• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH TINGKAT PENGANGGURAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA MEDAN, BINJAI,

DELI SERDANG, KARO, DAN LANGKAT

OLEH

FADHILATUN NISBAH 140501066

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

2

(3)
(4)

4

(5)

LANGKAT

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tingkat pengangguran dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat. Dimana tingkat kemiskinan sebagai variabel terikat. Sedangkat tingkat pengangguran dan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel bebas dalam penelitian ini.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara dan juga jurnal sebagai pendukung dalam penelitian ini, selama kurun waktu 2001-2015. Model yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan model ekonometrik. Sedangkan teknik analisanya menggunakan regresi data panel dan model yang digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM) dengan metode Generalized Least Square (GLS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat pengangguran berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat. Sedangkan variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat.

Kata Kunci : Tingkat Kemiskinan, Tingkat Pengangguran, Pertumbuhan Ekonomi.

(6)

ABSTRACT

ANALYSIS THE EFFECT OF UNEMPLOYMENT RATE AND ECONOMIC GROWTH ON THE POVERTY RATE IN REGENCY/CITY MEDAN, BINJAI,

DELI SERDANG, KARO, AND LANGKAT

This research aim to analyze the effect of unemployment rate, and economic growth on the poverty rate in regency/city Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, and Langkat. Where poverty rate as dependent variable. Unemployment rate and economic growth as independent variable.

This research used is secondary data obtained from Central Agency of Statistic North Sumatera and the journals as a supporting research of year 2001- 2015. Econometric’s model is used in this research. Where the method used is panel data and used Fixed Effect Model (FEM) with method Generalized Least Square (GLS).

The results show that unemployment rate is positively, but not significan effect on the poverty rate in regency/city Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo and Langkat. Where, economic growth is negatively and significan effect on the poverty rate in regency/city Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, and Langkat.

Keywords : Poverty Rate, Unemployment Rate, Economic Growth.

(7)

memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya tak lupa penulis mengucapkan shalawat beriringan salam kepada Baginda Rasulullah S.A.W yang telah membawa risalahnya kepada seluruh umat manusia.

Penulis menyelesaikan skripsi ini guna untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan di Universitas Sumatera Utara (USU). Skripsi ini berisikan hasil penelitian dari penulis yang berjudul

“Analisis Pengaruh Tingkat Pengangguran dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat”.

Penulis menyadari bahwa isi yang terkandung dalam skripsi ini belum sempurna. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki dalam penyajiannya. Oleh karena itu dengan hati yang tulus dan ikhlas penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca yang nantinya dapat berguna dalam penyempurnaan skripsi ini.

Segala usaha yang penulis lakukan dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik dalam bentuk moril, bimbingan, dan arahan terutama kepada orang tua saya Ayahanda Muhammad Daud dan Ibunda Isnaini yang telah mendidik, mendukung, memberi motivasi, dan mendengarkan keluh-kesah penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(8)

Pada kesempatan ini penulis juga menyertakan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara (USU).

2. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP., selaku Ketua Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, SE, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Wahyu Sugeng Imam Soeparno, SE, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia membimbing, meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran bagi penulis untuk memberikan bimbingan, arahan agar skripsi ini menjadi lebih sempurna.

5. Bapak Walad Altsani H.R, SE, M.Ec., selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan saran dan kritik dalam penyempunaan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Rujiman, MA., selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen-dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan berbagai pengalaman dan ilmu pengetahuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

(9)

9. Seluruh teman-teman seperjuangan EKP’14 terutama GRUP B “Dita, Suci, Beby, Fira, Tari, Mutia, Anggie, Lisa, Desi, Halimah, Pia, Dinsa dan yang lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Terima kasih atas semua bantuannya saat masa perkuliahan, saat ujian, saat sempro, saat menyusun skripsi, canda tawa dan kebersamaan kalian takkan terlupakan.

Akhir kata penulis mengucapkan semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu dan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Februari 2018 Penulis,

Fadhilatun Nisbah

140501066

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 12

1.3.Tujuan Penelitian ... 12

1.4.Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

2.1.Kemiskinan ... 14

2.1.1. Karakteristik Penduduk Miskin. ... 16

2.1.2. Penyebab Kemiskinan ... 17

2.1.3. Ukuran Kemiskinan ... 20

2.2.Pengangguran ... 22

2.2.1. Jenis-Jenis Pengangguran ... 23

2.2.2. Pengaruh Tingkat Pengangguran terhadap Tingkat Kemiskinan ... 25

2.3.Pertumbuhan Ekonomi ... 27

2.3.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi ... 29

2.3.2. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Tingkat Kemiskinan ... 31

2.4.Penelitian Terdahulu. ... 31

2.5.Kerangka Konseptual ... 34

2.6.Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1.Ruang Lingkup Penelitian ... 37

3.2.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 37

3.2.1. Variabel Bebas (Independen) ... 37

3.2.2. Variabel Terikat (Dependen) ... 38

3.3.Jenis dan Sumber Data ... 38

3.4.Pengolahan Data... 39

3.5.Model Analisis Data ... 39

3.6.Metode Analisis Data ... 40

(11)

4.2.Analisis dan Pembahasan ... 53

4.2.1.Pengujian Chow ... 54

4.2.2.Pengujian Hausman ... 55

4.2.3.Hasil Estimasi... 56

4.2.4.Interpretasi Model ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

5.1.Kesimpulan ... 68

5.2. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70 LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Halaman 1.1. Perbandingan Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota

Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011-2015 (%) ... 2

1.2. Perbandingan Tingkat Pengangguran di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011-2015 (%) ... 6

1.3. Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011-2015 (%) ... 9

4.1. Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat Tahun 2001-2015 (%) ... 45

4.2. Tingkat Pengangguran di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat Tahun 2001-2015 (%) ... 48

4.3. Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota Medan, Binjai Deli Serdang, Karo, dan Langkat Tahun 2001-2015 (%) ... 52

4.4. Hasil dari Uji Chow ... 54

4.5. Hasil dari Uji Hausman ... 55

4.6. Hasil Estimasi Random Effect Model (REM) ... 56

4.7. Hasil Estimasi Fixed Effect Model (FEM) dengan GLS ... 59

4.8. Hasil Perbandingan Model FEM dan REM dengan GLS ... 61

(13)

1.1. Perbandingan Perkembangan Rata-rata Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo,

dan Langkat dengan Provinsi Sumatera Utara ... 4 1.2. Perbandingan Perkembangan Rata-rata Tingkat Pengangguran

di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo,

dan Langkat dengan Provinsi Sumatera Utara ... 8 1.3. Perbandingan Perkembangan Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi

di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo,

dan Langkat dengan Provinsi Sumatera Utara ... 11 2.1. Lingkaran Setan Kemiskinan (Vicious Circle of Poverty) ... 19 2.2. Kerangka Konseptual ... 34 4.1. Perkembangan Rata-rata Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/

Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat ... 47 4.2. Perkembangan Rata-rata Tingkat Pengangguran di Kabupaten

/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat ... 50 4.3. Perkembangan Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten

/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat ... 53

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No.Lampiran Judul 1. Data Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai

Deli Serdang, Karo, dan Langkat Tahun 2001-2015 (%)

2. Data Tingkat Pengangguran di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat Tahun 2001-2015 (%)

3. Data Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat Tahun 2001-2015 (%)

4. Hasil Estimasi Common Effect Model (CEM) 5. Hasil Estimasi Fixed Effect Model (FEM) 6. Hasil dari Uji Chow

7. Hasil Estimasi Random Effect Model (REM) 8. Hasil dari Uji Hausman

9. Hasil Estimasi Fixed Effect Model (FEM) dengan GLS

(15)

Pembangunan dilaksanakan untuk mewujudkan kemakmuran masyarakat melalui pengembangan perekonomian, dengan cara mengatasi berbagai permasalahan pembangunan dan sosial kemasyarakatan, seperti masalah pengangguran dan kemiskinan yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.

Selain pertumbuhan ekonomi, salah satu aspek penting untuk melihat kinerja pembangunan adalah seberapa efektif penggunaan sumber-sumber daya yang ada sehingga lapangan pekerjaan dapat menyerap angkatan kerja.

Pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat berarti produksi barang atau jasa yang dihasilkan juga meningkat, sehingga diperlukan tenaga kerja semakin banyak untuk memproduksi barang atau jasa tersebut. Dengan begitu tingkat pengangguran menurun dan jumlah penduduk miskin berkurang. Sehingga dapat dikatakan bahwa prioritas pembangunan adalah mengurangi atau menghapus kemiskinan.

Kemiskinan merupakan persoalan mendasar yang sering dihadapi oleh setiap negara sehingga menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun, termasuk negara berkembang seperti Indonesia. Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu.

Kemiskinan sebagai salah satu faktor penyebab timbulnya berbagai masalah tentang kesejahteraan, seperti ketidakmampuan untuk memenuhi

(16)

2

kebutuhan dasar, kondisi keterpencilan, keterasingan, ketergantungan, dan keterbatasan dalam mengakses layanan sosial. Sehingga masalah kemiskinan merupakan masalah yang kompleks dan bersifat multidimensional, apabila tidak dilakukan penanganan yang tepat akan berakibat pada munculnya masalah sosial lainnya. Oleh karena itu, upaya pengentasanan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, dikarenakan menyangkut berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Untuk itu peran pemerintah dalam mengambil kebijakan-kebijakan untuk mengurangi tingkat kemiskinan sangat diperlukan.

Berikut ini gambaran data perbandingan tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu 2011-2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.1

Perbandingan Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan Provinsi Sumatera Utara

Tahun

Persentase Penduduk Miskin (%)

Kabupaten/Kota Provinsi

Medan Binjai Deli Serdang Karo Langkat Sumatera Utara

2011 9,63 7,00 5,10 10,49 10,31 10,83

2012 9,33 6,72 4,78 9,33 10,02 10,41

2013 9,64 6,75 4,71 9,79 10,44 10,39

2014 9,12 6,38 4,56 9,20 9,99 9,85

2015 9,41 7,03 4,74 9,68 11,30 10,53

Rata- rata

9,43 6,78 4,78 9,70 10,41 10,40

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara

Pada tabel 1.1 diatas menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan yang dilihat dari persentase penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan (GK) di

(17)

Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat, serta Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu 2011-2015 berfluktuatif.

Adapun secara rata-rata tingkat kemiskinan tertinggi di Kabupaten Langkat yaitu sebesar 10,41 %. Hal ini dikarenakan minimnya ketersediaan lapangan pekerjaan di Kabupaten tersebut sehingga menimbulkan banyak pengangguran yang berdampak pada tingkat kemiskinan menjadi tinggi, dan masih rendahnya tingkat pendidikan, serta pembangunan di Kabupaten tersebut belum merata terutama ke golongan penduduk miskin.

Sedangkan secara rata-rata Kabupaten Deli Serdang menduduki tingkat kemiskinan terendah yaitu hanya mencapai 4,78 %. Hal ini dikarenakan gencarnya Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dalam merealisasikan sejumlah program pembangunan yang berorientasi pada kepentingan masyarakat luas hingga ke pelosok desa.

Selain itu Kabupaten Deli Serdang unggul di sektor perkebunan, pertanian dan industri, sehingga masyarakat yang menganggur di Kabupaten tersebut dapat terserap oleh lapangan pekerjaan di sektor perkebunan, pertanian, dan industri tersebut. Dengan begitu masyarakat Kabupaten Deli Sedang dapat menghasilkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga tingkat kemiskinan di Kabupaten Deli Serdang menduduki tingkat kemiskinan terendah dibandingkan dengan Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Karo, dan Langkat.

Namun, apabila dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Utara yaitu secara rata-rata tingkat kemiskinannya mencapai 10,40 %. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, dan

(18)

4

Karo tingkat kemiskinannya masih dibawah rata-rata Provinsi Sumatera Utara.

Sedangkan Kabupaten Langkat tingkat kemiskinannya berada diatas rata-rata Provinsi Sumatera Utara.

Adapun perbandingan perkembangan rata-rata tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

Gambar 1.1

Perbandingan Perkembangan Rata-rata Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan

Provinsi Sumatera Utara

Pada gambar 1.1 diatas secara rata-rata tingkat kemiskinan tertinggi di Kabupaten Langkat yaitu sebesar 10,41 %. Kemudian disusul oleh Kabupaten Karo sebesar 9,70 %, selanjutnya Kota Medan sebesar 9,43 %, dan Kota Binjai sebesar 6,78 %. Sedangkan tingkat kemiskinan terendah di Kabupaten Deli Serdang yaitu hanya 4,78 %.

0 2 4 6 8 10 12

Medan Binjai Deli Serdang

Karo Langkat Sumatera Utara Persentase Penduduk Miskin

Persen (%)

9,43

6,78

4,78

9,70 10,41 10,40

(19)

Apabila dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Utara yaitu tingkat kemiskinannya sebesar 10,40 %. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo masih dibawah rata- rata Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan Kabupaten Langkat tingkat kemiskinannya berada diatas rata-rata Provinsi Sumatera Utara.

Permasalahan kemiskinan berkaitan dengan masalah ketenagakerjaan, biasanya penduduk yang dikategorikan miskin (the poor) tidak memiliki pekerjaan atau yang disebut pengangguran (Saputra, 2011). Permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia khusunya di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara tepatnya di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat pada masa sekarang ini semakin kompleks. Indikasi ini terlihat dari tingkat pengangguran terbuka dari tahun ke tahun meningkat. Sementara lapangan pekerjaan yang tersedia relatif terbatas. Selain itu pemutusan hubungan kerja, dikarenakan sebagian perusahaan tutup, ini menambah jumlah angka pengangguran. Tingginya angka pengangguran tidak hanya menimbulkan masalah-masalah dibidang ekonomi saja, melainkan dibidang sosial seperti masalah kemiskinan dan kerawanan sosial.

Berikut ini gambaran data perbandingan tingkat pengangguran di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu 2011-2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

(20)

6

Tabel 1.2

Perbandingan Tingkat Pengangguran di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan Provinsi Sumatera Utara

Tahun

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) %

Kabupaten/Kota Provinsi

Medan Binjai Deli Serdang Karo Langkat Sumatera Utara

2011 9,97 8,37 7,69 4,66 5,78 6,37

2012 9,03 9,80 6,85 2,00 5,98 6,20

2013 10,01 6,37 7,54 2,08 7,10 6,53

2014 9,48 7,60 7,00 1,02 6,60 6,23

2015 11,00 10,00 6,38 2,23 8,02 6,71

Rata- rata

9,90 8,43 7,09 2,40 6,70 6,40

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara

Pada tabel 1.2 diatas menunjukkan bahwa tingkat pengangguran yang diukur bedasarkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat, serta Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu 2011-2015 berfluktuatif.

Adapun secara rata-rata tingkat pengangguran yang dilihat bedasarkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) usia 15 tahun keatas tertinggi di Kota Medan yaitu sebesar 9,90 %. Hal ini dikarenakan Kota Medan Ibu Kota dari Provinsi Sumatera Utara, sehingga Kota Medan sering dilirik oleh masyarakat pedesaan untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Oleh karena itu Kota Medan tidak bisa menghindari arus urbanisasi, sehingga perkembangan jumlah penduduk sangat pesat di Kota Medan tanpa diikuti dengan tersedianya lapangan pekerjaan yang cukup, akibatnya timbul pengangguran yang cukup tinggi di Kota Medan.

Sedangkan tingkat pengangguran terendah di Kabupaten Karo yaitu secara rata-rata hanya 2,40 %. Hal ini dikarenakan mayoritas penduduk di Kabupaten

(21)

tersebut bekerja di sektor informal, seperti sektor pertanian. Sehingga untuk memasuki lapangan pekerjaan di sektor pertanian tidak membutuhkan pendidikan yang tinggi dan persyaratan khusus. Oleh karena itu mempermudah penduduk untuk bekerja, sehingga Kabupaten Karo tingkat penganggurannya relatif rendah.

Apabila dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Utara tingkat penganggurannya sebesar 6,40 %. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang dan Langkat tingkat penganggurannya berada diatas rata-rata Provinsi Sumatera Utara.

Sedangkan Kabupaten Karo tingkat penganggurannya masih dibawah rata-rata Provinsi Sumatera Utara.

Adapun perbandingan perkembangan rata-rata tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

(22)

8

Gambar 1.2

Perbandingan Perkembangan Rata-rata Tingkat Pengangguran di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan

Provinsi Sumatera Utara

Pada gambar 1.2 diatas secara rata-rata tingkat pengangguran tertinggi di Kota Medan yaitu sebesar 9,90 %. Kemudian disusul oleh Kota Binjai sebesar 8,43 %, selanjutnya Kabupaten Deli Serdang 7,09 %, dan Kabupaten Langkat sebesar 6,70 %. Sedangkan tingkat pengangguran terendah di Kabupaten Karo yaitu hanya 2,40 %.

Apabila dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Utara yaitu tingkat penganggurannya sebesar 6,40 %. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang dan Langkat berada diatas rata-rata Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan Kabupaten Karo tingkat penganggurannya berada dibawah rata-rata Provinsi Sumatera Utara.

Kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi mempunyai keterkaitan yang sangat erat, sehingga pertumbuhan ekonomi seringkali dijadikan tolak ukur untuk

0 2 4 6 8 10

Medan Binjai Deli Serdang

Karo Langkat Sumatera Utara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 9,90

8,43

7,09

2,40

6,70 6,40

Persen (%)

(23)

mengukur kinerja keberhasilan perekonomian suatu negara atau wilayah. Tidak dapat dipungkiri bahwa pertumbuhan ekonomi sangat berarti bagi pengentasan kemiskinan dan pembangunan ekonomi. Namun pertumbuhan ekonomi yang baik, harus menyebar secara merata termasuk ke golongan penduduk miskin agar tidak terjadi kesenjangan pendapatan.

Berikut ini gambaran data perbandingan tingkat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu 2011-2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.3

Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan Provinsi Sumatera Utara

Tahun

Pertumbuhan Ekonomi (%)

Kabupaten/Kota Provinsi

Medan Binjai Deli Serdang Karo Langkat Sumatera Utara

2011 7,69 6,56 6,01 6,57 5,84 6,66

2012 7,63 6,61 6,06 6,35 6,05 6,45

2013 5,36 6,07 9,22 4,95 5,61 6,07

2014 6,08 5,38 7,50 5,09 5,12 5,23

2015 5,74 5,40 5,24 5,91 5,03 5,10

Rata- rata

6,50 6,00 6,81 5,77 5,53 5,90

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara

Pada tabel 1.3 diatas menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat, serta Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu 2011-2015 berfluktuatif.

Adapun secara rata-rata pertumbuhan ekonomi tertinggi di Kabupaten Deli Serdang yaitu sebesar 6,81 %. Hal ini dikarenakan Kabupaten Deli Serdang

(24)

10

memiliki keunggulan disektor pertanian, perikanan, dan industri sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat Kabupaten Deli Serdang secara merata.

Selain itu faktor kedekatan Kabupaten Deli Serdang secara geografis dengan Kota Medan yang merupakan pusat kegiatan perokonomian dan pemerintah, serta dengan adanya Bandara Kuanalanamu Internasional yang telah beroperasi sejak Juli 2013 menjadi faktor pendukung tingginya pertumbuhan ekonomi di Kabupaten tersebut.

Sedangkan pertumbuhan ekonomi terendah di Kabupaten Langkat yakni sebesar 5,53 %. Hal ini dikarenakan masih rendahnya perputaran roda perekonomian di Kabupaten tersebut.

Apabila dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Utara yaitu secara rata- rata pertumbuhan ekonominya sebesar 5,90 %. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, dan Deli Serdang pertumbuhan ekonominya berada diatas rata-rata Provinsi Sumatera Utara.

Sedangkan Kabupaten Karo dan Langkat pertumbuhan ekonominya berada dibawah rata-rata Provinsi Sumatera Utara.

Adapun perbandingan perkembangan rata-rata pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

(25)

Gambar 1.3

Perbandingan Perkembangan Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan

Provinsi Sumatera Utara

Pada gambar 1.3 diatas secara rata-rata pertumbuhan ekonomi tertinggi di Kabupaten Deli Serdang yaitu sebesar 6,81 %. Kemudian disusul oleh Kota Medan sebesar 6,50 %, selanjutnya Kota Binjai 6,00 %, dan Kabupaten Karo 5,77

%. Sedangkan pertumbuhan ekonomi terendah di Kabupaten Langkat yaitu hanya 5,33 %.

Apabila dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Utara yaitu secara rata- rata pertumbuhan ekonominya sebesar 5,90 %. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang berada diatas rata-rata Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karo dan Langkat pertumbuhan ekonominya masih dibawah rata-rata Provinsi Sumaatera Utara.

0 1 2 3 4 5 6 7

Medan Binjai Deli Serdang

Karo Langkat Sumatera Utara Pertumbuhan Ekonomi

6,50

6,00

6,81

5,77

5,53 5,90

Persen (%)

(26)

12

Bedasarkan uraian permasalahan diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan menulis skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Tingkat Pengangguran dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupeten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat.

1.2. Perumusan Masalah

Bedasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat ?

2. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat ?

1.3. Tujuan Penelitian

Bedasarkan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat.

2. Untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat.

1.4. Manfaat Penelitian

Bedasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(27)

1. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan penulis dalam menganalisis pengaruh tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat.

2. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan penulis dalam menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat.

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kemiskinan

Kemiskinan merupakan fenomena yang seringkali dijumpai dalam kehidupan di seluruh negara, termasuk di negara berkembang seperti Indonesia.

Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi ketidakmampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang, maupun papan. Kemampuan pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak pada kemampuan untuk memenuhi standar hidup rata-rata seperti kesehatan masyarakat dan standar pendidikan. Banyak tokoh, peneliti, badan resmi pemerintah, yang memilki pendapat tersendiri dalam memandang masalah kemiskinan ini.

Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat multidimensi sehingga dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang. Dalam arti proper, kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Menurut Chambers dalam Suryawati (2005) menyatakan bahwa kemiskinan adalah suatu integrated concept yang mempunyai lima dimensi, yaitu: (1) kemiskinan (proper); (2) ketidakberdayaan (powerless); (3) kerentanan menghadapi situasi darurat (state of emergency); (4) ketergantungan (dependence) dan (5) keterasingan (isolation); baik secara geografis maupun sosiologis.

(29)

Menurut Bappenas (2004) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar antara lain, terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan, rasa aman dari perlakuan atau aman tindak kekerasan, dan hak untuk beradaptasi dalam kehidupan sosial.

Menurut Sastraadmaja (2003) dalam Permana (2012), pola kemiskinan dibedakan menjadi empat. Pola Pertama adalah persistent poverty, yaitu kemiskinan yang telah kronis atau turun menurun. Pola kedua adalah cyclical poverty, yaitu kemiskinan yang mengikuti pola siklus ekonomi secara

keseluruhan. Pola ketiga adalah seasonal poverty, yaitu kemiskinan musiman yang sering dijumpai pada kasus nelayan dan pertanian. Pola keempat adalah accident poverty, yaitu kemiskinan yang tercipta karena adanya bencana alam,

konflik, dan kekerasan, atau dampak dari suatu kebijakan tertentu yang menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraan suatu masyarakat.

Hidup dalam kemiskinan bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti tingkat kesehatan, pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum, kerentanan terhadap ancaman tindak kriminal, ketidakberdayaan dalam menentukan jalan hidupnya sendiri (Suryawati, 2005).

Secara ekonomi, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan sumber daya yang dapat digunakan memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan

(30)

16

kesejahteraan sekelompok orang. Secara Politik, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat akses terhadap kekuasaan yang mempunyai pengertian tentang sistem politik yang menentukan kemampuan sekelompok orang dalam menjangkau dan menggunakan sumber daya. Secara sosial psikologi, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan jaringan dan struktur sosial yang mendukung dalam mendapatkan kesempatan peningkatan produktivitas (Nugroho, 2015).

2.1.1. Karakteristik Penduduk Miskin

Walaupun kemiskinan merupakan istilah yang umum, ditandai dengan tidak mampunya seseorang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup minimal yang dianggap layak, namun kemiskinan itu memiliki ciri yang berbeda antar wilayah. Perbedaan ini terkait pada kemiskinan sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM), dan kelembagaan setempat.

Adapun ciri-ciri kelompok (penduduk miskin) adalah sebagai berikut : a. Rata-rata tidak mempunyai faktor produksi sendiri, seperti tanah, modal,

peralatan kerja, dan keterampilan.

b. Mempunyai tingkat pendidikan yang rendah.

c. Kebanyakan bekerja atau berusaha sendiri dan bersifat usaha kecil (sektor informal), setengah menganggur atau menganggur (tidak bekerja).

d. Kebanyakan berada di daerah pedesaan atau daerah tertentu perkotaan (slum area).

e. Kurangnya kesempatan untuk memperoleh (dalam jumlah cukup) bahan kebutuhan pokok, pakaian, perumahan, fasilitas kesehatan sosial lainnya (Suryawati, 2005).

(31)

2.1.2. Penyebab Kemiskinan

Menurut Nasikun dalam Suryawati (2005), beberapa sumber dan proses penyebab terjadinya kemiskinan, yaitu :

1. Policy induces processes : proses pemiskinan yang dilestarikan, direproduksi melalui pelaksanaan suatu kebijakan, diantaranya adalah kebijakan anti kemiskinan, tetapi realitanya justru melestarikan.

2. Sosio-economic dualism : negara bekas koloni mengalami kemiskinan

karena pola produksi kolonial, yaitu petani menjadi marjinal karena tanah yang paling subur dikuasai petani skala besar dan berorientasi ekspor.

3. Population growth : perspektif yang didasari oleh teori Malthus bahwa pertambahan penduduk seperti deret ukur sedangkan pertambahan pangan seperti deret hitung.

4. Resources management and the environment : yaitu unsur manajemen sumber daya alam dan lingkungan, seperti manajemen pertanian yang asal tebang akan menurunkan produktivitas.

5. Natural cycles and processes : kemiskinan yang terjadi karena siklus alam.

Misalnya tinggal dilahan kritis, dimana jika lahan itu turun hujan akan terjadi banjir, akan tetapi jika musim kemarau kekurangan air sehingga tidak memungkinkan produktivitas yang maksimal dan terus-menerus.

6. The marginalization of woman : peminggiran kaum perempuan karena masih dianggap sebagai golongan kelas kedua, sehingga akses dan penghargaan hasil kerja yang diberikan lebih rendah dari laki-laki.

(32)

18

7. Cultural and ethnic factors : bekerjanya faktor budaya dan etnik yang memelihara kemiskinan. Misalnya pada pola konsumtif pada petani dan nelayan ketika panen raya, serta adat istiadat yang konsumtif saat upacara adat atau keagamaan.

8. Explotative intermediation : keberadaan penolong yang menjadi penodong, seperti rentenir (lintah darat).

9. Internal political fragmentation and civil stratfe : suatu kebijakan yang diterapkan pada suatu daerah yang fragmentasi politiknya kuat, dapat menjadi penyebab kemiskinan.

10. International processes : bekerjanya sistem internasional (kolonialisme dan kapitalisme) membuat banyak negara menjadi miskin.

Menurut Sharp (dalam Kuncoro, 1997) mengidentifikasikan penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, secara mikro kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia.

Kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas rendah, yang menyebabkan upah menjadi rendah. Rendahnya kualitas sumber daya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau karena keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.

(33)

Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty). Teori ini dikemukakan oleh Ragnar Nurkse (1953)

yang mengatakan “a poor country is poor because it is poor”, (negara miskin itu miskin karena dia miskin).

Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan. Oleh karena itu setiap usaha untuk mengurangi kemiskinan seharusnya diarahkan untuk memotong lingkaran dan perangkap kemiskinan ini (Kuncoro, 1997). Berikut gambar lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty).

Gambar 2.1

Lingkaran Setan Kemiskinan (Vicious Circle of Poverty) Ketidaksempurnaan pasar,

Keterbelakangan, Ketertinggalan Kekurangan modal

Produktivitas Rendah Investasi Rendah

Tabungan Rendah Pendapatan Rendah

(34)

20

2.1.3. Ukuran Kemiskinan

Garis kemiskinan adalah semua ukuran kemiskinan yang dipertimbangkan bedasarkan norma-norma tertentu. Pilihan norma tersebut sangat penting terutama dalam hal pengukuran kemiskinan yang didasarkan pola konsumsi. Garis kemiskinan yang didasarkan pada konsumsi terdiri atas dua elemen yaitu: (1) pengeluaran yang diperlukan untuk memenuhi standar gizi minimum dan kebutuhan mendasar lainnya dan (2) jumlah kebutuhan lain yang sangat bervariasi, yang mencerminkan biaya partisipasi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari (Kuncoro, 2014).

Menurut BPS (2010) dalam Ariyus (2015), penetapan perhitungan garis kemiskinan dalam masyarakat adalah masyarakat yang berpenghasilan dibawah Rp. 7.057 per orang per hari. Penetapan angka Rp. 7.057 per orang per hari tersebut berasal dari perhitungan garis kemiskinan yang mencakup kebutuhan makanan dan non-makanan. Untuk kebutuhan minimum makanan digunakan 2.100 kilokalori per kapita per hari. Sedangkan untuk pengeluaran kebutuhan minimum bukan makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, pendidikan, dan kesehatan.

Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep Head Count Index (HCI-PO) yaitu kemiskinan diukur bedasarkan persentase penduduk yang

berada dibawah Garis Kemiskinan (GK). Jadi penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut :

(35)

∑ [ ]

Dimana :

α = 0

z = garis kemiskinan

= rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan (i = 1, 2, 3,...q), < z

q = banyaknya penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan n = jumlah penduduk

Sedangkan, Ukuran kemiskinan menurut Nurkse (1953) dalam Kuncoro (1997) secara sederhana dan yang umum digunakan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:

1. Kemiskinan Absolut

Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada dibawah garis kemiskinan dan tidak cukup untuk menentukan kebutuhan dasar hidupnya. Konsep ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik terhadap makanan, pakaian, dan perumahan untuk menjamin kelangsungan hidup.

Kesulitan utama dalam konsep kemiskinan absolut adalah menentukan komposisi dan tingkat kebutuhan minimum karena kedua hal tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh adat kebiasaan saja, tetapi juga iklim, tingkat kemajuan suatu negara, dan faktor-faktor ekonomi lainnya. Walaupun demikian, untuk dapat

(36)

22

hidup kayak, seseorang membutuhkan barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan fisik dan sosialnya.

2. Kemiskinan Relatif

Seseorang termasuk golongan miskin relatif apabila telah dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan keadaan masyarakat sekitarnya. Bedasarkan konsep ini, garis kemiskinan akan mengalami perubahan bila tingkat hidup masyarakat berubah sehingga konsep kemiskinan ini bersifat dinamis atau akan selalu ada.

Oleh karena itu, kemiskinan dapat dari aspek ketimpangan sosial yang berarti semakin besar ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah, maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat dikategorikan selalu miskin.

3. Kemiskinan Kultural

Seseorang termasuk golongan miskin kultural apabila sikap orang atau sekelompok masyarakat tersebut tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya atau dengan kata lain seseorang tersebut miskin karena sikapnya sendiri yaitu pemalas dan tidak mau memperbaiki kondisinya.

2.2. Pengangguran

Pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya (Sukirno 2004 dalam Nugroho 2015). Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah

(37)

angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang tersedia. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian, karena dengan adanya pengangguran produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.

Pengangguran adalah masalah makroekonomi yang mempengaruhi manusia secara langsung dan merupakan yang paling berat. Kebanyakan orang kehilangan pekerjaan berarti penurunan standar kehidupan dan tekanan psikologis. Jadi tidaklah mengejutkan jika pengangguran menjadi topik yang sering dibicarakan dalam perdebatan politik dan para politis sering mengklaim bahwa kebijakan yang mereka tawarkan akan membantu menciptakan lapangan kerja (Mankiw, 2006)

Angka pengangguran adalah persentase jumlah penganggur terhadap jumlah angkatan kerja (Sumarsono, 2009). Indikator yang biasanya digunakan untuk menghitung pengangguran adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).

Dimana TPT merupakan perbandingan antara jumlah penganggur dengan jumlah angkatan kerja yang biasanya dinyatakan dalam satuan persen (%). Yang secara sistematis dimana TPT dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Jumlah Penganggur

TPT = x 100 % Jumlah Angkatan Kerja

2.2.1. Jenis-Jenis Pengangguran

Menurut Sukirno (2003), adapun klasifikasi jenis-jenis penganggguran adalah sebagai berikut :

(38)

24

1. Jenis-Jenis Pengangguran Bedasarkan Penyebabnya : a.Pengangguran Normal atau Friksional

Pengangguran yang berlaku pada tingkat kesempatan kerja penuh.

Kesempatan kerja penuh adalah keadaan dimana sekitar 95 persen dari angkatan kerja dalam suatu waktu sepenuhnya bekerja. Pengangguran yang sebanyak 5 persen inilah yang dinamakan sebagai pengangguran alamiah. Para penganggur ini bukan karena tidak mendapatkan pekerjaan, tetapi karena sedang mencari kerja yang lebih baik atau sesuai dengan keinginanya.

b. Pengangguran Struktural

Pengangguran struktural merupakan pengangguran yang disebabkan oleh adanya perubahan struktur dalam perekonomian.

c.Pengangguran Konjungtur

Pengangguran yang disebabkan oleh kelebihan pengangguran alamiah dan berlaku sebagai akibat pengurangan dalam permintaan agregat. Penurunan permintaan agregat mengakibatkan perusahaan mengurangi jumlah pekerja atau gulung tikar, sehingga muncul pengangguran konjungtur.

d.Pengangguran Teknologi

Pengangguran yang ditimbulkan oleh penggunaan mesin dan kemajuan teknologi lainnya.

2. Jenis-Jenis Pengangguran Bedasarkan Cirinya : a.Pengangguran Terbuka

(39)

Pengangguran ini tercipta sebagai akibat penambahan pertumbuhan kesempatan kerja yang lebih rendah dari pada pertumbuhan tenaga kerja, akibatnya banyak tenaga kerja yang tidak memperoleh pekerjaan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pengangguran terbuka adalah penduduk yang telah masuk dalam angkatan kerja tetapi tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, serta sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

b.Pengangguran Tersembunyi

Keadaan dimana suatu jenis kegiatan ekonomi dijalankan oleh tenaga kerja yang jumlahnya melebihi dari yang diperlukan.

c.Pengangguran Musiman

Keadaan pengangguran pada masa-masa tertentu dalam satu tahun.

Pengangguran ini biasanya terjadi di sektor pertanian. Petani akan menganggur saat menunggu masa tanam dan saat jeda antara musim tanam dan musim panen.

d.Setengah Menganggur

Keadaan dimana seseorang bekerja dibawah jam kerja normal. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), di Indonesia jam kerja normal adalah 35 jam seminggu, jadi pekerja yang bekerja di bawah 35 jam seminggu termasuk golongan setengah menganggur.

2.2.2. Pengaruh Tingkat Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah yang kompleks dan sudah tidak asing lagi bahkan sudah melekat bagi sebagian besar masyarakat

(40)

26

Indonesia. Karena kedua hal tersebut adalah permasalahan sosial yang saling berkaitan, dimana kita tidak bisa menutup mata akan hal tersebut. Pengangguran dan kemiskinan itu sendiri sangat erat kaitannya dengan masyarakat yang hidup dalam garis ekonomi menengah ke bawah.

Pengangguran memiliki hubungan yang sangat erat dalam mempengaruhi tingkat kemiskinan. Standar hidup yang rendah di implementasikan ke dalam bentuk tingkat pendapatan yang rendah, perumahan yang kurang layak, kesehatan yang buruk, bekal pendidikan yang minim, atau bahkan tidak ada sama sekali, angka kematian bayi yang tinggi, usia harapan hidup yang relatif sangat singkat dan peluang untuk mendapatkan kerja yang rendah. Dalam hal peluang untuk mendapatkan kerja yang rendah berarti pengangguran. Pengangguran yang tinggi akan menyebabkan pendapatan berkurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari yang pada akhirnya akan mengalami kemiskinan. Dengan demikian jumlah pengangguran memiliki hubungan positif terhadap kemiskinan (Todaro, 2003).

Menurut Sukirno (2004) dalam Permana (2012) efek buruk dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang dicapai seseorang. Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan.

Apabila pengangguran di suatu negara sangat buruk, kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek buruk bagi kesejahteraan masyarakat dan prospek ekonomi dalam jangka panjang.

(41)

2.3. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat (Sukirno, 2006 dalam Tirta 2013). Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi ditandai dengan meningkatnya hasil produksi dan pendapatan. Dalam hal ini, berarti terjadinya peningkatan pendapatan nasional yang ditunjukkan oleh besarnya Produk Domestik Bruto (PDB).

Menurut Sukrino (2012) dalam Hambarsari & Inggit (2016), pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan ekonomi yang berlaku dari waktu ke waktu dan menyebabkan pendapatan nasional rill semakin berkembang. Tingkat pertumbuhan ekonomi menunjukkan persentase kenaikan pendapatan nasional rill pada suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan pendapatan nasional rill pada tahun sebelumnya. Sedangkan menurut Kuncoro (2014) pertumbuhan ekonomi adalah penambahan output atau pertambahan pendapatan nasional agregatif dalam kurun waktu tertentu.

Pembangunan ekonomi salah satunya dengan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi digunakan sebagai indikator untuk menentukan apakah kebijakan yang dilaksanakan dalam suatu negara ataupun daerah sudah efektif atau tidak. Perhitungan pertumbuhan ekonomi biasanya dilakukan dalam waktu tahunan untuk melihat bagaimana perkembangan perekonomian di negara ataupun daerah tersebut. Laju perrtumbuhan ekonomi

(42)

28

dikatakan meningkat dengan melihat Produk Domestik Bruto (PDB) untuk tingkat nasional, dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk tingkat wilayah atau regional. Produk Domestik Bruto (PDB) diartikan sebagai nilai barang dan jasa yang diproduksi di dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu.

Sedangkan, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu, nilai barang dan jasa yang diproduksi dalam satu tahun tertentu yang hanya mengukur pertumbuhan perekonomian dilingkup wilayah, pada umumya wilayah provinsi atau kabupaten.

Adapun cara penyajian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) disusun dalam dua bentuk, yaitu :

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)

Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan atau yang dikenal dengan PDRB rill merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu wilayah yang dihitung bedasarkan harga pada tahun tertentu yang digunakan sebagai acuan (tahun dasar), baik pada saat menghitung atau menilai produksi, biaya antara, maupun komponen nilai tambah.

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku atau PDRB nominal merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu wilayah yang dihitung bedasarkan harga pada

(43)

tahun berjalan (current price), baik pada saat menghitung atau menilai produksi, biaya antara, ataupun nilai tambah.

Pertumbuhan ekonomi dapat diukur dengan menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga konstan (ADHK) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

PDRB t – PDRB t-1

Gt = x 100 % PDRB t-1

Dimana :

Gt = Pertumbuhan Ekonomi

PDRB t = PDRB atas dasar harga konstan tahun tertentu.

PDRB t-1 = PDRB atas dasar harga konstan tahun sebelumnya.

2.3.1. Faktor-Faktor yang Menentukan Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Todaro (2003) dalam Prastyo (2014), ada tiga faktor-faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi yaitu :

1. Akumulasi Modal

Akumulasi modal termasuk semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fiskal, dan sumber daya manusia (human resources).

Akumulasi modal akan terjadi jika ada sebagian pendapatan sekarang di tabung yang kemudian diinvestasikan kembali dengan tujuan untuk memperbesar output di masa-masa mendatang. Investasi juga harus disertai dengan investasi infrastruktur, yakni berupa jalan, listrik, air bersih, fasilitas sanitasi, fasilitas komunikasi, demi menunjang aktivitas ekonomi produktif. Investasi dalam pembinaan sumber daya manusia

(44)

30

bermuara pada peningkatan kualitas modal manusia, yang pada akhirnya dapat berdampak positif terhadap angka produksi.

2. Pertumbuhan Penduduk dan Angkatan Kerja

Pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja (labor force) secara tradisonal telah dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi.

Artinya, semakin banyak angkatan kerja semakin produktif tenaga kerja, sedangkan semakin banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestiknya.

3. Kemajuan Teknologi

Kemajuan teknologi disebabkan oleh teknologi cara-cara baru dan cara- cara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tradisional. Ada tiga klasifikasi kemajuan teknologi yaitu :

a. Kemajuan teknologi yang bersifat netral, terjadi jika tingkat output yang dicapai lebih tinggi dari kuantitas dan kombinasi-kombinasi input yang sama

b. Kemajuan teknologi yang bersifat hemat tenga kerja (labor saving) atau hemat modal (capital saving), yaitu tingkat output yang lebih tinggi bisa dicapai dengan jumlah tenaga kerja atau input modal yang sama.

c. Kemajuan teknologi yang meningkatkan modal, terjadi jika penggunaan teknologi tersebut memungkinkan kita memanfaatkan barang modal yang ada secara lebih efektif.

(45)

2.3.2. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator untuk melihat sejauh mana kebijakan pemerintah berhasil dalam mengurangi kemiskinan. Namun pertumbuhan ekonomi tanpa diikuti dengan pemerataan pendapatan tidak akan mampu mengurangi jumlah penduduk miskin, maka dari itu pertumbuhan ekonomi yang baik haruslah menyebar secara merata ke golongan masyarakat, termasuk penduduk miskin.

Menurut Kuznet (2001) dalam Saputra (2011), pertumbuhan dan kemiskinan mempunyai korelasi yang sangat kuat, karena pada tahap awal proses pembangunan tingkat kemiskinan cenderung meningkat dan pada saat mendekati tahap akhir pembangunan, jumlah orang miskin berangsur-angsur berkurang.

Dengan demikian pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan.

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian dan menentukan langkah-langkah yang sistematis untuk menyusun penelitian dari segi teori maupun konsep. Berikut penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian ini sebagai berikut :

1. Whisnu Adi Saputra (2011), yang berjudul “Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, PDRB, IPM, Pengangguran terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Jawa Tengah” dengan menggunakan variabel bebas atau independen (X) yaitu jumlah penduduk (X1), PDRB (X2), IPM (X3), pengangguran (X4) dan variabel terikat atau dependen (Y) yaitu tingkat

(46)

32

kemiskinan. Adapun metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi data panel dengan pendekatan Fixed Effect Model (FEM) dan menggunakan metode Generalized Least Square (GLS). Hasil dari penelitian ini menunjukkan variabel jumlah penduduk (X1), PDRB (X2), IPM (X3) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Jawa Tengah, sedangkan pengangguran (X4) berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Jawa Tengah.

2. Prabowo Dwi Kristanto (2014), yang berjudul “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum, dan Tingkat Pengangguran terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Brebes” dengan menggunakan variabel bebas atau independen (X) adalah pertumbuhan ekonomi (X1), upah minimum (X2), tingkat pengangguran (X3) dan variabel terikat atau dependen (Y) adalah jumlah penduduk miskin.

Adapun metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi (X1), upah minimum (X2), berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten Brebes, sedangkan tingkat pengangguran (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten Brebes.

3. Sri Kuncoro (2014), yang berjudul “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran, dan Pendidikan terhadap Tingkat

(47)

Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur tahun 2009-2011” dengan menggunakan variabel bebas atau independen (X) adalah pertumbuhan ekonomi (X1), tingkat pengangguran (X2), pendidikan (X3) dan variabel terikat atau dependen (Y) adalah tingkat kemiskinan. Adapun metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi data panel dengan pendekatan Random Effect Model (REM) dan menggunakan metode Generalized Least Square (GLS). Hasil dari penelitian ini menunjukkan

bahwa variabel pertumbuhan ekonomi (X1), tingkat pengangguran (X2), dan pendidikan (X3) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur tahun 2009-2011.

4. Safdar Hussain Tahir, dkk (2014), yang berjudul “Dampak Tingkat Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap Kemiskinan di Pakistan” dengan menggunakan variabel bebas atau independen (X) adalah Produk Domestik Bruto (PDB) dan variabel terikat atau dependen (Y) adalah kemiskinan. Adapun metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear sederhana dengan uji asumsi klasik. Hasil penelitian ini menunjukkan Produk Domestik Bruto (PDB) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di Pakistan.

5. Lucky Selvandra Ariyus (2015), yang berjudul “Analisis Pengaruh Angka Harapan Hidup, PDRB perkapita, Jumlah Pengangguran terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Banten” dengan menggunakan variabel bebas atau independen (X) adalah angka harapan hidup (X1), PDRB perkapita (X2), jumlah pengangguran (X3) dan variabel terikat atau

(48)

34

dependen (Y) adalah jumlah penduduk miskin. Adapun metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian ini menunjukkan angka

harapan hidup (X1) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin, PDRB perkapita (X2) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap jumlah penduduk miskin, sedangkan tingkat pengangguran (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Banten.

2.5. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual untuk memudahkan kegiatan penelitian dalam menghubungkan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan variabel independen dengan variabel dependen (Sugiyono, 2011). Serta untuk memperjelas akar pemikiran dalam penelitian ini. Berikut ini gambar kerangka konseptual dalam penelitian ini :

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Dari gambar kerangka konseptual diatas dilihat bahwa tingkat pengangguran dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat menjadi variabel bebas (independen), sedangkan

Tingkat Pengangguran

Tingkat Kemiskinan Pertumbuhan Ekonomi

(49)

tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat menjadi variabel terikat (dependen).

Pengangguran akan menimbulkan masalah ekonomi dan sosial kepada yang mengalaminya. Kondisi menganggur menyebabkan seseorang tidak memiliki pendapatan, akibatnya kesejahteraan masyarakat menurun sehingga turunnya kesejahteraan masyarakat akan meningkatkan peluang terjebak dalam kemiskinan.

Pertumbuhan ekonomi adalah indikator yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan. Semakin tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan regional dapat menyebar secara merata kepada seluruh lapisan masyarakat terutama masyarakat miskin sehingga dapat mengurangi tingkat kemiskinan.

2.6. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2011).

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tingkat pengangguran berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli serdang, Karo, dan Langkat.

(50)

36

2. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat.

(51)

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh tingkat pengangguran dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dalam kurun waktu 2001-2015.

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011).

Dalam penelitian ini digunakan dua jenis variabel penelitian, yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen).

3.2.1. Variabel Bebas (Independen)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2011).

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (independen) adalah sebagai berikut :

1. Tingkat Pengangguran (X1)

Dalam penelitian ini tingkat pengangguran dihitung bedasarkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) usia 15 tahun keatas. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah persentase penduduk dalam angkatan kerja yang tidak memiliki pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan yang diukur dalam satuan

(52)

38

persen (%) di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dalam kurun waktu 2001-2015.

2. Pertumbuhan Ekonomi (X2)

Dalam penelitian ini pertumbuhan ekonomi adalah indikator yang biasanya digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu wilayah yang diikuti dengan pemerataan pendapatan. Pertumbuhan ekonomi dilihat dari laju PDRB atas dasar harga konstan dalam satuan persen (%) di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dalam kurun waktu 2001-2015.

3.2.2. Variabel Terikat (Dependen)

Varibel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011).

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat (dependen) adalah sebagai berikut:

1. Tingkat Kemiskinan (Y)

Dalam penelitian ini tingkat kemiskinan dilihat bedasarkan persentase penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan (GK) yang diukur dalam satuan persen (%) di Kabupaten/Kota di Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dalam kurun waktu 2001-2015.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data yang berbentuk skala numerik (angka). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, buku-buku, jurnal, internet, dan sumber lain

(53)

yang berhubungan dengan masalah penelitian kemudian dianalisis dengan prosedur statistik.

3.4. Pengolahan Data

Penulis menggunakan program komputer Eviews 9 dalam mengolah dan menganalisis data penelitian di dalam skripsi ini.

3.5. Model Analisis Data

Model yang digunakan untuk menganalisis Pengaruh Tingkat Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat adalah dengan menggunakan model ekonometrika, sedangkan teknik analisanya menggunakan regresi data panel. Data panel merupakan kombinasi antara antara deret waktu (time series) dan kerat lintang (cross section).

Adapun persamaan model ekonometrika dengan menggunakan data cross section dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

= α + β + ...(3.1) Dimana :

i = 1,2,3...N (Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat)

N = banyaknya data cross section (sebanyak 5 (lima) Kabupaten/Kota)

Sedangkan persamaan model ekonometrika dengan data time series dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

= α + β + ...(3.2)

(54)

40

Dimana :

t = 1,2,3...N (dalam kurun waktu 2001, 2002, 2003,...2015) N = banyaknya data time series (selama kurun waktu 15 (lima belas) tahun)

Sehingga persamaan model ekonometrika dengan menggunakan data panel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

= α + β + β + ...(3.3) Dimana :

K = Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli serdang, Karo dan Langkat.

TP = Tingkat Pengangguran di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat.

PE = Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat.

i = Kabupaten/Kota (1, 2, 3...5) t = Tahun (2001, 2002 ,2003...2015) α = Konstanta

= Koefisien Regresi = Term Error

3.6. Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan metode yang penting dalam penyusunan suatu penelitian dengan pengujian data menggunakan teknik statistik tertentu, dan

Referensi

Dokumen terkait

Pada bab ini, Anda diajak menyelesaikan masalah program linear dengan cara membuat gra¿k himpunan penyelesaian sistem pertidaksamaan linear, menentukan model matematika dari soal

“Faktor -Faktor yang Berhubungan dengan Kesembuhan Penderita TB Paru (Studi Kasus di Puskesmas Purwodadai I Kabupaten Grobongan)”.. Jurnal

Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa mayoritas responden menilai Sangat Setuju (SS) pada pernyataan kualitas layanan universitas sebagai berikut: Ruang kuliah nyaman dan tenang

promosi untuk memperkenalkan perpustakaan, koleksi perpustakaan dan layanan yang disediakan agar dapat dimanfaatkan masyarakat umum Kabupaten Dairi sebagai sumber informasi

Risiko terjadinya keluhan kesehatan pada pengasah batu akik tidak terlepas dari beberapa faktor yaitu faktor perilaku, dimana didalam perilaku meliputi

Penalaan parameter kendali PI D untuk mengendalikan kecepatan motor DC yang dipakai pada perancangan ini mampu memberikan respon pengendalian yang paling ideal, dengan nilai K p =

Adanya penyalahgunaan teknologi informasi yang merugikan kepentingan pihak lain sudah menjadi realitas sosial dalam kehidupan masyarakat modern sebagai dampak dari

Gambar Spesimen sebelum pengujian, Spesimen berupa komposit yang terdiri dari dua unsur yaitu bahan penguat dan bahan pengikat, bahan penguat berupa serat dan bahan