• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras dan Jagung di Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras dan Jagung di Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH :

WENNY MAHDALENA LUMBAN GAOL

110304035

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN BERAS DAN JAGUNG DI PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH :

WENNY MAHDALENA LUMBAN GAOL 110304035

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Dr.Ir.Tavi Supriana,MS) (Dr.Ir.Satia Negara Lubis,MEC) NIP. 196411021989032001 NIP.196302041997031001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Wenny Mahdalena L.Gaol (110304035) dengan judul penelitian “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras dan Jagung Di Provinsi

Sumatera Utara”. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Dr.Ir. Tavi Supriana,MS dan

Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan beras dan jagung di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berhubungan dengan ketersediaan beras dan jagung di Sumatera Utara dari tahun 1999-2013. Data yang digunakan untuk penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian, dan Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara. Metode analisis data yang digunakan adalah model regresi linear berganda.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ketersediaan beras di Sumatera Utara secara serempak dipengaruhi oleh harga domestik, harga impor, harga kedelai, luas panen jagung, konsumsi beras, dan jumlah tenaga kerja. Ketersedian beras di Sumatera Utara secara parsial dipengaruhi oleh harga domestic, harga kedelai, konsumsi beras, dan jumlah tenaga kerja. Ketersediaan beras di Sumatera Utara secara parsial tidak dipengaruhi oleh harga impor dan luas panen jagung. Ketersediaan jagung di Sumatera Utara secara serempak dipengaruhi oleh panen, harga domestik, jumlah penduduk, tenaga kerja, dan nilai tukar. Ketersediaan jagung di Sumatera Utara secara parsial dipengaruhi oleh luas panen dan harga domestic. Ketersediaan jagung di Sumatera Utara secara parsial tidak dipengaruhi oleh jumlah penduduk, tenaga kerja, dan nilai tukar rupiah.

(4)

Wenny Mahdalena Lumban Gaol, dilahirkan di Medan pada tanggal 19 Agustus 1993. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari Ayahanda J.Lumban Gaol,S.Pd dan Ibunda N.br Sinaga.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis sebagai berikut: 1. Tahun 1998 masuk Taman Kanak-kanak Helvetia Medan. 2. Tahun 1999 masuk Sekolah Dasar Negeri 066049 Medan.

3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 18 Medan. 4. Tahun 2008 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 12 Medan.

5. Tahun 2011 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

6. Bulan Agustus hingga September 2014 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Bukit Mas, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat.

7. Bulan Mei 2015 penulis melaksanakan penelitian skripsi di Provinsi Sumatera Utara.

(5)

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia yang telah dilimpahkanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras dan

Jagung di Provinsi Sumatera Utara” yang merupakan syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Dengan segala hormat dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua penulis Ayahanda J. Lumban Gaol, S.Pd dan Ibunda N. br Sinaga atas kasih sayang dan telah memberi dukungan, doa, dan motivasi selama menjalani perkuliahan hinggasekarang penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada adik-adik tersayang Putri Cristie L.G, Dani Armando L.G, dan Feby Yosepha L.G, atas doa dan semangat yang diberikan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr.Ir. Tavi Supriana, MS sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc sebagai anggota komisi pembimbing, yang telah banyak memberikan arahan, masukan, dan bimbingan selama penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:

(6)

3. Seluruh instansi yang terkait dalam penelitian ini dan turut serta membantu penulis dalam memperoleh data yang diperlukan.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman tercinta Sri Sinaga, SP, Dena Manuela,SP , Nadia Safitri,SP, Marisca Girsang,SP ,Natalina Ginting,SP, Pitawarni,SP, Yosevani,SP, Dolse,SP, Sri Ayu,SP, Yohana,SP, Meiska,SP yang telah membantu penulis dalam penelitian ini, serta kepada teman-teman seperjuangan stambuk 2011 yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2015

(7)

ABSTRAK ... i

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 7

2.2 Landasan Teori ... 11

2.3 Penelitian Terdahulu ... 15

2.4 Kerangka Pemikiran ... 17

2.5 Hipotesis Penelitian ... 20

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 21

3.2 Metode Pengumpulan Data ... 21

3.3 Metode Analisis Data ... 21

3.4 Defenisi dan Batasan Operasional ... 26

3.4.1 Defenisi ... 26

3.4.2 Batasan Operasional ... 27

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak dan Keadaan Geografi Sumatera Utara ... 28

4.2 Kondisi Iklim dan Topografi ... 29

4.3 Kondisi Demografi ... 29

(8)

Sumatera Utara ... 44 5.3 Analisis Regresi Linear Berganda Ketersediaan Jagung di Provinsi

Sumatera Utara ... 52 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 59 6.2 Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA

(9)

No. Judul Hlm. 1. Produksi Pangan Strategis (beras dan jagung) di Sumatera

Utara

1 2. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk

Menurut Kabupaten/Kota tahun 2013

31 3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Rasio Jenis

Kelamin dan Kabupaten/Kota (jiwa) Tahun 2013

32 4. Ketersediaan Beras dan Jagung di Sumatera Utara Tahun

1999-2013

33 5. Luas Panen Jagung di Sumatera Utara Tahun 1999-2013 34 6. Harga Domestik Beras dan Jagung di Sumatera Utara Tahun

1999-2013

35 7. Harga Impor Beras di Sumatera Utara Tahun 2002-2013 36 8. Harga Kedelai di Sumatera Utara Tahun 2002-2013 36 9. Jumlah Konsumsi Beras di Sumatera Utara Tahun 2002-2013 37 10. Jumlah Penduduk Sumatera Utara Tahun 1999-2013 38 11. Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Pertanian Sumatera Utara

Tahun 1999-2013

39 12. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar di Indonesia Tahun

2002-2013

40 13. Ketersediaan Beras di Provinsi Sumatera Utara Tahun

2002-2013

41 14. Ketersediaan Jagung di Provinsi Sumatera Utara Tahun

1999-2013

42 15. Nilai Tolerance dan VIF Ketersediaan Beras 46

16. Hasil Analisis Ketersediaan Beras 47

17. Nilai Tolerance dan VIF Ketersediaan Jagung 54

(10)

No. Judul Hlm.

1. Skema Kerangka Pemikiran 17

2. Grafik Ketersediaan Beras Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2013

42 3. Grafik Ketersediaan Jagung Provinsi Sumatera Utara Tahun

1999-2013

43

4. Grafik Normal Plot Ketersedian Beras 44

5. Scatterplot Uji Heterokedastisitas Ketersediaan Beras 45

6. Grafik Normal Plot Ketersedian Jagung 52

(11)

No Judul 1 Ketersediaan Beras di Provinsi Sumatera Utara 2 Ketersediaan Jagung di Provinsi Sumatera Utara

3 Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara 2002-2013

(12)

Wenny Mahdalena L.Gaol (110304035) dengan judul penelitian “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras dan Jagung Di Provinsi

Sumatera Utara”. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Dr.Ir. Tavi Supriana,MS dan

Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan beras dan jagung di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berhubungan dengan ketersediaan beras dan jagung di Sumatera Utara dari tahun 1999-2013. Data yang digunakan untuk penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian, dan Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara. Metode analisis data yang digunakan adalah model regresi linear berganda.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ketersediaan beras di Sumatera Utara secara serempak dipengaruhi oleh harga domestik, harga impor, harga kedelai, luas panen jagung, konsumsi beras, dan jumlah tenaga kerja. Ketersedian beras di Sumatera Utara secara parsial dipengaruhi oleh harga domestic, harga kedelai, konsumsi beras, dan jumlah tenaga kerja. Ketersediaan beras di Sumatera Utara secara parsial tidak dipengaruhi oleh harga impor dan luas panen jagung. Ketersediaan jagung di Sumatera Utara secara serempak dipengaruhi oleh panen, harga domestik, jumlah penduduk, tenaga kerja, dan nilai tukar. Ketersediaan jagung di Sumatera Utara secara parsial dipengaruhi oleh luas panen dan harga domestic. Ketersediaan jagung di Sumatera Utara secara parsial tidak dipengaruhi oleh jumlah penduduk, tenaga kerja, dan nilai tukar rupiah.

(13)

1.1 Latar Belakang

Dalam Undang-Undang Pangan (UU RI No 7 Tahun 1996), pangan sebagai kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya merupakan hak asasi setiap rakyat Indonesia harus senantiasa tersedia cukup setiap waktu, aman, bermutu, bergizi, dan beragam dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Untuk mencapai semua itu, perlu diselenggarakan suatu sistem pangan yang memberikan perlindungan, baik bagi pihak yang memproduksi maupun yang mengkonsumsi pangan, serta tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat.

Permasalahan pada pembangunan pertanian khususnya tanaman pangan secara khusus dapat diidentifikasi dari aspek produksi, konsumsi, dan distribusi. Orientasi kebijaksanaan pembangunan pertanian yang mengutamakan pola produksi bahan pangan terutama beras cenderung mengabaikan potensi sumber pangan lain sehingga menyebabkan beban kebijaksanaan pangan menjadi semakin berat. Akibatnya setiap pelaksanaan program peningkatan produksi beras membutuhkan biaya yang makin mahal. Pangan, tidak lagi seperti yang dikatakan antropolog-ekonom Melville J. Herskovits (1965), adalah the primary determinants of survival bagi umat manusia. Pangan, seperti halnya sumber daya ekonomi lainnya bersifat memiliki kelangkaan (scarcity). Dalam perkembangannya, pangan bukan saja sebagai “barang”, namun juga produk atau

(14)

Dengan demikian dalam hal pangan diletakkan dalam konteks politik adalah: “pemerintah akan berusaha mempertahankan ketersediaan pangan dalam jumlah

yang cukup (bahkan kalau perlu melimpah) dan dengan harga yang murah (bukan sekedar terjangkau) (Sumodiningrat, 2001).

Mengenai persoalan pangan, dunia kembali dikhawatirkan dengan persoalan ketahanan pangan bagi masyarakat, terutama dari dimensi ketersediaan, akses terhadap pangan dan stabilitas harga pangan, mengingat fenomena perubahan iklim tidak mampu sepenuhnya diantisipasi dengan baik. Jika dilihat dari aspek konsumsi, perwujudan ketahanan pangan juga mengalami hambatan karena sebagian besar masyarakat Indonesia selama ini memenuhi kebutuhan pangan sebagai sumber karbohidrat berupa beras. Masalah yang dihadapi ke depan adalah negara harus mampu meningkatkan produksi untuk bisa menyediakan pangan beras secara berkecukupan dan berkelanjutan, namun di sisi lain terdapat banyak faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat ketersediaan beras di masyarakat (Rompone, 2013).

(15)

kebutuhan nasional. Mentan memaparkan bahwa fenomena pergeseran musim yang terjadi di berbagai daerah bakal berimplikasi kepada ketersediaan pangan sehingga dapat mengganggu target swasembada bila tidak dilakukan upaya percepatan. Untuk itu, diperlukan upaya khusus guna mempercepat ketersediaan pangan sesuai arahan Presiden untuk terwujudnya swasembada pangan sesuai dengan visi misi (Priyo. B, 2015).

Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi yang memiliki jumlah penduduk cukup tinggi. Semakin tinggi jumlah penduduk, maka jumlah permintaan akan pangan juga akan semakin tinggi. Komoditas pangan utama seperti beras dan jagung merupakan kebutuhan pokok yang pemenuhannya harus selalu dijaga oleh pemerintah. Beras dan jagung merupakan komoditas pangan utama yang termasuk dalam pangan strategis.

(16)

Tabel 1. Produksi Beras dan Jagung di Sumatera Utara dalam satuan ton

2008 1.852.567 1.098.969

2009 1.975.623 1.166.550

2010 2.006.089 1.377.716

2011 2.020.147 1.294.645

2012 2.080.687 1.347.127

2013 2.087.501 1.182.925

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2014

Dari Tabel 1. Dapat dilihat bahwa produksi dari komoditi pangan strategis yaitu beras dan jagung mengalami fluktuasi dari tahun 1999 – 2013. Perubahan (fluktuasi) jumlah produksi dapat disebabkan oleh beberapa factor yang mempengaruhinya. Produksi beras lebih besar dari produksi jagung. Produksi merupakan salah satu fungsi dari ketersediaan pangan. Secara umum selain produksi, stok, impor dan ekspor merupakan fungsi ketersediaan pangan. Ketersediaan beras dapat dipengaruhi oleh harga domestik, harga impor, harga kedelai, konsumsi, luas panen jagung, dan tenaga kerja,. Sementara ketersediaan jagung dapat dipengaruhi oleh luas panen, harga domestic, jumlah penduduk, jumlah tenaga kerja, dan nilai tukar.

(17)

fluktuasi sementara jumlah penduduk mengalami peningkatan setiap tahunnya. Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan beras dan jagung di Provinsi Sumatera Utara.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perkembangan ketersediaan beras dan jagung di Provinsi Sumatera Utara?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ketersediaan beras di Provinsi Sumatera Utara?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ketersediaan jagung di Provinsi Sumatera Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari permasalahan di atas maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis perkembangan ketersediaan beras dan jagung di Provinsi Sumatera Utara.

2. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ketersediaan beras di Provinsi Sumatera Utara.

(18)

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah maupun lembaga lainnya dalam mengambil kebijaksanaan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi ketersediaan pangan strategis di Provinsi Sumatera Utara.

(19)

2.1 Tinjauan Pustaka

Menurut Suryana (2003), jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar, membutuhkan ketersediaan pangan yang cukup besar, yang tentunya akan memerlukan upaya dan sumber daya yang besar untuk memenuhinya. Beberapa masalah dalam mencukupi ketersediaan pangan adalah:

1. Upaya mewujudkan ketersediaan pangan yang cukup menghadapi kendala kemampuan produksi pangan yang semakin terbatas disebabkan oleh:

a. Berlanjutnya konversi lahan pertanian kepada kegiatan non pertanian. Seluruh ekosistem lahan pertanian terus mengalami degradasi kualitas dan kesuburan, karena cara-cara pemanfaatan yang kurang ramah lingkungan. b. Semakin langkanya ketersediaan sumber daya air untuk pertanian, karena

persaingan dengan aktivitas ekonomi lainnya, disamping menurunnya kualitas air terus berlangsung, yang terutama disebabkan oleh rendahnya efisiensi manajemen pemanfaatan air dan kepedulian terhadap lingkungan.

c. Fenomena iklim yang semakin tidak menentu karena pengaruh global warming.

(20)

a. Teknologi produksi untuk lahan sawah relative stagnan, sedangkan teknologi lahan kering, lahan rawa/lebak, dan lahan pasang surut, relative belum mampu meningkatkan produktivitas tanaman secara signifikan. b. Teknologi pasca panen belum diterapkan dengan baik sehingga tingkat

penurunan mutu produk dan tingkat kehilangan hasil masih cukup tinggi. c. Kinerja pelayanan teknologi pengolahan hasil tepat gunna belum

memadai untuk menunjang pengembangan industri pengolahan pangan. 3. Terbatasnya kemampuan petani berlahan sempit dalam menerapkan teknologi

tepat guna menyebabkan tingkat produktivitas usaha tani relative stagnan. 4. Dalam era perdagangan global, peluang impor pangan telah terbuka untuk

umum. Disamping menguras devisa yang terbatas, impor menambah ketatnya persaingan produk-produk petani di pasar domestic.

(21)

dan ikan serta turunannya bagi penduduk suatu wilayah dalam suatu kurun waktu tertentu. Ketersediaan pangan merupakan suatu sistem yang berjenjang mulai dari nasional, provinsi (regional), lokal (kabupaten/kota), dan rumah tangga. Ketersediaan pangan dapat diukur baik pada tingkat makro (nasional, provinsi, kabupaten/kota) maupun mikro (rumah tangga). Komponen ketersediaan pangan meliputi kemampuan produksi, cadangan maupun impor pangan setelah dikoreksi dengan ekspor dan berbagai penggunaan seperti untuk bibit, pakan industri makanan/nonpangan dan tercecer (Baliwati, 2010).

Pada dasarnya ketahanan pangan terdapat 4 (empat) pilar yaitu, aspek ketersediaan (food availibility), aspek stabilitas ketersediaan atau pasokan (access of supplies), aspek keterjangkauan (access to utilization), dan aspek konsumsi pangan (food utilization). Keempat pilar tersebut mengindikasikan bahwa pangan harus tersedia dalam jumlah yang cukup, baik di musim panen maupun paceklik, terdistribusi merata di seluruh peloksok negeri, harganya terjangkau oleh orang yang miskin sekalipun dan aman serta bermutu (Isbandi dan Rusdiana, 2014).

Ketersediaan pangan dari produksi domestic diperoleh dari produksi ditambah impor dikurangi kebutuhan untuk konsumsi pakan, benih, dan tercecer serta ekspor. Ketersediaan sebagian besar pangan pokok dunia menurun akibat adanya penurunan produksi di sebagian besar negara utama produsen beras yang

mengakibatkan meningkatnya harga pangan dunia

(Dewan Ketahanan Pangan, 2010).

(22)

keadaan darurat. Cadangan pangan nasional diupayakan berada di dalam negeri dan harus senantiasa cukup untuk mengatasi masalah kekurangan pangan, atau terjadinya berbagai kebutuhan yang mendadak akibat bencana, atau pengaruh fluktuasi harga (UU RI No 7, 1996).

Pangan tidak hanya beras, karena jenis pangan cukup banyak dan beragam serta semuanya diperlukan untuk berlangsungnya kehidupan manusia yang sehat yaitu terpenuhinya kebutuhan kalori, protein, vitamin, mineral, dan lemak. Pengelompokan pangan berdasarkan pangan pokok dan strategis yaitu beras, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, daging ayam, daging ruminansia, telur, susu, cabe merah, bawang merah, minyak goreng, gula pasir, dan ikan ( Badan Ketahanan Pangan, 2010).

Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Kecukupan ketersediaan beras pada tingkat nasional maupun regional menjadi prasarat bagi terwujudnya ketahanan pangan nasional. Beras merupakan komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, hampir seluruh penduduk di negara ini mengkonsumsi beras setiap harinya. Hal ini menyebabkan komoditas beras memiliki nilai yang sangat strategis, selain karena menguasai hajat hidup orang banyak, juga dapat dijadikan parameter stabilitas ekonomi dan sosial negara. Apabila terjadi kelangkaaan atau tidak terpenuhinya kebutuhan beras pada masyarakat, akan berdampak pada inflasi dan gejolak social

(Sumodiningrat, 2001)

(23)

kontinuitas kebutuhan tidak dapat dipenuhi maka terpaksa dilakukan impor walaupun pada saat tertentu dilakukan ekspor. Terjadinya ekspor dan impor pada tahun yang sama disebabkan antara lain musim panen jagung tidak merata sepanjang tahun. Pada awal musim panen terjadi surplus produksi sehingga jagung harus diekspor karena belum tersedia fasilitas penyimpanan yang memadai. Sebaliknya, pada musim paceklik terjadi kekurangan produksi sehingga untuk memenuhi kebutuhan harus dipenuhi dari impor

(Adisarwanto dalam Sitepu Christy, 2013).

2.2 Landasan Teori

Persediaan adalah bahan pangan yang tersedia dan dapat diakses oleh masyarakat setiap saat dalam jumlah dan mutu yang memadai. Pada tingkat makro (nasional), persediaan lebih mudah diperkirakan yakni jumlah produksi ditambah impor bahan pangan. Kecukupan dilihat dari volume produksi dan impor dibandingkan dengan konsumsi. Apabila total persediaan sama atau melebihi konsumsi, maka persediaan mencukupi atau jika stock berada pada tingkat yang aman.. Secara teoritis, jika jumlah persediaan (produksi ditambah impor) melebihi konsumsi, maka kegiatan pengadaan tidaklah penting (Bantacut, 2010).

Ketersediaan pangan adalah kondisi tersedianya pangan dari hasil produksi dalam negeri dan cadangan pangan nasional serta impor apabila kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan (UU No 8, 2012).

(24)

yang mencukupi. Peningkatan luas areal panen secara tidak langsung akan meningkatkan produksi. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi alam yang terjadi pada suatu musin tanam. Apabila kondisi alam bersahabat dalam artian tidak terjadi kekeringan maupun kebanjiran, maka dapat diharapkan terjadi peningkatan dalam luas areal panen, sehingga berpengaruh terhadap produksi

(Sumodiningrat, 2001).

Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Proses produksi baru bisa berjalan bila persyaratan yang dibutuhkan dapat dipenuhi, persyaratan ini lebih dikenal dengan faktor produksi. Faktor produksi terdiri dari empat komponen, yaitu tanah, modal, tenaga kerja, dan skill atau manajemen (Daniel, 2002).

Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknologi (Sugiarto, 2002). Secara umum, fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut:

Q = f (K, L, R, T)

Q = Output

K = Kapital/modal L = Labour/tenaga kerja R = Resources/sumber daya T = Teknologi

(25)

kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Adapun menurut ILO (International Labour Organization) tenaga kerja adalah penduduk usia kerja yang berusia antara 15-64 tahun. Penduduk usia kerja dibedakan lagi menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja (Arifin dan Hadi, 2007).

Produk marginal tenaga kerja adalah jumlah output tambahan yang diperoleh perusahaan dari satu unit tenaga kerja tambahan, dengan mempertahankan jumlah modal tetap. Semakin banyak tenaga kerja yang digunakan perusahaan, semakin banyak output yang diproduksi (Mankiw. G, 2007).

Menurut Thomas Robert Malthus menyebutkan dalam teorinya bahwa pertumbuhan penduduk akan selalu mengikuti deret ukur, sedangkan ketersediaan pangan akan mengikuti deret hitung. Teori tersebut terkenal dengan teori ledakan penduduk di suatu wilayah yang tidak diimbangi dengan ketersediaan pangan. Teori Malthus menghendaki produksi pangan melebihi dari pertumbuhan penduduk. Dalam pandangan pendukung teori Malthus, kelangkaan makanan akhirnya akan menghentikan pertumbuhan (Anderson, 2001).

(26)

jasa-jasa yang dihasilkan oleh negara lain, pada dasarnya juga telah melakukan suatu permintaan terhadap barang dan jasa tersebut (Zakiah, 2011).

Krugman, Paul R (2000) menjelaskan ada beberapa faktor-faktor yang mendorong dilakukannya impor antara lain:

a. Keterbatasan kualitas sumber daya manusia dan teknologi yang dimiliki untuk mengolah sumber daya alam yang tersedia agar tercapai efektifitas dan efisiensi yang optimal dalam kegiatan produksi dalam negeri.

b. Adanya barang-jasa yang belum atau tidak dapat diproduksi di dalam negeri. c. Adanya jumlah atau kuantitas barang di dalam negeri yang belum mencukupi.

Mankiw (2000) mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi impor, begitu pula dengan ekspor, yaitu:

a. Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri dan luar negeri

b. Harga barang-barang di dalam negeri

c. Besarnya nilai tukar yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan untuk membeli mata uang asing

d. Ongkos angkut barang antar negara

e. Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional.

(27)

mata uang dari Negara lain. Kedua, konsep riil yang dipergunakan untuk mengukur daya saing komoditi ekspor sutu Negara di pasaran internasional (Halwahi, 2005).

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berhubungan dengan analisis faktor yang mempengaruhi ketersediaan pangan strategis yang telah dilakukan, diantaranya:

Lestari, Lisa (2013) dengan penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan dan Konsumsi Pangan Strategis di Provinsi Sumatera Utara” menggunakan metode penelitian regresi linear berganda dengan

data tahunan periode 2001-2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan beras dipengaruhi oleh stok beras, produksi beras, impor beras dan ekspor beras di Sumatera Utara. Ketersediaan cabai dipengaruhi oleh stok cabai, produksi cabai, impor cabai dan ekspor cabai di Sumatera Utara. Konsumsi beras dipengaruhi oleh jumlah penduduk, harga beras dan PDRB di Sumatera Utara. Konsumsi cabai dipengaruhi oleh jumlah penduduk, harga cabai dan PDRB di Sumatera Utara.

Mawaddah, Helmi (2013) dengan penelitian yang berjudul “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan dan Ketersediaan Daging Ayam (Broiler) di Kota Medan” menggunakan metode analisis model regresi linear berganda. Hasil

(28)

mempengaruhi permintaan daging ayam broiler di Kota Medan. Secara serempak produksi daging ayam broiler, permintaan daging ayam broiler dan konsumsi daging ayam broiler mempengaruhi ketersediaan daging ayam broiler di Kota Medan. Sedangkan secara parsial hanya produksi daging ayam broiler yang mempengaruhi ketersediaan daging ayam broiler di Kota Medan.

Hasyim, Hasman (2007) dengan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras” menggunakan metode Ordinary Least

(29)

2.4 Kerangka Pemikiran

Beras dan jagung merupakan kebutuhan pokok yang pemenuhannya harus selalu dijaga dan tetap tersedia. Ketersediaan beras dapat dipengaruhi oleh harga domestic, harga impor, harga kedelai, luas panen jagung, konsumsi beras, dan jumlah tenaga kerja. Apabila harga domestic tinggi, maka ketersediaan akakn meningkat. Hal ini dapat disebabkan agar melindungi produsen untuk memperoleh keuntungan. Apabila harga impor meningkat, maka ketersediaan juga dapat meningkat. Hal ini dapat disebabkan karena permintaan yang tinggi akibat jumlah penduduk semakin meningkat sementara produksi tidak mencukupi, sehingga impor tetap dilakukan. Apabila harga kedelai tinggi, maka ketersediaan kedelai dapat berkurang. Hal ini dapat disebabkan karena produsen akan lebih memilih untuk menanam atau menghasilkan kedelai yang harganya tinggi dibandingkan dengan beras. Konsumsi beras juga dapat mempengaruhi ketersediaan. Jika konsumsi meningkat, maka ketersediaan juga meningkat. Hal ini dapat disebabkan karena jumlah penduduk yang meningkat sehingga ketersediaan beras harus tetap tersedia, juga surplus. Apabila tenaga kerja meningkat, ketersediaan juga meningkat. Hal ini dapat disebabkan karena peningkatan tenaga kerja dapat meningkatkan hasil produksi yang berimplikasi terhadap ketersediaan.

(30)
(31)

: Menyatakan Pengaruh : Menyatakan Hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Ketersediaan Beras Harga Domestik

Konsumsi Harga Impor Harga Kedelai

Luas Panen Jagung

Tenaga Kerja

Harga Domestik

Jumlah Penduduk Tenaga Kerja

Luas Panen

Nilai Tukar

Ketersediaan Beras

(32)

2.5 Hipotesis

Sesuai dengan identifikasi masalah dan berdasarkan tujuan penelitian, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Ada pengaruh harga domestik, harga impor, harga kedelai, luas panen jagung, konsumsi beras, dan jumlah tenaga kerja terhadap ketersediaan beras di Provinsi Sumatera Utara secara parsial maupun agregat

(33)

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) yaitu di Provinsi Sumatera Utara. Adapun yang menjadi pertimbangan di dalam penentuan wilayah adalah atas terjadinya fluktuasi jumlah produksi dari komoditi beras dan jagung di Sumatera Utara (Tabel.1 hal.4). Selain itu didukung oleh domisili peneliti yang berada di Sumatera Utara.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, Departemen dan Dinas Pertanian, dan Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dengan range tahun 1999-2013 (komoditi jagung) dan tahun 2002-1999-2013 (komoditi beras).

3.3 Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya ditabulasi, kemudian dibuat hipotesis yang selanjutnya diuji dengan menggunakan metode analisis yang sesuai dengan hipotesis tersebut.

(34)

Untuk meguji identifikasi masalah 2 akan diuji dengan menggunakan model regresi linear berganda, dengan persamaan berikut :

Ketersediaan Beras

Y = a0 + a1X1 + a2X2 + a3X3 + a4X4 + a5X5 + a6X6 + µ

Keterangan :

Y : Ketersediaan beras (ton) a0 : Konstanta intersep

X1 : Harga Domestik (Rp/Ton) X2 : Harga Impor (Rp/Ton) X3 : Harga Kedelai (Rp/Ton) X4 : Luas Panen Jagung (Ha) X5 : Konsumsi beras (Ton) X6 : Tenaga kerja (jiwa) µ : Standar eror

(35)

Ketersediaan Jagung

Y = a0 + a1X1 + a2X2 + a3X3 + a4X4 + a5X5 + µ

Keterangan :

Y : Ketersediaan jagung (ton) a0 : Konstanta intersep

X1 : Luas Panen (Ha)

X2 : Harga Domestik (Rp/Ton) X3 : Jumlah Penduduk (Jiwa) X4 : Jumlah Tenaga kerja (jiwa) X5 : Nilai tukar (Rp/US$) µ : Standar eror

a1- a5 : Koefisien Variabel Regresi

Uji Asumsi Ordinary Least Square (OLS)

Untuk mengetahui apakah masing-masing faktor tersebut secara serempak berpengaruh nyata atau tidak terhadap ketersediaan pangan strategis (beras dan jagung), maka digunakan uji F (Supriana, 2012).

Kriteria uji F:

(36)

Keterangan:

H0 = 0, tidak ada pengaruh signifikan secara serempak terhadap ketersediaan pangan strategis (beras dan jagung).

H0 ≠ 0, ada pengaruh signifikan secara serempak terhadap ketersediaan pangan strategis (beras dan jagung)

Dan untuk mengetahui apakah masing-masing faktor secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap ketersediaan pangan strategis (beras dan jagung), maka digunakan uji t.

Kriteria uji t:

Jika t-hitung ≤ t-tabel, maka H0 diterima atau H1 ditolak Jika t-hitung ≥ t-tabel, maka H0 ditolak atau H1 diterima

Keterangan:

H0 = 0, tidak ada pengaruh signifikan dari masing-masing faktor terhadap ketersediaan beras dan jagung.

H0 ≠ 0, ada pengaruh signifikan dari masing-masing faktor terhadap ketersediaan beras dan jagung.

Uji Asumsi Klasik

(37)

1. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah keadaan dimana ada hubungan linear secara sempurna atau mendekati sempurna antara variabel independen dalam model regresi. Model regresi yang baik adalah model yang terbebas dari masalah multikolinearitas. Konsekuensi adanya multikolinearitas adalah koefisien korelasi tidak tertentu dan kesalahan menjadi sangat besar atau tidak terhingga. Variabel yang menyebabkan multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Toleance yang lebih kecil dari 0,1 atau nilai VIF yang lebih besar dari nilai 10 (Priyatno,2012).

2. Uji Heteroskedastisitas

Heterokedastisitas merupakan kondisi dimana variansi data yang digunakan untuk membuat model tidak konstan sehingga seakan-akan ada beberapa kelompok data yang mempunyai besaran eror yang berbeda-beda sehingga bila diplotkan akan membentuk suatu pola yang sistematis.

Dampak heterokedastisitas terhadap OLS:

1. Akibat tidak konstannya variansi, maka salah satu dampak yang ditimbulkan adalah lebih besarnya variansi dari dugaan.

2. Uji hipotesis menjadi kurang akurat. Besanya varians dugaan akan berpengaruh pada uji hipotesis yang dilakukan (uji t dan uji F). Kedua uji ini menggunakan besaran varians dugaan.

3. Standard eror dugaaan juga lebih besar, sehingga interval kepercayaan menjadi sangat besar.

(38)

3. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi pada nilai residualnya.

3.4 Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahan mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini, maka diibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut : 3.4.1 Defenisi Operasional

1. Ketersediaan adalah jumlah pangan (beras dan jagung) yang tersedia untuk dikonsumsi masyarakat dalam suatu kurun waktu tertentu dalam satuan ton. 2. Jumlah stok adalah jumlah bahan pangan (beras dan jagung) yang tersedia

dari tahun yang sebelumnya di Provinsi Sumatera Utara dalam satuan ton. 3. Jumlah produksi adalah jumlah dari hasil kegiatan budidaya atau usahatani

beras dan jagung dalam satuan ton.

4. Jumlah impor adalah jumlah barang/ komoditi beras dan jagung yang dikirim dari luar Provinsi Sumatera Utara maupun luar negeri ke Provinsi Sumatera Utara dalam satuan ton.

5. Harga domestic adalah harga beras dan jagung yang ditetapkan oleh pasar di Provinsi Sumatera Utara dalam satuan Rupiah/ton.

6. Harga impor adalah harga beras yang telah ditetapkan oleh Negara pengimpor berdasarkan nilai tukar yang berlaku dalam satuan Rupiah/ton.

(39)

8. Nilai tukar mata uang adalah perbandingan suatu mata uang terhadap mata uang negara lain yang dinyatakan dalam satuan Rupiah per US$.

9. Konsumsi adalah sejumlah beras yang akan dimakan atau diolah oleh masyarakat dengan tujuan pemenuhan kebutuhan hayati dalam satuan ton. 10. Luas panen adalah luas tanaman yang diambil hasilnya atau dipanen pada

periode waktu tertentu dalam satuan Ha.

11. Jumlah penduduk adalah sejumlah penduduk yang mendiami dan beraktifitas di Sumatera Utara dalam satuan jiwa.

3.4.2 Batasan Operasional

1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari tahun 1999 sampai 2013.

(40)

4.1. Letak dan Keadaaan Geografi Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara berada di bagian Barat Indonesia, terletak pada garis 1º - 4º LU dan 98º - 100º BT. Adapun batasan wilayah Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. - Sebelah Timur berbatasan dengan Negara Malaysia di Selat Malaka. - Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Sumatera Barat. - Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

(41)

4.2. Kondisi Iklim dan Topografi

Karena terletak dekat garis khatulistiwa, Provinsi Sumatera Utara tergolong ke dalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan Provinsi Sumatera Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter di atas permukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 30,1°C, sebagian daerah berbukit dengan kemirigan yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhu minimalnya bisa mencapai 21,4°C.

Sebagaimana provinsi lainnya di Indonesia, Provinsi Sumatera Utara mempunyai musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasaya terjadi pada bulan November sampai denga Maret dan musim peghujan biasanya terjadi pada bulan April sampai dengan bulan September, diantara kedua musim itu terdapat musim pancaroba.

4.3. Kondisi Demografi

Sumatera Utara merupakan Provinsi keempat yang terbesar jumlah penduduknya di Indonesia, setelah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah . Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990, jumlah penduduk Sumatera Utara pada tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus) sebesar 10,26 juta jiwa, kemudian dari hasil SP 2000, jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 11,51 juta jiwa. Selanjutnya dari hasil Sensus Penduduk pada bulan Mei 2010 jumlah penduduk Sumatera Utara 12.982,204 jiwa.

(42)

tahun1990-2000 adalah 1,20 persen per tahun, dan pada tahun 2000-2010 menjadi 1,22 persen per tahun. Pada tahun 2013 penduduk Sumatera Utara berjumlah 13.326.307 jiwa yang terdiri dari 6.648.190 jiwa penduduk laki-laki dan 6.678.117 jiwa perempuan atau dengan ratio jenis kelamin/sex ratio sebesar 99,55. Pada tahun 2013 penduduk Sumatera Utara lebih banyak tinggal di daerah pedesaan dibanding daerah perkotaan. Jumlah penduduk yang tinggal di pedesaan adalah 6,77 juta jiwa (51,83%) dan yang tinggal di daerah perkotaan sebesar 6,55 juta jiwa (49,1%).

(43)

Tabel 2. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota tahun 2013

No Kabupaten/ Kota Luas Wilayah (km2)

Sumatera Utara 71.680,68 13.326.307 186

(44)

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Rasio Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota (jiwa) Tahun 2013

No Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Jumlah

Rasio Jenis Kelamin

01 Nias 64.999 68.389 133.388 95,04

02 Mandailing Natal 203.017 210.458 413.475 96,46 03 Tapanuli Selatan 133.531 135.293 268.824 98,70 04 Tapanuli Tengah 162.605 161.401 324.006 100,75 05 Tapanuli Utara 141.418 144.700 286.118 97,73

06 Toba Samosir 86.924 88.145 175.069 98,61

07 Labuhanbatu 217.581 213.137 430.718 102,09

08 Asahan 342.337 339.457 681.794 100,85

18 Serdang Bedagai 303.963 301.620 605.583 100,78

19 Batu Bara 192.710 190.250 382.960 101,29 73 Pematang Siantar 115.787 121.647 237.434 95,18

74 Tebing Tinggi 73.680 75.385 149,065 97,74

75 Medan 1.048.451 1.074.759 2.123.210 97,55

76 Binjai 125.917 125.346 252.263 99,66

77 P.Sidempuan 99.725 104.890 204.615 95,08

78 Gunungsitoli 53.298 56.105 129.403 95,75

Sumatera Utara 6.648.190 6.678.117 13.326.307 99,55

(45)

4.4 Deskripsi Variabel yang Diteliti

Pada bagian ini akan membahas perkembangan ketersediaan dan faktor yang mempengaruhi ketersediaan pangan strategis (komoditi beras, jagung, dan daging sapi) di Sumatera Utara. Perkembangan yang diamati dalam jangka waktu 12 tahun, mulai tahun 2002 sampai dengan tahun 2013.

4.4. 1. Ketersediaan Pangan Strategis

Ketersediaan dapat diperoleh dari jumlah produksi, stok awal, dan impor. Pada tabel.4 dapat dilihat bahwa ketersediaan beras memiliki jumlah yang sangat tinggi dibandingkan dengan ketersediaan jagung dan ketersediaan daging sapi.

Tabel 4. Ketersediaan Beras dan Jagung di Sumatera Utara Tahun 1999-2013

No Tahun Ketersediaan Beras

(Ton)

7 2005 2.666.092,982 937.590,278

8 2006 2.432.651,447 771.636,00

9 2007 2.585.047,643 832.151,00

10 2008 2.340.626,106 1.190.449,338

11 2009 2.440.210,06 1.207.639,464

12 2010 2.633.748,272 1.786.892,977

13 2011 2.668.400,803 1.749.941,008

14 2012 2.382.686,611 1.860.226,481

15 2013 2.358.221,225 1.483.273,448

(46)

4.4. 2. Luas Panen

Luas panen jagung merupakan salah satu factor yang mempengaruhi ketersediaan

beras dan jagung di Sumatera Utara. Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa terjadi

fluktuasi luas panen. Luas panen tertinggi terjadi pada tahun 2010, dan luas panen

terendah pada tahun 2006.

Tabel 5. Luas Panen Jagung di Sumatera Utara Tahun 1999-2013

No Tahun Luas Panen Jagung (Ha)

Sumber : Badan Ketahanan Pangan, 2005, 2010, 2014

4.4. 3. Harga Domestik

(47)

Tabel 6. Harga Domestik Beras dan Jagung di Sumatera Utara Tahun 1999-2013

No. Tahun Harga Beras (Rp/Ton) Harga Jagung (Rp/Ton)

1 1999 2.087.000 1.980.873

Sumber : Badan Ketahanan Pangan

4.4. 4. Harga Impor

Harga impor diperoleh Nilai Impor atau Nilai CIF (US$) dibagi dengan Volume Impor atau Berat Bersih (Ton) dan dikali dengan Nilai Tukar yang berlaku. Harga impor beras tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar Rp 5.907.950/ton dan terendah pada tahun 2004 sebesar Rp 1.552.360/ton.

(48)

Tabel 7. Harga Impor Beras di Sumatera Utara Tahun 2002-2013

Berdasarkan data yang dikumpulkan, maka dapat dilihat besarnya harga kedelai untuk wilayah Provinsi Sumatera Utara (2002-2013) pada tabel berikut ini

Tabel 8. Harga Kedelai di Sumatera Utara Tahun 2002-2013

No. Tahun Harga Kedelai (Rp/Ton)

(49)

4.4. 6. Konsumsi

Konsumsi beras mengalami fluktuasi. Konsumsi beras terendah terjadi pada tahun 2012 sebesar 1.303.170,693 ton/kapita/tahun dan tertinggi pada tahun 2008 sebesar 1.487.737,1 ton/kapita/tahun.

Besarnya jumlah konsumsi beras di Sumatera Utara (2002-2013) dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 9. Jumlah Konsumsi Beras di Sumatera Utara Tahun 2002-2013

No. Tahun Konsumsi (Ton/Kapita/Tahun)

1 2002 1.412.171,459

Jumlah penduduk di Sumatera Utara cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jumlah penduduk tertinggi berada pada tahun 2013 sebanyak 13.326.307 jiwa dan terendah pada tahun 2000 sebanyak 11.513.973 jiwa.

(50)

Tabel 10. Jumlah Penduduk Sumatera Utara tahun 1999-2013

No. Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

1 1999 11.955.400

Sumber : Badan Pusat Statistik

4.4. 8. Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Pertanian

Tenaga kerja di sektor pertanian yang tertinggi berada pada tahun 2010 sebanyak 4.468.816 jiwa dan terendah pada tahun 2000 sebanyak 2.800.396 jiwa.

(51)

Tabel 11. Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Pertanian Sumatera Utara tahun fluktuasi. Nilai tukar terendah terjadi pada tahun 2003 sebesar Rp 7.100/US$ dan tertinggi pada tahun 2013 sebesar Rp 12.250/US$.

(52)

Tabel 12. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar di Indonesia Tahun 1999-2013

No. Tahun Nilai Tukar

1 1999 7.100

2 2000 9.725

3 2001 10.265

4 2002 9.260

5 2003 8.570

6 2004 8.985

7 2005 9.705

8 2006 9.200

9 2007 9.125

10 2008 9.666

11 2009 9.447

12 2010 9.036

13 2011 9.113

14 2012 9.718

15 2013 12.250

(53)

5.1 Perkembangan Ketersediaan Beras dan Jagung

Keadaan ketersediaan beras dan jagung di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2002-2013 adalah tidak stabil atau mengalami fluktuasi. Untuk ketersediaan beras dapat diperoleh dari jumlah produksi, impor, dan ketersediaan beras tahun sebelumnya. Ketersediaan beras dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 13. Ketersediaan Beras di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2013

No Tahun

(54)

Tabel 14. Ketersediaan Jagung di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2013

12 2010 1.377.716 163,977 409.013 1.786.892,9

77

13 2011 1.294.645 112,008 455.184 1.749.941,0

08

14 2012 1.347.127 224,481 512.875 1.860.226,4

81

15 2013 1.182.925 158,448 300.190 1.483.273,4

48

Sumber: Diolah

Kondisi ketersediaan pangan strategis di Provinsi Sumatera Utara untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2. Grafik Ketersediaan Beras Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2013

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Ketersediaan Beras

(55)

Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa ketersediaan beras mengalami keadaan yang fluktuatif dan cenderung meningkat. Peningkatan ketersediaan beras terjadi pada tahun 2002-2005, 2007, dan 2009-2011. Sementara penurunan jumlah ketersediaan terjadi pada tahun 2006, 2008, 2012, dan 2013. Penurunan yang terjadi tidak merupakan penurunan yang drastic ataupun melonjak.

Gambar 3. Grafik Ketersediaan Jagung Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2013

Pada gambar 3 dapat dilihat bahwa ketersediaan jagung mengalami keadaan yang fluktuatif dan cenderung meningkat. Pada ketersediaan jagung, peningkatan terjadi pada tahun 2002-2005, 2007-2010, dan 2012. Sementara penurunan terjadi pada tahun 2000-2001, 2006, 2011, dan 2013.

0

1999 2001 2003 2005 2007 2009 2011 2013

Ketersediaan Jagung (ton)

(56)

5.2 Analisis Regresi Linear Berganda Ketersediaan Beras di Provinsi Sumatera Utara

Dari metode analisis data diketahui bahwa variabel-variabel yang dapat mempengaruhi ketersediaan beras adalah Harga Domestik (X1), Harga Impor (X2), Harga Kedelai (X3), Luas Panen Jagung (X4), Konsumsi Beras (X5), dan Jumlah Tenaga Kerja (X6). Dari variabel-variabel bebas atau independen tersebut akan dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap ketersediaan beras sebagai variabel terikat atau variabel dependen.

1. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu :

1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dapat dilihat dari grafik scatterplot hasil pengolahan dengan SPSS seperti berikut:

(57)

Berdasarkan gambar 4, tampilan grafik normal plot diatas, terlihat bahwa titik menyebar dekat di sekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa model persamaan layak dipakai karena telah memenuhi asumsi normalitas.

1.2 Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas dapat dilihat dari grafik scatterplot hasil pengolahan dengan SPSS seperti berikut:

Gambar 5. Scatterplot Uji Heterokedastisitas Ketersediaan Beras

(58)

1.3 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Tolerance yang lebih kecil dari 0,1 atau nilai VIF yang lebih besar dari nilai 10 dari masing-masing variabel seperti berikut ini:

Tabel 15. Nilai Tolerance dan VIF Ketersediaan Beras

Variabel Tolerance VIF

Harga Domestik 0,020 49,476

Harga Impor 0,061 16,361

Harga Kedelai 0,016 63,690

Luas Panen Jagung 0,519 1,929

Konsumsi Beras 0,721 1,388

Tenaga Kerja 0,375 2,666

Sumber:Analisis data sekunder dari lampiran 3

Berdasarkan Tabel 15, dapat dilihat Harga Domestik (X1), Harga Impor (X2), Harga Kedelai (X3), Luas Panen Jagung (X4), Konsumsi Beras (X5), dan Jumlah Tenaga Kerja (X6) masing-masing nilai Tolerance-nya sebesar 0,020; 0,61; 0,016 < 0,1 ; 0,519; 0,721; 0,375; 0,218 > 0,1. Sedangkan masing-masing nilai VIF-nya sebesar 49,476; 16,361; 63,690 > 10 ; 1,929; 1,388; 2,666 < 10. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa terjadi gejala multikolinearitas dalam persamaan ini antara harga domestic, harga impor, dan harga kedelai. Hal ini juga dapat disebabkan karena variabel yang semakin banyak, sehingga variabel tersebut dapat digunakan dalam persamaan.

2. Analisis Faktor-Faktor yang Mepengaruhi Ketersediaan Beras di Provinsi Sumatera Utara

(59)

dengan metode regresi linier berganda dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0 baik secara serempak maupun secara parsial. Hasil regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel 16 berikut ini:

Tabel 16. Hasil Analisis Ketersediaan Beras

Variabel Koefisien

Regresi T Hitung Signifikan

(Constant) -3.033E6 -2.206 .079

Sumber: Analisis data sekunder dari lampiran 3

Dari Tabel 16 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Y= -3.033.000 + 0,297X1 + 0,224X2 - 0,406X3 +1,044X4 +2,457X5 + 0,388X6

Keterangan:

Y = Ketersediaan Beras (Ton) X1 = Harga Domestik (Rp/Ton)

2.1 Koefisien Determinasi (R2)

(60)

Harga Domestik, Harga Impor, Harga Kedelai, Luas Panen Jagung, Konsumsi Beras, dan Jumlah Tenaga Kerja. Sedangkan sisanya sebesar 17,2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.

2.2 Uji F (Uji Serempak)

Dari hasil analisis regresi linear beganda diperoleh bahwa nilai F hitung sebesar 4,317 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,065 sedangkan nilai F tabel sebesar 4,95 pada tingkat signifikansi sebesar 0,05%. Dengan demikian F hitung ≤ F tabel

dan sig. F hitung (0,065) ≥ 0,05, maka Ho diterima dan H1 ditolak yang artinya tidak ada pengaruh nyata antara harga domestik, harga impor, harga kedelai, luas panen jagung, konsumsi beras, dan jumlah tenaga kerja terhadap ketersediaan beras di Sumatera Utara.

2.3 Uji T (Uji Parsial)

Dari Tabel 17 dapat diinterpretasikan pengaruh variabel bebas adalah Harga Domestik, Harga Impor, Harga Kedelai, Luas Panen Jagung, Konsumsi Beras, dan Jumlah Tenaga Kerja terhadap Ketersediaaan Beras di Sumatera Utara sebagai berikut:

1. Pengaruh Harga Domestik terhadap Ketersediaan Beras

(61)

Nilai T hitung variabel harga domestik yang diperoleh sebesar 2,616 dan nilai T tabel sebesar 2,571 maka T hitung > T tabel. Tingkat signifikansi T hitung sebesar 0,047 maka sig T (0,047) < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya variabel harga domestik secara parsial berpengaruh nyata terhadap ketersediaan beras di Sumatera Utara.

2. Pengaruh Harga Impor terhadap Ketersediaan Beras

Koefisien regresi harga impor adalah sebesar 0,224, yang diartikan bahwa terdapat pengaruh positif antara harga impor dengan ketersediaan beras. Jika harga impor naik sebesar Rp 1000, maka ketersediaan beras akan bertambah sebanyak 224 ton.

Nilai T hitung variabel harga impor yang diperoleh sebesar 1,856 dan nilai T tabel sebesar 2,571 maka T hitung < T tabel. Tingkat signifikansi T hitung sebesar 0,123 maka sig. T (0,123) > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, yang artinya variabel harga impor secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap ketersediaan beras di Sumatera Utara.

3. Pengaruh Harga Kedelai terhadap Ketersediaan Beras

Koefisien regresi harga kedelai adalah sebesar -0,406, yang diartikan bahwa terdapat pengaruh negatif antara harga kedelai dengan ketersediaan beras. Jika harga kedelai naik sebesar Rp 1000, maka ketersediaan beras akan berkurang sebanyak 406 ton.

(62)

0,039 maka sig. T (0,039) < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya variabel harga kedelai secara parsial berpengaruh nyata terhadap ketersediaan beras di Sumatera Utara.

4. Pengaruh Luas Panen Jagung terhadap Ketersediaan Beras

Koefisien regresi luas panen jagung adalah sebesar 1,044, yang diartikan bahwa terdapat pengaruh positif antara luas panen jagung dengan ketersediaan beras. Jika luas panen jagung naik sebesar 1 Ha, maka ketersediaan beras akan bertambah sebanyak 1,044 ton.

Nilai T hitung variabel luas panen jagung yang diperoleh sebesar 0,486 dan nilai T tabel sebesar 2,571 maka T hitung < T tabel. Tingkat signifikansi T hitung sebesar 0,648 maka sig. T (0,648) > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, yang artinya variabel luas panen jagung secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap ketersediaan beras di Sumatera Utara.

5. Pengaruh Konsumsi Beras terhadap Ketersediaan Beras

Koefisien regresi konsumsi beras adalah sebesar 2,457 , yang diartikan bahwa terdapat pengaruh positif antara konsumsi beras dengan ketersediaan beras. Jika konsumsi beras naik sebesar 1 ton, maka ketersediaan beras akan bertambah sebanyak 2,457 ton.

(63)

dan H1 diterima, yang artinya variabel konsumsi beras secara parsial berpengaruh nyata terhadap ketersediaan beras di Sumatera Utara.

6. Pengaruh Tenaga Kerja terhadap Ketersediaan Beras

Koefisien regresi tenaga kerja adalah sebesar 0,388, yang diartikan bahwa terdapat pengaruh positif antara tenaga kerja dengan ketersediaan beras. Jika tenaga kerja naik sebesar 1000 jiwa, maka ketersediaan beras akan bertambah sebanyak 388 ton.

(64)

5.3 Analisis Regresi Linear Berganda Ketersediaan Jagung di Provinsi Sumatera Utara

Dari metode analisis data diketahui bahwa variabel-variabel yang dapat mempengaruhi ketersediaan jagung (Y) adalah Luas Panen (X1), Harga Domestik (X2), Jumlah Penduduk (X3), Jumlah Tenaga Kerja (X4), dan Nilai Tukar (X5). Dari variabel-variabel bebas atau independen tersebut akan dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap ketersediaan jagung sebagai variabel terikat atau variabel dependen.

1. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu :

1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dapat dilihat dari grafik scatterplot hasil pengolahan dengan SPSS seperti berikut:

(65)

Berdasarkan Gambar 6, tampilan grafik normal plot diatas, terlihat bahwa titik menyebar dekat di sekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa model persamaan layak dipakai karena telah memenuhi asumsi normalitas.

1.2 Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas dapat dilihat dari grafik scatterplot hasil pengolahan dengan SPSS seperti berikut:

Gambar 7. Scatterplot Uji Heterokedastisitas Ketersediaan Jagung

(66)

1.3 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Tolerance yang lebih kecil dari 0,1 atau nilai VIF yang lebih besar dari nilai 10 dari masing-masing variabel seperti berikut ini:

Tabel 17. Nilai Tolerance dan VIF Ketersediaan Jagung

Variabel Tolerance VIF

Luas Panen 0,400 2,503

Harga Domestik 0,172 5,826

Jumlah Penduduk 0,188 5,309

Tenaga Kerja 0,569 1,757

Nilai Tukar 0,360 2,779

Sumber:Analisis data sekunder dari lampiran 4

Berdasarkan Tabel 17, dapat dilihat variabel Luas Panen (X1), Harga Domestik (X2), Jumlah Penduduk (X3), Tenaga Kerja (X4), dan Nilai Tukar (X5) masing-masing nilai Tolerance-nya sebesar 0,400; 0,172; 0,188; 0,569; 0,360 > 0,1. Sedangkan masing-masing nilai VIF-nya sebesar 2,503; 5,826; 5,309; 1,757; 2,779 < 10. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada terjadi gejala multikolinearitas dalam persamaan ini.

2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Jagung di Provinsi Sumatera Utara

(67)

Tabel 18. Hasil Analisis Ketersediaan Jagung

Variabel Koefisien

Regresi T Hitung Signifikan

(Constant) -1.706.000 -0,879 0,402

Sumber: Analisis data sekunder dari lampiran 4

Dari Tabel 18 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Y = - 1.706.000 + 8,115X1 + 0,207X2+ 0,012X3 + 0,057X4– 3,821X5

Keterangan:

Y = Ketersediaan Jagung (Ton) X1 = Luas Panen (Ha)

X2 = Harga Domestik (Rp/Ton)

X3 = Jumlah Penduduk (Jiwa)

X4 = Tenaga Kerja (Jiwa)

X5 = Nilai Tukar (Rp/$)

2.1 Koefisien Determinasi (R2)

(68)

2.2 Uji F (Uji Serempak)

Dari hasil analisis regresi linear beganda diperoleh bahwa nilai F hitung sebesar 18,721 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 sedangkan nilai F tabel sebesar 4,77 pada tingkat signifikansi sebesar 0,05%. Dengan demikian F hitung > F tabel dan sig. F hitung (0,000) ≤ 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima yang artinya ada

pengaruh nyata antara luas panen, harga domestic, jumlah penduduk, tenaga kerja, dan nilai tukar terhadap ketersediaan jagung di Sumatera Utara.

2.3 Uji T (Uji Parsial)

Dari Tabel 18 dapat diinterpretasikan pengaruh variabel bebas yaitu Luas Panen, Harga Domestik, Jumlah Penduduk, Tenaga Kerja, dan Nilai Tukar terhadap Ketersediaaan Jagung di Sumatera Utara sebagai berikut:

1. Pengaruh Luas Panen terhadap Ketersediaan Jagung

Koefisien regresi luas panen adalah sebesar 8,115, yang diartikan bahwa terdapat pengaruh positif antara luas panen dengan ketersediaan jagung. Jika luas panen naik sebesar 1 Ha, maka ketersediaan jagung akan bertambah sebanyak 8,115 ton.

Nilai T hitung variabel luas panen yang diperoleh sebesar 2,609 dan nilai T tabel sebesar 2,262 maka T hitung > T tabel. Tingkat signifikansi T hitung sebesar 0,028 maka sig.T (0,028) < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya variabel luas panen secara parsial berpengaruh nyata terhadap ketersediaan jagung di Sumatera Utara.

2. Pengaruh Harga Domestik terhadap Ketersediaan Jagung

(69)

harga domestik naik sebesar Rp 1000, maka ketersediaan jagung akan bertambah sebanyak 207 ton.

Nilai T hitung variabel jumlah impor yang diperoleh sebesar 2,750 dan nilai T tabel sebesar 2,262 maka T hitung > T tabel. Tingkat signifikansi T hitung sebesar 0,022 maka sig. T (0,022) > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya variabel harga domestik secara parsial berpengaruh nyata terhadap ketersediaan jagung di Sumatera Utara.

3. Pengaruh Jumlah Penduduk terhadap Ketersediaan Jagung

Koefisien regresi jumlah penduduk adalah sebesar 0,012, yang diartikan bahwa terdapat pengaruh positif antara jumlah penduduk dengan ketersediaan jagung. Jika jumlah penduduk naik sebesar 1000 jiwa, maka ketersediaan jagung akan bertambah sebanyak 12 ton.

Nilai T hitung variabel jumlah penduduk yang diperoleh sebesar 0,072 dan nilai T tabel sebesar 2,262 maka T hitung < T tabel. Tingkat signifikansi T hitung sebesar 0,944 maka sig. T (0,944) > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, yang artinya variabel jumlah penduduk secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap ketersediaan jagung di Sumatera Utara.

4. Pengaruh Tenaga Kerja terhadap Ketersediaan Jagung

(70)

Nilai T hitung variabel tenaga kerja yang diperoleh sebesar 0,607 dan nilai T tabel sebesar 2,262 maka T hitung < T tabel. Tingkat signifikansi T hitung sebesar 0,559 maka sig T (0,559) > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, yang artinya variabel tenaga kerja secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap ketersediaan jagung di Sumatera Utara.

5. Pengaruh Nilai Tukar terhadap Ketersediaan Jagung

Koefisien regresi nilai tukar adalah sebesar -3,821, yang diartikan bahwa terdapat pengaruh negative antara nilai tukar dengan ketersediaan jagung. Jika nilai tukar naik sebesar 1 Rp/US$, maka ketersediaan jagung akan berkurang sebanyak 3,821 ton.

(71)

6.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Ketersediaan beras dan jagung mengalami fluktuasi namun cenderung meningkat.

2. Ketersedian beras di Sumatera Utara dipengaruhi harga domestik, harga impor, harga kedelai, luas panen jagung, konsumsi beras, dan jumlah tenaga kerja.

(72)

6.2Saran

1. Diperlukan penggunaan teknologi beras dan jagung yang mampu meningkatkan produksi, sehingga pemerintah dapat mengurangi jumlah impor.

2. Diharapkan peran pemerintah dalam menjaga kestabilan harga beras dan jagung, sehingga menjadi stimulan bagi produsen untuk meningkatkan produksi beras dan jagung.

(73)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2014. “Sumut Defisit Ketersedian Daging, Stok Bahan Pangan Pokok Aman”. Jurnal Asia (http://www.jurnalasia.com/2014/12/23/sumut-defisit-ketersediaan-daging-stok-bahan-pangan-pokok-aman/)

Diakses:1 April 2015

Arigin, I., Hadi, G. 2007. Membuka Cakrawala Ekonomi. PT.Asia Purna. Jakarta Badan Pusat Statistik. 2014. Sumatera Utara dalam Angka. Medan

Baliwati, Yayuk,. dkk. 2010. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya. Jakarta

Bantacut, Tajuddin. 2010. Peranan Persediaan dalam Ketahanan Pangan: Sebuah Perspektif Peran Bulog Baru. Jurnal

Daniel, Moehar. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta Dewan Ketahanan Pangan. 2010. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan

2010-2014. Jakarta

Halwani, H. 2005. Ekonomi Inernasional dan Globalisasi Ekonomi. Ghalia Indonesia. Jakarta

Hasyim, Hasman. 2007. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara”. Tesis. Pascasarjana USU

Isbandi dan Rusdiana. 2014. “Strategi Tercapainya Ketahanan Pangan dalam Ketersediaan Pangan di Tingkat Regional”. Jurnal Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Vol. 3 No. 2

Krugman, Paul R. dan Maurice. Obstfeld. 2000. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan. Edisi Kelima. Jilid 2. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia

Lestari, Lisa. 2013. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan dan Konsumsi Pangan Strategis di Provnsi Sumatera Utara”. Skripsi. Universitas Sumatera Utara

Mankiw, N.Gregory.2000. Pengantar Ekonomi Makro. Jilid 2. Jakarta Erlangga. Mawaddah, Helmi. 2013. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan

(74)

Priyo, B. 2015. “Dapat Tambahan Rp 16,9 Triliun Kementan Fokuskan Wujudkan Kedaulatan Pangan”. Kompas (http://bisniskeuangan.kompas.com/read/ 2015/02/09/140000926/Dapat.Tambahan.Rp.16.9.Triliun.Kementan.Fo kuskan.Wujudkan.Kedaulatan.Pangan) Diakses: 23 Maret 2015

Rachman, Handewi, P.S, dkk. 2008. Dampak Liberasi sasi Perdagangan terhadap Kinerja Ketahanan Pangan Nasional. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian Vol.1. No.1: 47-55. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Jakarta.

Rompone, Firman,. dkk. 2013. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan di Kabupaten Klaten Sebagai Kabupaten Penyangga Pangan di Jawa Tengah. Jurnal.

Sitepu, Christy. 2013. “Faktor yang Menentukan Harga Referensi Daerah (HRD) Jagung di Sumatera Utara”. Skripsi. Universitas Sumatera Utara

Sugiarno, dkk. 2002. Ekonomi Mikro. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Sumodiningrat, Gunawan. 2001. Menuju Swasembada Pangan. RBI & SHS.

Jakarta

Supadi, 2009. Dampak Impor Berkelanjutan Terhadap Ketahanan Pangan. Jurnal. Analisis Kebijakan Pertanian. Vol 7 No 1

Supriana,T. 2008. Pengantar Ekonometrika. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan

Suryana, Achmad. 2003. Kapita Selekta Evolusi Pemikiran Kebijakan Ketahanan Pangan. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta

Undang-Undang No 8. 2012. Pangan. Jakarta : LN 1996/99; TLN 3656.

Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 1996. 1997. Undang-Undang Pangan. Sinar Grafika Offset. Jakarta

(75)
(76)

Lampiran 1. Ketersediaan Beras di Provinsi Sumatera Utara

2002 2.020.667,546 3.340.000 2.964.950 3.412.754 198.670 1.412.171,459 2.888.193 2003 2.161.064,094 3.306.400 2.094.490 3.838.014 210.782 1.410.201,321 4.571.093

2004 2.199.371 3.299.000 1.552.360 3.693.055 214.885 1.430.556,48 4.276.453

2005 2.666.092,982 3.992.200 2.725.020 4.397.416 218.596 1.447.151,997 4.399.699 2006 2.432.651,447 5.060.000 2.878.550 5.236.117 194.872 1.470.311,917 4.074.774 2007 2.585.047,643 5.708.000 3.062.280 5.172.916 229.882 1.478.262,852 3.987.998

2008 2.340.626,106 6.143.400 3.579.630 6.859.375 240.413 1.487.737,1 4.203.091

2009 2.440.210,06 6.750.750 3.511.030 6.810.416 247.782 1.440.099,558 4.255.602 2010 2.633.748,272 7.310.750 4.511.730 7.321.981 274.822 1.406.362,159 4.468.816 2011 2.668.400,803 8.656.500 5.011.010 8.177.777 255.291 1.453.188,796 3.845.341 2012 2.382.686,611 9.178.750 4.578.780 8.201.041 243.097 1.303.170,693 3.834.093 2013 2.358.221,225 9.701.000 5.907.950 9.650.000 211.750 1.392.599,082 3.880.703

Gambar

Grafik Ketersediaan Beras Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002-
Tabel 1. Produksi Beras dan Jagung di Sumatera Utara dalam satuan ton
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 2. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan dipilihnya Visual Basic 6.0 sebagai bahasa pemrograman dikarenakan Visual Basic 6.0 mempunyai kemampuan yang handal sehingga dapat memanfaatkan komputer secara

[r]

Hendro Gunawan, MA

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui : (1) Pengaruh latihan knee-tuck jump dan double leg box bound terhadap kecepatan renang gaya dada 50 meter; (2) Pengaruh panjang

1) Adopsi, kejadian-kejadian dan peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus, yang lama kelaman secara bertahap diserap oleh individu dan mempengaruhi suat

Saiful Anwar Kota Malang, hasil ini dapat diinterpretasikan bahwa setiap kenaikkan motivasi kerja diikuti naiknya kinerja perawat Tenaga Kontrak (non PNS) ruang

Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan galur sorgum mutan BMR secara umum hampir sama dengan galur sorgum mutan non BMR pada musim kemarau, terlihat pada parameter tinggi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran pemaafan (forgiveness) sebagai prediktor regulasi emosi kognitif pada wanita yang hamil di luar pernikahan.. Sampel (N=30)