• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

Lampiran 3. Uji Validitas Instrumen

2. Reliabilitas

Koefisien reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk melihat konsistensi jawaban butir-butir pernyataan yang diberikan oleh responden Adapun alat analisisnya menggunakan rumus KR-20:60

r11 =       −Σ     − t t S pq S k k 1 Keterangan: r11 = reabilitas instrumen k = banyak item

p = proporsi subjek yang menjawab item benar P =

N X

Σ

q = proporsi subjek yang menjawab item salah (q = 1– p)

Σpq = jumlah hasil perkalian p dan q St = standar deviasi skor total

Setelah didapat hasil, maka ditentukan nilai reliabilitas dengan mengkonsultasikan pada koefisien reliabilitas tes sebagai berikut:

0,91–1,00 : Sangat tinggi

0,71–0,90 : Tinggi

0,41–0,70 : Cukup

0,21–0,40 : Rendah

< 0,20 : Sangat rendah

Setelah dilakukan penghitungan terhadap butir soal yang valid diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,982 termasuk dalam kriteria sangat tinggi.61

60

Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,h. 163. 61

G. Teknik Analisis Data

Setelah data-data diperoleh maka sebelumnya terlebih dahulu dilakukan uji persyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari populasi berdistribusi normal atau tidak, perhitungannya dengan menggunakan rumus liliefors. Dan uji homogenitas dilakukan untuk menguji variasi dari populasi homogen, uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh homogen atau tidak terhadap dua kelompok perlakuan. Uji homogenitas dihitung dengan menggunakan rumus fisher, setelah dilakukan perhitungan normalitas dan homogenitas maka dilakukan analisis data untuk menguji hipotesis yang telah diajukan, uji ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang dignifikan antara siswa yang diberi perlakuan metode jigsaw dengan perlakuan metode STAD.

Uji hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan rumus “uji t” yaitu:62 t=         +         − + + −

y x y x y x N N N N y x M M 1 1 2 2 2 Keterangan:

t0 = Angka atau koefisien derajat perbedaan Mean kedua kelompok

Mx= Mean kelompok perlakuan Jigsaw

My= Mean kelompok perlakuan STAD

x = Deviasi setiap x2 dari mean x1

y = Deviasi setiap y2 dari mean y1

Nx = Jumlah siswa kelompok Jigsaw

Ny = Jumlah siswa kelompok STAD

H. Hipotesis Statistik

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPS pada pokok bahasan Sistem Perekonomian Indonesia melalui pembelajaran kooperatif metode Jigsaw dan Metode STAD, maka dapat dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut:

62

H0:µA =µB

Ha:µA #µB

Keterangan

H0 = Hipotesis nihil

Ha = Hipotesis alternatif

µA = Prestasi belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran

kooperatif metode Jigsaw

µB = Prestasi belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Gambaran Umum SMP Darussalam Pondok Labu a. Sejarah Berdirinya SMP Darussalam

Yayasan Pendidikan Darussalam berdiri sejak tahun 1958, pada masa itu hanya merupakan pendidikan yang bersifat diniyah/pengajian, yang berlokasi di jalan H. Ipin No. 10 Pondok Labu dengan luas tanah ± 150 M2 dengan jumlah lokal 2 (dua) buah lokal dengan dinding terbuat dari bilik, bertiang bambu dan beratap daun kirai, dengan jumlah murid sebanyak ± 100 orang yaitu 40 orang laki-laki dan 60 orang perempuan. Kemudian pada tahun 1959 tahap demi tahap dengan ambisi dan optimisme masyarakat untuk memasukkan anaknya untuk belajar dan dididik di sekolah ini hingga jumlah siswa meningkat mencapai 250 orang siswa. Maka kami sebagai pemimpin sangat sedih dan iba atas kemauan serta partisipasi masyarakat yang sangat minim baik dari segi ekonomi apalagi di bidang pendidikan, sampai-sampai tenaga pengajar/guru rela mengajar dan mendidik tanpa diberi honor/gaji dan memang benar-benar mengabdi dengan niat lillahi ta’ala atau semata-mata hanya mengharap ridha Allah.

di wilayah pondok labu diundang untuk bermusyawarah agar dapat membantu untuk memperbaiki sekolah yang memang fisiknya sudah rapuh/reot, maka dengan hasil musyawarah itu terwujudlah bangunan lokal baru semi permanent sebanyak 2 (dua) lokal hingga dapat menampung siswa mencapai 300 siswa, kemudian seluruh wali murid diundang dan bermusyawarah mengenai honor/gaji guru, dengan hasil musyawarah tersebut maka wali murid bersedia memberikan uang bayaran/SPP sebesar Rp. 25.- (Dua puluh lima rupiah)/bulan, mulai saat itu guru sudah mendapat honor/gaji sebesar Rp. 75,- (Tujuh puluh lima rupiah) sampai dengan Rp. 125,- (Seratus dua puluh lima rupiah)/orang. Pada tahun 1961 SPP dinaikkan menjadi Rp. 50,- (lima puluh rupiah)/bulan sampai seterusnya. Kemudian pada tahun 1962 sampai dengan 1963 jumlah murid bertambah mencapai 400 orang, sehingga lokal bertambah 1 menjadi 3 lokal, kemudian wali murid diundang kembali untuk bermusyawarah mengenai waktu kegiatan belajar, maka kegiatan belajar mengajar dibagi menjadi 2 (Dua) Shift yaitu pagi dan sore hari dan masyarakat menyetujui atas gagasan itu. Maka mulai saat itu kegiatan belajar mengajar berjalan stabil dan lancar.

Pada tahun 1964-1965 terjadilah peristiwa G 30 SPKI dan pada saat itu secara umum seluruh masyarakat pondok labu merasa ketakutan karena seluruh pemuka agama menjadi sasaran kekejaman peristiwa tersebut. Lalu pengurus Yayasan Pendidikan Darussalam mengajak seluruh masyarakat sekitar untuk berkumpul dan berdoa, membaca surat Yaasin dan Tahajud demi keselamatan bangsa dan Negara, khususnya anak kami dari kekejaman kelompok G 30 S PKI. Alhamdulillah dengan izin Allah selamatlah masyarakat serta anak didik sehingga proses pendidikan dapat berjalan dengan lancar seperti semula sesuai harapan masyarakat.

Pada tahun 1966 s.d 1967 sebagian tanah pendiri yayasan diwakafkan dengan luas ± 2000 M2 yang diperuntukkan untuk

pendidikan (sekolah) yang terletak di jalan H. Ipin No. 10 Pondok Labu Cilandak, Jakarta Selatan, dan pada tahun 1972 s.d. 1973 sekolah sudah bisa mengadakan kegiatan seperti haplah/perayaan kenaikan kelas dengan mengundang tokoh masyarakat seperti Camat, Lurah, wali murid dan seluruh masyarakat yang berkompeten di wilayah Pondok Labu dan kami juga sudah dapat membuat dan mengajukan proposal bantuan kepada Pemerintah melalui RPABS dengan tujuan untuk kelancaran kegiatan pendidikan sekolah. Alhamdulillah diterima dan dikabulkan sehingga sekolah mendapat bantuan berupa 1 (Satu) unit gedung, lalu kami beri nama Yayasan Pendidikan Darussalam hingga sampai sekarang ini dan telah memiliki beberapa jenis pendidikan antara lain. Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP), SMA (UPER), dan memiliki siswa sebanyak ± 600 siswa, dan tenaga pengajar ± 46 orang. Sejak taun 1973 sampai sekarang ini sekolah belum ada perubahan atau peningkatan yang besar dan hanya sekedar mengadakan rehabilitasi dan renovasi.

b. Visi dan Misi SMP Darussalam Pondok Labu Visi

Utama dalam Akhlaq dan Unggul Dalam Ilmu.

Misi

1). Mengembangkan Potensi Intelektual Siswa

2) Menumbuhkan Akhlaq dan Budi Pekerti Siswa

3) Berpartisipasi Aktif dalam Mengelola dan Meningkatkan Mutu Pendidikan

c. Struktur Organisasi SMP Darussalam Pondok Labu

Pada saat ini SMP Darussalam Pondok Labu memiliki struktur organisasi sebagai berikut:

Catatan :

: Garis Komando : Garis Hubungan

2. Praktik Pembelajaran

a. Praktik Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigaw

Dalam penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw ini siswa terlibat langsung dalam mempelajari dan memahami suatu materi secara bersama-sama melalui diskusi. Dalam teknik Jigsaw ini siswa dibagi kelompok-kelompok diskusi dengan dua tahap diskusi, yaitu diskusi kelompok ahli dan diskusi kelompok asal.

Tahap pertama penerapan teknik Jigsaw pada materi kegiatan perekonomian Indonesia di kelas VIII-A, guru menjelaskan materi dasar tentang kegiatan perekonomian Indonesia, tahap kedua, siswa di bagi ke dalam kelompok asal yang masing-masing berjumlah 6 orang, tahap ketiga siswa yang memiliki nomor urut yang sama dalam tiap kelompok bergabung membentuk ahli yang membahas suatu materi yang telah ditentukan oleh guru, sehingga terbentuk 4 kelompok ahli yaitu kelompok yang membahas tentang: arti sistem ekonomi, macam- macam sistem ekonomi, ciri dari sistem ekonomi sosialis, ciri dari sistem ekonomi campuran, ciri dari sistem ekonomi campuran, cari dari sistem ekonomi tradisional (pada pertemuan pertama). Pelaku-pelaku kegiatan perekonomian di Indonesia yang dimaksud dengan BUMN, yang dimaksud dengan BUMS, yang dimaksud dengan koperasi, perusahaan-perusahaan yang termasuk ke dalam BUMN, perusahaan- perusahaan yang termasuk dalam BUMS (Pada pertemuan kedua). Kelebihan dari sistem ekonomi libera, kelemahan dari sistem ekonomi liberal, kelebihan dari sistem ekonomi campuran, kelemahan dari ekonomi campuran (pada pertemuan ketiga), yang dimaksud dengan sistem perekonomian Indonesia, landasan UUD sistem perekonomian Indonesia, landasan sistem perekonomian Indonesia yang terkandung dalam TAP MPRS No. XXII/MPRS/1966, nama lain dari sistem perekonomian Indonesia, yang dimaksud dengan Demokrasi Ekonomi, landasan UUD Demokrasi Ekonomi (Pada pertemuan keempat), kelebihan dari sistem perekonomian Indonesia, Sistem Free Fight

Liberalism, Sistem Etatisme, persaingan tidak sehat dalam sistem perekonomian Indonesia, monopoli dalam sistem perekonomian Indonesia (pada pertemuan kelima).

Tahap keempat siswa bergabung membentuk kelompok ahli saling bekerja sama dan berdiskusi untuk membahas dan memahami materi yang telah diberikan kepada mereka, tahap kelima setelah berdiskusi, kelompok ahli masing-masing ahli kembali ke kelompok asalnya bertugas untuk menyampaikan dan mengajarkan materi yang telah mereka pelajarai kepada anggota kelompok asal lainnya, sehingga setiap anggota memahami materi pelajaran secara keseluruhan, dan tahap terakhir pada pertemuan kedua, siswa diberikan tes kemampuan akhir untuk mengetahui hasil belajar IPS siswa.

Penerapan teknik Jigsaw ini dalam pembelajaran dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan, pada pertemuan pertama penerapan teknik Jigsaw berdasarkan pengamatan (observasi) suasana kelas terlihat kurang kondusif, hal ini terlihat dari alokasi waktu yang belum sesuai rencana belajar, motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan diskusi kelompok yang masih kurang, baik dalam mengajukan pertanyaan, memberikan ide dan jawaban, menghargai teman, tanggung jawab terhadap tugas dan kerjasama antara anggota kelompok.

Pada penerapan teknik Jigsaw pertemuan kedua, ketiga, keempat dan dan kelima, pelaksanaan pembelajaran dengan teknik Jigsaw suasana kelas dalam keadaan lebih kondusif dari pertemuan sebelumnya, hal ini terlihat dari alokasi waktu yang sesuai dengan rencana pembelajaran, motivasi ssiswa dalam mengikuti kegiatan, yaitu dengan semakin banyaknya siswa yang aktif dalam diskusi, baik mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, lebih menghargai teman dan telah terlihat kerjasama yang cukup baik antara siswa dalam kelompoknya.

Di akhir pembelajaran dalam teknik Jigsaw guru memberikan hadiah sebagai penghargaan kepada siswa maupun kelompok yang

paling berprestasi dalam hasil belajar, kerjasama dalam kelompok, maupun keaktifan dan tanggung jawab mereka dalam melakukan tugas maupun menghargai pendapat orang lain.

b. Praktik Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD

Penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) teknik STAD pada kelas VIII-C, siswa terlibat langsung dalam mempelajari dan memahami materi, siswa secara aktif bersama- sama yang lain membahas dan memahami materi dalam kelompok.

Pada pokok bahasan kegiatan perekonomian Indonesia dengan penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik STAD tahap pertama guru menyampaikan materi dasar kegiatan perekonomian Indonesia, tahap kedua siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil yang masing-masing berjumlah 5-6 orang, dimana setiap kelompok membahas dan mempelajari serta memahami secara bersama-sama materi yang telah ditentukan. Pada penerapan pembelajaran kooperatif teknik STAD ini materi pokok dibagi menjadi lima kali pertemuan, materi diskusi petemuan pertama penerapan teknik STAD yaitu membahas tentang pelaku-pelaku eknomi dalam sistem perekonomian Indonesia. Sedangkan materi pada pertemuan kedua penerapan metode ini yang membahas materi-materi tersebut.

Tahap ketiga penerapan teknik STAD, diskusi kelompok dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang kemudian berdiskusi dan saling membantu satu dengan yang lain dalam kelompoknya agar dapat memahami secara bersama-sama materi yang telah ditentukan, tahap keempat setelah diskusi kelompok dilakukan persentasi kelas dimana setiap kelompok mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya dalam kelas dan tahap kelima dilakukan tes kemampuan akhir pada pertemuan ketujuh untuk mengetahui hasil belajar siswa.

Penerapan teknik STAD dilakukan dalam dua pertemuan, pertemuan pertama penerapan teknik STAD tidak jauh berbeda dengan penerapan teknik jigsaw, suasana kelas terlihat kurang kondusif, siswa masih tampak enggan dan malu untuk aktif dalam diskusi, kerjasama siswa kurang terbentuk baik dalam diskusi kelompok maupun dalam persentasi kelas, namun dari segi alokasi waktu penerapan metode ini sudah cukup sesuai dengan rencana pembelajaran.

Pada pertemuan kedua, ketiga, keempat dan kelima penerapan teknik STAD siswa sudah nampak terbiasa dengan penerapan metode ini, dalam diskusi maupun persentasi kelas pada pertemuan ini siswa tampak sudah dapat bekerjasama dengan cukup baik dan bertanggung jawab, siswa sudah lebih aktif dalam mengajukan pertanyaan maupun memberikan gagasan dan menjawab pertanyaan, serta alokasi waktu yang telah sesuai dengan rencana pembelajaran.

Sama halnya dengan teknik jigsaw pada teknik STAD pun guru memberikan hadiah sebagai penghargaan kepada siswa dan kelompok yang berprestasi baik dalam hasil belajar, kerjasama, keaktifan maupun tanggung jawab dalam melakukan tugas dan menghargai pendapat orang lain.

3. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw dan STAD

Dari pengamatan peneliti terhadap kedua kelas tersebut, yaitu pada kelas jigsaw menunjukkan bahwa sikap siswa selama proses belajar baik dan aktif sedangkan pada kelas STAD sikap siswa cukup baik dan cukup aktif dalam mengikuti pembelajaran dan diskusi, hal ini terlihat dari rasa ingin tahu siswa dengan indikator yaitu mengajukan pertanyaan dan mengajukan gagasan dalam memecahkan masalah, aspek keberanian siswa dalam indikator yaitu berani meengemukakan pendapat, berani mempertahankan pendapat dan berani mengakui kesalahan dalam mengemukakan pendapat, aspek sifat menghargai

siswa dengan indikator yaitu menghargai pendapat orang lain, santun dalam mengemukakan pendapat dan tidak menjatuhkan pendapat orang lain.

Untuk memperkuat hasil observasi tersebut diajukan angket kepada responden guna mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan kedua metode pembelajaran tersebut yang diberikan kepada perwakilan siswa dari kelas masing-masing, data berdasarkan indikator angket dan alternatif jawaban maka disimpulkan sebagai berikut: a. Berdasarkan indikator untuk mengetahui minat pada pelajaran IPS

maka diperoleh keterangan bahwa umumnya kelas VIII-A yang diajarkan dengan teknik jigsaw mengatakan bahwa mereka menyukai pelajaran IPS namun mereka merasa kesulitan dalam memahami materi, sedangkan pada kelas VIII-C yang diajarkan dengan teknik STAD mereka umumnya menyatakan bahwa mereka kurang menyukai pelajaran IPS dan kesulitan untuk memahami materinya.

b. Dari indikator untuk mengetahui tanggapan siswa pada tahap-tahap dalam penerapan metode pembelajaran maka dapat disimpulkan bahwa umumnya siswa menyukai semua tahap dalam kedua metode pembelajaran tersebut yaitu Jigsaw dan STAD.

c. Indikator untuk mengetahui pengaruh penerapan metode

pembelajaran terhadap proses pembelajaran maka dapat

disimpulkan bahwa siswa menyatakan teknik Jigsaw maupun STAD dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. d. Hasil indikator untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap

penerapan metode pembelajaran; jigsaw maupun STAD maka disimpulkan bahwa siswa mengatakan menyukai dan merasa cocok dan menyetujui jika metode pembelajaran tersebut baik jigsaw maupun STAD diterapkan pada mata pelajaran IPS maupun mata pelajaran lain, meskipun bagi mereka kedua metode pembelajaran tersebut merupakan hal yang baru.

4. Data Hasil Belajar IPS Siswa

a. Data Hasil Belajar IPS Siswa Kelompok Jigsaw 1) HasilPretest Kelompok Jigsaw

Nilai yang diperoleh siswa dari pretest yang dilakukan terhadap kelompok jigsaw (X1) dapat dipaparkan pada tabel berikut:

Tabel 6

Data HasilPretest Siswa Kelompok Jigsaw63

N Jumlah Nilai

Nilai Tertinggi

Nilai

Terendah Mean Median Modus Sim.

Baku Varian

33 784,5 44 10 23,77 25,25 24,73 7,35 54,017

Apabila data tersebut digambarkan dalam bentuk grafik histrogram dan poligon, maka terlihat gambar sebagai berikut :

Tabel 7

Distribusi Frekuensi Untuk Pembuatan Grafik Histrogram dan Poligon Variabel X1

Kelas Frekuensi Titik Tengah Batas Nyata

10–15 5 12,5 9,5 - 15,5 16–21 7 18,5 15,5 - 21,5 22–27 12 24,5 21,5 - 27,5 28–33 6 30,5 27,5 - 33,5 34–39 2 36,5 33,5 - 39,5 40–45 1 42,5 39,5 - 45,5 Jumlah 33 - 63

Gambar 2. Grafik Historgram dan Poligon Variabel X1

Dari tabel dan gambar di atas terlihat bahwa frekuensi tertinggi terletak pada kelas interval 22 - 27, yaitu 12 dan frekuensi tersebut berada pada titik tengah 24,5 dan batas nyata 21,5–27,5.

2) HasilPosttest Kelompok Jigsaw

Nilai yang diperoleh siswa dari posttest yang dilakukan terhadap kelompok jigsaw (X2) dapat dipaparkan pada tabel berikut:

Tabel 8

Data HasilPosttest Siswa Kelompok Jigsaw64

N Jumlah Nilai

Nilai Tertinggi

Nilai

Terendah Mean Median Modus Sim.

Baku Varian

33 2767,5 97 65 83,86 88,71 86,63 5,773 33,322

Apabila data tersebut digambarkan dalam bentuk grafik histrogram dan poligon, maka terlihat gambar sebagai berikut :

64

Lampiran 6 Hasil Tes Kemampuan Awal Kelompok Jigsaw, h. 111.

Tabel 9

Distribusi Frekuensi Untuk Pembuatan Grafik Histrogram dan Poligon Variabel X2

Kelas Frekuensi Titik Tengah Batas Nyata

65–70 1 67,5 64,5 - 70,5 71–76 1 73,5 70,5 - 76,5 77–82 11 79,5 76,5 - 82,5 83–88 14 85,5 82,5 - 88,5 89–94 5 91,5 88,5 - 94,5 95–100 1 97,5 94,5 - 100,5 Jumlah 33 -

Gambar 3. Grafik Historgram dan Poligon Variabel X2

Dari tabel dan gambar di atas terlihat bahwa frekuensi tertinggi terletak pada kelas interval 83 - 88, yaitu 14 dan frekuensi tersebut berada pada titik tengah 85,5 dan batas nyata 82,5–88,5.

Adapun besarnya nilai rata-rata peningkatan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw adalah sebesar 60,27.65

65

b. Data Hasil Belajar IPS Siswa Kelompok STAD 1) HasilPretest Kelompok STAD

Nilai yang diperoleh siswa dari pretest yang dilakukan terhadap kelompok STAD (Y1) dapat dipaparkan pada tabel berikut:

Tabel 10

Data HasilPretest Siswa Kelompok STAD66

N Jumlah Nilai

Nilai Tertinggi

Nilai

Terendah Mean Median Modus Sim.

Baku Varian

33 634 36 6 19,21 17,11 16,21 7,29 53,08

Apabila data tersebut digambarkan dalam bentuk grafik histrogram dan poligon, maka terlihat gambar sebagai berikut :

Tabel 11

Distribusi Frekuensi Untuk Pembuatan Grafik Histrogram dan Poligon Variabel Y1

Kelas Frekuensi Titik Tengah Batas Nyata

6–10 6 8 5,5 - 10,5 11–15 1 13 10,5 - 15,5 16–20 14 18 15,5 - 20,5 21–25 6 23 20,5 - 25,5 26–30 4 28 25,5 - 30,5 31–35 1 33 30,5 - 35,5 36–40 1 38 35,5 - 40,5 Jumlah 33 - 66

Gambar 4. Grafik Historgram dan Poligon Variabel Y1

Dari tabel dan gambar di atas terlihat bahwa frekuensi tertinggi terletak pada kelas interval 16 - 20, yaitu 14 dan frekuensi tersebut berada pada titik tengah 18 dan batas nyata 16,5–20,5.

2) HasilPosttest Kelompok STAD

Nilai yang diperoleh siswa dari posttest yang dilakukan terhadap kelompok STAD (Y2) dapat dipaparkan pada tabel berikut:

Tabel 12

Data HasilPosttest Siswa Kelompok STAD67

N Jumlah Nilai

Nilai Tertinggi

Nilai

Terendah Mean Median Modus Sim.

Baku Varian

33 2450 88 58 74,24 78,125 75,74 5,657 32,002

Apabila data tersebut digambarkan dalam bentuk grafik histrogram dan poligon, maka terlihat gambar sebagai berikut :

67

Tabel 13

Distribusi Frekuensi Untuk Pembuatan Grafik Histrogram dan Poligon Variabel Y2

Kelas Frekuensi Titik Tengah Batas Nyata

58 - 62 1 60 57,5 - 62,5 63 - 67 1 65 62,5 - 67,5 68 - 72 11 70 67,5 - 72,5 73 - 77 12 75 72,5 - 77,5 78 - 82 6 80 77,5 - 82,5 83 - 87 1 85 82,5 - 87,5 88 - 92 1 90 87,5 - 92,5 Jumlah 33 -

Gambar 5. Grafik Historgram dan Variabel Y2

Dari tabel dan gambar di atas terlihat bahwa frekuensi tertinggi terletak pada kelas interval 73 - 77, yaitu 12 dan frekuensi tersebut berada pada titik tengah 75 dan batas nyata 72,5–77,5.

Adapun besarnya nilai rata-rata peningkatan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw adalah sebesar 54,60668

68

Lampiran 15 Uji Hipotesis Data, h. 133.

Untuk memberi gambaran menyeluruh terhadap data hasil belajar

pretest danposttest siswa menggunakan metode jigsaw dan STAD, penulis paparkan tabel data perbandingan mean hasil belajar siswa sebagai berikut:

Tabel 14

Perbandingan Mean Hasil Belajar Siswa Kelompok Jigsaw dan STAD

Pretest Posttest Gain

Kelompok Jigsaw 23,77 83,86 60,09

Kelompok STAD 19,21 74,24 55,03

Gain 4,56 9,62

B. Uji Persyaratan Analisis Data 1. Uji Normalitas Data

Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas (Liliefors). Kriteria uji normalitas adalah Hoditerima jika Lhitung lebih besar

dari Ltabel, atau Ho ditolak jika Lhitung lebih kecil dari Ltabel. Dengan

ditolaknya Ho berarti data dalam penelitian berasal dari populasi

berdistribusi normal, jika Ho diterima berarti data berasal dari populasi

berdistribusi tidak normal.

Setelah dilakukan perhitungan diperoleh Lhitung pretes kelompok

jigsaw sebesar 0,1488, Lhitung postes kelompok jigsaw sebesar 0,1354,

Lhitung pretes kelompok STAD sebesar 0,1295, dan Lhitungpostes kelompok

STAD sebesar 0,1359. Jika dikonsultasikan dengan tabel Liliefors pada taraf signifikansi = 0.05 dan N = 33 diperoleh Ltabel 0,1542. Dengan

demikian Hoditolak karena Lhitung lebih kecil dari Ltabel (0,1295 < 0,1354 <

0,1359 < 0,1488 < 0,1542). Sehingga dapat disimpulkan bahwa data pada variabel X1, X2, Y1, dan Y2 berasal dari populasi berdistribusi normal.69

Tabel 15

Uji Normalitas Variabel X1, X2, Y1, dan Y2 dari 33 Responden

Lhitung

Kelompok Jigsaw Kelompok STAD

n α

Pretes Postes Pretes Postes

Ltabel Keputusan

33 0,05 0,1488 0,1354 0,1295 0,1359 0,1542 Hoditolak

2. Uji Homogenitas Data

Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari populasi yang homogen atau tidak, maka dilakukan uji homogenitas dengan Uji Fisher. Kriteria uji homogenitas adalah Ho diterima jika Fhitung

lebih besar dari Ftabel, atau Ho ditolak jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel.

Dengan ditolaknya Ho berarti data dalam penelitian berasal dari populasi

yang homogen, jika Ho diterima berarti data berasal dari populasi yang

tidak homogen.

Hasil perhitungan uji homogenitas kelompok jigsaw diperoleh Fhitung sebesar 1,2732 dan pada kelompok STAD diperoleh Fhitung sebesar

1,2878 Jika dikonsultasikan dengan Ftabel pada taraf signifikansi 0,05

dengan dk penyebut 32 dan dk pembilang 32 diperoleh Ftabel sebesar 1,82.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa data pada kelompok jigsaw dan kelompok STAD berasal dari populasi yang homogen, karena Fhitung lebih

kecil dari Ftabel(1,2732 < 1,2878 < 1,82).70

Tabel 16

Uji Homogenitas Data Kelompok Jigsaw dan Kelompok STAD Fhitung N α Kelompok Jigsaw Kelompok STAD Ftabel Keputusan 33 0,05 1,2732 1,2878 1,82 Hoditolak 70

C. Pengujian Hipotesis

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara hasil belajar IPS siswa antara yang diajarkan dengan teknik Jigsaw dengan teknik STAD maka dilakukan uji t (uji beda). Kriteria uji hipotesis data adalah Ho diterima jika

thitung lebih kecil dari ttabel, atau Ho ditolak jika thitung lebih kecil dari ttabel.

Dengan ditolaknya Ho berarti data dalam penelitian terbukti bahwa hasil

belajar IPS antara siswa yang diajar dengan teknik jigsaw dan STAD adalah berbeda secara signifikan.

Hasil dari perhitungan skor variabel X (hasil belajar IPS siswa menggunakan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw) dan skor variabel Y (hasil belajar IPS siswa menggunakan pembelajaran kooperatif teknik STAD), dimasukkan ke dalam rumus uji t untuk membandingkan kedua skor varibael tersebut, sehingga diperoleh thitung sebesar 3,0214. Dengan db = 64 (32 + 32 -2)

diperoleh ttabel pada taraf signifikan α = 0,05 sebesar 2,00 dan dari hasil

perhitungan diperoleh thitung sebesar 3,0214, maka dengan demikian dari

Dokumen terkait