BAB III. METODE PENELITIAN
3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas
Instrumen penelitian yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur, sedangkan instrumen yang reliabel adalah jika instrumen digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2010:363).
Instrumen penelitian yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan untuk menguji apakah kuesioner layak digunakan sebagai instrumen penelitian atau tidak (Situmorang dan Lutfi 2011: 76). Valid artinya data yang diperoleh melalui kuesioner dapat menjawab tujuan penelititan. Reliabel artinya data yang diperoleh melalui kuesioner hasilnya konsisten bila digunakan untuk penelitian lain.
a. Uji Validitas
Uji validitas pada penelitian ini akan dilakukan dengan bantuan program SPSS 20.0 for windows. Sugiyono 2005 (dalam Ipprianto, 2009:59) menyatakan
bahwa suatu item kuesioner dapat dikatakan valid jika Corrected item-Total Correlation memiliki nilai kritis > dari 0,3 atau 30%. Dengan demikian maka item yang memiliki korelasi < 30% dikategorikan tidak valid dan akan disisihkan dari analisis selanjutnya.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat menghasilkan pengukuran yang reliabel (dapat dipercaya) (Situmorang, Lutfi, 2011:79). Reliabilitas pada prinsipnya menunjukkan sejauh mana pengukuran tersebut dapat memberi hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali terhadap subyek yang sama pengujian dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 20.0. Butir valid pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:
1. Jika Cronbach Alpha > 0,60, maka pertanyaan reliabel 2. Jika Cronbach Alpha < 0,60, maka pertanyaan tidak reliabel. 3.10 Teknik Analisis
Teknik analisis pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Paradigma Kuantitatif (Erlina 2007:10) menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.
Metode analisis deskriptif merupakan cara menguraikan dan menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai permasalahan. Analisis deskriptif dilakukan peneliti yaitu dengan mendistribusikan jawaban responden dalam bentuk tabel sehingga memperoleh gambaran yang jelas tentang distribusi jawaban responden.
b. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik parametrik uji T independen dengan menggunakan skala likert 5 poin untuk mengetahui tingkat penting dan tidak penting masing-masing responden terhadap pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian.
Pengujian hipotesis pada penelitian persepsi responden yang dipandang dari segi adanya akuntansi forensik digunakan alat uji statistik Independent-Samples Test. Pengujian hipotesis ini dimaksudkan untuk mengetahui beda rata-rata persepsi terhadap adanya akuntansi forensik.
Syarif et al. (2007:40) Independent Sample t Test bertujuan membandingkan rata-rata dua grup yang tidak berhubungan satu dengan yang lain, apakah rata-rata kedua grup itu sama atau tidak secara signifikan.
Uji Independent-Samples Test berdasarkan hasil Levene’s Test, diambil suatu keputusan. Dasar pengambilan keputusannya adalah jika probabilitas lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak, artinya tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok sampel. Sebaliknya, jika probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ha
diterima, artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok sampel. Perumusan hipotesis dalam penelitian ini, dapat dilihat rumus di bawah ini:
Ha1= Ha2 = Ha3 = Ha4 = Ha5 = Ha6 = Ha7 : µଵ # µଶ
Yang mana:
µଵ = Rata-rata persepsi mahasiswa Strata-1(S1) akuntansi USU terhadap
adanya Akuntansi Forensik dalam kurikulum pendidikan akuntansi. µଵ = Rata-rata persepsi mahasiswa Strata-1 (S1) akuntasnsi syariah IAIN SU
terhadaap adanya Akuntansi Forensik dalam kurikulum pendidikan akuntansi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Responden
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa yaitu mahasiswa strata-1 jurusan akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan mahasiswa starata-1 jurusan akuntansi syariah di Fakultas Syariah IAIN Sumatera Utara. Penyebaran kueisioner pada tanggal 9 Juni hingga 25 Juni 2014 sebanyak 140 kueisioner.
Penyebaran dilakukan dengan mengantarkan sendiri dan juga sebagian diamanahkan kepada orang lain, sebagian dari kueisioner yang terkumpul ada yang diambil pada hari itu juga, dan sebagian dengan mengamanahkan orang lain. Rincian penyebaran kueisioner untuk mahasiswa S1 akuntansi Universitas Sumatera Utara sebanyak 70 kuesioner, dan untuk mahasiswa S1 akuntansi syariah IAIN Sumatera Utara sebanyak 70 kueisioner, hal ini sesuai dengan rules of thumb yang dikemukan oleh Roscoe (dalam Ipprianto, 2009:63) bahwa jumlah sampel minimum yang akan diteliti untuk masing-masing kelompok responden adalah 30 orang. Dengan alasan demikian kuesioner disebarkan kepada masing-masing kelompok 70 kuesioner. Tanggal cut off keterlambatan kueisioner ini adalah tanggal 4 juli 2014. Kueisioner yang kembali sebanyak 102 kuesioner yang terdiri dari 70 kuesioner S1 akuntansi Universitas Sumatera Utara dan 35 kueisioner S1 akuntansi syariah IAIN Suamtera Utara.
Kuesioner pada mahasiswa S1 akuntansi syariah hanya mencapai 50 % dikarenakan tanggal penyebaran kuesioner pada saat IAIN Sumatera Utara sedang mengadakan ujian akhir semester dan mahasiswa jurusan akuntasi syariah yang sudah mempelajari mata kuliah akuntasi forensik tidak mencapai 70 orang, kuesioner yang kembali setelah tanggal cut off tidak ada.
Tabel 4.1
Rincian Pengembalian Kuesioner
Keterangan Jumlah Total % (Respon Rate) Penyebaran Kuesioner - Mahasiswa USU - Mahsasiswa IAIN SU 70 70 Jumlah 140 100% Kuesioner Kembali 1.Sebelum tanggal cut off
- Mahasiswa USU - Mahasiswa IAIN SU
67 35
Jumlah 102 72,85%
2.Setelah tanggal cut off - Mahasiwa USU - Mahasiswa IAIN SU
Jumlah 102 72,85%
Sumber: Data Primer diolah oleh Penulis (2014)
Data responden dapat dilihat dimana data responden hanya meliputi universitas saja yaitu USU dan IAIN SU. Dalam penelitian ini 67 orang (95,71%)
dari Mahasiswa S1 akuntansi USU, sedangkan pada mahasiswa S1 akuntansi syariah IAIN SU hanya 35 orang (50%).
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Uji Validitas
Validitas didefinisikan sebagai sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan dalam kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Suatu item kuesioner dikatakan valid dengan menggunakan responden yang diteliti sebanyak 35 orang,nilai r-tabel dapat dapat diperoleh dari df (degree of freedom) = n-k,k merupakan jumlah pertanyaan dalam suatu variabel. Maka df nya adalah 35-7 = 28, dan r-tabelnya 0,361 lebih rendah dari nilai Corrected Item- Total Correlatin dari hasil uji spss pada masing-masing butir pertanyaan. Dengan demikian maka item yang memiliki nilai < 0,361 dikategorikan tidak valid dan akan disisihkan dari analisis berikutnya. Ringkasan hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Hasil Uji Validitas Mahasiswa IAIN SU Variabel Correected
Item-Total Correlation
r-tabel Keterangan
X1 0,376 0,361 Valid
X3 0,480 0,361 Valid
X4 0,446 0,361 Valid
X5 0,662 0,361 Valid
X6 0,662 0,361 Valid
X7 0,443 0,361 Valid
Sumber: Data Primer diolah oleh Penulis menggunakan SPSS:20 (2014) Suatu item kuesioner dikatakan valid dengan menggunakan responden yang diteliti sebanyak 35 orang,nilai r-tabel dapat dapat diperoleh dari df (degree of freedom) = n-k,k merupakan jumlah pertanyaan dalam suatu variabel. Maka df nya adalah 67-7 = 60, dan r-tabelnya 0,250 lebih rendah dari nilai Corrected Item- Total Correlatin dari hasil uji spss pada masing-masing butir pertanyaan. Dengan demikian maka item yang memiliki nilai < 0,250 dikategorikan tidak valid dan akan disisihkan dari analisis berikutnya. Ringkasan hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3
Hasil Uji Validitas Mahasiswa USU Variabel Corrected Item-
Total Correlation
X1 0,515 0,250 Valid X2 0,312 0,250 Valid X3 0,264 0,250 Valid X4 0,403 0,250 Valid X5 0,471 0,250 Valid X6 0,416 0,250 Valid X7 0,362 0,250 Valid
Sumber: Data Primer diolah oleh Penulis menggunakan SPSS:20 (2014)
4.2.2 Uji Reliabilitas
Uji realibilitas dimaksudkan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel apabila jawaban responden atas pernytaan pada setiap variabel selalu konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Formula statistik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas adalah uji statistik Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha (α) > 0,60 (Nunnally,1967) yang dikutip oleh (Ghozali, 2006:42). Hasil uji reliabilitas ini ditunjukkan pada tabel 4.
Tabel 4.4
Hasil Uji Realibilitas Mahasiswa IAIN
Variabel Cronbach Alpha Keterangan
X1 0,760 Reliabel X2 0,756 Reliabel X3 0,741 Reliabel X4 0,745 Reliabel X5 0,697 Reliabel X6 0,707 Reliabel X7 0,747 Reliabel
Tabel 4.5
Hasil Uji Realibilitas Mahasiswa USU
Variabel Cronbach Alpha Keterangan
X1 0,602 Reliabel X2 0,662 Reliabel X3 0,682 Reliabel X4 0,641 Reliabel X5 0,619 Reliabel X6 0,638 Reliabel X7 0,651 Reliabel
4.2.3 Analisis Deskriptif
a. Dari tabel 4.6, dapat kita lihat sebagian besar mahasiswa setuju tentang akuntansi forensik sama dengan audit forensik, terdiri dari 12 mahasiswa atau 11,8% menyatakan sangat setuju, 46 mahasiswa atau 45,1% menyatakan setuju, 21 mahasiswa atau 20,6% menyatakan kurang setuju, 20 mahasiswa atau 19,6% menyatakan tidak setuju, dan 3 orang atau 2,9% menyatakan sangat tidak setuju.
Tabel 4.6
Karakteristik Responden tentang adanya Akuntansi Forensik
Item Pertanyaan SS S KS TS STS Total F Total F % F % F % F % F % F % 1 12 11,8 46 45,1 21 20,6 20 19,6 3 2,9 102 100 2 36 35,3 52 51,0 14 13,7 0 0 0 0 102 100 3 8 7,8 47 46,1 23 22,5 22 21,6 2 2 102 100 4 28 27,5 62 60,8 8 7,8 3 2,9 1 1 102 100 5 34 33,3 51 50 11 10,8 5 4,9 1 1 102 100 6 29 28,4 65 63,7 5 4,9 2 2 1 1 102 100
7 25 24,5 59 57,8 10 9,8 6 5,9 2 2 102 100
Sumber: Data Primer diolah oleh Penulis menggunakan SPSS:20 (2014)
b. Dari tabel 4.6, dapat dilihat hampir secara keseluruhan mahasiswa setuju bahwa akuntansi forensik berorientasi pada etika dan hukum, terdiri dari sangat setuju 36 mahasiswa atau 35,3%, menyatakan setuju 52 atau 51% mahasiswa, dan menyatakan kurang setuju sebanyak 14 atau 13,7% mahasiswa, sementara itu tidak ada mahaiswa yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju.
c. Dari tabel 4.6, dapat kita ketahui sebagian besar mahasiswa setuju bahwa akuntasi forensik sangat berperan terhadap sebuah peluang karir yang menjanjikan dimasa yang akan datang hal ini dibuktikan dengan 8 mahasiswa atau 7,8% menyatakan sangat setuju, kemudian 47 mahasiswa atau 46,1% menyatakan setuju, 23 mahasiswa atau 22,5% menyatakan kurang setuju, 3 mahsiswa atau 2,9% menyatakan tidak setuju, dan sisanya sebanyak 1 orang dengan persentase 1% menyatakan sangat tidak setuju. d. Dari tabel 4.6, dapat diketahui bahwa rata-rata mahasiswa setuju bahwa
akuntasi forensik sebagai alat untuk mempercepat pemberantasan korupsi dan penanggulangan tindak penipuan hal ini tergambar dari 28 mahasiswa atau 27,5% menyatakan sangat setuju, kemudian sebanyak 62 mahasiswa atau 60,8% menyatakan setuju, 8 mahaiswa atau 7,8% menyatakan kurang setuju, 3 mahasiswa atau 2,9% menyatakan tidak setuju, dan 1 mahasiswa atau 1% menyatakan sangat tidak setuju.
e. Dari tabel 4.6, dapat kita ketahui hampir secara keseluruhan mahasiswa setuju bahwa akuntansi forensik dimasukkan kedalam kurikulum pendidikan akuntansi strata satu hal ini dibuktikan dengan terdapat 28 mahasiswa atau 27,5 % menyatakan sangat setuju, kemudian 51 mahasiswa atau 50% menyatakan setuju, 11 mahasiswa atau 10,8% menyatakan kurang setuju, sementara itu terdapat 5 mahasiswa atau 4,9 % menyatakan tidak setuju dan 1 mahasiswa atau 1% menyatakan sangat tidak setuju.
f. Dari tabel 4.6, dapat kita ketahui banyak mahasiswa yang menyatakan setuju bahwa ada hubungan akuntansi forensik dengan perkembangan ilmu akuntansi ini dibuktikan dengan terdapat 29 mahasiswa atau 28,4% menyatakan sangat setuju dengan pertanyaan tersebut, kemudian 65 mahasiswa atau 63,7% menyatakan setuju, 5 mahasiswa atau 4,9% menyatakan kurang setuju, 2 mahasiswa atau 2% menyatakan tidak setuju, dan 1 mahaiswa atau 1% menyatakan sangat tidak setuju.
g. Dari tabel 4.6, dapat kita tarik kesimpulan sebagian mahasiswa setuju tentang akuntansi forensik belum mendaptkan perhatian yang serius dari pihak perguruan tinggi, hal ini dibuktikan dengan sebanyak 25 mahasiswa atau 24,5% menyatakan sangat setuju, 59 mahasiswa atau 57,8% menyatakan setuju, kemudian 10 mahasiswa atau 9,8% menyatakan kurang setuju, hanya 6 mahasiswa atau 5,9% menyatakan tidak setuju dan 2 mahasiswa atau 2% menyatakan sangat tidak setuju.
Dalam pengujian hipotesisi langkah pertama adalah melakukan uji dengan melihat pada kesamaaan atau perbedaan nilai rata-tara jawaban responden. Kemudian melihat pada kesamaan atau perbedaaan nilai varian dan mean masing-masing responden. Untuk menerima atau menolak hipotesis, mengacu pada kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
Tabel 4.7 Uji Hipotesis
Mahasiswa USU dan IAIN SU
H Variabel Responden N Mean Levene Test Asumsi T-test Penerimaan Hipotesis F Sig T Sig (2-tailed) H1 X1 Mahasiswa USU 67 3,6716 0,35 0,851 Equal variances assumed 3,431 0,001 Diterima Mahasiswa IAIN 35 2,9714 H2 X2 Mahasiswa USU 67 4,1642 0,657 0,420 Equal variances assumed -1,076 0,284 Ditolak Mahasiswa IAIN 35 4,3143 H3 X3 Mahaiswa USU 67 3,1940 0,17 0,897 Equal variances asssumed -2,845 0,015 Diterima Mahaiswa IAIN 35 3,6857 H4 X4 Mahaiswa USU 67 4,0896 0,433 0,512 Equal variances asssumed -342 0,733 Ditolak Mahaiswa IAIN 35 4,1429 H5 X5 Mahaiswa USU 67 4,0448 0,307 0,580 Equal variances asssumed -874 0,384 Ditolak Mahaiswa IAIN 35 4,2000 H6 X6 Mahaiswa USU 67 2,1493 1,251 0,266 Equal variances asssumed -351 0,726 Ditolak
Mahaiswa IAIN 35 4,2000 H7 X7 Mahaiswa USU 67 3,9552 0,122 0,727 Equal variances asssumed -245 0,807 Ditolak Mahaiswa IAIN 35 4,0000
Sumber: Data Primer diolah oleh Penulis menggunakan SPSS:20 (2014) 4.2.4.1 Akuntansi Forensik tidak sama dengan Audit Investigatif
Ha1: terdapat perbedaan persepsi mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan mahasiswa IAIN Sumatera Utara terhadap variabel akuntansi forensik tidak sama dengan audit invetigatif.
Dari tabel 4.7,terlihat bahwa rata-rata jawaban akuntansi forensik tidak sama dengan audit investigatif untuk responden mahasiswa USU 3,6716 sedangkan untuk responden mahasiswa IAIN SU adalah 2,9714. Secara absoulut jelas bahwa rata-rata variabel akuntansi forensik tidak sama dengan audit investigatif berbeda antara responden mahasiswa akuntansi USU dengan mahasiswa akuntansi IAIN SU. Nilai F hitung pada levene test untuk variabel akuntansi forensik tidak sama dengan audit forensik adalah sebesar 0,35 dengan dengan probabilitas sebesar 0,851. Oleh karena probabilitas 0,851 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kedua varian adalah sama sehingga menggunakan asumsi equal variances assumed.
Oleh karena variannya sama, maka analisis uji beda t-testnya harus menggunakan asumsi equal variances assumed sebesar 0,851 dengan probabailitas signifikasi sebesar 0,001 (two tail). Jadi untuk varibel akuntansi forensik tidak sama dengan audit investigatif, oleh karena probabilitasnya sebesar
0,001 < 0,05, maka dapat disimpulkan baha secra statistik kedua rata-rata (mean) terdapat perbedaan signifikan antara responden mahasiswa USU dengan mahasiswa IAIN SU.
Dari hasil pengujian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk variabel akuntansi forensik tidak sama dengan aundit investigatif diterima. Alasannya karena, secara statistik apabila dilihat dari nilai t sebesar 0,001 lebih kecil dari α = 0,05, ini mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara kelompok responden mahasiswa akuntansi USU dengan mahasiswa akuntansi IAIN tentang akuntansi forensik tidak sama dengan audit investigatif.
4.2.4.2 Akuntansi Forensik berorientasi pada etika dan hukum
Ha2: terdapat perbedaan persepsi mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan mahasiswa IAIN Sumatera Utara terhadap variabel akuntansi forensik berorientasi pada etika dan hukum.
Dari tabel 4.7, terlihat bahwa rata-rata jawaban akuntansi forensik berorientasi pada etika dan hukum untuk responden mahasiswa USU 4,1642 sedangkan untuk responden mahaiswa IAIN SU adalah 4,3143. Secara absoulut jelas bahwa rata-rata variabel akuntansi forensik berorientasi pada etika dan hukum berbeda antara responden mahasiswa akuntansi USU dengan mahasiswa akuntansi IAIN SU. Nilai F hitung pada levene test untuk variabel akuntansi forensik berorientasi pada etika dan hukum adalah sebesar 0,657 dengan dengan probabilitas sebesar 0,420. Oleh karena probabilitas 0,420 > 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa kedua varian adalah sama sehingga menggunakan asumsi equal variances assumed.
Oleh karena variannya sama, maka analisis uji beda t-testnya harus menggunakan asumsi equal variances assumed sebesar 0,420 dengan probabailitas signifikasi sebesar 0,284 (two tail). Jadi untuk varibel akuntansi forensik berorientasi pada etika dan hukum, oleh karena probabilitasnya sebesar 0,284 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik kedua rata-rata (mean) tidak terdapat perbedaan signifikan antara responden mahasiwa USU dengan mahasiswa IAIN SU.
Dari hasil pengujian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk variabel akuntansi forensik berorientasi pada etika dan hukum ditolak. Alasannya karena, secara statistik apabila dilihat dari nilai t sebesar 0,284 lebih besar dari α = 0,05, ini mengindikasikan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara kelompok responden mahasiswa akuntansi USU dengan mahasiswa akuntansi IAIN tentang akuntansi forensik berorientasi pada etika dan hukum.
4.2.4.3 Akuntansi forensik sangat berperan terhadap sebuah peluang karir yang menjanjikan dimasa yang akn datang
Ha3: Terdapat perbedaan persepsi mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan mahasiswa IAIN Sumatera Utara terhadap variabel akuntansi forensik Sangat berperan terhadap sebuah peluang karir yang menjanjikan di masa yang akan datang.
Dari tabel 4.7, terlihat bahwa rata-rata jawaban akuntansi forensik sangat berperan terhadap sebuah peluang karir yang menjanjikan di masa yang akan datang untuk responden mahasiswa USU 3,1940 sedangkan untuk responden mahasiswa IAIN SU adalah 3,6857. Secara absoulut jelas bahwa rata-rata variabel akuntansi forensik sangat berperan terhadap sebuah peluang karir yang menjanjikan di masa yang akan datang berbeda antara responden mahasiswa akuntansi USU dengan mahasiswa akuntansi IAIN SU.
Nilai F hitung pada levene test untuk variabel akuntansi forensik sangat berperan terhadap sebuah peluang karir yang menjanjikan di masa yang akan datang adalah sebesar 0,17 dengan dengan probabilitas sebesar 0,897. Oleh karena probabilitas 0,897 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kedua varian adalah sama sehingga menggunakan asumsi equal variances assumed.
Oleh karena variannya sama, maka analisis uji beda t-testnya harus menggunakan asumsi equal variances assumed sebesar 0,897 dengan probabailitas signifikasi sebesar 0,015 (two tail). Jadi untuk varibel akuntansi forensik sangat berperan terhadap peluang karir yang menjanjikan di masa yang akan datang, oleh karena probabilitasnya sebesar 0,015 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik kedua rata-rata (mean) terdapat perbedaan signifikan antara responden mahasiwa USU dengan mahasiswa IAIN SU.
Dari hasil pengujian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk variabel akuntansi forensik sangat berperan terhadap sebuah peluang karir yang menjanjikan dimasa yang akan datang diterima. Alasannya karena, secara statistik
apabila dilihat dari nilai t sebesar 0,015 lebih kecil dari α = 0,05, ini mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara kelompok responden mahasiswa akuntansi USU dengan mahasiswa akuntansi IAIN tentang akuntansi forensik sangat berperan terhadap sebuah peluang karir yang menjanjikan dimasa yang akan datang.
4.2.4.4 Akuntansi forensik sebagai alat untuk mempercepat pemberantasan korupsi dan penanggulangan tindak penipuan.
Ha4: terdapat perbedaan persepsi mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan mahasiswa IAIN Sumatera Utara terhadap variabel akuntansi forensik sebagai alat untuk mempercepat pemberantasan korupsi dan penanggulangan tindak penipuan.
Dari tabel 4.7, terlihat bahwa rata-rata jawaban akuntansi forensik sebagai alat untuk mempercepat pemeberantasan korupsi dan penanggulangan tindak penipuan untuk responden mahasiswa USU 4,0896 sedangkan untuk responden mahasiswa IAIN SU adalah 4,1429. Secara absoulut jelas bahwa rata-rata variabel akuntansi forensik sebagai alat untuk mempercepat pemberantasan korupsi dan penanggulangan tindak penipuan berbeda antara responden mahasiswa akuntansi USU dengan mahasiswa akuntansi IAIN SU.
Nilai F hitung pada levene test untuk variabel akuntansi forensik sebagai alat untuk mempercepat pemberantasan korupsi dan peanggulangan tindak penipuan adalah sebesar 0,433 dengan dengan probabilitas sebesar 0,512. Oleh
karena probabilitas 0,512 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kedua varian adalah sama sehingga menggunakan asumsi equal variances assumed.
Oleh karena variannya sama, maka analisis uji beda t-testnya harus menggunakan asumsi equal variances assumed sebesar 0,512 dengan probabailitas signifikasi sebesar 0,733 (two tail). Jadi untuk varibel akuntansi forensik sebagai alat untuk mempercepat pemberantasan korupsi dan penanggulangan tindak penipuan, oleh karena probabilitasnya sebesar 0,733 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik kedua rata-rata (mean) tidak terdapat perbedaan signifikan antara responden mahasiwa USU dengan mahasiswa IAIN SU.
Dari hasil pengujian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk variabel akuntansi forensik sebagai alat untuk mempercepat pemberantasan korupsi dan penanggulangan tindak penipuan ditolak. Alasannya karena, secara statistik apabila dilihat dari nilai t sebesar 0,733 lebih besar dari α = 0,05, ini mengindikasikan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara kelompok responden mahasiswa akuntansi USU dengan mahasiswa akuntansi IAIN tentang akuntansi forensik sebagai alat untuk mempercepat pemberantasan korupsi dan penanggulangan tindak penipuan.
4.2.4.5 Akuntansi forensik dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan akuntansi Strata -1
Ha5: terdapat perbedaan persepsi mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan mahasiswa IAIN Sumatera Utara terhadap variabel akuntansi forensik dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan akuntansi.
Dari tabel 4.7, terlihat bahwa rata-rata jawaban akuntansi forensik dimasukkan kedalan kurikulum pendidikan akuntansi strata-1 untuk responden mahasiswa USU 4,0448 sedangkan untuk responden mahasiswa IAIN SU adalah 4,200. Secara absoulut jelas bahwa rata-rata variabel akuntansi forensik dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan akuntansi strata-1 berbeda antara responden mahasiswa akuntansi USU dengan mahasiswa akuntansi IAIN SU.
Nilai F hitung pada levene test untuk variabel akuntansi forensik dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan akuntansi statara-1 adalah sebesar 0,307 dengan dengan probabilitas sebesar 0,580. Oleh karena probabilitas 0,580 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kedua varian adalah sama sehingga menggunakan asumsi equal variances assumed.
Oleh karena variannya sama, maka analisis uji beda t-testnya harus menggunakan asumsi equal variances assumed sebesar 0,580 dengan probabailitas signifikasi sebesar 0,384 (two tail). Jadi untuk varibel akuntansi forensik dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan akuntansi strata-1, oleh karena probabilitasnya sebesar 0,384 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik kedua rata-rata (mean) tidak terdapat perbedaan signifikan antara responden mahasiwa USU dengan mahasiswa IAIN SU.
Dari hasil pengujian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk variabel akuntansi forensik dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan akuntansi strata-1 ditolak. Alasannya karena, secara statistik apabila dilihat dari nilai t sebesar 0,384 lebih besar dari α = 0,05, ini mengindikasikan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara kelompok responden mahasiswa akuntansi USU dengan mahasiswa akuntansi IAIN tentang akuntansi forensik dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan akuntansi strata-1.
4.2.4.6 Ada hubungan akuntansi forensik dengan perkembangan ilmu akuntansi saat ini
Ha6: terdapat perbedaan persepsi mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan mahasiswa IAIN Sumatera Utara terhadap variabel ada hubungan akuntansi forensik dengan perkembangan ilmu akuntansi
Dari tabel 4.7, terlihat bahwa rata-rata jawaban ada hubungan akuntansi forensik dengan perkembangan ilmu akuntansi saat ini untuk responden mahasiswa USU 2,1493 sedangkan untuk responden mahasiswa IAIN SU adalah 4,200. Secara absoulut jelas bahwa rata-rata variabel ada hubungan akuntansi forensik dengan perkembangan ilmu akuntansi saat ini berbeda antara responden