• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Priana (2009) ukuran dewan komisaris suatu perusahaan sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Jika

perusahaan memiliki ukuran dewan komisaris yang besar, maka perusahaan tersebut tidak bisa berkoordinasi, komunikasi dan pengambilan keputusan yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki dewan komisaris kecil. Tentu saja perusahaan yang memiliki dewan komisaris besar mempunyai nilai perusahaan yang rendah dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai dewan komisaris kecil.

Semakin besar ukuran dewan komisarisnya maka semakin besar beban diskresi managerial yang terjadi. Dengan demikian maka dapat dinyatakan bahwa ukuran dan komposisi dewan komisaris secara significan berpengaruh terhadap kinerja dengan adanya penurunan biaya ke agenan (agency cost).

4. Proposi Dewan komisaris independen

Komisaris independen atau disebut dewan komisaris luar. Komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang bukan dari pegawai atau orang yang berhubungan langsung dengan perusahaan, dan tidak juga mewakili pemegang saham. Artinya dewan komisaris independen adalah seorang yang ahli dibidang pengolaan kinerja perusahaan serta pengalamannya dianggap berguna bagi perusahaan tersebut tetapi dari perusahaan yang berbeda.

Komisaris independen biasanya berguna dalam melerai sengketa antara komisaris dalam, atau antara pemegang saham dan

dewan komisaris, mereka berguna dalam menyikapin permasalahan dalam perusahaan karena bersikap adil, professional, objektif .

Peranan proposi dewan komisaris independen sama halnya dengan ukuran dewan komisaris. Tingkat tinggi dan rendahnya nilai perusahaan berpengaruh dengan banyaknya dan kecilnya dewan komisaris.

5. Komite audit

Anggota tambahan yang dibuat dewan komisaris adalah komite audit. Komite audit dibentuk untuk melakukan tugas pemeriksaan dan penelitian yang diperlukan dalam pelaksanaan fungsi direksi dalam kegiatan pengolaan perusahaan dan kegiatan menyangkut pengolaan sistem pelaporan perusahaan. Komite audit memiliki kewenangan dan fasilitas untuk mengakses data perusahaan.

Komite audit biasanya berasal dari kalangan luar perusahaan yang mempunyai ahli, karena menjembatani antara eksternal auditor dan perusahaan yang menjembatani antara fungsi pengawasan dewan komisaris dengan internal auditor. Komite audit harus bebas dari pengaruh dewan direksi, eksternal auditor dan hanya bertanggung jawab pada dewan komisaris. Fungsi dari komite audit ini dibentuk untuk mencapai kualitas audit pada perusahaan, dan tugas dari komite audit tidak jauh dari prinsip- prinsip good

2.3 Kinerja Keuangan

Menurut Mulyadi (1997) pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik tampilan perusahaan yang berupa kegiatan operasional, struktur organisasi, dan karyawan yang berdasarkan sasaran, standard dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

kinerja keuangan merupakan suatu prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan keuanganan di dalam perusahaan itu. Pengukuran kinerja keuangan mempunyai arti yang penting bagi pengambilan keputusan baik bagi pihan intern maupun ekstern. Dalam perusahaan yang dijadikan sebagai acuan penilaian untuk mengetahui kondisi keuangan, operasi dan hasil usaha perusahaan adalah laporan keuangan.

2.4 Manajemen Laba

Earnings management atau juga disebut sebagai Manajemen Laba.

Mempunya definisi yang luas, salah satunya teori Copeland (1968:10) yang mengatakan “ Some Ability to Increase or Decrease Report Net Income at

will ” , yang maknanya manajemen laba mencakup usaha manajemen untuk

memaksimalkan maupun meminimumkan laba, termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan manajer.

2.5 Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan

Good corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi

manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Bila konsep ini diterapkan dengan baik maka diharapkan pertumbuhan ekonomi akan terus menanjak seiring dengan transparansi pengelolaan perusahaan yang makin baik dan nantinya menguntungkan banyak pihak. Pihak manajemen yang mempunyai kepentingan tertentu akan cenderung menyusun laporan laba yang sesuai dengan tujuannya dan bukan demi untuk kepentingan prinsipal. Dalam kondisi seperti ini diperlukan suatu mekanisme pengendalian yang dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak. Penarapan

good corporate governance (kepemilikan direksi, kepemilikan institusional,

ukuran dewan komisaris,proporsi dewan komisaris independen serta komite audit) memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba. “Dengan menerapkan

good corporate governance diharapkan dapat mengurangi dorongan untuk

melakukan tindakan manipulasi oleh manajer, sehingga kinerja yang dilaporkan merefleksikan keadaan ekonomi yang sebenarnya dari perusahaan bersangkutan” (Jensen, 1993).

2.6 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merupakan replikasi atas penelitian dari Tuti (2009) yang telah menguji mekanisme good corporate governance manajmen laba dan kinerja keuangan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penambahan kepemilikan direksi, ukuran dewan komisaris dan juga penambahan manajmen laba sebagai intervening serta pengurangan kepemilikan managerial. Perbedaan juga terdapat pada periode peneltian yakni dari tahun 2011-2013 sedangkan sebelumnya 2006-2008 serta perbedaan tempat penelitian yaitu di sektor perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.

Tabel 2.1 : Peneltian Terdahulu

Judul Penelitian Peneliti Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

Pengaruh Implementasi Corporate Governance terhadap Manajemen Laba

Pada perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek indonesia

Ruth Rogarate M.L.T (2013) Variabel Independen : Reputasi audit, indikator corporate governance Variabel Dependen : Manajemen Laba

Secara parsial ,hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa hanya reputasi audit yang berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba sedangkan indicator corporate governance lainnya memiliki pengaruh terhadap manajamen laba . secara simultan , corporate governance terbukti berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba

Analisis pengaruh mekanisme good

corporate governance terhadap manajemen laba pada perusahaan property and real estate yang terdaftar di bursa efek indonesia Sertauli vovalina (2011) Variabel Independen : kebijakan institusional, dewan komisaris ,komisaris independen,ko mite audit Variabel Dependen : Manajemen Laba

Hasil penelitian menunjukan bahwa variable kepemilikan institusional berpengaruh negative signifikan terhadap manajemen laba, variable dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba, variable komite audit berpengaruh signifikan posisitif terhadap manajemen laba dan variable komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajmen laba.

Judul Peneltian Peneliti Variabel Peneliti

Hasil Penelitian

Pengaruh struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan praktek

Daniel pasarelia tarigan Variabel Independen : stuktur

Secara parsial struktur kepemilikan,ukuran perusahaan dan praktek corporate

corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di bursa efek indonesia (2011) kepemilikan,u kuran perusahaan dan praktek corporate governance Variabel Dependen : Kinerja keuangan governance tidak mempengaruhi kinerja keuangan

Secara simultan struktur kepemilikan,ukuran perusahaan dan praktek corporate governance mempengaruhi kinerja keuangan

Judul Peneliti Peneliti Variabel penelitian

Hasil penelitian

Mekanisme good corporatte governance pada manajemen laba dan

kinerja keuangan perusahaan manufaktur di

Bursa Efek Indonesia

Tuti Sriwedari (2009) Variabel Independen: kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit Variabel dependen: manajemen laba dan kinerja keuangan (1) kepemilikan institusional memberikan pengaruh negatif tidak signifikan terhadap manajemen laba, (2) proporsi dewan komisaris independen memberikan pengaruh negatif tidak signifikan terhadap manajemen laba, (3) komite audit memberikan pengaruh positif tidak signifikan terhadap manajemen laba, (4)) secara simultan dari kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independent dan komite audit memberikan pengaruh positif tidak signifikan terhadap manajemen laba, dan (6) manajemen laba memberikan pengaruh negatif tidak signifikan terhadap kinerja keuangan

2.7 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dideskripsikan melalui gambar dan penjelasan dasar penarikan hipotesis.

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini Good Corporate Governance merupakan konstruk atau variable laten dengan proksi atau indikator yang dijelaskan dengan arah panah pada gambar 2.1 yang terdiri atas kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit, serta manajemen laba sebagai

variable intervening. Menurut Rully dan Poppy (2014, 14) bahwa Variable intervening menggunakan model regresi linier yaitu merupakan analisis

Kepemilikan Direksi (X1,1)

Kepemilikan Institusional (X1,2)

Ukuran Dewan komisaris (X1,3)

Proposi Dewan Komisiaris independen (X1,4) Komite audit (X1,5) Manajemen laba (I) Kinerja Keuangan (Y)

regresi yang harus menggunakan analisis jalur (path analysis).

“Tidak ada hal yang membuat dewan direksi (eksekutif) berfikir seperti yang dipikirkan pemegang saham, sebaik pemegang saham itu sendiri” (Brigham dan Houston,2009).

Jadi, para eksekutif (manajer) seharusnya memegang sebagian dari resiko keuangan seperti halnya pemegang saham. Dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajer, diharapkan manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan para pemegang saham (principal) karena manajer (agent) akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja.

Namun Shleifer and Vishny (1997) juga menjelaskan bahwa semakin banyak proporsi kepemilikan oleh manajer, semakin sedikit pemegang saham dapat menekannya untuk berbuat sesuai kepentingan mereka. Dengan demikian Kepemilikan Direksi berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

Menurut Boediono (2005) kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi manajemen laba. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen.

“Menemukan adanya bukti yang menyatakan bahwa tindakan pengawasan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan pihak investor insitusional dapat membatasi perilaku para manajer” (Cornett, et al, 2003).

Cornett et al (2006) menyimpulkan bahwa tindakan pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat mendorong manajer untuk mengurangi perilaku oportunistis atau mementingkan diri sendiri dan membuat mereka fokus terhadap kinerja perusahaan. Dengan demikian kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

Ujiyantho dan Pramuka ( 2007 ) mengemukakan bahwa jumlah dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba karena besar kecilnya dewan komisaris bukanlah menjadi faktor penentu Utama dari efektifitas pengawasan terhadap manajemen perusahaan. Akan tetapi efektifitas mekanisme pengendalian tergantung pada nilai, norma dan kepercayaan yang diterima dalam suatu organisasi serta peran dewan komisaris dalam aktivitas pengendalian (monitoring) terhadap manajemen.

Berdasarkan hasil penelitian mereka bahwa makin banyaknya dewan komisaris dalam perusahaan berhasil mengurangi manajemen laba yang terjadi. Hal ini menunjukan bahwa komisaris independen telah efektif dalam menjalankan tanggung jawabnya mengawasi kualitas pelaporan keuangan demi membatasi manajemen laba di perusahaan. Hal tersebut disebabkan karena dengan makin banyaknya anggota komisaris independen maka proses pengawasan yang dilakukan dewan ini makin berkualitas dengan makin banyaknya pihak independen dalam perusahaan yang menuntut adanya transparansi dalam pelaporan keuangan perusahaan.

“Teori keagenan mempertimbangkan independensi dari manajemen sebagai sebuah karakteristik dewan yang krusial dari perspektif aturan

pemonitoran dewan” (Fama dan Jensen,1983).

Para dewan independen memikul tanggung jawab monitoring dan evaluasi pada manajemen . Hasil penelitian empiris atas Elloumi dan Gueyie ́ (2001) menunjukkan bahwa para dewan komisaris dari perusahaan yang mengalami keadaan kesulitan keuangan memiliki anggota eksternal (independen) yang lebih sedikit. Dengan demikian proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

Berdasarkan Peraturan BI No.8/4/PBI/2006 menyatakan tentang tugas komite audit adalah melakukan pemantauan dan evaluasi atas perencanaan dan pelaksanaan audit serta pemantauan atas tindak lanjut hasil audit dalam rangka menilai kecukupan proses pelaporan keuangan.

Manajemen laba dilakukan oleh manajer pada faktor-faktor fundamental perusahaan, yaitu dengan intervensi pada penyusunan laporan keuangan. Padahal kinerja fundamental perusahaan tersebut digunakan oleh pemodal untuk menilai prospek perusahaan, yang tercermin pada kinerja perusahaan .Manajemen laba yang dilakukan manajer pada laporan keuangan tersebut akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.

Cornertt et al (2006) menemukan adanya pengaruh mekanisme corporate governance terhadap penurunan discretionary accruals sebagai ukuran dari manajemen laba.

Return on Assets (ROA) dipilih sebagai indikator pengukur kinerja

keuangan perbankan karena Return on Assets (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan

memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return on Assets (ROA) merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset. Penelitian Arnawa (2006) menggunakan ratio Return On assets (ROA) sebagai salah satu proksi untuk menilai kinerja bank. Dimana rasio ROA yang rendah juga diduga akan lebih memotivasi bank untuk melakukan manajemen laba dengan cara meningkatkan laba.

2.8 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan, dan manfaat penelitian, serta tinjauan pustaka, maka peneliti mangajukan hipotesis:

5. Penerapan good corporate governance (kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, komite audit) berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap manajemen laba.

6. Penerapan good corporate governance (kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, komite audit) berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap kinerja keuangan.

7. Manajemen laba berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

8. Penerapan good corporate governance (kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen,komite audit) berpengaruh terhadap kinerja keuangan dengan manajemen laba sebagai intervening.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah assosiatif kausal. “Penelitian asosiatif adalah penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih, desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi yang lain” (Erlina,2008:34).

Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Good Corporate Governance (GCG) dengan indikator Kepemilikan

institusional, Kepemilikan Direksi, Proporsi dewan komisaris independen, Ukuran dewan komisaris, dan Komite Audit. Dan manajemen laba dalam penelitian ini diukur dengan proksi discreationary accruals (DA) sebagai variable intervening, serta kinerja keuangan yang di proksikan dengan rasio ROA (return on asset) sebagai variabel dependen. Untuk ketepatan perhitungan sekaligus mengurangi human error di pergunakan alat statistika yaitu program SPSS dengan tingkat signifikan pada confidence 95% dengan Alpha 0.05.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan sektor perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2011 , 2012 , dan tahun 2013 sejumlah 41 bank yang diperoleh dari media internet dengan cara men- download melalui situs www.idx.co.id untuk memperoleh data mengenai

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar (listing) di BEI tahun 2011, 2012 hingga 2013 sejumlah 41 bank.

Tabel 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian

No Kode Bank Kriteria Sampel

1 2

1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk ฀ ฀ 1 2

AGRS PT Bank Agris Tbk ฀ ฀ -

3 BABP PT Bank MNC Internasional Tbk. ฀ ฀ 2 4

BACA Bank Capital Indonesia Tbk ฀ ฀ 3

5

BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk ฀ ฀ 4

6

BBCA Bank Central Asia Tbk ฀ ฀ 5

7

BBKP Bank Bukopin Tbk ฀ ฀ 6

8

BBMD PT Bank Mestika Dharma Tbk. ฀ ฀ -

9

BBNI Bank Negara Indonesia Tbk ฀ ฀ 7

10 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk ฀ ฀ 8 11

BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk ฀ ฀ 9

12 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk ฀ ฀ 10 13

BBYB PT Bank Yudha Bhakti Tbk. ฀ ฀ -

14 BCIC Bank Mutiara Tbk ฀ ฀ 11

15

BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk ฀ ฀ 12

16

BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk ฀ ฀ 13

17

BINA PT Bank Ina Perdana Tbk. ฀ ฀ -

18

BJBR

Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten

Tbk ฀ ฀ 14

19 BJTM Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk ฀ ฀ - 20

BKSW PT Bank QNB Indonesia Tbk ฀ ฀ 15

21

BMAS PT Bank Maspion Indonesia Tbk. ฀ ฀ -

22

BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk ฀ ฀ 16

23

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Pertimbangan (kriteria) yang digunakan sebagai berikut:

1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan tidak delisting pada tahun 2011 sampai dengan 2013.

2. Perusahaan perbankan yang tidak mencantumkan data lengkap seperti: laporan keuangan 2011-2013, menunjukan informasi kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proposi dewan komisaris independen, komite audit

24

BNGA Bank CIMB Niaga Tbk ฀ ฀ 18

25

BNII Bank Internasional Indonesia Tbk ฀ ฀ 19

26

BNLI Bank Permata Tbk ฀ ฀ -

27

BSIM Bank Sinarmas Tbk ฀ ฀ 20

28 BSWD Bank of India Indonesia Tbk ฀ ฀ 21

29

BTPN Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk ฀ ฀ 22

30

BVIC Bank Victoria International Tbk ฀ ฀ 23

31

DNAR PT Bank Dinar Indonesia Tbk. ฀ ฀ -

32

INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk ฀ ฀ 24

33

MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk ฀ ฀ 25

34

MCOR Bank Windu Kentjana International Tbk ฀ ฀ 26

35

MEGA Bank Mega Tbk ฀ ฀ 27

36 NAGA PT Bank Mitraniaga Tbk. ฀ ฀ -

37

NISP Bank OCBC NISP Tbk ฀ ฀ 28

38

NOBU PT Bank Nationalnobu Tbk. ฀ ฀ -

39

PNBN Bank Pan Indonesia Tbk ฀ ฀ 29

40

PNBS PT Bank Panin Syariah Tbk. ฀ ฀ -

41

adalah sebanyak 30 (tiga puluh) perusahaan. Tahun amatan yang digunakan adalah 3 (tiga) tahun berturut-turut dari tahun 2011 – 2013, sehingga jumlah sampel yang di observasi adalah sebanyak 90 sampel.

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini terdiri dari :

3.4.1 Variabel bebas (independen)

“Variabel bebas adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel dependen” (Supranto, 2000). Variabel independen pada penelitian ini adalah good corporate governance

yang diproksikan dengan kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit.

1. Kepemilikan Direksi (KD) merupakan persentase kepemilikan saham oleh direksi atau esekutif perusahaan

KD= x 100%

2. Kepemilikan institusional (KI) merupakan persentase kepemilikan saham oleh perusahaan lain atau institusi lain atau entitas lain di luar perusahaan

KI = x 100%

3. Ukuran Dewan Komisaris (UDK) merupakan jumlah anggota dewan komisaris perusahaan (Beiner, et al,2003)

4. Proporsi dewan komisaris independen (PDKIn) merupakan

Dokumen terkait