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu produksi kopi dalam negeri, luas lahan kopi, dan kurs. Pada penelitian ini metode analisis yang digunakan yakni Metode ECM (Error Correction Model). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa produksi kopi berpengaruh positif da signifikan terhadap ekspor kopi dalam jangka panjang dan jangka pendek. Luas lahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor kopi dalam jangka panjang dan jangka pendek.

Dalam Penelitian Rexsi Nopriayandi (2017) dengan judul analisis ekspor kopi Indonesia, bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi Indonesia. Data dalam penelitian ini adalah data runtun waktu, yang diperoleh dari berbagai instansi pemerintah. Metode Error Correction Model (ECM) digunakan untuk menganalisis pengaruh harga kopi, PDB dan nilai tukar terhadap volume ekspor kopi Indonesia. Hasil estimasi menemukan bahwa harga kopi, PDB Indonesia dan nilai tukar memiliki hubungan jangka pendek dan keseimbangan jangka panjang terhadap volume ekspor kopi. Berdasarkan estimasi jangka panjang variabel harga kopi, PDB dan nilai tukar tidak terlalu mempengaruhi volume ekspor kopi, sedangkan dalam jangka pendek ketiga variabel tersebut sangat mempengaruhi volume ekspor kopi.

(34)

2.4 Kerangka Pemikiran

Provinsi Sumatera Utara berperan sebagai eksportir kopi, permintaan akan kopi dari Sumatera Utara di pengaruhi oleh produksi kopi, harga kopi domestik, harga kopi dunia, dan nilai tukar (kurs). Dari penjelasan diatas maka dapat dibuat suatu kerangka pemikiran untuk mengkaji bagaimana hubungan Antara variabel tidak bebas yaitu faktor yang mempengaruhi ekspor kopi di Sumatera Utara terhadap variabel bebasnya yaitu:

Produksi kopi Arabika Sumatera Utara Harga kopi Arabika Sumatera Utara Harga kopi Arabika Dunia

Nilai tukar rupiah (kurs)

Berikut adalah skema kerangka pemikirian faktor yang mempengaruhi volume ekspor kopi di Provinsi Sumatera Utara:

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran Faktor Yang Mempengaruhi Volume Ekspor Kopi Arabika Di Provinsi Sumatera Utara Harga Kopi Arabika

Sumatera Utara Produksi Kopi

Arabika Nilai Tukar Rupiah/Kurs Harga Kopi Arabika

Dunia

Volume ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara

Bauran Pemaran

1. Harga 2. Produk 3. Prosedur

(35)

Hipotesis Penelitian

Jumlah produksi kopi Arabika, harga kopi Arabika Sumatera Utara, harga kopi Arabika dunia, dan nilai tukar (kurs) berpengaruh nyata terhadap volume ekspor kopi di Sumatera Utara.

Elemen bauran pemasaran (Harga, Produk, dan Prosedur Ekspor) berpengaruh nyata terhadap eksportir dalam meningkatkan volume ekspor kopi Arabika di Sumatera Utara.

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah tersebut dilakukan secara purposive (sengaja), dengan mempertimbangkan bahwa di Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu produksi kopi terbesar ke-3 di Indonesia.

Tabel 3.1. Beberapa Provinsi dengan Produksi Kopi Perkebunan Rakyat Terbesar di Indonesia Tahun 2012-2016

No. Provinsi 2012 2013 2014 2015 2016 Rata-rata 1 Sumatera Selatan 131,086 139,754 135,287 135,279 135,251 135,331 2 Lampung 148,711 127,073 92,111 108,964 108,983 117,168 3 Sumatera Utara 58,479 57,604 58,175 60,179 60,310 58,949 4 Bengkulu 55,376 56,142 56,316 56,233 56,227 56,059 5 Aceh 53,795 48,282 49,823 49,540 49,498 50,188 6 Jawa Timur 38,479 30,022 31,387 31,693 32,278 32,772 7 Prov. Lainnya 171,215 186,469 189,778 190,572 191,930 187,987 Indonesia 657,141 645,346 612,877 632,460 634,477 638,455 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan

3.2. Metode Penentuan Data

Data yang digunakan dalam menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi volume eksor kopi adalah data sekunder times series berupa data tahunan selama kurun waktu 25 tahun terakhir yaitu dari tahun 1992-2016. Data yang digunakan untuk menganalisis pengaruh elemen bauran pemasaran terhadap volume ekspor kopi adalah data primer bersifat ordinal hasil wawancara dengan 30 perusahaan eksportir sampel, yang selama ini mengekspor kopi keluar negeri.

(37)

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, dan primer. Data sekunder yang diperlukan diperoleh dari Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) wilayah Sumatera Utara yaitu data realisasi ekspor kopi arabika dan robusta, BPS (Badan Pusat Statistik) dan Dinas Perkebunan Sumatera Utara yaitu data perkembangan luas areal dan produksi kopi di Sumatera Utara, data harga domestik kopi arabika Sumatera Utara. Website BI, dan berbagai literatur- literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. Data primer diperoleh dari wawancara langsung terhadap eksportir kopi di Sumatera Utara.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk menganalisis hipotesis 1 yakni, menganalisis pengaruh jumlah produksi kopi Sumatera Utara, harga kopi di Sumatera Utara, harga kopi internasional, nilai tukar (kurs), terhadap volume ekspor kopi Sumatera Utara, digunakan metode analisis dengan pendekatan model Error Correction Model (ECM).

3.4.1 Uji Akar Unit

Menurut Gujarati dan Porter (2012) secara ekonomi, apabila antar variabel memiliki hubungan jangka panjang, serta variabel-variabel yang tidak stasioner dan residual dari kombinasi linear tersebut harus stasioner, sehingga dapat diketahui kemungkinan terjadinya kestabilan jangka panjang antara variabel- variabel yang digunakan.

Uji stasioneritas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data runtut waktu yang digunakan sudah stasioner atau belum. Regresi palsu (spurious regression) akan dihasilkan jika data tidak stasioner. Dalam penelitian pada dasarnya data runtut

(38)

waktu sering mengalami ketidak stasioneran pada level series. Sehingga perlu dilakukannya diffrensiasi satu atau dua kali untuk menghasilkan data satsioner.

Untuk mengetahui apakah data runtut waktu yang digunakan stasioner atau tidak stasioner, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menggunakan uji akar unit (unit roots test). Uji akar unit dilakukan dengan menggunakan metode Augmented Dicky Fuller (ADF) ,dengan hipotesis sebagai berikut:

H0: terdapat akar unit (data tidak stasioner) H1: tidak terdapat akar unit (data stasioner)

Hasil statistik dari hasil estimasi pada metode ADF akan dibandingkan dengan nilai kritis McKinnon pada titik kritis 1%, 5%, dan 10%. Jika nilai t-statistik lebih kecil dari nilai kritis McKinnon maka H0 diterima, artinya data terdapat akar unit atau data tidak stasioner. Jika nilai t-statistik lebih besar dari nilai kritis McKinnon maka H0 ditolak, artinya data tidak terdapat akar unit atau data stasioner. Langkah pengujian stasioner data adalah sebagai berikut :

a. Melakukan uji terhadap level series apabila hasil uji akar unit menolak hipotesis nol karena data tersebut mengandung unit root. Dan data tersebut telah stasioner pada tingkat level atau dengan kata lain terintegrasi pada I(0). Jika semua variabel adalah stasioner maka estimasi terhadap model yang digunakan adalah regresi dengan OLS.

b. Jika pengujian pada tingkal level tidak stasioner maka diperlukan pengujian kembali dengan melakukan uji akar unit pada first difference dari series. Jika hasil yang diperoleh menolak hipotesis adanya akar unit maka data runtut waktu sudah stasioner pada tingkat first difference atau semua series terintegrasi pada orde I(1), sehingga estimasi dapat dilanjutkan dengan metode kointegrasi. Langkah

(39)

selanjutnya adalah melakukan diferensiasi lagi pada series sampai series menjadi stasioner atau terintegrasi pada ordo I(d).

3.4.2 Uji Asumsi Klasik

Menurut Gujarati pada tahun 1978 suatu model regresi yang diajukan menunjukkan persamaan hubungan yang valid atau BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) model tersebut harus memenuhi asumsi-asumsi dasar klasik Ordinary Least Square (OLS). Asumsi-asumsi tersebut adalah :

a) Normalitas (signifikansi pengaruh variabel residualnya berdistribusi normal) b) Tidak terdapat autokorelasi (adanya hubungan antara residual observasi) c) Tidak ada heteroskedastisitas (adanya varian yang tidak konstan dari variabel penggangu).

d) Tidak terjadi multikolinearitas (adanya hubungan antara variabel bebas)

Oleh karena itu pengujian asumsi klasik perlu dilakukan agar model regresi bebas dari bias.

Uji Normalitas

Uji signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen melalui uji-t hanya akan valid jika residual yang didapatkan mempunyai distribusi normal.

Salah satu metode untuk menguji normalitas adalah dengan menggunakan uji Jarque-Bera (Widarjono, 2009). Kriteria Uji Normalitas menggunakan metode Jarque–Bera digunakan untuk melihat apakah data berdistribusi normal atau tidak.

Dengan hipotesis sebagai berikut : H0 : residual berdistribusi normal

(40)

H1 : residual tidak berdistribusi normal

Jika probablility value Jarque–Bera > = 5% maka tidak tolak H0 yang artinya data berdistribusi normal dan demikian sebaliknya.

Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (time series) atau ruang (data cross sectional ), artinya bahwa ada korelasi antara anggota observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu. Dengan asumsi metode OLS, autokorelasi merupakan korelasi antara satu variabel gangguan dengan variabel gangguan lain.

Salah satu pendekatan yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan uji Lagrange Multiplier yang diperkenalkan oleh Breusch dan Godfrey. Penentuan lag dilakukan dengan metode coba-coba (trial dan error). Penentuan panjangnya lag bisa menggunakan kriteria yang dikemukakan Akaike dan Schwarz. Diawali dengan lag residual 1, kemudian dengan lag residual 2 dan seterusnya. Dari regresi tiap lag dicari nilai absolut Akaike dan Schwarz yang paling kecil (Widarjono, 2009).

Kriteria uji autokorelasi menggunakan metode LM (metode Bruesch-Godfrey) dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut:

H0 : tidak ada gejala autokorelasi H1 : ada gejala autokorelasi

Dengan wilayah kritis p-value Obs* Rsquared > = 5%, terima H0 sehingga diduga tidak ada gejala autokorelasi.

(41)

Uji Multikolnieritas

Multikolineritas mula-mula ditemukan oleh Ragnar Frisch, multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti, diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi (Gujarati, 1978). Uji ini bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya antarvariabel independen tidak terjadi kolerasi. Indikasi awal adanya multikolinearitas adalah standard error yang tinggi dan nilai t-statistik yang rendah. Multikolinearitas dapat muncul apabila model yang kita pakai merupakan model yang kurang bagus. Selain indikasi awal di atas, multikolinearitas dapat dilihat R², nilai F hitung dan nilai t hitungnya. Metode yang digunakan untuk mendeteksi multikolinearitas, adalah Metode korelasi parsial antarvariabel independen (Rule of thumb) metode ini adalah jika nilai koefisien korelasi cukup tinggi, yaitu di atas 0,9 maka dapat kita duga bahwa model regresi mengalami gangguan multikolinearitas (Widarjono, 2009).

3.4.3 Uji Kointegrasi (Keseimbangan Jangka Panjang)

Kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjang antara variabel-variabel yang meskipun secara individual tidak stasioner, tetapi kombinasi linier antara variabel tersebut dapat menjadi stasioner melalui transformasi. Keadaan variabel yang tidak stasioner menyebakan kemungkinan adanya hubungan jangka panjang antara variabel dalam sistem Error Correction Model. Salah satu syarat agar tercapai keseimbangan jangka panjang adalah galat keseimbangan harus berfluktuasi di sekitar nol. Dengan kata lain, error term harus menjadi sebuah data runtut waktu yang stasioner. Tujuan adanya uji kointegrasi ini adalah agar seluruh

(42)

variabel terintegrasi pada tingkat yang sama. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk melakukan uji kointegrasi (Enders , 1995).

Uji kointegrasi pada penelitian ini menggunakan dua metode yakni dengan metode Durbin-Watson (CRDW) dan Engle-Granger Cointegration Test.

Tahapan metode pertama ialah dengan melakukan estimasi model regresi, kemudian mendapatkan nilai Durbin-Watson. Kemudian nilai DW tersebut dibandingakan dengan α=1%, α=5% dan α=10%. Jika nilai htung DW > nilai kritisnya, maka data terkointegrasi (Widarjono, 2009).

Setelah melakukan uji regresi kointegrasi dan hasil model kointegrasi mempunyai hubungan atau keseimbangan jangka panjang. Dan dalam jangka pendeknya, mungkin terjadi ketidakseimbangan atau kedua-duanya tidak mencapai keseimbangan. Untuk mengoreksi ketidakseimbangan jangka pendek menuju keseimbangan jangka panjang disebut dengan Error Correction Model (ECM), yang diperkenalkan oleh Sargan dipopulerkan oleh Engle-Granger.

Adapun model yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Y = α0 + α1 X1 + α2 X2 + α3 X3 + α4X4 Ut Dimana:

Y = Total Volume Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara (Ton) X1 = Jumlah Produksi Kopi Arabika Sumatera Utara (Ton) X2 = Harga Kopi Arabika Sumatera Utara (Rp/Kg)

X3 = Harga Kopi Arabika Dunia (US$/Kg)

X4 = Nilai Tukar Rupiah Terhadap Us Dollar (Rp/US$)

(43)

α0 = intercept

Ut = error distribunce periode t

3.4.4 Error Correction Model (ECM)

ECM adalah salah satu model dinamik yang diterapkan secara luas dalam analisis ekonomi. Konsep mengenai ECM pertama kali diperkenalkan oleh Sargan pada tahun 1984 dan disempurnakan oleh Engle-Grenger (Gujarati dan Porter, 2012).

Model ini bertujuan mengatasi permasalahan data time series yang non-stasioner dan regresi semu.

Secara umum dapat dikatakan bahwa ECM sering dipandang sebagai salah satu model dinamik yang sangat terkenal dan banyak diterapkan dalam studi empiris karena kemampuan yang dimiliki oleh ECM dalam meliputi lebih banyak variabel dalam menganalisis fenomena ekonomi jangka pendek dan jangka panjang. ECM juga mengkaji konsisten tidaknya model empirik dengan teori ekonomi serta dalam usaha mencari pemecahan terhadap persoalan varabel runtut waktu yang tidak stasioner dan spurrious regression, atau spurious corelation dalam analisis ekonometrika (Thomas, 1997; Gujarati dan Porter, 2012).

ECM dikembangkan untuk mengatasi masalah perbedaan kekonsistenan hasil peramalan antara jangka pendek dan jangka panjang dengan cara proporsi disequilibrium pada satu periode dikoreksi pada periode selanjutnya sehingga tidak ada informasi yang dihilangkan hingga penggunaan untuk peramalan jangka panjang (Thomas, 1997). Munculnya ketidak seimbangan itu sendiri terjadi dikarenakan; pertama, kesalahan spesifikasi pemilihan variabel, parameter dan keseimbangan itu sendiri. Kedua, kesalahan membuat definisi variabel dan cara

(44)

mengukurnya. Ketiga, kesalahan yang disebabkan oleh faktor manusia dalam menginput data (Feryanto, 2015).

Kelebihan lain dari ECM adalah seluruh komponen dan informasi pada tingkat variabel telah dimasukkan dalam model, memasukkan semua bentuk kesalahan untuk dikoreksi, menghindari terjadinya trend dan regresi semu (spurrious regression). Selain itu, dalam pendekatan ECM sifat-sifat statistik yang diinginkan dari model dan pemberian makna yang lebih sederhana. Artinya model ECM Mampu memberikan makna lebih luas dari estimasi model ekonomi sebagai pengaruh perubahan variabel independen terhadap dependen dalam hubungan jangka pendek maupun jangka panjang (Feryanto, 2015).

Hasil estimasi pada pengujian akar-akar unit dan kointegrasi dapat digunakan untuk mengestimasi model dengan menggunakan ECM, seperti pada persamaan berikut:

DYt = α0 + α1 DX1t + α2DX2t + α3DX3t + α4DX4t + λUt-1 +et Dimana:

D = First difference

Yt = Total Volume Ekspor Kopi Sumatera Utara pada periode t X1t = Total Produksi Kopi Sumatera Utara pada periode t X2t = Harga Kopi Sumatera Utara pada periode t

X3 = Harga Kopi Arabika Dunia pada periode t

X4 = Nilai Tukar Rupiah Terhadap Us Dollar pada periode t α0 = intercept

λ = Error Correction Term (ECT), 1< λ <0

(45)

Ut = Yt - α0 - α1X1t + α2 X2 + α3X3 + α4X4 + λUt-1+et et = error distribunce periode t

Dari persamaan diatas dapat dianalisis model Error Correction Model (ECM) dengan mengeluarkan koefisien dalam u menjadi:

DYt = α0 + α1 X1t + α2 X2t + α3 X3t + α4 X4t 5 X1t-1 + α6 X2t-1 + α7 X3t-1 + α8X4t-1+ et

Untuk mengetahui apakah spesifikasi model dengan ECM merupakan model yang valid maka dilakukan uji terhadap koefisien Error Correction Term (ECT). Jika hasil pengujian terhadap koefisien ECT signifikan, maka spesifikasi model yang diamati valid.

3.4.5 Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit) Uji Koefisien Determinasi (R²)

Uji koefisien determinasi dilakukan dengan maksud untuk melihat seberapa besar pengaruh perubahan variabel-variabel bebas yang digunakan dalam model mampu menjelaskan pengaruhya terhadap variabel tidak bebasnya. Uji ini melihat nilai koefisien determinasi (R²) yang diperoleh dari persamaan yang diestimasi.

Koefisien determinasi menunjukkan kemampuan garis regresi menerangkan variasi variabel terikat (proporsi persen) variasi variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas. Nilai R² berkisar antara 0 sampai 1. Semakin mendekati 1, semakin baik.

(46)

Uji F-Statistik

Uji F merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara keseluruhan berpengaruh signifikan atau tidak signifikannya terhadap variabel dependen. Dengan derajat kepercayaan yang digunakan adalah 5%, apabila nilai F hasil perhitungan lebih besar daripada nilai F menurut tabel maka hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan menggunakan distribusi F dengan cara membandingkan nilai F-hitung yang diperoleh dari hasil regresi dengan F-tabelnya. Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

1) Ho : β1, β2, β3 = 0 Ho diterima (Prob F-statistik signifikan pada α = 5% atau F satistik < F tabel), artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

2) Ha : β1, β2, β3 ≠ 0 Ha ditolak (Prob F-statistik tidak signifikan pada α = 5%

atau F satistik < F tabel), artinya variabel independen secara bersamasama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Ho ditolak, jika t-hitung ≥ t-tabel ; t-hitung ≤ t-tabel. Artinya variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

Uji t-Statistik

Uji t-statistik dilakukan untuk mengetahui signifikansi masing-masing variabel bebas dalam mempengaruhi variabel tidak bebas. Dalam uji ini, suatu koefisien disebut signifikan secara statistik jika t-stat berada pada daerah kritis yang dibatasi oleh nilai t-tabel sesuai dengan tingkat signifikansi tertentu. Tahap yang dilakukan dalam Uji t adalah sebagai berikut :

(47)

1) Menetukan Ho dan Ha.

Jika hipotesis positif, maka : Ho : β1 ≤ 0

H1: β1 > 0

Jika hipotesis negatif, maka : Ho : β1 ≥ 0

H1: β1 < 0

2) Menentukan tingkat keyakinan dan daerah kritis (Df = n – k – 1 )

3) Menentukan nilai t tabel kemudian membandingkan nilai t tabel dan nilai t- statistik. Kriteria dalam uji t yaitu :

Ho diterima, jika t-hitung < t-tabel ; t-hitung > t-tabel Artinya variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

Untuk menganalisis hipotesis 2 yakni, bagaimana elemen bauran pemasaran variabel (harga, produk, dan prosedur ekspor) mempengaruhi eksportir dalam meningkatkan volume ekspor digunakan metode scoring, yang dilanjutkan dengan regresi linier. Variabel penelitian yang diukur dengan skala Likert ini dijabarkan menjadi indikator variabel yang kemudian dijadikan sebagai titik tolak penyusunan item – item instrumen ini, bisa berbentuk pernyataan maupun pertanyaan. Untuk keperluan analisis secara kuantitatif, maka jawaban – jawaban tersebut diberi skor.

Sangat Setuju, dengan skor 5

Setuju, dengan skor 4

Kurang Setuju, dengan skor 3 Tidak Setuju, dengan skor 2

(48)

Sangat Tidak Setuju, dengan skor 1

Untuk menjawab perumusan masalah bagaimana Bauran Pemasaran (Produk, Harga, dan Prosedur Ekspor) tersebut mempengaruhi eksportir dalam meningkatkan volume ekspor kopi dari Provsinsi Sumatera Utara, ditinjau dari hasil Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit Test), yakni dengan menganalisis keadaan Koefisien Determinasi (R2), serta hasil Uji-F (uji serempak) dan Uji-t (uji parsial).

Elemen masing-masing variabel bauran pemasaran diuraikan pada tabel berikut : Tabel : Scoring Elemen Bauran Pemasaran Kopi

Terkait Dengan Produk Biji Kopi Yang Diekspor.

No. PERTANYAAN SS S KS TS STS

1. Apakah Saudara setuju bahwa Jenis Varietas Biji Kopi berpengaruh terhadap volume pembelian buyer kopi di luar negeri?

2. Apakah Saudara setuju bahwa Ukuran Butiran Biji kopi yg diekspor berpengaruh terhadap volume pembelian buyer kopi di luar negeri ? 3. Apakah Saudara setuju bahwa Warna Biji

Kopi yg diekspor berpengaruh terhadap volume pembelian buyer kopi di luar negeri ?

4. Apakah Saudara setuju bahwa Rasa dari Biji Kopi yg diekspor berpengaruh terhadap volume pembelian buyer kopi di luar negeri ?

5. Apakah Saudara setuju bahwa Aroma Biji Kopi yg diekspor berpengaruh terhadap volume

(49)

pembelian buyer kopi di luar negeri ?

6. Apakah Saudara setuju bahwa Kemasan Biji Kopi yang praktis, mudah dibawa, serta memiliki design menarik berpengaruh terhadap volume pembelian buyer kopi di luar negeri ? 7. Apakah Saudara setuju bahwa Musim Panen

Kopi di Sumut berpengaruh terhadap volume ekspor kopi ?

8. Apakah Saudara setuju bahwa Volume Produksi Biji Kopi di negara pesaing (negara produsen kopi lainnya), berpengaruh terhadap volume ekspor kopi dari Sumatera Utara?

Terkait Dengan Harga Biji Kopi

No. PERTANYAAN SS S KS TS STS

1. Apakah Saudara setuju bahwa Harga Pembelian Biji Kopi di tingkat petani kopi di Sumatera Utara, berpengaruh terhadap volume ekspor kopi ?

2. Apakah Saudara setuju bahwa Harga Pembelian Biji Kopi di tingkat agen/pengumpul kopi Sumatera Utara, berpengaruh terhadap volume ekspor kopi ? 3. Apakah Saudara setuju bahwa Harga Jual Biji

Kopi di negera pembeli (buyer,) berpengaruh

(50)

terhadap volume ekspor kopi ?

4. Apakah Saudara setuju bahwa Harga Biji Kopi di Pasar Dunia (global market,) berpengaruh terhadap volume ekspor kopi dari Sumatera Utara?

Terkait Dengan Prosedural Ekspor No

.

PERTANYAAN SS S KS TS STS

1. Apakah anda setuju Korespondensi dengan importer (buyer) diluar negeri, merupakan hambatan dalam meningkatkan volume ekspor biji kopi ?

2. Apakah anda setuju isi dan persyaratan Kontrak Dagang dengan importir, merupakan hambatan dalam meningkatkan volume ekspor biji kopi ?

3. Apakah anda setuju Sistem Letter of Credit (L/C) dilakukan oleh importir melalui bank, merupakan hambatan dalam meningkatkan volume ekspor biji kopi ?

4. Apakah anda setuju persyaratan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) ke bank devisa merupakan hambatan dalam meningkatkan volume ekspor biji kopi ?

5. Apakah anda setuju persyaratan pemesanan ruang kapal ke Perusahaan Pelayaran atau

Gambar

Gambar  2.1. Skema Kerangka Pemikiran Faktor Yang Mempengaruhi  Volume Ekspor Kopi Arabika Di Provinsi Sumatera Utara Harga Kopi Arabika

Referensi

Dokumen terkait

MBS dapat diartikan sebagai model pengelolaan yang memberikan otonomi (kewenangan dan tanggungjawab) lebih besar terhadap sekolah, memberikan

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menyatakan bahwa dari enam elemen dari analisis risiko pemakaian alat pelindung diri masker dan sumbat telinga pada pekerja tekstil di

Di samping itu, apabila terdapat perbedaan di masyarakat, konsep yang diajukan oleh pemerintah adalah tasāmuḥ fī al-ikhtilāf / agree in disagreement (toleransi dalam

Kadar air yang optimal berkisar antar 21 - 27 % yang mana kondisi tersebut atau di bawah itu benih bisa berkecambah dengan baik hal ini sesuai dengan kutipan di

NO NO.PESERTA NAMA INSTANSI/TEMPAT BERTUGAS

Strategi yang digunakan General Culture dalam membangun Brand Image melalui Kekuatan produk yaitu dengan melakukan suatu promosi menggunakan media sosial seperti Instagram,

[r]

DALAM PENGUKURAN PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI SUMATERA BARAT, DIGUNAKAN