• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan Sikap Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Pengasah Batu Akik Terhadap Terjadinya Keluhan Kesehatan di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pengetahuan Sikap Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Pengasah Batu Akik Terhadap Terjadinya Keluhan Kesehatan di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2016"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

Perilaku merupakan perwujudan dari adanya kebutuhan dan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia (Purwanto, 1998). Perilaku adalah suatu respon atau reaksi seseorang terhadap rangsangan dari luar, yang dimana respon itu dapat berbentuk dalam covert behavior (sikap dan penilaian terhadap objek) dan overt behavior (respon yang berbentuk tindakan) (Notoatmodjo, 2012).

Notoatmodjo (2012) mendefenisikan perilaku itu dari segi biologis yaitu semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak bisa diamati dari luar yang dalam bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan.

Notoatmodjo (2012) mengemukakan perilaku dikembangkan menjadi tiga level yakni: pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), tindakan atau praktik

(2)

Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun secara tidak langsung. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan.

2.2. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi panca indera manusia. pengetahuan, merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang disadari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses sebagai berikut (Notoatmodjo, 2014) :

1. Awareness, dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus.

2. Interes, dimana orang mulai tertarik terhadap stimulus.

3. Evaiuation, menimbang nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai apa yang dikehendaki oleh stimulus.

(3)

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. sebaliknya apabila perilaku ini tidak didasari oleh pengetahuan dan kesedaran maka tidak akan berlangsung lama.

Pengetahuan dibagi menjadi enam level, yaitu: (a). Tahu (know) yang diartikan sebagai mengingat dan mengingat kembali (recall) sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya. (b). Memahami (comprehension) yang diartikan sebagai kemampuan untuk menginterprestasikan serta menjelaskan suatu objek secara benar. (c). Aplikasi (aplication) yang diartikan kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi kondisi yang sebenarnya. (d). Analisis (analysis)

yang diartikan kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek ke dalam komponen-komponen, tapi masih dalam bentuk terstruktur. (e). Sintesis

(synthesis) artinya kemampuan menyususn formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. (f). Evaluasi (evaluation) diartikan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi (Notoadmodjo, 2014).

2.3. Sikap

(4)

perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. (Notoatmodjo, 2003)

Menurut Allport 1954 (dalam Notoatmodjo, 2012) menjelaskan bahwa sikap itu mempuyai 3 komponen pokok yaitu :

1. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek. Artinyabagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek. Artinya bagaimana penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orangtersebut terhadap objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan).

(5)

bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko (Notoatmodjo, 2012).

2.4. Praktik atau Tindakan (Practice)

Tindakan atau praktik (practice), suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata perlu adanya faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adanya fasilitas. Tindakan memiliki tingkatan, tingkatannya yaitu:

(a). Respon Terpimpin (guided respons), maksudnya dapat melakukan sesuatu tindakan dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.

(b). Mekanisme (mechanism), menunjukkan apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis.

(c). Adopsi (adoption), maksudnya suatu tindakan yang sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2012).

Beberapa faktor yang merupakan penyebab perilaku menurut teori Green (1991), dibedakan dalam tiga jenis, yaitu :

a. Faktor Pendorong (Predisposing Factors)

(6)

seseorang atau kelompok ke dalam suatu pengalaman belajar. Preferensi ini mungkin mendukung atau menghambat perilaku sehat, dan dalam setiap kasus faktor ini mempunyai pengaruh.

b. Faktor Pemungkin (Enabling Factors)

Faktor pemungkin adalah faktor enteseden terhadap perilaku yang memungkinkan suatu atau motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk didalamnya keterampilan dan sumber daya pribadi disamping sumber daya masyarakat.

Faktor pemungkin mencakup berbagai ketrampilan dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku kesehatan. Sumber daya itu meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, personalia, sekolah, klinik, atau sumber daya yang serupa itu. Faktor pemungkin ini juga menyangkut keterjangkauan sumber daya, biaya, jarak, ketersedian transportasi, jam buka atau jam pelayanan, dan sebagainya, termasuk pula didalamnya petugas kesehatan seperti perawat, dokter, dan pendidikan kesehatan sekolah.

c. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)

(7)

2.5. Alat Pelindung Diri

2 5.1 Pengertian Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Suma’mur (1992) alat pelindung diri adalah suatu alat yang dipakai untukmelindungi diri atau tubuh terhadap kecelakaan- kecelakaan kerja. Jadi alat pelindung diri adalah merupakan salah satu cara untuk , mencegah kecelakaan, dan secara tehnis APD tidak lah sempurna dapat melindungi tubuh akan tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan yang terjadi. peralatan pelindung tidak menghilangkan ataupun mengurahi bahaya yang ada. Peralatan ini hanya mengurangi jumlah kontak dengan bahaya dengan cara penempatan penghalang antara tenaga kerja dengan bahaya

2.5.2 Syarat-syarat APD

Pemilihan APD yang handal secara cermat adalah merupakan persyaratan muntlak yang sangat mendasar. Pemakaian APD yang tidak tepat dapat mencelakaan tenaga kerja yang memakainya karena mereka tidak terlindungi dari bahaya potensial yang ada ditempat mereka terpapar. Oleh karena itu agar dapat memilih APD yang tepat, maka perusahaan harus mampu mengidentifikasi bahaya potensi yang ada, khususnya yang tidak dapat dihilangkan ataupun dikendalikan, serta memahami dasar kerja setiap jenis APD yang digunakan ditempat kerja dimana bahaya potensial tersebut ada (Boediono, 2003). Dengan ketentuan:

(8)

2. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa ketidak nyamanan yang berlebihan.

3. Harus dapat dipakai secara flexsibel, dan bentuknya harus cukup menarik. 4. Tidakmenimbulkan bahaya-bahaya tambahanbagipemakaiannya, dikarenakan

bentuk dan bahayanya tidak tepat atau karena salah dalam pengunaanya. 5. Harus memenuhi standart yang telah adadan tahan lama.

6. Tidak membatasi gerakan dan presepsi sensoris pemakaiannya.

7. Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah pemeliharaanya. Menurut Boediono (2003) yang mengutip anjuran ILO (1989), bahwa ada dua hal penting yang harus dipenuhi semua jenis peralatan pelindung, yaitu: 1. Apapun sifat bahayanya, peralatan pelindung harus memberikan perlindungan

terhadap bahaya tersebut.

2. Peralatan pelindung tersebut harus dipakai dan awet, dan membuat rasa kurang nyaman sekecil mungkin, tetapi memungkinkan mobilitas, penglihatan dan sebagainya yang maksimum.

(9)

Menurut Suma’mur (1995) menyatakan persyaratan yang harus dipenuhi alat pelindung diri:

1. Enak dipakai.

2. Tidak menggangu kerja

3. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahanya.

Dari beberapa kriteria dasar yang harus dipenuhi oleh semua jenis peralatan pelindung, ada dua hal yang terpenting yaitu:

1. Apapun sifat bahayanya, peralatan pelindung harus memberikan perlindungan terhadap bahaya tersebut.

2. Peralatan pelindun tersebut harus ringan dipakainya dan awet, dan membuat rasa kurang nyaman sekecil mungkin, tetapi memungkinkan mobilitas, penglihatan, dan sebagainya yang maksimum (I. L. Office Geneva, 1989).

2.5.3. Jenis-Jenis APD

Beberapa jenis alat pelindung diri yang relevan dalam proses pengasahan batu akik yang harus digunakan pekerja adalah .

1. Alat Pelindung Mata

Kacamata pengaman diperlukan untuk melindungi mata dari kemungkinan kontak dengan bahayaakan kemasukan debu-debu dari batu pada saat proses pengasahan batu akik.

Ada lima tipe alat pelindung mata (Hasman, 1992) : a. Spectacles

(10)

c. Gogles (cup type dan box type)

d. Face screen

e. Visors.

2. Alat Pelindung Tangan dan Jari

alat ini bertujuan agar tangan dan jari tidak mengalami luka akibat terkena mesin pada saat proses pengasahan batu.

Menurut bentuknya sarungan tangan dapat dibedakan menjadi : 1. Sarung tangan biasa (gloves).

2. Grantles : sarung tangan yang dilapisi plat logam.

3. Mitts : sarung tangan yang keempat jarinya terbungkus satu. 3. Alat Pelindung Pernapasan

Alat pelindung pernapasan diperlukan agar vartikel debu tidak terhirup dan tidak masuk dalam sistem pernafasan pada saat proses pengasahan batu akik. Dan juga mencegah menghirup polusi yang berasal dari polusi lalulintas biasanya dalam bentuk debu, uap, gas, asap, atau kabut. Untuk menentukan alat pelindung diri pernapasan, maka lebih dahulu harus ditentukan jenis dan kadar bahan pencemar yang ada serta dievaluasi tingkat bahayanya.

Secara umum dapat dibedakan 2 alat pelindung pernapasan (Siswanto, 1983):

(11)

b. Breathing apparatus atau air supplied respirator, yang mensuplai udara bersih atau oksigen kepada pemakainya.

4. Alat PelindungTelinga

Alat ini bekerja sebagai pengahalang antara bising yang dihasilkan oleh mesin pengasah batu. Ada dua macam alat pelindung telinga yaitu:

l. Sumbat telinga (earplug) :mempunyai daya atenuasi suara sebesar 25-30 dB. 2. Tutup telinga (earmuff) :mempunyai dayaa tenuasi suara sebesarI 0-15 dB

lebih besar dari earplug.

2.5.4 Tujuan dan Manfaat Pemakaian APD

Pemakaian APD bertujuan untuk melindungi tenaga kerja dan juga

merupakan salah satu upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja oleh bahaya potensialpada suatu perusahaan yang tidak dapat

dihilangkan atau dikendalikan. Keuntungan penggunaan APD dapat dirasakan

oleh tiga pihak yaitu perusahaan, tenaga kerja, masyarakat dan pemerintah

(Suma'mur, 1989).

1. Tenaga kerja.

a. Menghindari diri dar iresiko pekerjaan seperti kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja.

b. Memberikan perbaikan kesejahteraan pada tenaga kerja sebagai akibat

adanya keuntungan perusahaan.

2. Masyarakat

(12)

b. Menjamin kesejahteraan masyarakat tenaga kerja, berarti melindungi

sebagian penduduk Indonesia dan membantu usaha-usaha kesehatan pemerintah. Kesejahteraan tenaga kerja berarti menjamin kesejahteraan keluarga secara langsung.

d. . Merupakan suatu usaha kesehatan masyarakat yang akan membantu

kearah pembentukan masyarakat sejahtera.

e. Kebiasaan hidup sehat diperusahaan akan membantu penerapannya dalam

pembinaan kesehatan keluarga yang akan membawa hasil bagi usaha

kesehatan masyarakat.

2. 6 Batu Akik

2. 6. 1 Pengertian Batu Akik

(13)

Sama seperti halnya batu akik yang terkena siklus batu hingga menjadi batu permata yang bermacam-macam dan diberi nama yang berbeda seperti : 1. Batu Zamrud (Emerald).

Batu ini mempunyai warna khas yang menguasai yakni hijau. Kandungannya

terbagi dalam aluminium, magnesium, silica, serta soda. Kandungan

kandungannya juga berlainan. Warnanya yang khas kerap menarik ketertarikan

beberapa orang untuk memilikinya. Batu ini kerap dikenakan juga sebagai

bahan perhiasan.

2. Batu Pirus

Batu dengan warna hijau serta biru ini memiliki kandungan aluminium, besi,

serta mineral tembaga. 3. Batu Hakikat

Batu ini adalah type batu bukit atau batu gunung. Batu ini mempunyai warna yang bening transparan yang di dalamnya ada tumbuhan lumut. Batu ini dimaksud sebagai batu badar lumut.

4. Batu Panca Nur

Batu ini adalah batu akik yang warnanya mempunyai lebih dua warna yakni

hijau, merah, kuning, putih, serta hitam. Batu ini bila dipegang merasa berat.

5. Batu badar besi

Batu ini dapat dikatakan sebagai batu pati ayam. Batu ini bakal bergerak bila

didekatkan dengan magnet. Batu ini mempunyai kandungan magnet serta

kandungan oksigen yang cukup tinggi di dalamnya. Dimaksud sebagai

(14)

6. Batu Kecubung

Batu ini mempunyai warna khas yakni ungu.

7. Batu Safir

Batu ini memiliki kandungan mineral serta serat yang sangatlah unik (Melia

Marsa).

Itulah batu yang memiliki nama tersendiri menurut tempat yang menghasilkan batu tersebut, tidak hanya nama, batu itu memiliki keunikan sendiri seperti :

- Memiliki gambar di dalam batu - Corak yang jelas

- Warnayang pekat dengan banyak warna - Tidak buram dan cacat

- Memiliki karat yang membuat mahal

Dan memiliki mitos didalamnya yang membuat sebagian orang percaya karena merasakan manfaatnya seperti :

- Penangkal energi negatif atau hal gaib lainnya - Memberikan keberuntungan

- Memberi kesehatan dan mencegah penyakit

Beberapa jenis batu cincin serta simbol warnanya bahan batu cincin dapat

terbuat dari emas, perak, serta bahan yang lain. Batu cincin untuk beberapa yang

berminat diakui juga sebagai batu perhiasan yang mempunyai manfaat dengan

(15)

penyembuhan lantaran memiliki kandungan gelombang elektromagnetik yang

dapat berhubungan dengan badan yang juga mempunyai medan magnet.

2.6.2 Proses pengasahan Batu Akik

Minat akan batu permata khususnya jenis batu akik yang berkilau atau batu dengan motif yang indah akhir- akhir ini semakin meningkat. ini dapat terlihat pada hampir sebagian besar yang awalnya bukan pecinta batu permata, sekarang sudah rela mengeluarkan uang yang tidak sedikit hanya untuk memiliki batu mungil ini. tapi sebagian juga dengan ide kreatifnya dapat memiliki koleksi batu permata yang banyak dengan biaya yang tidak teramat mahal (Rarudin As, 2014 ).

Peralatan yang digunakan saat pengasahan batu akik.

1. Grenda tangan

2. Lem korea atau alteco. 3. Serbuk Intan

4. Dompet Kulit (yang sudah tidak di pakai) Proses pengasahan batu akik

1. Pemotongan Batu

Sebelum memotong bongkahan Batu, dicari dulu motif yang bagus. setelah itu potong bongkahan dengan grinda tangan perlahan.

2. Pembentukan batu

(16)

jika merasa khawatir dengan menggunakan tangan pada proses pembetukan batu, pengasah biasanya menempelkan bongkahan persegi tadi pada ujung bambu atau kayu dengan menggunakan lem.

3. Penghalusan batu

Jika proses pembentukan batu permata sudah sesuai dengan yang di inginkan, selanjutnya permata di gosok dengan kertas gosok, dan ganti ke amplas yang lebih halus. Dilakukan hingga semua permukaan batu terlihat sudah rata dan licin sehingga terlihat sangat mengkilap.

4. Pengkilatan batu

Setelah batu akik sudah di gosok kemudian, menggunakan serbuk intan yang di tabur di dompet kulit, kemudian gosok batu akik tadi hingga terlihat lebih kinclong

2.7 Keluhan Kesehatan 2.7.1 Pernafasan

Debu yang dihasilkan dari proses pembuatan batu cincin, mulai dari pemotongan bahan batu cincin dengan gerinda, proses penghalusan batu cincin sampai selesai. Ada baiknya menggunakan safety yang baik, mulai dari masker, kaca mata ataupun sarung tangan. Jangan dianggap remeh udara yang dihirup saat proses membuat batu cincin terkadang dianggap sepele. Padahal bahaya mengintai paru paru anda. Ada penyakit yang namanya Silikosis. (Riyanto, 2015)

(17)

dimungkinkan menghirup debu silika seperti pemecah batu, penambang, pekerja konstruksi dan banyak lainnya bahkan para pengrajin batu mulia beresiko menderita silikosis. Debu silika dapat menyebabkan penumpukan cairan dan jaringan parut di paru-paru yang menghambat kemampuan untuk bernapas. Silikosis tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dicegah dengan mengambil langkah-langkah khusus untuk melindungi diri

American lung association yang dikutip oleh Riyanto (2015) ada 3 jenis silikosis: 1. Silikosis kronis, jenis yang paling umum dari silikosis, biasanya terjadi

setelah 10 tahun atau lebih paparan silika kristal pada tingkat yang rendah 2. Dipercepat silikosis terjadi 5 sampai 10 tahun setelah paparan dan

disebabkan oleh paparan ke tingkat yang lebih tinggi dari kristal silica 3. Silikosis akut dapat terjadi setelah hanya beberapa minggu atau bulan dari

paparan tingkat yang sangat tinggi dari kristal silika. Silikosis akut berlangsung cepat dan bisa berakibat fatal dalam beberapa bulan

American lung association yang dikutip oleh Riyanto (2015) Gejala silikosis pertama mungkin muncul 15 sampai 20 tahun setelah seseorang terpapar kristal silika, gejala yang timbul termasuk:

(18)

Saat paru-paru terpapar kristal silika, tubuh mungkin tidak dapat melawan infeksi dengan baik. Hal ini dapat menyebabkan penyakit lain :

1. Demam

2. Kehilangan Berat badan 3. Berkeringat malam hari 4. Dada sakit

5. Gagal napas

Sejalan dengan waktu, gejala-gejala ini dapat menjadi lebih buruk. Maka perlu kita renungkan kembali, tentang pengolahan gemstone (yang sudah barang tentu beredar di masyarakat seluruh dunia) banyak yang tidak memenuhi standar kesehatan dan keamanan kerja. Berbagai gemstone yang diolah dan diproses di negara-negara seperti negara kita, dan negara-negara penghasil lainnya umumnya tanpa memperdulikan kesehatan dan keselamatan kerja. American lung association yang dikutip oleh Riyanto (2015)

(19)

2.7.2 Pendengaran

Di tempat kerja tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin dapat merusak pendengaran dan dapat pula menimbulkan gangguan kesehatan. Gangguan yang ditimbulkan akibat kebisingan pada tenaga kerja bermacam-macam, mulai dari gangguan fisiologis dan gangguan psikologis sampai gangguan permanen sampai kehilangan pendengaran (Siswanto, 1990).

Kebisingan dapat didefinisikan sebagai suara yang tidak diinginkan, seperti sampah yang dapat didefinisikan sebagai benda yang tidak diinginkan. Pengertian tidak diinginkan ini tentu saja bersifat subjektif (Azwar, 1990). Musik keras bisa jadi merupakan “kebisingan” buat sebagian orang tua. Sebaliknya musik klasik merupakan “suara” yang tidak dikehendaki atau kebisingan bagi sebagian orang muda. Bising bagi tiap orang mempunyai makna berlainan tergantung situasi dan kondisi (Departemen Kesehatan RI, 1990).

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tuli Akibat Bising Menurut Suma’mur (1996), tidak semua kebisingan dapat mengganggu para pekerja, hal tersebut tergantung dari beberapa faktor, diantaranya:

a. Intensitas

(20)

b. Frekuensi bising

Frekuensi bising adalah jumlah gelombang yang merambat per satuan waktu, dan dinyatakan dalam getaran per detik (cps = cycle per second) atau dalam Hertz (Hz). Besarnya frekuensi akan menentukan nada suara. Bising dengan frekuensi tinggi lebih berbahaya dibandingkan bising dengan frekuensi rendah.

c. Lamanya Pajanan

Menurut Budiono (2003), lama kerja adalah sebagai durasi waktu pekerja terpapar risiko faktor fisika atau faktor kimia dalam melakukan pekerjaannya (time exposure) setiap harinya yang dinyatakan dalam satuan jam.

d. Masa Kerja

Masa kerja merupakan kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja di suatu tempat (Tulus, 1992). Menurut Suma’mur (1994) semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut.

e. Umur

(21)

f. Keadaan Kesehatan

Keadaan telinga menyebabkan pengaruh pendengaran yang berbeda. Pekerja yang memiliki riwayat penyakit tuli konduktif yaitu mengalami gangguan telinga luar atau telinga tengah yang mengakibatkan pekerja menjadi agak sulit mendengar. Penyebab tuli konduktif yang paling sering adalah tuli konduktif congenital, otitis media, perforasi akibat traumatik pada gendang telinga, perforasi akibat infeksi di gendang telinga, dan osteosklerosis (Rambe, 2003).

g. Alat Pelindung Telinga

Pengendalian kebisingan terutama ditujukan bagi mereka yang dalam kesehariannya menerima kebisingan. Karena daerah utama kerusakan akibat kebisingan pada manusia adalah pendengaran (telinga bagian dalam), maka metode pengendaliannya dengan memanfaatkan alat bantu yang bisa mereduksi tingkat kebisingan yang masuk ke telinga bagian luar dan bagian tengah sebelum masuk ke telinga bagian dalam (Sasongko, 2000)

2.8 Kerangka Konsep

(22)

Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu adanya fasilitas sarana dan prasarana, dalam hal ini praktik yang dikatakan disini adalah tindakan pengunaan alat pelindung diri untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan faktor resiko terjadinya keluhan kesehatan di lingkungan kerja.

Gambar 2. 1. Kerangka konsep

Berdasarkan kerangka konsep diatas, diketahui bahwa variabel pengetahuan, sikap dan pemakaian alat pelindung diri adalah yang dikatakan sebagai variabel independen. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah variabel keluhan kesehatan. Dimana peneliti ingin mengetahui hubungan dari variabel independen (Pengetahuan, Sikap dan Pemakaian Alat Pelindung Diri) dengan variabel dependen (keluhan kesehatan) terhadap pengasah batu akik.

Pengetahuan

Sikap

Pemakaian Alat Pelindung Diri

Gambar

Gambar 2. 1. Kerangka konsep

Referensi

Dokumen terkait

Makna dari pengalaman mahasiswa tentang faktor dominan dalam model embelajaran berbasis perilaku caring, mahasiswa mengekplorasikan bahwa pembelajaran yang diperoleh

Berbagai contoh perilaku (tindakan) tidak aman yang sering ditemukan di tempat kerja pada dasarnya adalah perilaku tidak patuh terhadap prosedur kerja/operasi,

Variabel job satisfaction memiliki pengaruh positif terhadap variabel employee engagement, hal tersebut ditunjukkan dengan nilai standard loading factor (SFL)

Childbirth education terbukti berpengaruh dalam merubah tingkat pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir sehingga diharapkan

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bengkel Pengecatan Mobil Di Kota Makassar Tahun 2013.. Encyclopedia of Occupational Health and

Konsep Pertimbangan akhlaq dari Aswati Hamzah diatas dapat menjadi sebagai alternatif psikologi moral islami penganti konsep pertimbangan moral (moral reasoning)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa berdasarkan analisis dan uji laboratorium di perairan perencanaan pembangunan Pelabuhan Marunda, Jakarta

Contoh, estimasi model regresi untuk menentukan hasil yang optimal dalam pembuatan kertas pada pabrik A, digunakan juga pada pabrik B, karena data pada pabrik A dan pabrik B tidak