• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Tanpa Beban / Non Stress Test ( NST)

Dalam dokumen WRAP UP SK 1 EMERGENCY A-8.docx (Halaman 40-56)

NST adalah pemeriksaan kesehatan janin dengan menggunakan kardiotokografi pada umur kehamilan ≥ 32 minggu. Menurut American Pregnancy Association, NST dilakukan pada umur kehamilan lebih atau sama dengan 28 minggu. Sebelum usia 28 minggu, janin belum cukup berkembang untuk memberikan respons terhadap tes. Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud menilai kesehatan janin melalui hubungan perubahan denyut jantung janin dengan gerakan janin yang dirasakan oleh ibu

Persiapan uji tanpa beban:

 Ibu hamil telah makan 1- 2 jam sebelum prosedur dilakukan

 Ibu tidak sedang memakai obat-obatan sedativa

 Kandung kemih dikosongkan

Informed consent Indikasi:

Kondisi ibu:

 Hipertensi kronis

 Diabetes mellitus

 Anemia berat ( Hb < 8 gr % atau Ht < 26 %)

 Penyakit vaskuler kolagen

 Gangguan fungsi ginjal

 Penyakit jantung

 Pneumonia dan penyakit paru-paru berat

 Penyakit dengan kejang Kondisi janin:

 Pertumbuhan janin terhambat

 Kelainan kongenital minor

 Aritmia jantung

 Isoimunisasi

 Infeksi janin

 Pernah mengalami kematian janin dalam rahim yang tidak diketahui penyebabnya

Kondisi yang berhubungan dengan kehamilan:

 Kehamilan multipel

 Ketuban pecah pada kehamilan kurang bulan

 Polihidramnion

 Oligohidramnion

 Plasentasi abnormal

 Solusio plasenta

 Kehamilan lewat waktu Prosedur:

 Pasien ditidurkan secara santai semi Fowler, 45o miring ke ke kiri

 Tekanan darah diukur tiap 10 menit

 Dipasang kardiotokografi

 Pada i;bu diberikan tombol penanda yang harus ditekan apabila ibu merasakan gerak janin

 Frekuensi denyut jantung janin dicatat selama 10 menit pertama untuk mendapat data dasar denyut jantung janin

 Pemantauan tidak boleh kurang dari 20 menit. Apabila pada 20 menit pertama didapatkan hasil non reaktif, lanjutkan pemantauan 20 menit lagi. Pastikan bahwa tidak ada hal-hal yang mempengaruhi hasil pemantauan apabila hasilnya tetap nonreaktif

 Pemeriksaan NST ulangan dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil NST secara individual

Komplikasi: supine hypotension Hasil reaktif, bila:

 Denyut jantung janin basal antara 120-160 kali permenit

 Variabilitas denyut jantung janin 6 -25 permenit

 Ada gerakan janin, terutama gerakan multipel dan berjumlah 5 gerakan atau lebih dalam pemantauan 20 menit, dengan kenaikan minimal 15 dpm selama minimal 15 detik

Hasil tidak reaktif, bila:

 Denyut jantung janin basal antara 120-160 kali permenit

 Variabilitas kurang dari 6 denyut/ menit

 Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit

 Tidak ada akselerasi denyut jantung janin meskipun diberikan rangsang dari luar

Ada juga hasil yang meragukan ( non reassuring), keadaan ini interpretasinya sukar, dapat disebabkan oleh pemakaian obat yang mendepresi susunan saraf pusat. Pada keadaan hasil yang meragukan dimana pasien sudah dipastikan tidak sedang dalam pengaruh obat, dianjurkan agar NST diulang keesokan harinya. Bila reaktivitas tidak membaik, dilakukan pemeriksaan uji beban kontraksi ( OCT) Deselerasi variabel dapat terdeteksi selama pemantauan. Apabila tidak berulang dan lamanya tidak lebih dari 30 menit, biasanya tidak menunjukkan keadaan janin yang buruk dan tidak memerlukan intervensi obstetri. Deselerasi lambat yang berlangsung lebih dari 1 menit pada pemeriksaan NST biasanya berhubungan dengan keadaan janin yang buruk.11

B. Uji Beban Kontraksi ( Contraction Stress Test/ CST) atau Uji Dengan Oksitosin ( Oxytocin Challenge Test/ OCT)

CST/ OCT adalah pemeriksaan kesehatan janin dengan menggunakan kardiotokografi yang menilai perubahan denyut jantung janin pada saat kontraksi rahim. Tujuan dilakukannya tes ini adalah untuk memantau kondisi janin pada kehamilan usia lanjut sebelum janin dilahirkan, menilai apakah janin sanggup mentolerir beban persalinan normal serta menilai fungsi plasenta.

Indikasi:

Bila terdapat dugaan insufisiensi plasenta:

 Uji beban yang tidak reaktif

 Diabetes mellitus

 Preeklamsia

 Hipertensi kronis

 Pertumbuhan Janin Terhambat

 Kehamilan lewat waktu

 Pernah mengalami lahir mati

 Ketagihan narkotika

Hemoglobinopati akibat sel sickle

 Penyakit paru kronis

Kontraindikasi:

 Luka parut pada rahim

 Kehamilan ganda sebelum 37 minggu

 Ketuban pecah sebelum 37 minggu

 Risiko tinggi untuk persalinan kurang bulan

 Perdarahan antepartum

 Serviks inkompeten atau paska operasi serviks

 Kelainan bawaan atau cacat janin berat

 Indikasi untuk seksio sesarea Komplikasi: persalinan kurang bulan Prosedur:

a. Pasien ditidurkan secara semi Fowler dan miring kiri

b. Tekanan darah diukur setiap 10 -15 menit, dicatat di kertas monitor c. Kardiotokografi dipasang

d. Selama 10 menit pertama dicatat data dasar

e. Pemberian tetes oksitosin untuk mengusahakan terbentuknya 3 kontraksi rahim dalam 10 menit. Bila telah ada kontraksi uterus spontan tapi kontraksi < 3 kali/ 10 menit, tetesan dimulai dengan 0.5 mU/ menit. Bila belum ada kontraksi rahim, tetesan dimulai dengan 1 mU/ menit ( 20 tetes/ menit). Bila kontraksi yang diinginkan belum tercapai, setiap 15 menit tetesan dinaikkan 5 tetes/ menit, sampai maksimal 60 tetes/ menit

Tetesan oksitosin dihentikan bila:

 Lima kontraksi atau lebih dalam 10 menit

 Dalam 10 menit terjadi 3 kontraksi yang lamanya lebih dari 50-60 detik

 Kontraksi uterus hipertonus

 Deselerasi yang memanjang

 Terjadi deselerasi lambat yang terus-menerus

 Selama 1 jam pemantauan, hasilnya tetap mencurigakan

Interpretasi hasil: Negatif

 Tidak terjadi deselerasi lambat atau deselerasi variabel yang nyata

 Denyut jantung janin normal, variabilitas 6-25 dpm

Bila hasil OCT negatif, maka kehamilan dapat diteruskan sampai 7 hari lagi, selanjutnya dilakukan OCT ulangan, atau diartikan bahwa janin dapat mentolerir beban persalinan normal.

 Terjadi deselerasi lambat yang menetap pada sebagian besar kontraksi rahim, meskipun tidak selalu disertai dengan variabilitas yang menurun dan tidak ada akselerasi pada gerakan janin.

OCT positif menunjukkan adanya insufisiensi uteroplasenta. Kehamilan harus segera diakhiri, kecuali bila paru-paru belum matang

Mencurigakan

 Terjadi deselerasi lambat yang tidak menetap, atau deselerasi variabel yang terus-menerus

 Deselerasi lambat terjadi hanya bila ada kontraksi rahim hipertonus

 Bila dalam 10 menit meragukan ke arah positif atau negatif

 Adanya takikardi

Bila hasilnya mencurigakan, maka harus dilakukan pemeriksaan ulang 1-2 hari kemudian Tidak memuaskan

 Kontraksi rahim kurang dari 3 kali dalam 10 menit

 Pencatatan tidak baik, terutama pada akhir kontraksi Bila demikian, pemeriksaan harus diulang pada hari berikutnya Hiperstimulasi

 Terjadi 5 atau lebih kontraksi rahim dalam 10 menit

 Lama kontraksi 90 detik atau lebih

 Tonus basal uterus meningkat ( > 20 mmHg)

Bila demikian, tetesan oksitosin harus dikurangi atau dihentikan11

Gambar 6. Hasil yang menunjukkan baseline rate normal:10

Seiring dengan maturasi janin, denyut jantung menurun. Penurunan denyut jantung janin berkisar antara 1 denyut/ menit per minggu atau 24 denyut/ menit dari antara usia 16 minggu sampai dengan aterm. Hal ini disebabkan karena respons terhadap maturasi pusat pengaturan parasimpatis ( vagal) jantung. Denyut jantung normal adalah antara 110 – 160 denyut/ menit.

Denyut jantung diatur oleh keseimbangan antara pusat akselerator ( saraf simpatis) dan deselerator ( saraf vagal parasimpatis) pada sel pacemaker, selain itu juga dipengaruhi oleh kemoreseptor kimia yang dapat mendeteksi adanya hipoksia dan hiperkapnia.

Gambar 7. Hasil yang menunjukkan adanya bradikardi:10

Denyut jantung janin dikatakan bradikardi bila baseline heart rate kurang dari 110 dpm. Jika antara 110 dan 100 dikatakan mencurigakan, sementara di bawah 100 dikatakan patologis. Penurunan bertahap yang terus-menerus adalah suatu tanda gawat janin.

Gambar 8. Hasil yang menunjukkan gambaran takikardi10

Suatu gambaran dikatakan mencurigakan takikardi bila denyut jantung janin berkisar antara 150 dan 170 sementara bentuk yang patologis adalah bila denyut jantung janin di atas 170. Takikardi dapat merupakan suatu tanda dari infeksi janin atau demam dan juga gawat janin. Sebab yang paling sering terjadi adalah karena demam pada ibu yang disebabkan oleh amnionitis, meskipun demam yang disebabkan oleh apapun dapat meningkatkan denyut

jantung. Takikardi yang disebabkan oleh infeksi ibu biasanya tidak berhubungan dengan kompensasi janin kecuali terdapat perubahan denyut jantung periodik atau sepsis janin. Penyebab lain dari takikardi janin termasuk kompensasi janin, aritmia jantung, pemberian obat-obatan parasimpatetik ( atropin) atau simpatomimetik ( terbutalin).Anestesi epidural juga dapat menyebabkan takikardi pada janin. Cara untuk membedakan antara kompensasi janin dengan takikardi adalah dengan deselerasi denyut jantung yang menyertai. Penghilangan hal-hal yang membuat janin harus mengkompensasi, seperti pemulihan hipotensi ibu yang disebabkan analgesia epidural dapat menyebabkan pemulihan keadaan janin juga.8

Gambar 9. Gambaran variabilitas8

1. Tidak tampak adanya variabilitas 2. Variabilitas minimal ≤ 5 denyut/ menit

3. Variabilitas moderat ( normal) 6-25 denyut/ menit 4. Bermakna, variabilitas ≥ 25 denyut/ menit

Variabilitas adalah penanda penting dari fungsi kardiovaskuler dan diatur oleh sistem saraf otonom, yaitu sistem saraf simpatis dan parasimpatis, diperantarai oleh nodus sinoartrial, yang menghasilkan osilasi denyut ke denyut dari denyut jantung dasar/ baseline. Iregularitas denyut jantung tersebut didefinisikan sebagai variabilitas.

Variabilitas dibagi menjadi variabilitas dini dan variabilitas lanjut.

Variabilitas dini : bila perubahan instan denyut jantung terjadi dari denyut jantung

satu langsung ke denyut jantung atau gelombang R berikutnya Variabilitas ini adalah interval waktu antara sistole jantung Variabilitas lanjut : bila perubahan denyut jantung terjadi dalam waktu 1 menit.

Normal bila terdapat 3-5 perubahan dalam 1 menit

Variabilitas ini normal terdapat dengan batasan 6 – 25 denyut/ menit. Tidak adanya variabilitas biasanya berhubungan dengan asidemia metabolik yang mendepresi batang otak janin atau jantung itu sendiri.

Penyebab yang sering menyebabkan tidak adanya variabilitas adalah penggunaan obat-obat analgesia, dan obat-obat yang mendepresi susunan saraf pusat ( narkotik, barbiturat, fenotiazin, obat penenang).8

Gambar 10. Gambaran variabilitas yang menurun ( < 10 dpm):10

Variabilitas normal seharusnya di antara 10 sampai dengan 15 dpm ( kecuali selama janin tertidur yang seharusnya tidak lebih lama dari 60 menit).

Gambaran di atas menunjukkan peningkatan transien dari denyut jantung yang lebih besar dari 15 dpm untuk sekurangnya dari 15 detik. Dua akselerasi dalam 20 menit dianggap hasil reaktif. Akselerasi adalah pertanda baik karena menunjukkan bahwa janin responsif dan mekanisme pengontrolan jantungnya baik.

Deselerasi dapat normal atau patologis. Deselerasi awal timbul bersamaan dengan kontraksi uterus dan biasanya berhubungan dengan dengan kompresi kepala janin, oleh karena itu timbul pada persalinan seiring dengan turunnya kepala.

Deselerasi lambat bila deselerasi persisten setelah kontraksi selesai, hal ini mengarah pada keadaan gawat janin. Deselerasi dikatakan variabel bila bervariasi dengan waktu dan bentuk antara satu sama lain, gambaran ini mengarah pada keadaan hipoksia atau kompresi tali pusat.

Tabel 2. Klasifikasi gambaran dari kardiotokografi12

Denyut jantung Variabilitas Deselerasi Aselerasi

Tidak pasti 100-109 atau

161-180 < 5 untuk ≥ 40menit tapi < 90 menit Deselerasi awal atau deselerasi variabel atau satu deselerasi yang lama ≤ 3 menit Tidak ada akselerasi pada gambaran normal atau meragukan Abnormal < 100 atau > 180 atau Bentuk sinusoid selama ≥ 10 menit < 5 selama ≥ 90 menit Deselerasi variabel atipik atau deselerasi lanjut atau satu deselerasi lama > 3 menit Tidak ada akselerasi pada gambaran normal atau meragukan

- Normal bila 4 di atas termasuk dalam golongan pasti normal - Mencurigakan bila ada 1 golongan tidak pasti

- Tidak normal bila ≥ 2 golongan tidak pasti atau ≥ 1 tidak normal Pengambilan sampel darah janin

Sesuai dengan American College Of Obstetricians and Gynecologists, pengukuran pH pada darah kapiler kulit kepala dapat membantu untuk mengidentifikasi keadaan gawat janin. Prosedur ini memang jarang dilakukan, tetapi merupakan pemeriksaan penyerta untuk menegakkan diagnosis gawat janin pada hasil NST yang meragukan.8

Pengambilan darah janin harus dilakukan di luar his dan sebaiknya ibu dalam posisi tidur miring.

Pemeriksaan darah janin ini dilakukan bila terdapat indikasi sebagai berikut: o Deselerasi lambat berulang

o Deselerasi variabel memanjang o Mekonium pada presentasi kepala o Hipertensi ibu

o Osilasi/ variabilitas yang menyempit Kontraindikasi:

o Gangguan pembekuan darah janin o Presentasi fetus yang tidak dapat dicapai o Infeksi pada ibu

Syarat:

o Pembukaan lebih dari 2 cm o Ketuban sudah pecah

Cara pengambilan sampel darah:13

1. Masukkan amnioskopi melalui serviks yang sudah didilatasi setelah ruptur membran

2. Oleskan lapisan jel silikon untuk mendapatkan tetesan darah pada tempat insisi 3. Buat insisi tak lebih dari 2 cm dengan pisau tipis

4. Aspirasi darah dengan tabung kapiler yang telah diberi heparin 5. Periksa pH darah

6. Setelah insisi, hentikan perdarahan

Gambar 12. Teknik pengambilan sampel darah dari kulit kepala janin menggunakan amnioskopi8

Tabel 3. Interpretasi dari sampel pH darah janin berdasarkan pedoman RCOG dan NICE yang terbaru:12

Hasil sampel pH darah janin Tindakan

≥ 7.25 Ulangi pengambilan sampel darah jika

abnormalitas denyut jantung janin persisten 7.21 – 7.24 Ulangi pengambilan sampel darah dalam 30 menit atau pertimbangkan terminasi kehamilan jika terjadi penurunan pH yang cepat dibandingkan sampel yang terakhir

≤ 7.20 Indikasi terminasi kehamilan

Semua perkiraan hasil sampel tersebut harus diinterpretasi bersama dengan hasil pengukuran pH terdahulu, tingkat kemajuan dalam persalinan dan gambaran klinis ibu dan janin.

Keadaan-keadaan yang menyebabkan terjadinya hasil abnormal palsu:

 Asidosis ibu

 Respons susunan saraf pusat janin terhadap asidosis

 Kontaminasi sampel darah

 Sampel darah terlalu lama didiamkan sebelum dianalisis

Keadaan-keadaan yang menyebabkan terjadinya hasil normal palsu:

 Narkose

 Infeksi

 Asfiksia saat pengambilan sampel

 Prematuritas

 Obstruksi jalan nafas neonatal

 Trauma persalinan

 Anomali kongenital

Recovery incomplete asphyxia

Komplikasi yang dapat terjadi dari tindakan pemeriksaan:

 Perdarahan

 Insisi terlalu dalam

 Infeksi Profil Biofisik

Konsep dasar dari profil biofisik adalah penilaian beberapa variabel dari kegiatan biofisik fetus yang lebih sensitif dan lebih dapat diandalkan daripada pemeriksaan satu parameter saja. Pemantauan kegiatan biofisik fetus, memainkan peranan dalam mengidentifikasi janin yang mengalami asfiksia.

Profil biofisik terdiri dari 5 komponen, salah satunya adalah standar tes non stress. Empat parameter lainnya dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonik.

Adapun komponen profil biofisik meliputi:14

1. Reaksi jantung fetus 2. Pergerakan pernafasan 3. Pergerakan badan 4. Tonus

5. Kedalaman cairan amnion

Setiap komponen diberi nilai 0 sampai dengan 2, sehingga skor total minimal adalah 0 dan maksimal 10.13

Tabel 4. Skor biofisik janin13

NST

Gerakan pernafasan janin

Gerakan janin

Tonus

Voume cairan amnion

Reaktif

Sekurang-kurangnya 2 akselerasi dari > 15 dpm, berlangsung > 15 detik, berhubungan dengan gerakan janin dalam periode 20 menit Paling sedikit satu periode pernapasan dengan lamanya 60 detik dalam periode observasi 30 menit

3 atau lebih gerakan badan dalam waktu 30 menit

Paling sedikit satu gerakan kaki dari fleksi ke ekstensi dan kembali lagi

Satu kantong cairan sekurang-kurangnya 2 cm dalamnya

Non reaktif Tidak ada

Tidak ada

< 3 gerakan

Tidak ada gerakan

< 1 cm

Normal : 8 atau 10

Ragu-ragu : 4 atau 6 Abnormal : 0 atau 2

Profil biofisik kurang begitu menyita waktu bila dibandingkan dengan OCT ( Oxytocin Contraction Test), dan ada beberapa peneliti yang menganjurkan pemeriksaan biofisik sebagai langkah selanjutnya setelah tes non stress dan bukannya OCT.

Bila tes kedua setelah NST yang non reaktif adalah skor biofisik, maka pengelolaannya sebagai berikut:

1. Skor 0-2 biasanya merupakan indikasi adanya gangguan terhadap janin dan cukup alasan untuk melahirkan janin

2. Skor 4-6 setelah NST yang non reaktif, hendaknya tes diulangi atau lakukan OCT 3. Skor 8 atau lebih setelah NST yang non reaktif menunjukkan janin tersebut sehat

dimana NST dapat diulangi pada interval tertentu. Tata Laksana

Tabel 4. Kriteria Tata Laksana Untuk Pola Denyut Jantung Janin yang Meragukan8 Tindakan berikut harus dicatat dalam rekam medis:

1. Reposisi pasien

2. Hentikan stimulansia uterus dan koreksi hiperstimulasi uterus 3. Pemeriksaan vaginal

4. Koreksi hipotensi ibu yang berhubungan dengan anestesi regional

5. Pemberitahuan tenaga anestesi dan perawat untuk kebutuhan persalinan darurat 6. Monitor denyut jantung janin – dengan monitor janin elektronik atau auskultasi –

di ruang operasi sebelum menyiapkan kelahiran per abdominal

7. Adanya tenaga kompeten yang hadir untuk resusitasi dan penanganan neonatus 8. Pemberian oksigen ke ibu

1. Tokolitik

Injeksi subkutan atau intravena tunggal dari 0.25 mg terbutalin sulfat diberikan untuk relaksasi uterus telah dijelaskan sebagai tindakan sementara dari penanganan denyut jantung yang meragukan selama persalinan. Inhibisi kontraksi uterus dapat meningkatkan oksigenasi janin, dan menghasilkan resusitasi intrauterus. Cook dan Spinato ( 1994) menjabarkan pengalaman mereka menggunakan tokolitik terbutalin untuk resusitasi intra uterus pada 368 kehamilan selama 10 tahun. Resusitasi seperti ini dapat meningkatkan nilai pH darah dari kulit kepala janin, dan terbukti menolong keadaan seperti disebutkan di atas. Dosis kecil nitrogliserin intravena ( 60 sampai dengan 180 μg) juga dilaporkan dapat memberikan keuntungan.8

2. Amnioinfusion

Gabbe dkk. melakukan percobaan pada monyet dengan cara mengeluarkan cairan amnion yang ternyata menghasilkan deselerasi variabel dan penggantian dengan cairan fisiologis menghilangkan deselerasi tersebut. Miyazaki dan Taylor ( 1983) memasukkan cairan fisiologis melalui kateter bertekanan pada wanita melahirkan yang mengalami deselerasi variabel atau deselerasi lama berhubungan dengan terjepitnya tali pusat. Terapi ini terbukti meningkatkan pola denyut jantung pada setengah dari jumlah sampel yang diteliti.

Berdasarkan laporan-laporan terdahulu, amnioinfusion transvaginal kini digunakan untuk:

 Penanganan deselerasi variabel atau deselerasi lama

 Profilaksis kaus-kasus oligohidroamnion, seperti ketuban pecah dini

 Usaha untuk mengencerkan atau ’mencuci’ mekonium yang kental.

Protokol pemberiannya sendiri masih belum ada ketentuan baku hingga sekarang. 500 sampai 800 ml bolus cairan fisiologis hangat diikuti dengan infus kontinyu 3 ml per menit. Pada penelitian lain, Rinehart dkk menyarankan cukup hanya dengan pemberian 500 ml bolus cairan fisiologis dalam temperatur ruangan, atau 500 ml bolus ditambah infus kontinyu 3 ml per menit.8

Tabel 4. Komplikasi Amnioinfusion Berdasarkan Survei dari 186 Pusat Pelayanan Obstetri8

Hipertonus uterus

Denyut jantung janin abnormal Amnionitis

Prolaps tali pusat Ruptur uterus

Kompensasi respiratorius atau jantung maternal Abrupsi plasenta Kematian ibu 27 17 ( 9) 7 ( 4) 5 ( 2) 4 ( 2) 3 ( 2) 2 ( 1) 2 ( 1)

Tata laksana umum untuk keadaan gawat janin:

 Reposisi pasien ke sisi kiri

 Hentikan pemberian oksitosin

 Identifikasi penyebab maternal ( demam ibu, obat-obatan), dan diterapi sesuai dengan penyebab

 Jika penyebab ibu tidak ada tetapi denyut jantung tetap abnormal minimal 3 kontraksi, lakukan pemeriksaan vaginal

o Perdarahan dengan nyeri konstan atau intermiten, curigai solusio plasenta o Tanda infeksi ( demam, sekret vagina berbau), berikan antibiotik sesuai

dengan penatalaksanaan amnionitis

o Bila tali pusat di bawah bagian yang terendah, atau ada di vagina, tangani sesuai dengan penanganan tali pusat prolaps

 Jika denyut jantung abnormal menetap atau ada tanda tambahan gawat janin, rencanakan persalinan:

o Jika serviks terdilatasi penuh dan kepala janin tidak lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau ujung tulang terendah dari kepala pada stasion 0, lahirkan dengan ekstraksi vakum atau forsep.

o Jika serviks tidak terdilatasi penuh atau kepala janin lebih dari 1/5 di atas simfisi pubis atau ujung tulang terendah dari kepala di atas stasion 0, lahirkan dengan seksio sesarea.

Dalam dokumen WRAP UP SK 1 EMERGENCY A-8.docx (Halaman 40-56)

Dokumen terkait