• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

C. Analisis Data Dan Pembahasan

1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji Validitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu dapat mengukur variabel yang diukur. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan Corrected Item-Total Correlation atau Korelasi Produk Moment Pearson dengan program SPSS 17.0.

Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05. Kuesioner dinyatakan valid bila r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05), karena dalam pengujian validitas jumlah responden yang digunakan 100 responden maka rtabel-nya 0,195. Bila hasil pengujian menunjukkan tidak valid maka kemungkinan kesalahan dalam membuat pernyataan yang kurang mengarah ke topik skripsi atau kurangnya pernyataan, sehingga

perlu diperbaiki struktur pernyataan atau penambahan pernyataan hingga pengujian itu valid.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat ukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang.

Pengujian menggunakan metode Alpha (Cronbach’s) dengan program SPSS 17.0. Uji signifikansi dilakukan pada taraf signifikansi 0,05 ,artinya instrumen dapat dikatakan reliabel bila nilai alpha lebih besar dari r kritis product moment. Instrumen dapat dikatakan reliabel dengan batasan tertentu seperti 0,6. Menurut Sekaran dalam Priyatno (2008:26), reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah baik.

J. Teknik Analisis Data

Masalah pertama yaitu apakah kualitas produk, hubungan antara nilai sampai pada harga, bentuk produk, keandalan perusahaan, jaminan, respon dan cara pemecahan masalah secara simultan maupun parsial mempengaruhi kepuasan konsumen Kawasaki Ninja 250R. Dengan melihat masalah tersebut maka, teknik analisis data yang dibutuhkan adalah:

1. Analisis Regresi Linier Berganda

Untuk menjawab permasalahan utama atau pegujian hipotesis adalah metode regresi linier berganda dan korelasi. Rumus persamaan yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

Y= a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+e Dimana :

A = Konstanta (intercept) b1-b6 = koefisien regresi parsial Y = Kepuasan konsumen X1 = Kualitas produk

X2 = Hubungan antara harga sampai pada nilai X3 = Bentuk produk

X4 = Keandalan perusahaan

X5 = Jaminan

X6 = Respon dan cara pemecahan masalah e = Kesalahan acak yang berkaitan dengan Y

untuk menguji keabsahan persamaan regresi itu diperlukan uji statistik yaitu menggunakan koefisien determinan (R2) untuk menunjukkan seberapa jauh kesesuaian persamaan regresi tersebut dengan data. Selain itu digunakan uji t untuk menguji hipotesis yang koefisiennya berbeda dari nol. Untuk menjaga akurasi model hasil regresi yang diperoleh, maka dilakukan beberapa tahapan uji syarat klasik. Uji asumsi klasik dibutuhkan untuk mengetahui sah atau tidaknya suatu model regresi yang akan dipakai sebagai model penjelas bagi pengaruh antar variabel.

Uji syarat klasik dilakukan untuk menjawab pertanyaan bahwa apakah model analisis regresi tersebut sudah memenuhi syarat-syarat yang berlaku. Syarat - syarat yang dikehendaki dalam analisis regersi adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau tidak. Distribusi normal atau tidak. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal. Jika distribusi data residual, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2001: 107). Hasil uji normalitas dapat dilihat dalam kurva normalitas.

b. Uji Multikorelasi

Multikorelasi adalah keadaan dimana antara dua variabel independent atau lebih pada model regresi terjadi hubungan linear yang sempurna atau mendekati sempurna. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah multikorelasitas. Dampak yang diakibatkan dengan adanya multikorelasitas antara lain:

1) Nilai standar error untuk masing-masing koefisien menjadi tinggi, sehingga thitung menjadi rendah.

2) Standar error of estimate akan semakin tinggi dengan bertambahnya variabel independen.

Untuk medeteksi ada tidaknya multikorelasitas dengan melihat nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Semakin kecil nilai Tolerance dan semakin besar VIF maka semakin mendekati terjadinya masalah multikorelasitas. Dalam kebanyakan penelitian menyebutkan bahwa jika tolerance lebih dari 0,1 dan VIF kurang dari 10 maka tidak terjadi multikorelasitas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk mengatahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokesdastisitas. Dan jika varians berbeda, disebut Heteroskedastisitas.

Diagnosa adanya Heteroskedastisitas secara kuantitatif dalam suatu regresi dapat dilakukan dengan pengujian korelasi rank Spearman. Hipotesis dalam pengujian ini adalah :

H0 : tidak terdapat Heteroskedastisitas H1 : terdapat Heteroskedastisitas

Dasar pengambilan keputusan adalah :

Jika p > 0,05 maka H1 ditolak dan H0 diterima Jika p < 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak

2. Uji F (Bersama-sama) dan R Square (R2)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh seluruh variabel bebas yang terdiri dari : kualitas, harga, bentuk produk, keandalan perusahaan, jaminan, respon dan cara pemecahan masalah (X) secara bersamaan terhadap variabel terkait (Y) Kepuasan Konsumen dengan cara membandingkan Fhitung dengan Ftabel. Uji F digunakan untuk menguji signifikan pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terkait. Tingkat kesalahan yang digunakan sebesar α = 5%, apabila tingkat probabilitas kesalahan yang diperoleh kurang dari 5%, maka H0 ditolak dan Ha diterima dan sebaliknya apabila tingkat probabilitas kesalahan yang diperoleh lebih dari 5%, maka H0 diterima dan Ha ditolak.

Dari hasil regresi akan diperoleh koefisien R square (R2). Koefisien R2 menunjukkan seberapa besar kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel terkait. Semakin besar R2 semakin baik model tersebut dalam menjelaskan variasi variabel, artinya semakin dekat nilai R2 dengan satu maka tepat atau cocok model yang dipakai.

3. Uji t (Parsial)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh variabel bebas yang terdiri dari variabel kualitas, hubungan antara nilai sampai pada harga, bentuk produk, keandalan perusahaan, jaminan, respon dan cara pemecahan masalah (X) secara sendiri-sendiri terhadap kepuasan konsumen dalam menggunakan sepeda motor Kawasaki Ninja 250R

dengan cara membandingkan nilai thitung dengan ttabel pada tingkat signifikan tertentu. Berikut langkah-langkah dalam menggunakan Uji t:

1. Menentukan hipotesis

Variabel bebas berpengaruh tidak nyata apabila nilai koefisiennya sama dengan nol, sedangkan variabel bebas akan berpengaruh nyata apabila nilai koefisiennya tidak sama dengan nol. Hipotesis selengkapnya adalah sebagai berikut :

a. H0 : b1 ; b2 ; b3 ; b4 ; b5 ; b6= 0 artinya kualitas, hubungan antara nilai sampai pada harga, bentuk produk, keandalan perusahaan, jaminan, respon dan cara pemecahan masalah secara sendiri- sendiri tidak berpengaruh terhadap kepuasan konsumen.

b. Ha : b1 ; b2 ; b3 ; b4 ; b5 ; b6 0 artinya kualitas, hubungan antara nilai sampai pada harga, bentuk produk, keandalan perusahaan, jaminan, respon dan cara pemecahan masalah secara sendiri– sendiri berpengaruh terhadap kepuasan konsumen.

2. Menentukan daerah kritis

Daerah kritis ditentukan oleh nilai ttabel dengan derajat bebas yaitu n- k, dan taraf nyata α 5%.

3. Menentukan nilai thitung

Nilai t-hitung untuk koefisien b1, b2 , b3, b4, b5, dan b6 dapat dirumuskan sebagai berikut :

NI: {(frek ke-1 x 6)+(frek ke-2 x 5)+….+ (frek ke-6x1)} : 6 4. Menentukan daerah keputusan

Daerah keputusan untuk menerima H0 atau menolak H0 dengan derajat bebas yaitu n-k, dengan taraf nyata 5%.

5. Memutuskan hipotesis.

a. th ≥ tt pada

α

0,05 atau th pada p-value ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan menerima Ha.

b. th < tt pada

α

0,05 atau th pada p-value > 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha.

4. Nilai Indeks

Untuk masalah kedua yaitu, faktor manakah yang menjadi faktor utama yang menjadi pertimbangan dalam pembelian Kawasaki Ninja 250R. Maka teknik analisis data yang diperlukan adalah Analisis Nilai Indeks.

Teknik analisis untuk menguji masalah kedua didasarkan pada ranking pilihan faktor kepuasan yang menjadi prioritas utama yang diberikan oleh responden dapat dihitung dengan nilai indeks dan urutan kepentingannya. Nilai indeks adalah metode yang cara perhitungannya didasarkan pada jumlah frekuensi atau tingkat jawaban responden. Cara mencarinya adalah: a. Mencari frekuensi pilihan responden terhadap faktor kepuasan yang

menjadi pertimbangan dalam pembelian Kawasaki Ninja 250R. b. Mencari nilai indeks dengan rumus:

Keterangan: NI = Nilai indeks

Frek = Frekuensi pilihan responden

c. Hasil nilai indeks diranking dari yang nilai indeksnya terbesar sampai dengan nilai indeksnya yang terkecil.

Setelah hasil nilai indeksnya diranking maka akan diketahui urutan atau ranking pilihan faktor, sehingga dapat diketahui faktor kepuasan yang menempati ranking pertamalah yang mempunyai pengaruh paling kuat dalam pertimbangan konsumen membeli Kawasaki Ninja 250R.

41

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Kawasaki

1. Sejarah Kawasaki

Sejarah Kawasaki dimulai tahun 1878 ketika Shozo Kawasaki mendirikan perusahaan di Tokyo. Perusahaan ini bergerak dalam bidang pembangunan kapal. Pada 1881, Kawasaki Hyogo Shipyard berdiri di Hyogo dan di tahun 1896 bergabung dengan Tsukigi Shipyard dan membentuk Kawasaki Shipyard Corp.

Sampai dengan Perang Dunia II, Kawasaki juga memproduksi pesawat, lokomotif, misil, kapal selam dan supertanker. Setelah perang Dunia II, pihak Sekutu memisahkan divisi pembuat baja Kawasaki dan saat itu pula menjadi Kawasaki Steel Corporation.

Pada 1949, Kawasaki memutuskan untuk terjun ke industri motor dengan memproduksi mesin motor bekerja sama dengan BMW Jerman yang sebelumnya bekerja sama juga dalam memproduksi pesawat terbang. Berikut ini sekilas mengenai sejarah perjalanan dan perkembangan Kawasaki di Jepang dari tahun ke tahun.

Tahun 1949 - Para insinyur dan teknisi pesawat terbang mulai membangun KE (Kawasaki Engine) pada 1949. Tahun 1952 desain mesin KE-1 selesai dibuat dan diproduksi massal mulai tahun 1953. Mesin berpendingin udara, 148cc, OHV (Over Head Valve), dan 4 tak ini memiliki power maksimal sebesar 4 PS pada 4,000 rpm (rotation per second).

Tahun1954 - Kawasaki memproduksi sepeda motor utuh dengan nama Meihatsu 125 Deluxe. Motor ini mampu melaju 81.5 kpj, rekor baru di kelasnya saat itu. Dalam tes yang lain, mesinnya mampu melaju lebih dari 50,000 km tanpa henti dan tidak mengalami kerusakan.

Tahun 1960 - Kawasaki mengambil alih pabrik motor Meguro, salah satu pabrikan motor Jepang pada waktu itu. Meguro merupakan satu- satunya pabrikan Jepang yang membuat motor 500cc 4 tak (waktu itu). Meguro bahkan lebih senior daripada Honda, Yamaha dan Suzuki. Pada 1962, namanya diubah menjadi Kawasaki Motorcycles.

Tahun 1961 - Kawasaki Motorcycles memproduksi motor utuh pertamanya, sejak mengakuisisi Meguro, dengan nama B8 bermesin 125 cc 2 tak.

Tahun 1962 - Kawasaki merilis motor-motor 2 taknya yang memiliki kapasitas mesin 50-250 cc dengan nama Samurai.

Tahun 1966 - Kawasaki memproduksi motor W1 650 yang merupakan motor Jepang pertama yang memiliki kapasitas mesin besar. Mengandalkan mesin 647 cc, 4 tak, 2 silinder paralel, berpendingin udara,

dengan power maksimum 47 dk pada 6.500 RPM. Motor ini diadaptasi dari British Bike BSA A7. Motor ini kemudian dikembangkan tahun 1967 menjadi W1SS dengan perubahan pada exhaust muffler. Motor W1 ini terus dikembangkan menjadi W2SS dengan double karburator. Pada 1973 lahir W3 dengan dual disc front brake. Produksi W series ini dilanjutkan pada 1974.

Tahun 1969 - Kawasaki juga mengembangkan H1 dengan mesin 500 cc, 3 silinder, 2 tak. H1 juga dikenal dengan nama Mach III. H1 merupakan motor produksi massal yang terkencang untuk drag race. Dirilis juga H1R 500 cc untuk keperluan balap. Pada saat yang sama, Kawasaki juga mengembangkan seri S1 bermesin 250 cc dan S2 dengan mesin 350 cc.

Tahun 1972 - Kawasaki merilis motor cc besar yaitu H2 atau Mach IV bermesin 750 cc 2 tak.

Tahun 1973 - Kawasaki memproduksi motor 4 tak pertamanya sesudah W series dengan merilis Z1 903 cc dengan DOHC (Double Over Head Calve).

Tahun 1974 - Kawasaki mulai memproduksi motor dengan cc yg lebih kecil. Waktu itu ada A1 Samurai bermesin 250 cc dan A7 Avenger 350 cc. Produk - produk ini cukup sukses di pasaran dibandingkan W series.

Tahun 1978 - Motor Kawasaki dengan big-bore diperkenalkan, yaitu KZ-1300 berpendingin air, 6 silinder dan berpenggerak gardan. KZ- 1300 kemudian dikembangkan dengan digital fuel injection dan dengan versi full touring fairing dan diberi nama Voyager. Dipasarkan dengan semboyan "a car without doors”.

Tahun 1983 - Motor berpendingin udara 4 silinder, DOHC, 16

valve, 908 cc dengan nama GPZ900R Ninja diperkenalkan di Laguna Seca. Inilah motor pertama Kawasaki yang diberi nama NINJA. Tahun 1984, namanya tercatat di buku rekor sebagai motor terkencang (waktu itu). Kelak motor ini akan digantikan oleh Kawasaki ZZ-R1100.

Tahun 1989 – Tahun dimana motor ZXR pertama lahir dengan kapasitas mesin 750 cc dan 400 cc.

Pada tahun selanjutnya Kawasaki Jepang memberikan kebebasan dalam pengembangan produk kepada Perusahaan Kawasaki di seluruh dunia tetapi suku cadang tetap dipasok oleh Kawasaki Jepang.

2. Sejarah Kawasaki di Indonesia

Kawasaki pertama kali memulai kiprahnya di Indonesia melalui distributor PT. Bintang Terang. Nama distributor inilah yang kemudian dijadikan nama produk Kawasaki saat itu, yaitu Binter dan lebih dikenal dengan nama Binter Merzy. Bermesin 200cc 4 tak dan silinder tunggal. Motor ini beredar tahun 1980-1984. Binter Mercy terakhir yang diproduksi bernama Merzy Cobra. Adapula seri dari Binter yang sempat beredar di Indonesia, antara lain:

1. Binter Joy, berjenis motor bebek 4 tak, 1 silinder, 100 cc.

2. Binter KE 125, berjenis motor semi-trail bermesin 125 cc, 2 tak.

3. Binter AR125, berjenis sport touring bermesin 2 tak, 1 silinder, 125 cc, dan monoshock.

4. Binter GTO, motor sekelas Suzuki A100 dan Yamaha RX100, bermesin 2 tak 100cc.

Kemudian antara tahun 1984 – 1986 PT. Bintang Terang mengakhiri kiprahnya di Indonesia, kemudian Kawasaki memulai lagi kiprahnya di Indonesia pada tahun 1996 dengan bendera PT. Kawasaki Motor Indonesia, dengan mengeluarkan seri motor sport dan bebek, hingga motor dual purpose.

Gambar IV.2. Logo Kawasaki

Sumber: www.logocompany.info/kawasaki-logo

Kawasaki memulai kiprahnya di Indonesia dengan membawa logo Kawasaki yang didominasi warna hijau yang memiliki makna keseimbangan dan selarasan, dan juga sebagai tempat untuk menghasilkan daya-daya baru. Begitu pula dengan produknya, Kawasaki Indonesia mendominasi warna prodknya dengan warna hijau. Pada tahun 1996 itu pula, Kawasaki Indonesia untuk pertama kalinya mengeluarkan produknya yang bernama Ninja.

B. Gambaran Umum Kawasaki Ninja di Indonesia

Berawal pada tahun 1996 dimana Kawasaki memulai kiprahnya lagi di Indonesia dengan bendera PT. Kawasaki Motor Indonesia, dan saat itu pula Kawasaki meluncurkan produknya yang bernama Ninja. Dari tahun ke tahun Kawasaki pun membuat beberapa varian motor tetapi tetap menggunakan nama Ninja.

Gambar IV.3. Logo Kawasaki Ninja Sumber: www.logocompany.info/kawasaki-logo

Pada semua varian produk ninja, Kawasaki memberi logo berupa tulisan ninja dengan jenis huruf miring ke kanan sehingga mencerminkan kelincahan pada produknya.

1. Perkembangan Kawasaki Ninja

Para pecinta motor sport di Indonesia pasti sudah tidak asing mendengar nama Kawasaki Ninja. Ketika mendengarnya, pasti terlintas sebuah gambaran sebuah motor sport yang tangguh dari pabrikan motor Jepang. Pabrikan Kawasaki memulai petualangan Kawasaki Ninja melalui GPZ 900R pada tahun 1984 di Jepang dan langsung berhasil mencuri hati penggemar motor sport sejak pertama kali diluncurkan. Gebrakan Kawasaki Ninja pun berlanjut ketika mengeluarkan berbagai inovasi

dengan menyuguhkan tipe – tipe Kawasaki Ninja lain, seperti ZX-6R, ZX- 7, ZX-9, ZX-10, ZX-12, dan ZX-14. Namun, ini semua hanya untuk pasar global di Amerika, Eropa, dan Jepang. Untuk pasar di Asia Tenggara khususnya Indonesia, Kawasaki Ninja mencoba bermain dan menyesuaikan diri dengan kapasitas yang lebih kecil, yaitu 150cc. Walaupun berkapasitas mesin lebih kecil, Kawasaki Ninja 150cc sukses menjadi fenomena di Asia Tenggara saat itu, khususnya di Indonesia.

Gambar IV.4. Kawasaki Ninja 150R Sumber: www.kawasakininjaclub.web.id

Gambar diatas adalah awal dari Kawasaki Ninja 150 diproduksi di Indonesi dan mayoritas komponen masih dipasok dari Kawasaki Thailand. Di 1996 Kawasaki Ninja memiliki ciri mendasar dengan pelek jari-jari, lampu bulat dan cakram depan.

Setahun kemudian setelah peluncuran Ninja 150 sedikit berubah dengan sebutan Ninja 150R. Ninja 150R menggunakan cakram depan- belakang dan pelek jari-jari dan tentunya dipatok dengan harga yang lebih mahal. Meski selisih setahun, Ninja 150 waktu itu berbeda dari kode produksi. Keluaran 1996 punya kode produksi KR 150C dan yang 1997 ditandai KR 150J. Tetapi, kode mesin tetap sama, yakni 1855. Di generasi ini Ninja 150 menggunakan karburator Keihin PWL 26 sampai produksi September 2006. Ukuran pilot-jet 45, main-jet 132 dan kode jarum skep F33 45H dan dipakai sampai September 2006.

Gambar IV.5. Kawasaki Ninja 150RR Sumber: www.kawasakininjaclub.web.id

Kawasaki Ninja 150R bertambah lagi variannya dengan masuknya Ninja 150RR di 2002. Saat itu Ninja 150RR murni masih built-up alias diimpor dari Thailand dengan kode produksi KR 150K. Perbedaannya dengan Ninja 150R, Ninja 150RR menggunakan teknologi KIPS.

menahan sisa gas buang di putaran bawah supaya tidak terlalu loss. Teknologi ini membantu putaran atas supaya gas buang dilepas maksimal. “Nama komponen penggeraknya Super KIPS. Jadi, KIPS di 2002 sama juga dengan versi Super KIPS di era 2006,” kata Reiner Sitorus yang berkantor di Jl. Perintis Kemerdekaan, Jakarta Utara. Selain KIPS, Ninja 150RR juga sudah menggunakan fairing. Fairing adalah frame atau rangka dengan bentuk bulat yang sebelumnya di Kawasaki Ninja 150R masih berbentuk kotak. Lengan ayun pun menggunakan teknologi

stabiliser atau tiang tambahan di lengan ayun untuk keseimbangan saat suspensi belakang bekerja.

Ninja 150RR dipasok karbu beda merek dan lebih besar ukuran

venture-nya dibandingkan dengan Ninja 150R. Ninja 150RR mengaplikasi Mikuni VM28 sampai saat ini. Begitu juga dengan pilot-jet 22,5, main-jet 270, dan jarum skep 5EJ4-2 yang tidak berubah. “Pilot-jet diseting ukurannya lebih kecil dibanding Ninja 150R untuk putaran menengah atas,” tambah Freddyanto Basuki, Marketing Research, PT KMI. Di tahun ini juga kode mesin berubah. Untuk semua varian Ninja 150 kode mesinnya 1878.

Di tahun ini generasi Kawasaki Ninja 150, 150R dan Ninja 150RR berubah total. Inovasi yang paling jelas dari semua varian Ninja 150 yaitu sudah mengaplikasikan Super KIPS (Super Kawasaki Integrated Powervalve System), catalytic converter, dan HSAS (High Performance Secondary Air System).

Dua teknologi terakhir di atas berkaitan untuk menekan emisi gas buang. HSAS menggunakan mekanisme valve alias katup yang fungsinya menyemprotkan udara segar atau oksigen ke lubang buang. Valve akan membuka dan menyemprotkan udara segar saat mesin di putaran bawah. Di 2006 kode mesin semua generasi Ninja 150 berubah jadi 1855 seperti generasi awal kemunculan Ninja 150. Untuk Ninja 150 dan Ninja 150RR di Oktober 2006 mengadopsi Keihin PWL 26 sampai sekarang. Main-jet jadi ukuran 138 dan jarum skep berubah kode menjadi N5LD. Jarum diklaim lebih tirus dibanding jenis sebelumnya.

Gambar IV.6 Kawasaki Ninja 150R SuperKIPS Sumber: www.kawasakininjaclub.web.id

Pada tahun itu pula perubahan pada Ninja 150R dan 150RR tampak pada bentuk produknya. Untuk Ninja 150 R perubahan pada lampu depan yang menggunakan fairing. Pada varian 150RR, perubahan yang tampak hanyalah bagian buritan atau body belakang motor. Kawasaki Indonesia juga menambahkan varian warna padaNinja 150R dan 150RR.

Gambar IV.7. Kawasaki Ninja 250R Sumber: www.kawasakininjaclub.web.id

Pada tahun 2008, Kawasaki EX-250 memberikan modernisasi yang paling menyeluruh selama bertahun - tahun. Model EX-250-J ini dikenal sebagai Ninja 250R di seluruh dunia. Model ini dirancang di Thailand. Model ini diperkenalkan di depan masyarakat umum dengan mengusung tema Sport Bike. Kawasaki Ninja 250R yang berbekal mesin 250 cc, 4 tak, 2 silinder dan 2 karburator ini sudah dipasarkan di seluruh dunia, dan populer di kalangan masyarakat, termasuk di Indonesia. Komparasi mesin dan desain juga dibuat berbeda-beda di setiap negara untuk memenuhi standard kendaraan di masing - masing negaranya. Seperti di Asia dan Eropa, perubahan - perubahan yang terjadi ialah roda meningkat pada ukuran 17 inci, suspensi depan diperbaiki, dan rotor rem diganti dengan bentuk kelopak yang lebih besar.

2. Generasi Kawasaki Ninja 250R

Kawasaki Ninja 250R pertama kali diciptakan pada tahun 1983 di Jepang. Selama kurang lebih 25 tahun, Kawasaki Ninja 250R terus mengalami perkembangan di setiap zamannya. Motor Kawasaki Ninja jenis ini dikenal juga dengan sebutan EX-250. Kawasaki Ninja 250R memiliki desain yang ergonomis. Penempatan mesin pada motor sport ini pun sengaja dirancang sedemikian rupa agar motor memiliki body yang sedikit mengangkat dan dapat digunakan untuk kebutuhan olahraga. Sejak pertama kali dimunculkan, Kawasaki Ninja 250R sudah mengalami beberapa kali perubahan. Hingga generasi dari Kawasaki Ninja 250R ini diproduksi pada tahun 2008 lalu dan mulai dipasarkan di Indonesia.

Sebagai motor sport, Kawasaki Ninja 250R mengalami perubahan dari generasi ke generasi. Hal ini dapat ditunjukan dengan perubahan – perubahan berikut ini:

Generasi pertama, Kawasaki Ninja 250R generasi pertama ini diproduksi antara tahun 1983 dan 1984, dan dikenal dengan nama Kawasaki EX 250-C. Tetapi di pasaran dijual dengan menyanding nama Kawasaki GPZ-250, dan hanya dijual khusus di pasaran Jepang saja.

Gambar IV.8. Kawasaki GPZ-250 Sumber: www.smartf41z.wordpress.com

Generasi kedua, Kawasaki Ninja 250 generasi kedua ini diproduksi antara tahun 1986 dan 1987, dengan nama produk andalan kala itu adalah EX 250-E di Jepang. Untuk di Negara Kanada dan Amerika, Kawasaki EX 250-E ini dikenal dengan nama Ninja 250R, sementara di Negara lainnya dikenal sebagai Kawasaki GPZ-250R.

Gambar IV.9. Kawasaki GPZ-250R

Generasi ketiga, Kawasaki Ninja 250 pada generasi ketiga ini diproduksi pada tahun 1988. Penampilan secara fisik tidak banyak berubah. Pada generasi ketiga ini Kawasaki Ninja 250 memiliki beberapa tipe diantaranya tipe Kawasaki EX 250-F yang dipasarkan di wilayah Amerika dan Kanada, tipe Kawasaki EX 250-G yang dipasarkan di Jepang, dan tipe EX 250-H yang awalnya dipasarkan di Kanada antara tahun 2000 dan 2002.

Gambar IV.10. Kawasaki EX 250-F Sumber: www.digiads.com.au/motorbikes

Generasi keempat, pada tahun 2008 Kawasaki Ninja 250 melakukan modernisasi dari model Kawasaki EX250 menjadi Kawasaki EX250-J yang kemudian dikenal sebagai Kawasaki Ninja 250R di seluruh

Dokumen terkait