• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEOR

3.9. Uji Validitas Dan Reliabilitas 1 Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat dapat dikatakan atau mampu mengukur apa yang hendak diukur. Validitas atau tingkat ketepatan adalah tingkat kemampuan instrumen penelitian untuk mengungkapkan data sesuai dengan masalah yang hendak diungkapkannya. Dari sudut instrumen, pengukuran adalah kemampuan instrumen penelitian untuk mengukur apa yang hendak diukur secara tepat dan benar. (Walpole, E. Ronald, 1995)

Sering juga validitas dikatakan sebagai suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevaliditan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid dan sahih mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid dan kurang sahih berarti memiliki validitas yang rendah.

Valid atau tidaknya suatu instrumen, apabila mampu mengukur apa yang diinginkannya dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara

tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data terkumpul dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.

Untuk melihat/menguji tingkat validitas empiris instrumen, peneliti mencobakan instrumen tersebut pada sasaran dalam penelitian. Hal ini bisa disebut dengan kegiatan uji coba instrumen. Apabila data didapat dari uji coba sudah sesuai dengan yang seharusnya, maka berarti bahwa instrumennya sudah baik dan sudah valid.

Teknik uji validitas diperlukan untuk menguji ketepatan data. Ada dua macam validitas sesuai dengan cara pengujiannya, yaitu validitas eksternal dan validitas internal.

1. Validitas Eksternal

Validitas Eksternal adalah validitas yang tidak berkenaan dengan instrumen penelitian. Validitas ini berkenaan dengan penyusunan generalisasi sebagai kesimpulan yang diperoleh dari atau tanpa penyusunan hipotesis. Validitas eksternal adalah tingkat ketepatan generalisasi yang tidak sekedar berlaku bagi sampel, tetapi juga bagi populasi penelitian dalam suatu penelitian kuantitatif. Instrumen yang dicapai apabila data yang dihasilkan dari insterumen tersebut sesuai dengan data dan informasi lain mengenai variabel penelitian yang dimaksud.

Rumus I: dengan nilai simpangan

) )( ( X2 Y2 XY RXY

∑∑

=

Rumus II: dengan angka dasar

∑ ∑

− − = 2 2 2 2 ) ( ) )( ( ) ( ) )( ( ) ( Y Y N X X N Y X XY N RXY 2. Validitas Internal

Validitas Internal adalah validitas yang berkenaan dengan instrumen (alat) penelitian. Validitas ini mempersoalkan apakah instrumen yang digunakan, sungguh-sungguh mengungkapkan atau mengukur variabel yang sebenarnya dari suatu penelitian. Validitas ini dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen secara keseluruhan. Dengan kata lain sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas internal apabila setiap bagian instrumen mendukung “misi” instrumen secara keseluruhan, yaitu mengungkapkan data dari variabel yang dimaksud.

Bagian instrumen yang dimaksud dalam hal ini dapat berupa butir–butir pertanyaan dari angket atau butir-butir soal test, tetapi dapat pula kumpulan dari butir-butir tersebut yang mencerminkan sesuatu faktor.

Sehubungan dengan ini maka dikenal adanya validitas butir dan validitas faktor yaitu:

a. Sebuah instrumen memiliki validitas tinggi apabila butir–butir yang membentuk instrumen tersebut tidak menyimpang dari fungsi instrumen.

b. Sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas tinggi apabila faktor-faktor yang merupakan bagian dari instrumen tidak menyimpang dari fungsi instrumen.

Validitas yang dipergunakan untuk test dan non test instrumen penelitian antara lain:

1. Validitas Permukaan (Face Validity)

Validitas ini dinyatakan dari penampilan alat pengumpul data berupa kemampuannya menjelajahi semua gejala atau unsur gejala di dalam variabel penelitian.

2. Validitas Logika (Logical Validity)

Validitas ini disebut juga validitas konstruksi (construct validity) karena menekankan pada bagaimana logika penyusunan pertanyaan demi pertanyaan atau instrumen secara keseluruhan.

3. Validitas Isi (Content Validity)

Validitas ini disebut juga validitas kurikulum (Curricular Validity) karena diukur dari kesesuaiannya dengan sejumlah bahan yang secara keseluruhan merupakan sebuah kurikulum, yang telah diberikan kepada sekelompok individu yang akan menjawab item-item di dalam instrumen.

4. Validitas Empiris (Empirical Validity)

Validitas ini dapat diketahui dengan membandingkan hasil yang pernah dicapai individu dalam mengerjakan (menjawab) suatu instrumen, dengan kemampuan atau tingkah laku nyata yang ditampilkannya sehari-hari.

5. Validitas Faktor (Factorial Validity)

Validitas ini disebut juga validitas statistik (Statistical Validity) karena diperoleh melalui perhitungan statistik. Nilai dari sekelompok individu menjawab/ mengerjakan item di dalam sebuah instrumen disebut sebagai

prediktor yang akan diukur tingkat validitasnya. Disamping itu diperlukan tolak ukur berupa nilai lain dari kelompok individu yang sama untuk membandingkannya, yang disebut kriterium. Nilai pembanding atau kriterium dapat berbentuk:

a. Skor Maksimum Sebagai Kriterium

Validitas yang menggunakan total skor sebagai kriterium bertolak dari pendapat bahwa jumlah item yang dikerjakannya (dijawab) dengan benar, merupakan kemampuan tertinggi (maksimum) yang dapat dicapai oleh setiap individu.

b. Kriterium Eksternal

Koefisien korelasi untuk perhitungan validitas instrumen (alat) pengumpul data yang terbaik, diperoleh dengan mempergunakan kriterium eksternal. Kriterium ini dapat berbentuk distribusi nilai dari subyek atau sampel yang sama sebagai hasil yang dicapainya waktu mengerjakan satu instrumen yang bersifat standar.

Jenis analisa yang dipakai untuk uji validitas yang umum digunakan adalah:

a. Korelasi Product Moment

Korelasi ini banyak digunakan untuk ukuran sampel yang relatif besar, sehingga bisa didekati dengan distribusi normal.

b. Korelasi Tata Jenjang

Korelasi ini tepat digunakan untuk jumlah subyek (sampel) kecil, karena untuk sampel yang kecil, sampel cenderung tidak mengikuti distribusi normal populasinya. Sehingga korelasi tata jenjang dipandang lebih tepat.

Validitas alat pengumpul data menurut pendapat beberapa ahli dapat digolongkan dalam beberapa jenis yakni :

1. Validitas Konstruk

Konstruk (construct) adalah kerangka dari suatu konsep. 2. Validitas isi

Validitas isi suatu alat pengukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep.

3. Validitas eksternal

Dalam dunia penelitian sosial sudah cukup banyak alat pengukur yang diciptakan oleh para peneliti untuk mengukur gejala sosial, dan alat pengukur tersebut sudah memilki validitas.

4. Validitas prediktif

Alat pengukur yang dibuat oleh para peneliti dimaksudkan untuk memprediksi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang.

) 1 ( 6 1 2 2 − Σ − = N N D rhoxy

[

∑ ∑

][

]

− = 2 2 2 2 ) ( ) ( ) )( ( Y Y N X X N Y X XY N rxy

5. Validitas budaya

Validitas ini penting bagi penelitian di negara yang suku bangsanya sangat bervariasi. Selain itu penelitian dilakukan sekaligus di beberapa negara dengan alat ukur yang sama, juga akan menghadapi problem validitas yang sama. 6. Validitas rupa

Validitas rupa adalah jenis validitas yang berbeda dengan jenis validitas yang dikemukakan diatas. Validitas rupa tidak menunjukkan apakah alat pengukur mengukur apa yang ingin diukur, validitas rupa hanya menunjukkan bahwa dari segi “rupanya” suatu alat pengukur tampakya mengukur apa yang ingin diukur.

Suatu Kuesioner yang memuat pernyataan tidak jelas bagi responden tidak termasuk sahih (tidak valid). Dengan validitas data dapat menilai seberapa baik penarikan kesimpulan tersebut didukung.

Adapun langkah-langkah/cara melakukan uji validitas adalah: 1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur.

2. Mencari definisi dan rumusan tentang konsep yang akan diukur yang telah ditulis para ahli dalam literatur. Kalau sekiranya sudah ada rumusan yang cukup operasional untuk digunakan sebagai alat pengukur, maka rumusan tersebut dapat langsung dipakai. Tetapi bila rumusan belum operasional, maka tugas penelitilah untuk merumuskannya seoperasional mungkin.

3. Kalau sekiranya didalam literatur tidak dapat diperoleh definisi atau rumusan konsep yang akan diukur, maka tugas penelitianlah untuk membuat definisi dan rumusan konsep tersebut. Untuk lebih mematangkan definisi dan rumusan

tersebut, si peneliti harus mendiskusikannya dengan para ahli lain. Pendapat para ahli lain ini kemudian disarikan ke dalam bentuk rumusan yang operasional.

4. Menanyakan langsung kepada calon responden penelitian mengenai aspek- aspek konsep yang akan diukur. Dari jawaban yang diperoleh peneliti dapat membuat kerangka konsep dan kemudian menyusun pertanyaan yang operasional.

5. Melakukan uji coba skala pengukur tersebut pada sejumlah responden. Responden diminta untuk menyatakan apakah mereka setuju atau tidak setuju dengan masing-masing pernyataan. Sangat disarankan agar jumlah responden untuk uji coba, minimal 30 orang. Dengan jumlah 30 orang ini maka distribusi skor (nilai) akan lebih mendekati kurva normal. Asumsi kurva normal sangat diperlukan di dalam perhitungan statistik.

6. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.

3.9.2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulang dua kali atau lebih. Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dekat dipercaya digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.

Reliabilitas adalah keandalan suatu alat ukur atau instrumen yang menuntut keantapan, keajegan atau stabilitas hasil pengamatan dengan instrumen

dimana suatu barang atau orang atau apapun yang diamati dalam keadaan tidak berubah dalam kurun waktu amatan pertama dan amatan kedua atau amatan- amatan selanjutnya. (Walpole, E. Ronald, 1995)

Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empiris ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Walaupun secara teoritis besarnya koefisien reliabilitas berkisar antara 0.00-1.00; akan tetapi pada kenyataannya koefisien sebesar 1.00 tidak pernah dicapai dalam pengukuran, karena manusia sebagai subjek pengukuran psikologis merupakan sumber error yang potensial. Disamping itu walaupun koefisien korelasi dapat bertanda positip (+) atau negatif (-), akan tetapi dalam hal reliabilitas, koefien yang besarnya kurang dari nol (0.00) tidak ada artinya karena interpretasi reliabilitas selalu mengacu kepada koefisien yang positif.

Pengertian umum menyatakan bahwa instrumen penelitian harus reliabel. Dengan pengertian ini sebenarnya kita bisa salah arah. Yang diusahakan dapat dipercaya adalah datanya bukan semata–mata instrumennya. Dalam uji realibilitas kita mengharapkan Kuesioner menunjukkan kehandalan yang tinggi (high reliability). (Singgih Santoso.2001)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

Dokumen terkait