• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ukuran Bank Dunia

Dalam dokumen GINI RASIO KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008 (Halaman 50-60)

BAB III PENDAPATAN PERKAPITA PENDUDUK

4.2. Ukuran Bank Dunia

Tingkat Kesenjangan distribusi pendapat juga dapat diukur dengan metoda Bank Dunia, Pola pengukuran distribusi pendapatan Bank Dunia membagi jumlah populasi penduduk kedalam tiga kelompok, yaitu

40 persen berpendapatn rendah, 40 persen berpendapatn menengah dan 20 persen berpendapatan tertinggi. Kelompok yang 20 persen umumnya dikatakan kelompok terkaya, sedangkan kelompok yang 40 persen terendah umumnya digolongkan kepada kelompok termiskin dan kelompok lainnya dimasukan sebagai kelompok masyarakat kelas menengah (Dr, Tulus Tambunan, Perekonomian Indonesia).

Dengan menggunakan kriteria Bank Dunia maka Kabupaten Bandung termasuk dalam wilayah yang memiliki ketimpangan distribusi pendapat rendah, hal ini terlihat dari pendapatan yang dikuasai oleh 40 persen penduduk berpendapatan terendah menguasai 22,84 persen dari total pendapat populasi penduduk Kabupaten Bandung (diatas 17 persen). Sedangkan kelompok kaya menguasai 36,17 persen pendapatan di Kabupaten Bandung.

Melihat pola distribusi pendapatan di masing-masing kecamatan di Kabupaten Bandung ternyata tiap kecamatan memiliki ketimpangan distribusi pendapatan yang rendah pula, hal ini tergambar dari penguasaan pendapatan oleh penduduk 40 berpendapatan rendah yang berada di atas 17 persen. Masing-masing pola penguasaan pendapatan tiap kelompok di kecamatan dapat dilihat secara rinci pada tabel 8.

Ada hal yang menarik untuk dikaji lebih jauh dari distribusi kecamatan ini dimana secara umum distribusi pendapatan paling besar dikuasai oleh 40 persen masyarakat kelas menengah, akan tetapi untuk beberapa kecamatan seperti Kecamatan Ibun, Kecamatan Ciparay, Kecamatan Banjaran, Kecamatan Pameungpeuk, Kecamatan Soreang, Kecamatan Margaasih, Kecamatan Cileunyi dan Kecamatan Cimeunyan pendapatan lebih banyak dikuasai oleh 20 kelompok berpendapatan teratas. Dari beberapa delapan kecamatan tersebut ada 6 kecamatan dimana kelompok 20 persen yang berpengasilan di atas 39 persen, ini berarti kurang dari 61 persen pendapatan di wilayah tersebut dibagi untuk 80 persen penduduk kelompok lainnya.

Pola distribusi pendapatan selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

TABEL 8

KELOMPOK PENDAPATAN TERENDAH, MENENGAH DAN TERATAS MENURUT UKURAN BANK DUNIA BERDASARKAN KECAMATAN

DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008

Kecamatan 40% TERENDAH 40% MENENGAH 20% TERATAS [1] [2] [3] [4] Ciwidey 27,79 42,92 29,29 Rancabali 25,64 44,43 29,92 Pasirjambu 31,52 40,94 27,54 Cimaung 28,79 40,71 30,50 Pangalengan 23,83 42,14 34,03 Kertasari 27,25 41,14 31,61 Pacet 25,93 42,97 31,10 Ibun 21,40 38,45 40,15 Paseh 21,19 42,33 36,48 Cikancung 31,14 40,27 28,58 Cicalengka 28,51 35,86 35,63 Nagreg 22,81 39,98 37,21 Rancaekek 24,56 45,65 29,79 Majalaya 27,36 38,84 33,80 Solokanjeruk 24,46 38,78 36,76 Ciparay 22,80 36,63 40,56 Baleendah 28,57 38,43 33,00 Arjasari 23,16 43,08 33,76 Banjaran 23,75 36,53 39,72 Cangkuang 27,28 38,59 34,13 Pameungpeuk 26,79 34,62 38,59 Katapang 31,36 40,62 28,02 Soreang 25,85 35,07 39,09 Kutawaringin 26,65 36,72 36,63 Margaasih 24,93 35,70 39,36 Margahayu 20,43 42,59 36,98 Dayeuhkolot 29,49 37,14 33,38 Bojongsoang 26,73 40,50 32,77 Cileunyi 27,29 36,15 36,55 Cilengkrang 25,74 43,14 31,12 Cimenyan 27,29 32,70 40,01 Kab. Bandung 22,84 40,99 36,17

BAB V

KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTAR WILAYAH

Tidak kalah pentingnya dalam kajian ketimpangan distribusi pendapatan, adalah indikator ketimpangan antar wilayah yang diukur dengan Indeks Williamson.

Tingkat kesenjangan ekonomi antar wilayah dapat diukur dengan berbagai macam pendekatan, diantaranya adalah dengan menggunakan Indeks Williamson. Dasar perhitungan indeks ini menggunakan PDRB per kapita dalam kaitannya dengan jumlah penduduk per daerah.

Pada dasarnya Indeks Williamson merupakan koefisien persebaran [coefficient of variation] dari rata-rata nilai sebaran dihitung berdasarkan estimasi dari nilai-nilai PDRB dan penduduk di daerah-daerah yang berada pada ruang lingkup wilayah yang di kaji dan dianalisis, dalam hal ini adalah wilayah kecamatan-kecamatan di Kab Bandung. Rumus Indeks Wiliamson ini akan menghasilkan angka indeks sama dengan nol, yang menandakan tidak terjadi kesenjangan ekonomi antar kecamatan, sedangkan angka indeks yang lebih besar dari nol menunjukan adanya kesenjangan antar kecamatan. Semakin besar indeksnya berarti semakin besar pula tingkat kesenjangan ekonomi antar kecamatan.

Untuk melihat lebih jauh tingkat kesenjangan ekonomi antar kecamatan di kabupaten bandung maka

dapat dilihat dari hasil perhitungan Indeks Williamson berikut :

TABEL 9

INDEKS WILLIAMSON KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2005-2008

Tahun Indeks Williamson

(1) (2)

2005 0,6926

2006 0,6887

2007 0,6873

2008 0,6938

Dari tabel diatas, terlihat bahwa nilai indeks Wiliamson lebih besar dari nol, hal ini menandakan bahwa terdapat kesenjangan ekonomi antar kecamatan di Kabupaten Bandung. Sepanjang tahun 2005-2008, angka indeks Williamson mengalami penurunan yaitu sebesar 0,6926 pada tahun 2005 berubah perlahan menjadi 0,6873 pada tahun 2007, hal ini memberikan indikasi bahwa gap kesenjangan antar kecamatan di Kabupaten Bandung cenderung makin mengecil artinya dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 mengarah ke arah makin merata. Tetapi memasuki tahun 2008 nilai indeks wiliamson meningkat dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar 0.6938, kondisi ini memperlihatkan bahwa

sepanjang tahun 2008 terdapat peningkatan ketimpangan pendapatan antar kecamatan di Kabupaten Bandung, Tabel 9 memperlihatkan nilai indeks williamson pada tahun 2008 hampir sama dengan kondisi tahun 2005.

Kemiripan ketimpangan antar wilayah tahun 2005 dan tahun 2008 tampaknya sama-sama terimbas dengan adanya kenaikan BBM yang terjadi pada tahun 2005 dan tahun 2008, sehingga kinerja pembangunan ekonomi pada tahun tersebut mengalami gangguan.

.

Secara teoritis disparitas pendapatan daerah akan berkurang dengan meningkatnya perekonomian regional, dengan melihat kondisi tahun 2008 tampaknya ada penurunan kinerja ekonomi di Kabupaten Bandung pada tahun 2008 dibandingkan tahun sebelumnya yaitu

dari 5,92 pada tahun 2007 menjadi 5,32 pada tahun 2008 (angka sementara). Ada beberapa faktor yang menyebabkan kinerja pembangunan ekonomi yang menyebabkan perubahan perubahan kesenjangan antar kecamatan di Kabupaten Bandung, diantaranya disebabkan oleh faktor internal seperti konsentarsi kegiatan ekonomi yang tinggi di kecamatan tertentu merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya ketimpangan pendapatan antar daerah. Hal tersebut mengindikasikan banyaknya penyerapan tenaga kerja sehingga output dari kecamatan tersebut pun menjadi semakin tinggi.

Sedangkan faktor eksternal dapat disebabkan karena pengaruh kenaikan bahan bakar minyak yang terjadi pada awal tahun 2008, yang mempengaruhi biaya produksi khususnya disektor industri. Dengan kenaikan BBM ini ada perusahaan yang masih bisa tetap eksis melaju dengan produk-produknya tetapi ada juga yang mengalami pasang surut krisis ekonomi sehingga memaksa mereka melakukan efisiensi antara lain dengan mengurangi jumlah tenaga kerja.

Faktor lain yang mempengaruhi biaya produksi terhadap industri adalah krisis global yang terjadi pada tahun 2008, meskipun dampak tidak dirasakan langsung oleh Kabupaten Bandung, hal ini sedikit banyak juga mempengaruhi biaya produksi terutama Kecamatan yang industrinya maju maka tingkat ketergantungan terhadap bahan baku impor sangat tinggi, dibandingkan Kecamatan

yang industrinya belum maju, kondisi tersebut diakibatkan semakin tingginya kurs rupiah terhadap US $.

BAB V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan

1. Distribusi pendapatan di Kabupaten Bandung pada tahun 2008 memiliki ketimpangan rendah, baik di ukur dengan Gini Rasio maupun ukuran Bank Dunia.

2. Gini Rasio Kabupaten Bandung tahun 2008 sebesar 0, 2423

3. Distribusi Pendapatan 40 persen penduduk berpendapatan rendah di Kabupaten Bandung tahun 2008 menguasai 22,84 persen dari total pendapatan penduduk di Kabupaten Bandung.

4. Semua Kecamatan di Kabupaten Bandung pada tahun 2008 memiliki nilai Gini Rasio di bawah 0,4 artinya ketimpangan distribusinya rendah

5. Penduduk 40 persen berpendapatan terendah di semua kecamatan di Kabupaten Bandung Tahun 2008 menguasai lebih dari 17 persen pendapatan artinya memiliki ketimpangan yang rendah

6. Ketimpangan ekonomi antar kecamatan di Kabupaten Bandung selama periode tahun 2005 – 2008 memiliki nilai Indeks williamson di atas 0,6 artinya memiliki ketimpangan yang cukup tinggi

7. Pergerakan nilai Indeks Williamson dari tahun 2005 – 2007 cenderung menurun artinya gap kesenjangan antar kecamatan menunjukkan perbaikan dan makin mengecil,

sedangkan pada tahun 2008 gap ketimpangan kembali meningkat mirip kondisi tahun 2005.

Dalam dokumen GINI RASIO KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008 (Halaman 50-60)

Dokumen terkait