BAB III: METODE PENELITIAN
J. Teknik Pengujian Instrumen
1. Uji Validitas
Adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan kevalidan atau kesahihan instrumen. Mengukur validitas dapat dilakukan dengan : uji validitas konstruk yang disebut confirmatory Factor Analysis (CFA). Uji tersebut harus memiliki faktor loading yang signifikan terhadap konstruknya.
Convergent validity adalah indikator suatu konstruk laten harus
converge atau share (berbagi) proporsi varian yang lebih tinggi. Syarat yang harus dipenuhi loading factor harus signifikan, maka standardized loading estimate harus sama dengan 0,50 atau lebih dan idealnya harus 0,70 (Ghozali, 2008:135).
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk satu pengertian bahwa instrumen cukup dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliable artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.
Uji reliabilitas dalam analisis SEM menggunakan Construct Reliability dan Variance Extracted, yang menunjukkan jumlah varians dari indikator-indikator yang diekstraksi oleh konstruk laten yang dikembangkan.
Construct Reliability
Mengukur composite reliability dan variance extracted untuk setiap konstruk. Hasil reliabilitas yang tinggi akan memberikan keyakinan bahwa indikator individu semua konsisten dengan pengukurannya. Tingkat reliabilitas yang diterima secara umum adalah >0,70.
Variance Extracted
Reliabilitas adalah ukuran sampai sejauh mana suatu indikator secara akurat mengukur apa yang hendak diukur. Ukuran reliabilitas yang lain adalah variance extracted sebagai pelengkap ukuran construct reliability. Angka yang direkomendasikan untuk nilai variance extracted
Keterangan:
= measurement error
Std. Loading = standardized loading untuk tiap – tiap indikator.
K. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah The Structural Equation Modeling (SEM). Menurut Ferdinand (2002:6), SEM merupakan sekumpulan teknik– teknik statistikal yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif “rumit” secara simultan atau bersama. Hubungan yang rumit itu dapat dibangun antara satu atau beberapa variabel yang dipengaruhi (dependent) dengan satu atau beberapa variabel yang mempengaruhi (independent). Software yang digunakan dalam penelitian ini adalah AMOS ver 18.0.
Menurut Hair et.al (dalam Ferdinand, 2002:33-66) mengajukan tahapan permodelan dan analisis persamaan struktural menjadi tujuh langkah yaitu:
1. Pengembangan model berdasar teoretis, model persamaan struktural didasarkan pada hubungan kausalitas, dimana perubahan satu variabel diasumsikan akan berakibat pada perubahan variabel lainnya. Kuatnya hubungan kausalitas antara 2 variabel yang diasumsikan oleh peneliti bukan terletak pada metode analisis yang dipilih, tetapi terletak pada pembenaran secara teoretis untuk mendukung analisis.
2. Menyusun diagram jalur (diagram path) dari model teoretis. Persamaan struktural yang digambarkan oleh diagram jalur merupakan representasi dari teori. Jadi hubungan antar variabel laten yang diwujudkan dalam diagram jalur merupakan perwujudan dari teori.
3. Menyusun persamaan struktural, yang harus dilakukan adalah menghubungkan antara konstruk laten eksogen maupun endogen dan menyusun measurement model. Model pengukuran (measurement model) yaitu hubungan dari indikator ke variabel laten, sedangkan model struktural yaitu hubungan antara variabel laten.
Dalam penelitian ini, hubungan antar variabel yang komplek tersebut digambarkan sebagai berikut:
λ₁₁
γ₁
γ₂
γ₃ β
Gambar III.2
Diagram Path dari Model Teoretis ₁ ₂ ₄ ₅ ₆ RnTof RnD Kualitas Produk M/N RBH VK Inovasi Produk ₇ ₉ ₈ d₅ d₄ d₃ d₂ d₁ PHP AHK TH Harga Produk H KiP FP Kepuasan Konsumen Loyalitas Konsumen WoM PU EPaI ₃ Z₁ Z₂ SPT d₆
Tabel III.2
Definisi Operasional Variabel Konstruk
Penelitian Dimensi Konstruk Definisi
Kualitas Produk (KP)
X₁ Range and Type of Features (RnToF)
Kemampuan atau
keistimewaan yang dimiliki produk dan pelayanan X₂ Reliability and
Durability (RnD)
Kehandalan dan ketahanan suatu produk dalam penggunaan secara normal X₃ Ethical Profile and
Image (EPnI)
Kualitas adalah bagian terbesar dari kesan pelanggan terhadap produk dan pelayanan
Inovasi Produk (IP)
X₄ Variasi kemasan (VK)
Macam-macam kemasan yang dikembangkan
X₅ Rasa bau harum (RBH)
Berbagai rasa harum yang dikembangkan
X₆ Manfaat/nilai (M/N)
Manfaat atau nilai yang berbeda-beda dikembangkan
Harga Produk (HP)
X₇ Tingkat harga (TH) Tingkat harga produk X₈ Asumsi harga
dengan kualitas (AHK)
Kesesuaian harga dengan kualitas
X₉ Perbandingan harga dengan pesaing (PHP)
Perbandingan harga produk dengan harga produk pesaing
Kepuasan Konsumen (KK)
Y₁ Fisik Produk (FP) Persepsi produk yang dikembangkan Y₂ Kinerja Produk
(KiP)
Manfaat yang diperoleh konsumen
Y₃ Harga (H) Anggapan bahwa harga yang ditentukan sesuai dengan harapan konsumen
Loyalitas Konsumen (LK)
Y₄ Pembelian ulang (PU)
Kepuasan, kepercayaan, dan komitmen konsumen pada produk
Y₅ Word of Mouth
(WoM)
Merekomendasi kepada orang lain
Y₆ Say positif things
(SPT)
Mengatakan hal yang positif tentang produk atau jasa yang dikonsumsi
Keterangan (Gambar III.2):
a. Tedapat empat variabel eksogen laten yaitu kualitas produk (KP), inovasi produk (IP), dan harga produk (HP),. Dari masing-masing variabel ini diukur dengan beberapa indikator atau manifest dan disertai nilai kesalahan dari tiap indikatornya disebut error ( ).
b. Terdapat satu variabel endogen laten yaitu kepuasan konsumen (KK) dan loyalitas konsumen (LK). Variabel ini diukur dengan beberapa indikator atau manifest dan nilai kesalahan dari tiap indikatornya disebut Delta (d).
c. Variabel laten endogen harus diberi nilai residual regression dengan simbol Z (nilai residual).
d. Koefisien regresi antara variabel laten eksogen dengan variabel laten endogen diberi simbol Gama (
γ
) dengan cara memberi notasi sebagai berikut:Dari KP ke KK =
γ
₁ Dari IP ke KK =γ
₂ Dari HP ke KK =γ
₃e. Koefisien regresi antara variabel laten endogen dengan variabel laten endogen lainnya diberi simbol Beta (β) dengan cara memberi notasi sebagai berikut:
f. Ada dua model pengukuran (measurement model) yaitu model pengukuran variabel laten eksogen dan model pengukuran variabel endogen. Model pengukuran adalah hubungan antara indikator atau
manifest dengan konstruk latennya. Berdasarkan gambar diagram path
diatas (gambar III.2) ada 3 model pengukuran variabel laten eksogen KP, IP, dan HP. Serta model pengukuran variabel laten endogen KK, dan LK. Nilai factor loading dari indikator ke konstruk laten disebut
lambda (λ). Model pengukuran dinyatakan sebagai berikut: Konstruk eksogen Product Quality / kualitas produk (KP) X₁ = λ₁ KP + ε₁
X₂ = λ₂ KP + ε₂ X₃ = λ₃ KP + ε₃
Konstruk eksogen Product Innovation / inovasi produk(IP) X₄ = λ₄ IP + ε₄
X₅ = λ₅ IP + ε₅ X₆ = λ₆ IP + ε₆
Konstruk eksogen Product Price / harga produk (HP) X₇ = λ₇ HP + ε₇
X₈ = λ₈ HP + ε₈
X₉ = λ₉ HP + ε₉
Konstruk endogen Consumer Satisfaction / kepuasan konsumen (KK) Y₁ = λ₁ KK + d₁
Y₂ = λ₂ KK + d₂ Y₃ = λ₃ KK + d₃
Konstruk endogen Consumer Loyalty / loyalitas konsumen(LK) Y₄ = λ₄ LK + d₄
Y₅ = λ₅ LK + d₅
Y₆ = λ₆ LK + d₆
Keterangan:
λ = nilai factor loading dari indikator ke konstruk laten. ε = nilai error pada indikator ke konstruk laten eksogen. d = nilai error pada indikator ke konstruk laten endogen.
g. Model persamaan struktural adalah model hubungan antar variabel laten dengan persamaan sebagai berikut:
KK = γ1 KP + γ2 IP + γ3 HP + Z1 LK = β KK + Z2
Keterangan:
γ = koefisien regresi antara variabel laten eksogen dengan variabel laten endogen.
β = koefisien regresi antara variabel laten endogen dengan variabel laten endogen lainnya.
4. Memilih jenis input matrik dan estimasi model yang diusulkan. Kemudian dapatkan sampel dan pengukurannya, setelah itu lakukan estimasi terhadap parameter model. dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan adalah 150 maka teknik analisis yang digunakan adalah Maximum Likelihood Estimation (ML). Estimasi ini akan dilakukan secara bertahap yaitu:
a. Teknik Confirmatory Factor Analysis
Teknik ini digunakan untuk mengestimasi Measurement model,
menguji unidimensionalitas dari konstruk – konstruk eksogen dan konstruk – konstruk endogen.
1) Uji kesesuaian model (Goodness of Fit)
Jika model sudah melalui uji kesesuaian dan memenuhi kriteria fit, maka dilakukan uji signifikansi bobot faktor. Uji signifikansi bobot digunakan untuk mengkonfirmasi bahwa variabel itu dapat bersama- sama dengan variabel lainnya menjelaskan sebuah variabel laten.
2) Uji signifikansi bobot faktor ini dikaji dengan dua tahapan analisis yaitu:
a) Nilai lambda atau loading factor
Nilai lambda memiliki batasan nilai ≥0,40. Bila nilai lambda untuk ketiga variabel yang menjelaskan suatu indikator ≥0,40 maka dapat diartikan bahwa variabel ini secara bersama –
sama menyajikan unidimensionalitas untuk suatu variabel laten.
b) Regression Weight (Bobot Faktor)
Untuk mengukur kuat lemahnya dimensi dalam membentuk faktor latennya dapat dianalisis dengan menggunakan uji-t
terhadap regression weight yang dihasilkan oleh model. Dalam SEM uji-t tersebut di sebut Critical Ratio (C.R.), batas untuk menunjukkan variabel tersebut secara signifikan merupakan dimensi dari faktor laten yang dibentuk adalah ≥2,00.
b. Structural Equation Model
Setelah model dianalisis melalui CFA (confirmatory factor analysis)
dan dilihat bahwa masing masing variabel dapat digunakan untuk mendefinisikan konstruk laten, maka sebuah full-model SEM dapat dianalisis. Pengujian ini juga melalui dua tahapan yaitu:
1) Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit Test)
Uji ini sama seperti yang dilakukan pada Confirmatory factor analysis.
2) Uji Kausalitas: Regression Weight
Untuk menguji hipotesa mengenai kausalitas yang dikembangkan dalam model ini, perlu diuji hipotesa nol yang menyatakan bahwa koefisien regresi antara hubungan adalah sama dengan nol melalui
regression weight harus >0,00 agar Ho ditolak dan Ha dapat diterima.
5. Menilai identifikasi model struktural, pada tahap ini pengukuran model dapat diestimasi lebih dahulu dan diikuti dengan model struktural dan full model.
6. Menilai kriteria Goodness of Fit dari model dan bilamana perlu diikuti dengan modifikasi model.
Asumsi-asumsi tersebut adalah:
a. Ukuran sampel yang harus dipenuhi adalah minimum 100 sampel dan menggunakan perbandingan 5 observasi untuk setiap estimated parameter.
b. Normalitas dan Linearitas. Seberan data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas dipenuhi sehingga data dapat diolah lebih lanjut untuk permodelan SEM. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuji dengan metode statistik. Uji normalitas dilakukan baik untuk normalitas data tunggal maupun normalitas multivariat. Sedangkan uji linearitas dapat dilakukan dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linearitas. c. Outliers merupakan observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim
baik secara univariat maupun multivariat yaitu yang muncul karena kombinasi karakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari observasi lainnya. Jarak mahalanobis harus dievaluasi
menggunakan χ2
pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian. Jika terdapat outlier multivariate maka harus dicari penyebabnya dan harus dirubah agar tidak terdapat outlier multivariate. Uji terhadap outliers multivariate dilakukan di tingkat p<0,005.
d. Multicollinearity dan Singularity. Multikolinearitas dapat dideteksi dari determinan matriks kovarians. Nilai determinan matriks kovarians yang sangat kecil menunjukkan adanya problem multikolinearitas atau singularitas.
Setelah memenuhi semua asumsi di atas, maka akan dilakukan uji kesesuaian dengan mengukur derajat kesesuaian model yang dihipotesakan dengan data yang ada. Uji kesesuaian ini yang akan menentukan keputusan atas suatu hipotesis diterima atau ditolak.
Ada 3 ukuran Goodness of Fit, yaitu (Ferdinand, 2002: 54-61): 1) Absolut Fit Measures
a) Likelihood ratio Chi-Square (χ2) makin kecil makin baik, namun nilai signifikan harus >0,05. Alat ini merupakan alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit, dan sangat sensitif dengan jumlah statistik Chi-Square (χ2) dan jumlah sampel. Sehingga penggunaan Chi-Square (χ2) hanya sesuai jika sampel berukuran 100-200 sampel.
b) Significance Probability, Ketika hasil analisis Chi- Square ini bernilai rendah maka akan menghasilkan sebuah signifikansi
yang lebih besar dari 0,05 yang akan mengindikasikan tak adanya perbedaan yang signifikan antara matriks kovarians data dan matriks kovarians yang diestimasi.
c) CMIN/DF (The Minimum Sample Discrepancy Function),
umumnya dilaporkan oleh peneliti sebagai salah satu indikator mengukur tingkat fitnya sebuah model. CMIN/DF tidak lain adalah statistik χ2
dibagi dengan df sehingga disebut χ2 relatif. Nilai χ2
relatif ≤2,00 bahkan ≤3,00 adalah indikasi dari model
fit dengan data.
d) GFI (Goodness of Fit Index) merupakan indeks kesesuaian yang akan menghitung proporsi tertimbang dari varian dalam matriks kovarian sampel yang terestimasikan. Nilai Goodness of Fit Index biasanya dari 0 sampai 1. Nilai yang lebih baik mendekati 1 mengindikasikan model yang diuji memiliki kesesuaian yang baik nilai GFI dikatakan baik adalah ≥ 0.90. e) RMSEA (Root Mean Square Error of Approximation), sebuah
indeks yang dapat digunakan untuk statistik Chi- Square (χ2 ). Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu didasarkan degree of freedom (derajat kebebasan).
2) Incremental Fit Measures
a) AGFI (Adjusted Goodness of Fit), analog dengan koefisien determinasi (R2) pada analisis regresi berganda. Indeks ini dapat disesuaikan terhadap derajat bebas yang tersedia untuk menguji diterimanya model. Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai ≥0,90. b) TLI (Tucker-Lewis Index) adalah sebuah alternatif incremental
fit index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah lebih besar atau sama dengan 0,95 dan nilai yang mendekati 1 menunjukkan a very good fit. TLI merupakan index fit yang kurang dipengaruhi oleh ukuran sampel.
c) CFI (Comparative Fit Index) dikenal dengan Bentler Comparative Index. CFI merupakan indeks kesesuaian
incremental yang juga membandingkan model yang diuji dengan null model. Indeks ini dikatakan baik untuk mengukur kesesuaian sebuah model karena tidak dipengaruhi ukuran sampel. Indeks yang mengindikasikan bahwa model yang diuji memiliki kesesuaian yang baik adalah apabila CFI ≥0,90.
3) Parsimonius Fit Measures
Tabel III.3 Goodness-of-fit Indices
Goodness of Fit Index Cut-off Value
Chi-square diharapkan kecil
Significance Probability ≥ 0,05 RMSEA ≤ 0,08 GFI ≥ 0,90 AGFI ≥ 0,90 CMIN/DF ≤ 2,00 TLI ≥ 0,95 CFI ≥ 0,90
Sumber: Ferdinand, Augusty. 2002. Structural Equation Modeling dalam Penelitian Manajemen. Semarang: Undip.
7. Interprestasi dan Modifikasi Model. Setelah model diestimasi, residualnya harus kecil atau mendekati nol dan distribusi frekuensi dari kovarians harus bersifat simetrik. Batas aman untuk jumlah residual adalah 5%. Bila jumlah residual > 5% dari semua residual kovarians yang dihasilkan oleh model, maka sebuah modifikasi mulai perlu dipertimbangkan. Selanjutnya bila ditemukan bahwa nilai residual yang dihasilkan oleh model itu cukup besar (> 2,58), maka cara lain dalam memodifikasi adalah dengan mempertimbangkan untuk menambah sebuah alur baru terhadap model yang diestimasi tersebut.
Hubungan kausalitas dapat dikatakan signifikan apabila parameter estimasi konstruk memiliki CR (critical ratio). lebih besar atau sama dengan ±1,96 dengan taraf signifikansi 0,05 (5%) atau lebih besar atau sama dengan ±2,58 untuk taraf signifikansi sebesar 0,01 (1%) jika nilai CR lebih kecil
dibanding 1,96 atau 2,58 maka menunjukkan hubungan kausalitas yang lemah (Ghozali, 2008:160).
Dalam penelitian ini akan menggunakan taraf signifikansi sebesar 5%. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1, hipotesis 2, hipotesis 3, dan hipotesis 4 akan diterima jika CR menunjukkan parameter estimasi konstuk ≥1,96. Apabila hipotesis 1, hipotesis 2, hipotesis 3, dan hipotesis 4 ditolak jika CR menunjukkan parameter estimasi konstruk ≤1,96.
50 BAB IV
GAMBARAN UMUM SUBYEK PENELITIAN
A. Sejarah Berdirinya Universitas Sanata Dharma
1. PTPG Sanata Dharma (1955 – 1958)
Ide untuk mendirikan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) oleh Prof. Moh. Yamin, S.H. (Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan RI) pada tahun 1950-an disambut baik oleh para imam Katolik, terutama Ordo Societas Jesus (Serikat Yesus yang lazim disingkat S.J.).
Waktu itu Ordo ini telah membuka kursus-kursus B1, antara lain B1 Mendidik (Yayasan De Britto) di Yogyakarta yang dikelola oleh Pater H. Loeff, S.J. dan B1 Bahasa Inggris (Yayasan Loyola) di Semarang yang dikelola oleh pater W.J. Van der Meulen, S.J. dan Pater H. Bastiaanse, S.J. Dengan dukungan dari Conggregatio de Propaganda Fide, selanjutnya Pater Kester yang waktu itu menjabat sebagai Superior Misionaris Serikat Yesus menggabungkan kursus-kursus ini menjadi sebuah perguruan tinggi dan lahirlah PTPG Sanata Dharma pada tanggal 20 Oktober 1955 dan diresmikan oleh pemerintah pada tanggal 17 Desember 1955.
Pada awalnya PTPG Sanata Dharma mempunyai 4 Jurusan, yaitu Bahasa Inggris, Sejarah, IPA, dan Ilmu Mendidik. Para pembesar misi Serikat Yesus menunjuk Pater Prof. Nicolaus Driyarkara, S.J.
menjadi Dekan PTPG Sanata Dharma dan Pater H. Loeff sebagai Wakil Dekan. Nama Sanata Dharma diciptakan oleh Pater K. Looymans, S.J. yang waktu itu menjadi pejabat Departemen Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan di Kantor Wali Gereja Indonesia.
2. FKIP Sanata Dharma (1958 – 1965)
Untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan pemerintah, dalam hal ini Kementrian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan tentang perubahan PTPG menjadi FKIP, maka PTPG Sanata Dharma pada bulan November 1958 berubah menjadi FKIP (Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan) Sanata Dharma dan merupakan bagian dari Universitas Katolik Indonesia cabang Yogyakarta.
Pada masa FKIP ini Sanata Dharma berhasil memperoleh status "disamakan" dengan negeri berdasarkan SK Menteri PTIP No.1/1961 pada tanggal 6 Mei 1961 jo No.77/1962 tanggal 11 Juli 1962. Walaupun bagian dari Universitas Katolik Indonesia, secara de facto FKIP Sanata Dharma berdiri sendiri.
3. IKIP Sanata Dharma (1965 - 1993)
Untuk mengatasi kerancuan antara menjadi bagian dari Universitas Katolik Indonesia cabang Yogyakarta dengan kemandirian FKIP Sanata Dharma sebagai sebuah institusi pendidikan, FKIP Santa Dharma berubah menjadi IKIP Sanata Dharma berdasarkan SK Menteri PTIP No. 237/B – Swt/U/1965. Surat Keputusan ini berlaku mulai tanggal 1 September 1965.
Selain melaksanakan Program S1 (sebelumnya Sarjana Muda dan Sarjana), IKIP Sanata Dharma juga dipercaya pemerintah untuk mengelola Program Diploma I, II, dan III untuk jurusan Matematika, Fisika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPS, dan PMP. Berbagai program Diploma ini ditutup pada tahun 1990 dan selanjutnya dibika program Diploma II PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar)
4. Universitas Sanata Dharma (1993 sampai sekarang)
Akhirnya untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat serta kemajuan zaman, tanggal 20 April 1993 sesuai dengan SK Mendikbud No. 46/D/O/1993, IKIP Sanata Dharma dikembangkan menjadi Universitas Sanata Dharma atau lebih dikenal dengan nama USD. Dengan perkembangan ini USD diharapkan tetap dapat memajukan sistem pendidikan guru sekaligus berpartisipasi dalam memperluas wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Setelah berkembang menjadi universitas, Sanata Dharma terdorong untuk memperluas muatan program pendidikannya. Di samping tetap mempertahankan pendidikan guru dengan tetap membuka FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan), Sanata Dharma membuka beberapa fakultas baru. Universitas Sanata Dharma sekarang memiliki 7 Fakultas dengan 25 Program Studi, 3 Program Pasca Sarjana, 1 Program Profesi, dan 3 Program Kursus Bersertifikat. Sekarang ini banyak hal berkembang di Universitas Sanata Dharma. Perkembangannya meliputi berbagai aspek, baik sarana fisik (gedung,
lab, perpustakaan, dan fasilitas fisik lainnya), administrasi (sistem informasi, manajemen, biro / lembaga / pusat / serta unit pendukung), peningkatan mutu akademik, penelitian, pengajaran, serta pengabdian pada masyarakat. Seiring berjalannya waktu, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta memiliki 5 bangunan, berikut lokasi kampus berserta Fakultas dan Program Studinya:
a. Kampus I Mrican, Tromol Pos 29, Yogyakarta 550002: Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Sastra.
b. Kampus II Mrican, Tromol Pos 29, Yogyakarta 550002: Gedung Pusat, Pasca Sarjana, dan Perpustakaan.
c. Kampus III Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta: Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Psikologi, dan Fakultas Farmasi.
d. Kampus IV Kentungan, JL. Kaliurang Km 7, Tromol Pos 1194 Yogyakarta: Fakultas Teologi.
e. Kampus V Jl. Ahmad Jazuli No.2, Yogyakarta: Pendidikan Agama Katolik.
Dalam penelitian ini, lokasi yang diteliti adalah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Kampus I, unit Mrican yang terdiri dari 3 fakultas, yaitu:
a. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, yang sekarang ini merupakan salah satu fakultas dari Universitas Sanata Dharma, yang dulu pernah populer dengan sebutan IKIP Sanata Dharma, mulanya adalah sebuah Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) yang berdiri pada tanggal 17 Desember 1955. Mulai bulan November tahun 1958, pemerintah mengubah nama PTPG menjadi FKIP. Berkaitan dengan itu, nama PTPG Sanata Dharma berganti menjadi FKIP Sanata Dharma yang merupakan bagian dari Universitas Katolik Indonesia. Kemudian mulai 1 September 1965, Presiden Soekarno membentuk IKIP yang merupakan gabungan dari FKIP dan IPG. Sehingga berdasarkan SK No.237/B-SWTU/1965, FKIP Sanata Dharma berganti nama menjadi IKIP Sanata Dharma.
Akhirnya, seiring dengan tuntutan perkembangan zaman, melalui SK Mendikbud No.46/D/O/1993, IKIP Sanata Dharma menjadi sebuah universitas, Universitas Sanata Dharma (USD). Dengan demikian, IKIP yang dulu merupakan lembaga yang berdiri sendiri, sekarang merupakan sebuah fakultas dari USD. Pada tahun 1998, Fakultas Ilmu Pendidikan Agama Katolik (FIPA) menggabung dengan FKIP menjadi Prodi IPPAK, Jurusan Ilmu Pendidikan.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan mempunyai program studi, yaitu Bimbingan dan Konseling, Pendidikan Akuntansi, Pendidikan Fisika, Pendidikan Matematika, Pendidikan Ekonomi, Pendidikan Sejarah, Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Pendidikan Biologi.
b. Fakultas Ekonomi
Fakultas Ekonomi memiliki 3 program studi, yaitu Ekonomi Akuntansi, Ekonomi Manajemen, dan Pendidikan Profesi Akuntansi.
1) Masa Kepemimpinan Dekan FE Pertama : 1993-2000
Saat berdirinya Fakultas ekonomi berstatus terdaftar. Semasa kepemimpinan Romo Drs. Th. Gieles, S.J. (Dekan pertama), Fakultas Ekonomi mulai mencari jati diri sebagai Fakultas Ekonomi yang berusia muda namun telah diperhitungkan oleh masyarakat sebagai alternatif tempat belajar yang berkualitas. 2) Masa Kepemimpinan Dekan FE Kedua : 2000-2004
Semasa kepemimpinan Drs. Hg. Suseno T.W., M.S. Fakultas Ekonomi banyak mengalami perbaikan internal pada kedua prodi Fakultas Ekonomi, terutama dalam hal administrasi manajerial berbasis teknologi informasi. Staf dosen yang dikirim tugas belajar mulai kembali dan memperkuat staf
pengajar sehingga menambah mantapnya kualitas pengajaran dan pembelajaran.
3) Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Sanata Dharma bertujuan: a) Menghasilkan Sarjana Ekonomi dalam bidang Manajemen
dan Akuntansi yang mampu mengelola serta mengembangkan perusahaan atau organisasi
b) Menghasilkan Sarjana Ekonomi dalam bidang Manajemen dan Akuntansi dengan kemampuan akademik yang memadai untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.
4) Fakultas Ekonomi USD memiliki 3 Pusat Pengembangan, yaitu:
a) Pusat Pengembangan Akuntansi (PPA) b) Pusat Pengembangan Manajemen (PPM) c) Pusat Pengembangan Ekonomi (PPE) 5) Secara umum PPA, PPM, dan PPE bertujuan:
a) Meningkatkan kualitas dosen dan mahasiswa FE USD melalui kegiatan-kegiatan akademik berupa penelitian, seminar dan diskusi ilmiah, penulisan artikel, penulisan modul pelatihan, penulisan diktat, penulisan buku, dan lain-lain.
b) Mewadahi kebutuhan aktualisasi diri dosen dan mahasiswa FE USD.
c) Membangun citra FE USD sebagai sebuah business school. d) Merintis PPA, PPM, dan PPE sebagai profit centers bagi FE