SKRIPSI
PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN
MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)
OLEH
FILDZAH FITRIA 130522034
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “ PENGARUH PENERAPAN
GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN
DENGAN MENGGUNAKAN MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING ( Studi Pada Perusahaan Perbankan Y ang terdaftar di B ursa
efek Indonesia)” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai
tugas akademik guna untuk menyelesaikan akademik pada Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara. Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari
perusahaan atau lembaga, atau yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah
mendapat izin dan dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah
dan penulisan etika ilmiah. Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan
dan plagiat dalam skripsi saya. Saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Medan, Agustus 2015 Yang membuat pernyataan
PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN
MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
( Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang terdaftar di Bursa efek Indonesia)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Good Corporate Governance
(GCG) berpengaruh terhadap kinerja keuangan dengan manajemen laba sebagai
variabel intervening pada perusahaan perbankan yang terdaftar BEI. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 41 perusahaan dan dengan menggunakan metode purposive sampling sesuai dengan kriteria terdapat 30 perusahaan perbankan terpilih, dan dengan mengunakan tahun amatan 2011 s/d 2013 (3 tahun), maka akan di peroleh 90 data amatan sebagai sampling dalam penelitian ini. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi linear. Dari hasil pengujian hipotesis diketahui bahwa penerapan Good Corporate Governance
(GCG) (kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris,
proporsi dewan komisaris independen dan komite audit) tidak ada pengaruh secara parsial maupun simultan terhadap manajemen laba, penerapan Good
Corporate Governance (GCG) (kepemilikan direksi, kepemilikan institusional,
ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kinerja keuangan sedangkan secara parsial hanya ukuran dewan komisaris dan Manajemen Laba tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.serta Manajemen laba hanya berfungsi sebagai variabel intervening pada variabel komite audit serta berpengaruh signifikan
Kata kunci: Good Corporate Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja
THE INFLUENCE OF THE APPLICATION OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE ON FINANCIAL PERFORMANCE BY USING
PROFIT MANAGEMENT AS INTERVENING VARIABLE (A Study of the Banking Company Registered in the Indonesian Stock
Exchange)
ABSTRACT
This study aims to determine whether the Good Corporate Governance (GCG) effect on the financial performance of earnings management as an intervening variable banking companies listed on the Stock Exchange. The population used in this study were banking companies listed in the Indonesia Stock Exchange as many as 41 companies and using purposive sampling method in accordance with the criteria contained 30 banking companies selected, and by using the observations of 2011 s / d in 2013 (3 years), it will be obtained 90 observations as sampling the data in this study. Hypothesis testing is done by linear regression analysis. From the results of hypothesis testing is known that the application of Good Corporate Governance (GCG) (possession of directors, institutional ownership, board size, the proportion of independent board and audit committee) no effect partially or simultaneously to earnings management, the implementation of Good Corporate Governance (GCG) (holdings of directors, institutional ownership, board size, the proportion of independent board and audit committee) simultaneously have a significant effect on financial performance while partially only board size and Profit Management has no effect on the financial performance.as well as earnings management only serves as an intervening variable in the variable audit committee as well as a significant effect
Keywords: Good Corporate Governance, Earnings Management, and Financial
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Kinerja
Keuangan Dengan Menggunakan Manajemen Laba Sebagai Variabel
Intervening ( Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang terdaftar di Bursa efek
Indonesia)” . Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, serta
doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini.
Teristimewa untuk kedua orangtua saya yang sangat saya kagumi dan
cintai, Ir.H. Fachrizal Budi dan Hj.Titi Suwarsini. Serta kedua Adik saya Fadiah
Atikah dan Fachriansyah Ahmad.
Selain itu juga penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum,M.Ec.Ac,Ak,CA selaku Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen,MAFIS,Ak selaku Ketua
Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM,Ak
selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si,Ak selaku Ketua Program Studi
S-1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM,Ak selaku Sekretaris
Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
Dosen Pembimbing saya yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan, pengarahan, dan perbaikan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Firman Syarif, MSi,Ak dan Ibu Dra. Nurzaimah,
MM,Ak Selaku Dosen Penguji dan Pembanding yang telah
membantu penulis dalam memberikan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
5. Friza Luthfi S.T yang sangat banyak memberikan semangat dan
dukungan kepada penulis. Serta teman-teman seperjuangan yang
teristimewa yang telah memebrikan dorongan semangat dan
canda tawa.
Penulis Menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu,
penulis menghrarapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.
walaupun demikian semoga bermanfaat bagi pembacanya.
Medan, Agustus 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ……… i
ABSTRAK ……… ii
ABSTRACT ……… iii
KATA PENGANTAR ……… iv
DAFTAR ISI ……… vi
DAFTAR TABEL ……… viii
DAFTAR GAMBAR ……… ix
LAMPIRAN ……… x
BAB. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ……… 1
1.2 Perumusan Masalah ……… 9
1.3 Tujuan Penelitian ……… 10
1.4 Manfaat Penelitian ……… 11
BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ……… 12
2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) ……… 12
2.2 Good corporate Governance ……… 14
2.2.1 Manfaat dan Tujuan Good Corporate Governance …… 16
2.2.2 Penerapan Good Corporate Governance ………. 17
1. Kepemilikan Direksi ………17
2. Kepemilikan Institusional ………17
3. Ukuran Dewan Komisaris ………18
4. Proporsi Dewan Komisaris Independen ………...19
5. Komite Audit……..………...20
2.3 Kinerja Keuangan……... 21
2.4 Manajemen Laba ………21
2.5 Pengaruh Good Coporate Governance terhadap Manajemen Laba dan Kinerja keuangan ………...21
2.6 Tinjauan Penelitian Terdahulu ………...22
2.7 Kerangka Konseptual ……….25
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ……… 30
3.2 Lokasi Penelitian ………. 30
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian Tabel ……… 31
3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ………. 33
3.4.1 Variabel Bebas (Independen) ………... …. 33
3.4.2 Variabel Intervening ………. 34
3.4.3 Variabel Terikat (Dependen) ……… 36
3.5 Metode Pengumpulan Data ………... 38
3.6 Pengujian Data ………... 38
3.6.1 Uji Asumsi Klasik ……… 38
a. Uji Normalitas ……… 38
b. Uji Mulitikolineritas ………. 39
c. Uji Heterokedastisitas ……… 39
d. Uji Autokorelasi ………..……….. 40
3.6.2 Model Analisis ……… 40
3.6.3 Pengujian Hipotesis ……… 42
a. Pengujian Hipotesis secara Serempak (Uji F) …….. 42
b. Pengujian Hipotesis secara Parsial (Uji T)………… 44
c. Uji Path Analisis ……….. 47
d. Uji Determinasi R2 ……… 47
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Penelitian ………. 49
4.2 Pengujian Asumsi Klasik ………. 50
4.2.1 Uji normalitas ……….. 50
a. Analisis Grafik ……….. 50
b. Analisis Statistik……….. 51
4.2.2 Uji Multikolinearitas ………. 52
4.2.3 Uji Heterokedastisitas ……… 54
4.2.4 Ujii Autokorelasi ……… 54
4.3 Uji Model Analisis ……….... 56
4.4 Pengujian Hipotesis dan Hasil Penelitian ..………. 63
4.5 Pembahasan ……… 66
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……… 69
5.2 Saran ……….. 70
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu 23
Tabel 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian 31
Tabel 3.2 Definisi Operasional variabel 37
Tabel 4.1 Deskriptif Statistik 49
Tabel 4.2 Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov Variabel bebas (KD,
KI, UDK, PDKIn, KA, ML) Terhadap variabel Terikat KK 52 Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas Variabel bebas (KD, KI, UDK, PDKIn, KA, ML) Terhadap variabel Terikat KK 53
Tabel 4.5 Tabel DW 55
Tabel 4.6 Koefisen Determinasi Variabel X1,X2,X3,X4,X5 Terhadap X656 Tabel 4.7 Uji Simultan Variabel X1,X2,X3,X4,X5 Terhadap X6 57
Tabel 4.8 Nilai Ftabel 57
Tabel 4.9 Uji Parsial Variabel X1,X2,X3,X4,X5 Terhadap X6 58 Tabel 4.10 Koefisien Determinasi Variabel X1,X2,X3,X4,X5,X6 Terhadap
Y 60
Tabel 4.11 Uji Simultan Variabel X1,X2,X3,X4,X5,X6 Terhadap Y 60
Tabel 4.12 Tabel Ftabel 61
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 25
Gambar 4.1 P-Plot Variabel bebas (KD, KI, UDK, PDKIn, KA, ML) Terhadap variabel Terikat KK 56 Gambar 4.2 Uji Heterokedastisitas (KD, KI, UDK, PDKIn, KA, ML)
PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN
MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
( Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang terdaftar di Bursa efek Indonesia)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Good Corporate Governance
(GCG) berpengaruh terhadap kinerja keuangan dengan manajemen laba sebagai
variabel intervening pada perusahaan perbankan yang terdaftar BEI. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 41 perusahaan dan dengan menggunakan metode purposive sampling sesuai dengan kriteria terdapat 30 perusahaan perbankan terpilih, dan dengan mengunakan tahun amatan 2011 s/d 2013 (3 tahun), maka akan di peroleh 90 data amatan sebagai sampling dalam penelitian ini. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi linear. Dari hasil pengujian hipotesis diketahui bahwa penerapan Good Corporate Governance
(GCG) (kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris,
proporsi dewan komisaris independen dan komite audit) tidak ada pengaruh secara parsial maupun simultan terhadap manajemen laba, penerapan Good
Corporate Governance (GCG) (kepemilikan direksi, kepemilikan institusional,
ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kinerja keuangan sedangkan secara parsial hanya ukuran dewan komisaris dan Manajemen Laba tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.serta Manajemen laba hanya berfungsi sebagai variabel intervening pada variabel komite audit serta berpengaruh signifikan
Kata kunci: Good Corporate Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja
THE INFLUENCE OF THE APPLICATION OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE ON FINANCIAL PERFORMANCE BY USING
PROFIT MANAGEMENT AS INTERVENING VARIABLE (A Study of the Banking Company Registered in the Indonesian Stock
Exchange)
ABSTRACT
This study aims to determine whether the Good Corporate Governance (GCG) effect on the financial performance of earnings management as an intervening variable banking companies listed on the Stock Exchange. The population used in this study were banking companies listed in the Indonesia Stock Exchange as many as 41 companies and using purposive sampling method in accordance with the criteria contained 30 banking companies selected, and by using the observations of 2011 s / d in 2013 (3 years), it will be obtained 90 observations as sampling the data in this study. Hypothesis testing is done by linear regression analysis. From the results of hypothesis testing is known that the application of Good Corporate Governance (GCG) (possession of directors, institutional ownership, board size, the proportion of independent board and audit committee) no effect partially or simultaneously to earnings management, the implementation of Good Corporate Governance (GCG) (holdings of directors, institutional ownership, board size, the proportion of independent board and audit committee) simultaneously have a significant effect on financial performance while partially only board size and Profit Management has no effect on the financial performance.as well as earnings management only serves as an intervening variable in the variable audit committee as well as a significant effect
Keywords: Good Corporate Governance, Earnings Management, and Financial
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
“Kinerja keuangan adalah suatu kegiatan untuk melakukan kegiatan
pelaporan keuangan menurut standar keuangan yang telah ditetapkan”
(Riyanto, 1998:253).
“Performance/ kinerja keuangan bank sangat bersifat dinamis dan
tergantung pada konteks operasi dan sifat operasi (retail atau kredit – financial
service), serta skala operasi dan pasarnya. Hal ini mensiratkan bahwa
penelitian perlu dipertajam dengan mengarah pada penelitian bank menurut
jenis, kelompok atau konteks tertentu, tidak bisa disama ratakan”
(Tainio,1991).
“Return On Assets (ROA) digunakan untuk mengukur kinerja
keuangan Bank-Bank komersial di United State, oleh karena itu industri
perbankan berusaha selalu menjaga ROA selalu dalam kondisi meningkat”
(Scott, 2000: p:366-377).
Bicara tentang kinerja keuangan maka dapat dikaitkan dengan laporan
keuangan. Sebagaimana laporan keuangan, menurut Schipper dan Vincent
(2003) laporan keuangan (financial statements) merupakan alat utama bagi
perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan mengenai
pertanggungjawaban pihak manajemen.
“Penyampaian informasi melalui laporan keuangan tersebut perlu
yang kurang memiliki wewenang untuk memperoleh informasi yang mereka
butuhkan dari sumber langsung perusahaan” (Tuti, 2009)
Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan dalam kerangka
konseptual Financial Accounting Standards Board (FASB) bahwa tujuan
laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna untuk
keputusan bisnis. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi
yang secara formal wajib dipublikasikan sebagai sarana pertanggung jawaban
pihak manajemen terhadap pengelolaan sumber daya pemilik. Laporan
keuangan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan
ekuitas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan ini diakui oleh investor,
kreditur, supplier, organisasi buruh, bursa efek dan para analisis keuangan
sebagai sumber informasi penting mengenai keberadaan sumber daya ekonomi
perusahaan yang diharapkan berguna untuk pengambilan keputusan, dan
informasi ini juga diharapkan menjadi pedoman bagi pemegang saham dan
investor potensial untuk menentukan kepentingan investasi mereka terhadap
saham emiten.
“Kinerja kuangan adalah merupakan ukuran prestasi perusahaan maka
keuntungan adalah merupakan salah satu alat yang digunakan oleh para
manajer. Kinerja keuangan juga akan memberikan gambaran efisiensi atas
pengunaan dana mengenai hasil akan memperoleh keuntungan dapat dilihat
setelah membandingkan pendapatan bersih setelah pajak” (Horne,1998:9).
untuk mengetahui manajemen laba suatu Bank dilihat dari laporan keuangan
Bank itu sendiri. Dengan demikian,
Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan (judgment) dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan, dengan tujuan untuk memanipulasi besaran (magnitude) laba kepada beberapa stakeholders tentang kinerja keuangan perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan (Healy dan Wahlen, 1999).
“Terdapat banyak kasus tindakan manajemen laba (earnings
management) yang telah memunculkan banyak kasus terutama pelaporan
akuntansi serta melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang
terdeteksi adanya manipulasi” (Boediono,2005).
Fenomena ini menunjukan bahwa terjadinya skandal keuangan
merupakan kegagalan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan
informasi para penggunan laporan. Salah satunya penyebab kasus skandal
tersebut adalah kurangnya penerapan good corporate governance.
Fenomena manajemen laba merupakan topik yang selama beberapa
dekade terakhir ini sering muncul, baik dalam dunia akademik maupun bisnis.
Penelitian telah menunjukkan bahwa manajemen laba semakin luas dan
hampir ada dalam setiap pelaporan keuangan yang dilaporkan oleh
perusahaan. Karena manajemen laba telah menjadi budaya perusahaan di
seluruh dunia. Tidak hanya di negara dengan sistem bisnis yang sudah tertata,
namun juga terdapat di negara dengan sistem bisnis yang sudah tertata,
seperti halnya Amerika Serikat. Manajemen laba ini merupakan suatu
tatanan ekonomi, etika dan moral. Rekayasa manajerial menyebabkan publik
meragukan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang dibuat
oleh perusahaan.
Praktek manajemen laba terjadi di hampir semua perusahaan. Hal ini
didasari oleh oleh macam-macam motivasi yang melatarbelakangi.
Selanjutnya, Watts dan Zimmerman (1986). Menyebutkan manajemen laba
dilakukan berdasarkan tiga motivasi, yaitu:
1. Motivasi rencana bonus (bonus plan)
Motivasi rencana bonus (bonus plan) yaitu pemilihan metode akuntansi untuk menaikkan laba perusahaan. Jika besar bonus yang didapatkan manajer didasarkan pada laba perusahaan, maka manajer akan memilih metode akuntansi yang dapat menaikkan laba perusahaan.
2. Motivasi perjanjian hutang (debt covenant)
Bahwa pada perusahaan yang mempunyai rasio debt
to equity besar maka manajer perusahaan tersebut
cenderung untuk menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan laba perusahaan.
3. Motivasi biaya politik (political cost)
Motivasi biaya politik (political cost) menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai biaya politis maka akan menurunkan laba yang bertujuan untuk meminimalkan biaya politik yang harus ditanggung oleh perusahaan. Selain itu, manajemen laba bisa digunakan untuk mengatasi persaingan dengan perusahaan asing yang menyebabkan perusahaan memilih kebijakan akuntansi yang menurunkan laba, sehingga terlihat bahwa perusahaan tersebut mengalami penurunan laba sebagai akibat persaingan dengan perusahaan asing.
Selain 3 faktor yang diajukan Watts dan Zimmerman. Selanjutnya,
Scott (1986:296- 306) mengemukakan beberapa faktor lain yang memotivasi
1. Taxation motivation
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajer perusahaan yang paling utama untuk melakukan manajemen laba.
2. Initial Public Offering (IPO)
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai perusahaan yang melakukan penawaran. Pertama, untuk memperoleh tambahan dana. Tambahan dana tersebut digunakan untuk membiayai dan mengembangkan usaha. Saat ini, perusahaan cenderung lebih menyukai mencari modal di pasar modal dibandingkan dengan menggunakan dana pinjaman atau hutang. Kedua, membagi resiko perusahaan. Dengan menjadi perusahaan publik maka pemilik tidak lagi menanggung resiko perusahaan sendiri, karena akan ditanggung bersama dengan pemegang saham yang lain. Untuk melakukan IPO ini, perusahaan perlu menyediakan prospektus yang berisi informasi mengenai nilai dan kondisi perusahaan. Pada saat IPO, prospektus merupakan sumber satu-satunya yang dimiliki oleh calon investor. Minimnya sumber informasi yang tersedia ini mendorong manajer perusahaan untuk melakukan manajemen laba. Perusahaan cenderung menginformasikan hal yang positif agar calon investor merespon IPO ini secara positif. Manajer perusahaan akan menyembunyikan atau mengubah informasi yang dapat membuat calon investor mempunyai persepsi negatif terhadap perusahaan, yang dikhawatirkan akan mengakibatkan harga saham perusahaan tersebut jatuh.
“Praktek manajemen laba telah mengikis kepercayaan investor dalam
kualitas pelaporan keuangan dan menghambat kelancaran arus modal di pasar
keuangan” (Jackson dan Pitman, 2001). “Akibat dari manajemen laba juga
dapat mengurangi keandalan laba karena laba yang dilaporkan menjadi bias
dan menyebabkan kesalahanpahaman dalam menggambarkan laba yang
sebenarnya” (Rusmin,2010).
Salah satu tujuan mewujudkan good corporate governance adalah
untuk mengurangi adanya tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh
Berdasarkan tujuan good corporate governance yaitu untuk
mengurangi adanya tindakan manajemen laba, muncul harapan yang ingin
diwujudkan dengan adanya sistem pengawasan dan pengendalian sebagai
bagian dari prinsip good corporate governance, yaitu menurunnya
manajemen laba dalam pengelolaaan sebuah perusahaan. Terlebih secara
empiris memang terbukti bahwa penerapan yang konsisten dari good
corporate governance dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan.
Kualitas laporan keuangan dapat meningkat karena penerapan yang konsisten
dari good corporate governance dapat menghambat penyimpangan pada
laporan keuangan, laporan keuangan yang menyimpang tidak
menggambarkan nilai fundamental dari perusahaan.
Manajer perusahaan ingin menunjukkan kinerja yang baik dapat
memodifikasi laporan keuangan agar menghasilkan laba seperti yang
diinginkan oleh pemilik. Menurut Dechow (1994), manajer perusahaan
sebagai pihak yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan
dievaluasi dan dihargai berdasarkan laporan keuangan yang dibuatnya. Untuk
melakukan manipulasi kinerja keuangan perusahaan, manajer perusahaan
melakukan manipulasi laba yang sering diartikan sebagai manajemen laba.
Good corporate governance juga memberikan suatu struktur yang
memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari Bank, dan sebagai sarana untuk
menentukan teknik monitoring kinerja. Kinerja keuangan ini dapat diukur
oleh faktor keberadaan manajamen laba dan penerapangood corporate
kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris,
proporsi dewan komisaris independen, komite audit.
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan corporate
governance sebagaimana peneltian dari Ruth (2013) menguji pengaruh
implementasi corporate governance terhadap manajemen laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia bahwa
reputasi audit, serta indicator good corporate governance berpengaruh
signifikan terhadap manajmen laba.
Sertauli (2011) menguji analisis pengaruh mekanisme good corporate
governance terhadap manajemen laba pada perusahaan property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia bahwa hanya komisaris
independen yang tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Daniel (2011) menguji pengaruh struktur kepemilikan ukuran
perusahaan dan praktek corporate governance terhadap kinerja keuangan
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia bahwa secara
simultan struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan praktek corporate
governance mempengaruhi kinerja keuangan
Tuti (2009) tentang mekanisme good corporate governance,
manajmen laba dan kinerja keuangan perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia bahwa secara simultan dari kepemilikan institusional, proporsi
dewan komisaris independen dan komite audit memberikan pengaruh positif
tidak signifikan terhadap manajemen laba dan manajemen laba memberikan
Penelitian ini merupakan replikasi atas penelitian dari Tuti (2009)
yang telah menguji mekanisme good corporate governance manajmen laba
dan kinerja keuangan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penambahan
kepemilikan direksi, ukuran dewan komisaris dan manajemen laba sebagai
variable intervening. Perbedaan juga terdapat pada periode peneltian yakni
dari tahun 2011-2013 sedangkan sebelumnya 2006-2008 serta perbedaan
tempat penelitian yaitu di sector perbankan yang terdaftar di BEI.
Beberapa alasan – mengapa peneliti memilih good corporate
governance pada bank menjadi perhatian sesuai kutipan yang peneliti
simpulkan yaitu: menurut Stijn (2010) adalah :
a. Bank sebagai sebuah korporat.
1. GCG dapat mempengaruhi nilai perusahaan dan biaya modal ,sehingga dapat berdam pak terhadap biaya pinjaman yang disalurkan.
2. GCG dapat mempengaruhi kinerja bank yaitu berdampak pada biaya interm ediasi keuangan.
3. GCG dapat mempengaruhi bank dalam risk taking dan risk of financial crisis , baik untuk bank secara individu maupun bagi sistem perbankan nasional secara keseluruhan.
b. Perilaku Bank mempengaruhi situasi perekonomian.
1. Bank memobilisasi dan mengalokasikan tabungan masyarakat,sehingga bank merupakan sumber yang sangat penting dari pendanaan eksternal bagi perusahaan.
2. Bank dapat mengerahkan GCG di perusahaan – perusahaan ,terutama perusahaan kecil yang tidak memiliki akses langsung ke pasar keuangan.hal ini akan tercermin dalam pemberian pinjaman kepada perusahaan yang telah menjalankan GCG yang baik. c. GCG sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
lead to large output cost , more regulated dan Perbankan
menikmati manfaat dari jaring pengaman publik seperti lembaga penjamin simpanan, sehingga jaring pengaman publik dapat memicu terciptanya moral hazard.
Setelah membaca peneltian terdahulu, maka peneliti membuat judul
baru yaitu pengaruh penerapan good corporate governance ( kepemilikan
direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan
komisaris independen, komite audit) terhadap kinerja keuangan dengan
menggunakan manajemen laba sebagai variable intervening: studi pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, peneliti merumuskan masalah
penelitian ini :
1. Apakah penerapan good corporate governance (kepemilikan direksi,
kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan
komisaris independen, komite audit) berpengaruh secara simultan
maupun parsial terhadap manajemen laba?
2. Apakah penerapan good corporate governance (kepemilikan direksi,
kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan
komisaris independen, komite audit) berpengaruh secara simultan
maupun parsial terhadap kinerja keuangan?
3. Apakah manajemen laba berpengaruh terhadap kinerja keuangan?
4. Apakah penerapan good corporate governance (kepemilikan direksi,
kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan
keuangan dengan manajemen laba sebagai intervening?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan peneliti melakukan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah penerapan good corporate governance
(kepemilikan direksi,kepemilikan institusional, ukuran dewan
komisaris, proporsi dewan komisaris independen, komite audit)
berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap manajemen
laba.
2. Untuk mengetahui apakah penerapan good corporate governance
(kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan
komisaris, proporsi dewan komisaris independen, komite audit)
berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap kinerja
keuangan.
3. Untuk mengetahui apakah manajemen laba berpengaruh terhadap
kinerja keuangan.
4. Untuk mengetahui apakah penerapan good corporate governance
(kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan
komisaris, proporsi dewan komisaris independen, komite audit)
berpengaruh terhadap kinerja keuangan dengan manajemen laba
sebagai intervening.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh diharapkan sebagai berikut:
masukan, khususnya mengenai pengaruh penerapan good
corporate governance terhadap kinerja keuangan pada perusahaan
perbankan yang terdaftar BEI melalui manjemen laba sebagai
variabel intervening.
2. Bagi manajemen bank, hasil penelitian dapat digunakan sebagai
bahan masukan dalam menentukan dan menerapkan kebijakan dan
strategi khususnya mengenai good corporate governance dan
pengaruhnya terhadap kinerja keuangan bank,
3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini juga diharapkan dapat
dijadikan sebagai bahan masukan dalam penelitian-penelitian
selanjutnya yang sejenis khususnya yang berkaitan dengan good
corporate governance serta pengaruhnya kinerja keuangan dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory)
Hubungan keagenan (agency relationship) didefinisikan oleh
Jensen dan Meckling (1976) sebagai suatu kontrak antara satu atau
lebih prinsipal (pemilik) yang melibatkan agen (manajer) untuk
melakukan sesuatu atas nama prinsipal yang berhubungan dengan
pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. “Prinsip
utama teori agensi adalah suatu hubungan kerja antara yang memberi
wewenang (prinsipal) yaitu investor (pemilik) dengan pihak yang
menerima wewenang (agensi) yaitu manajer” (Elqorni, 2009).
Menurut teori agensi, agen harus bertindak secara rasional
untuk kepentingan prinsipalnya. Agen harus menggunakan keahlian,
kebijaksanaan, itikad baik, dan tingkah laku yang wajar dan adil dalam
memimpin perseroan. Dalam praktiknya dapat timbul masalah (agency
problem), karena ada kesenjangan kepentingan antara pemegang saham
sebagai pemilik perusahaan dengan pihak pengurus atau manajemen
sebagai agen. Pemilik memiliki kepentingan agar dana yang telah
diinvestasikannya memberikan pendapatan (return) yang maksimal.
Sedangkan pihak manajemen memiliki kepentingan terhadap perolehan
incentives atas perolehan dana pemilik perusahaan.
akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Manajer
berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada
pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan
informasi akuntansi seperti laporan keuangan. “Laporan keuangan
tersebut penting bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena
kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar
ketidakpastiannya” (Ujiyantho dan Pramuka, 2007).
Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjebatani
kepentingan prinsipal dan agen dalam mengelola keuangan perusahaan.
Auditor ditugaskan untuk memonitor pekerjaan manajer melalui
penilaian kewajaran atas laporan keuangan yang dibuat oleh agen.
Selain itu, penerapan corporate governance menjadi sangat penting
bagi perusahaan yang salah satu tujuannya adalah untuk menekan
potensi konflik kepentingan.
Corporate governance yang merupakan konsep yang
didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat
untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan
menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate
governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa
manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa
manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke
dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan
bagaimana para investor mengontrol para manajer. Dengan kata lain
corporate governance diharapkan dapat berfungsi untuk menekan atau
menurunkan biaya keagenan (agency cost).
2.2 Good Corporate Governance
Persepsi Good dalam good corporate governance adalah pencapaian
terhadap suatu hasil upaya yang memenuhi persyaratan, menunjukan
kepatutan dan keteraturan operasional perusahaan sesuai dengan konsep
corporate governance.
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia/ FCGI)
berpendapat Good corporate governance adalah seperangkat peraturan yang
menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan
eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau
dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan
Menurut Johnson,et al (2000) bahwa pelaksanaan corporate
governance dalam sistem hukum yang lemah menyebabkan dampak krisis
ekonomi yang sangat meluas ketika terjadinya krisis ekonomi di Asia.
Kualitas pelaksanaan corporate governance yang lemah menjadi alasan kuat
bagi terjadinya krisis mata uang dan menurunnya kinerja pasar modal selain
berbagai alasan ekonomi lainnya.
Menurut Surya dan Yustiavandana (2006) keberadaan mekanisme
corporate governance diharapkan dapat menciptakan manajemen yang efektif
peningkatan kapabilitas sekaligus kelancaran keadaan finansial dari suatu
perusahaan yang berjalan secara aktif. Hal ini dapat dicapai dengan adanya
penerapan prinsip-prinsip GCG secara mantap dan menyeluruh.
Prinsip – prinsip dasar penerapan Good Corporate Governance yang
dikemukakan oleh Forum for Corporate governance in Indonesia (FCGI)
adalah sebagai berikut:
1. Fairness (kewajaran)
Prinsip Good corporate governance ini menjadikan kunci untuk memonitori dan menjamin perlakuan yang adil diantara beragam kegiatan dan kepentingan dalam perusahaan. Akan tetapi fairness mempunyai syarat untuk menjadikan prinsip ini berjalan efektif seperti adanya peraturan dan perundang-undangan yang jelas, tegas, konsisten, dan dapat ditegakan secara baik serta efektif.
2. Disclosure and Transparancy ( Pengungkapan dan
transparansi)
Prinsip good corporate governance ini membahas mengenai keterbukaan atas pengungkapan informasi , artinya perusahaan wajib melakukan pemberitahuan yang terbuka baik dalam proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Keberhasilan dalam keterbukaan informasi ini, perusahaan harus menyediakan informasi yang cukup, akurat dan tepat waktu kepada berbagai pihak internal maupun eksternal.
3. Accountability (Akuntabilitas)
Prinsip ini membahas tentang kejelasan fungsi, struktur, system, dan pertanggung jawaban organ perusahaan sehingga kegiatan kinerja perusahaan berjalan dengan efektif. Artinya sering sekali ada kesalahpahaman bertindak dalam keterbatasan fungsi dari jabatan masing-masing.
4. Responsibility (responsibilitas)
usaha dalam jangka panjang serta pengakuan dari good
corporate citizen.
5. Independency (independen)
Prinsip ini dimana pengolahan perusahaannya dilaksanakan secara professional, yang artinya semua kegiatan kerja dilakukan hanya untuk tercapainya kesejahteraan perusahaannya dan bukan karena kepentingan hal internal ataupun eksternal yang tidak berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku serta prinsip korporasi yang sehat.
2.2.1 Manfaat dan Tujuan Good Corporate Governance
Menurut Forum Corporate Governance in Indonesia (FCGI)
ada beberapa manfaat yang dapat kita ambil dari penerapan Good
Corporate Governance yang baik, antara lain:
1. Meningkatkan kinerja perusahaan.
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value.
3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk kembali menanamkan modalnya di Indonesia.
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan
shareholders’s value dan deviden
Good corporate governance pada dasarnya memiliki tujuan
untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan. Selain
itu, Secara umum penerapan good corporate governance yang konkret,
memiliki tujuan terhadap perusahaan sebagai berikut:
1. Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing
2. Mendapatkan cost of capital yang lebih murah
3. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan
4. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari stakeholder
terhadap perusahaan
5. Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum.
Dari berbagai tujuan tersebut, tujuan utama yang hendak dicapai
adalah untuk pemenuhan kepentingan seluruh stakeholder secara
seimbang berdasarkan peran dan fungsinya masing-masing dalam suatu
perusahaan.
Pelaksanaan Good Corporate Governance yang baik adalah
merupakan langkah penting dalam membangun kepercayaan pasar
(market convidence) dan mendorong arus investasi internasional yang
lebih stabil, bersifat jangka panjang.
2.2.2 Penerapan Good Corporate Governance 1. Kepemilikan direksi
Didalam sebuah perusahaan system pengolahan dan kegiatan
yang dilakukan berdasarkan prinsip korporasi dan peraturan
perundang-undangan. Akan tetapi, didalam suatu perusahaan juga
ada namanya kebijakan dan strategi perusahaan serta visi dan misi,
hal ini ditentukan oleh dewan direksi perusahaan. Ini lah yang
disebut kepemilikan direksi segala sesuatu yang dilakukan dan
diputuskan harus melalui dewan direksi dan tentunya melalui
kesepakatan bersama.
2. Kepemilikan Institusional
menyangkut masalah siapa yang seharusnya mengendalikan
terlaksananya kegiatan korporasi dan mengapa harus dilakukan
pengendalian terhadap terlaksananya kegiatan korporasi yang
dimaksud siapa (who) adalah para pemegang saham dan mengapa
(why) adalah hubungan antara pemegang saham dengan berbagai
pihak yang berhubungan dengan perusahaan.
Kepemilikan institusional bisa disebut sebagai investor
institusional, yang juga sering disebut investor canggih
(sophisticated). Yang artinya para investor instituisional lebih tepat
dan cepat dalam memprediksi laba masa depan dibanding investor
non-institusional. Investor institusional mempunyai akses untuk
mendapatkan sumber informasi yang lebih tepat waktu dan relevan
yang dapat mengetahui kegiatan pengolaan laba lebih cepat dan
lebih muda dari investor individual.
Tindakan pengawasan para investor institusional dapat
mempengaruhi kinerja manager yang langsung berpengaruh terhadap
managemen laba yang berakibat pada kinerja keuangan perusahaan.
Kepemilikan institusional ini diukur dengan indikator persentase
jumlah saham yang dimiliki pihak institusional dari seluruh jumlah
saham perusahaan.
3. Ukuran dewan komisaris
Menurut Priana (2009) ukuran dewan komisaris suatu
perusahaan memiliki ukuran dewan komisaris yang besar, maka
perusahaan tersebut tidak bisa berkoordinasi, komunikasi dan
pengambilan keputusan yang lebih baik dibandingkan dengan
perusahaan yang memiliki dewan komisaris kecil. Tentu saja
perusahaan yang memiliki dewan komisaris besar mempunyai nilai
perusahaan yang rendah dibandingkan dengan perusahaan yang
mempunyai dewan komisaris kecil.
Semakin besar ukuran dewan komisarisnya maka semakin
besar beban diskresi managerial yang terjadi. Dengan demikian
maka dapat dinyatakan bahwa ukuran dan komposisi dewan
komisaris secara significan berpengaruh terhadap kinerja dengan
adanya penurunan biaya ke agenan (agency cost).
4. Proposi Dewan komisaris independen
Komisaris independen atau disebut dewan komisaris luar.
Komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang
bukan dari pegawai atau orang yang berhubungan langsung dengan
perusahaan, dan tidak juga mewakili pemegang saham. Artinya
dewan komisaris independen adalah seorang yang ahli dibidang
pengolaan kinerja perusahaan serta pengalamannya dianggap
berguna bagi perusahaan tersebut tetapi dari perusahaan yang
berbeda.
Komisaris independen biasanya berguna dalam melerai
dewan komisaris, mereka berguna dalam menyikapin permasalahan
dalam perusahaan karena bersikap adil, professional, objektif .
Peranan proposi dewan komisaris independen sama halnya
dengan ukuran dewan komisaris. Tingkat tinggi dan rendahnya nilai
perusahaan berpengaruh dengan banyaknya dan kecilnya dewan
komisaris.
5. Komite audit
Anggota tambahan yang dibuat dewan komisaris adalah
komite audit. Komite audit dibentuk untuk melakukan tugas
pemeriksaan dan penelitian yang diperlukan dalam pelaksanaan
fungsi direksi dalam kegiatan pengolaan perusahaan dan kegiatan
menyangkut pengolaan sistem pelaporan perusahaan. Komite audit
memiliki kewenangan dan fasilitas untuk mengakses data
perusahaan.
Komite audit biasanya berasal dari kalangan luar perusahaan
yang mempunyai ahli, karena menjembatani antara eksternal auditor
dan perusahaan yang menjembatani antara fungsi pengawasan
dewan komisaris dengan internal auditor. Komite audit harus bebas
dari pengaruh dewan direksi, eksternal auditor dan hanya
bertanggung jawab pada dewan komisaris. Fungsi dari komite audit
ini dibentuk untuk mencapai kualitas audit pada perusahaan, dan
tugas dari komite audit tidak jauh dari prinsip- prinsip good
2.3 Kinerja Keuangan
Menurut Mulyadi (1997) pengukuran kinerja adalah penentuan secara
periodik tampilan perusahaan yang berupa kegiatan operasional, struktur
organisasi, dan karyawan yang berdasarkan sasaran, standard dan kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya.
kinerja keuangan merupakan suatu prestasi yang dicapai oleh
perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat
kesehatan keuanganan di dalam perusahaan itu. Pengukuran kinerja keuangan
mempunyai arti yang penting bagi pengambilan keputusan baik bagi pihan
intern maupun ekstern. Dalam perusahaan yang dijadikan sebagai acuan
penilaian untuk mengetahui kondisi keuangan, operasi dan hasil usaha
perusahaan adalah laporan keuangan.
2.4 Manajemen Laba
Earnings management atau juga disebut sebagai Manajemen Laba.
Mempunya definisi yang luas, salah satunya teori Copeland (1968:10) yang
mengatakan “ Some Ability to Increase or Decrease Report Net Income at
will ” , yang maknanya manajemen laba mencakup usaha manajemen untuk
memaksimalkan maupun meminimumkan laba, termasuk perataan laba sesuai
dengan keinginan manajer.
2.5 Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan
Good corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi
manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder
dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Konsep corporate governance
diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi
semua pengguna laporan keuangan. Bila konsep ini diterapkan dengan baik
maka diharapkan pertumbuhan ekonomi akan terus menanjak seiring dengan
transparansi pengelolaan perusahaan yang makin baik dan nantinya
menguntungkan banyak pihak. Pihak manajemen yang mempunyai
kepentingan tertentu akan cenderung menyusun laporan laba yang sesuai
dengan tujuannya dan bukan demi untuk kepentingan prinsipal. Dalam
kondisi seperti ini diperlukan suatu mekanisme pengendalian yang dapat
mensejajarkan perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak. Penarapan
good corporate governance (kepemilikan direksi, kepemilikan institusional,
ukuran dewan komisaris,proporsi dewan komisaris independen serta komite
audit) memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan
keuangan yang memiliki kandungan informasi laba. “Dengan menerapkan
good corporate governance diharapkan dapat mengurangi dorongan untuk
melakukan tindakan manipulasi oleh manajer, sehingga kinerja yang
dilaporkan merefleksikan keadaan ekonomi yang sebenarnya dari perusahaan
bersangkutan” (Jensen, 1993).
2.6 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan replikasi atas penelitian dari Tuti (2009)
yang telah menguji mekanisme good corporate governance manajmen laba
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penambahan
kepemilikan direksi, ukuran dewan komisaris dan juga penambahan
manajmen laba sebagai intervening serta pengurangan kepemilikan
managerial. Perbedaan juga terdapat pada periode peneltian yakni dari tahun
2011-2013 sedangkan sebelumnya 2006-2008 serta perbedaan tempat
[image:35.595.130.515.323.756.2]penelitian yaitu di sektor perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.
Tabel 2.1 : Peneltian Terdahulu
Judul Penelitian Peneliti Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Pengaruh Implementasi Corporate Governance terhadap Manajemen Laba
Pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek indonesia
Ruth Rogarate M.L.T (2013) Variabel Independen : Reputasi audit, indikator corporate governance Variabel Dependen : Manajemen Laba
Secara parsial ,hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa hanya reputasi audit yang berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba sedangkan indicator corporate governance lainnya memiliki pengaruh terhadap manajamen laba . secara simultan , corporate governance terbukti berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba
Analisis pengaruh mekanisme good
corporate governance terhadap manajemen laba pada perusahaan property and real estate yang terdaftar di bursa efek indonesia Sertauli vovalina (2011) Variabel Independen : kebijakan institusional, dewan komisaris ,komisaris independen,ko mite audit Variabel Dependen : Manajemen Laba
Hasil penelitian menunjukan bahwa variable kepemilikan institusional berpengaruh negative signifikan terhadap manajemen laba, variable dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba, variable komite audit berpengaruh signifikan posisitif terhadap manajemen laba dan variable komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajmen laba.
Judul Peneltian Peneliti Variabel Peneliti
Hasil Penelitian
Pengaruh struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan praktek
Daniel pasarelia tarigan Variabel Independen : stuktur
corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di bursa efek indonesia
(2011) kepemilikan,u kuran perusahaan dan praktek corporate governance Variabel Dependen : Kinerja keuangan governance tidak mempengaruhi kinerja keuangan
Secara simultan struktur kepemilikan,ukuran perusahaan dan praktek corporate governance mempengaruhi kinerja keuangan
Judul Peneliti Peneliti Variabel penelitian
Hasil penelitian
Mekanisme good corporatte governance pada manajemen laba dan
kinerja keuangan perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Indonesia
Tuti Sriwedari (2009) Variabel Independen: kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit Variabel dependen: manajemen laba dan kinerja keuangan
2.7 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dideskripsikan melalui gambar dan penjelasan
[image:37.595.142.501.216.500.2]dasar penarikan hipotesis.
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini Good Corporate Governance merupakan
konstruk atau variable laten dengan proksi atau indikator yang dijelaskan
dengan arah panah pada gambar 2.1 yang terdiri atas kepemilikan direksi,
kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan
komisaris independen dan komite audit, serta manajemen laba sebagai
variable intervening. Menurut Rully dan Poppy (2014, 14) bahwa Variable intervening menggunakan model regresi linier yaitu merupakan analisis
Kepemilikan Direksi (X1,1)
Kepemilikan Institusional (X1,2)
Ukuran Dewan komisaris (X1,3)
Proposi Dewan Komisiaris independen (X1,4)
Komite audit (X1,5)
Manajemen laba
(I)
Kinerja Keuangan
regresi yang harus menggunakan analisis jalur (path analysis).
“Tidak ada hal yang membuat dewan direksi (eksekutif) berfikir
seperti yang dipikirkan pemegang saham, sebaik pemegang saham itu
sendiri” (Brigham dan Houston,2009).
Jadi, para eksekutif (manajer) seharusnya memegang sebagian dari
resiko keuangan seperti halnya pemegang saham. Dengan meningkatkan
kepemilikan saham oleh manajer, diharapkan manajer akan bertindak sesuai
dengan keinginan para pemegang saham (principal) karena manajer (agent)
akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja.
Namun Shleifer and Vishny (1997) juga menjelaskan bahwa
semakin banyak proporsi kepemilikan oleh manajer, semakin sedikit
pemegang saham dapat menekannya untuk berbuat sesuai kepentingan
mereka. Dengan demikian Kepemilikan Direksi berpengaruh positif
terhadap manajemen laba.
Menurut Boediono (2005) kepemilikan institusional memiliki
kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses
monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi manajemen laba.
Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi
proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan
terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen.
“Menemukan adanya bukti yang menyatakan bahwa tindakan
pengawasan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan pihak investor
Cornett et al (2006) menyimpulkan bahwa tindakan pengawasan
perusahaan oleh pihak investor institusional dapat mendorong manajer
untuk mengurangi perilaku oportunistis atau mementingkan diri sendiri dan
membuat mereka fokus terhadap kinerja perusahaan. Dengan demikian
kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Ujiyantho dan Pramuka ( 2007 ) mengemukakan bahwa jumlah
dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba karena besar
kecilnya dewan komisaris bukanlah menjadi faktor penentu Utama dari
efektifitas pengawasan terhadap manajemen perusahaan. Akan tetapi
efektifitas mekanisme pengendalian tergantung pada nilai, norma dan
kepercayaan yang diterima dalam suatu organisasi serta peran dewan
komisaris dalam aktivitas pengendalian (monitoring) terhadap manajemen.
Berdasarkan hasil penelitian mereka bahwa makin banyaknya
dewan komisaris dalam perusahaan berhasil mengurangi manajemen laba
yang terjadi. Hal ini menunjukan bahwa komisaris independen telah efektif
dalam menjalankan tanggung jawabnya mengawasi kualitas pelaporan
keuangan demi membatasi manajemen laba di perusahaan. Hal tersebut
disebabkan karena dengan makin banyaknya anggota komisaris independen
maka proses pengawasan yang dilakukan dewan ini makin berkualitas
dengan makin banyaknya pihak independen dalam perusahaan yang
menuntut adanya transparansi dalam pelaporan keuangan perusahaan.
“Teori keagenan mempertimbangkan independensi dari manajemen
pemonitoran dewan” (Fama dan Jensen,1983).
Para dewan independen memikul tanggung jawab monitoring dan
evaluasi pada manajemen . Hasil penelitian empiris atas Elloumi dan Gueyie ́ (2001) menunjukkan bahwa para dewan komisaris dari perusahaan
yang mengalami keadaan kesulitan keuangan memiliki anggota eksternal
(independen) yang lebih sedikit. Dengan demikian proporsi dewan
komisaris independen berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Berdasarkan Peraturan BI No.8/4/PBI/2006 menyatakan tentang
tugas komite audit adalah melakukan pemantauan dan evaluasi atas
perencanaan dan pelaksanaan audit serta pemantauan atas tindak lanjut hasil
audit dalam rangka menilai kecukupan proses pelaporan keuangan.
Manajemen laba dilakukan oleh manajer pada faktor-faktor
fundamental perusahaan, yaitu dengan intervensi pada penyusunan laporan
keuangan. Padahal kinerja fundamental perusahaan tersebut digunakan oleh
pemodal untuk menilai prospek perusahaan, yang tercermin pada kinerja
perusahaan .Manajemen laba yang dilakukan manajer pada laporan
keuangan tersebut akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
Cornertt et al (2006) menemukan adanya pengaruh mekanisme
corporate governance terhadap penurunan discretionary accruals sebagai
ukuran dari manajemen laba.
Return on Assets (ROA) dipilih sebagai indikator pengukur kinerja
keuangan perbankan karena Return on Assets (ROA) digunakan untuk
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return on Assets (ROA) merupakan
rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset. Penelitian Arnawa
(2006) menggunakan ratio Return On assets (ROA) sebagai salah satu
proksi untuk menilai kinerja bank. Dimana rasio ROA yang rendah juga
diduga akan lebih memotivasi bank untuk melakukan manajemen laba
dengan cara meningkatkan laba.
2.8 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan, dan manfaat penelitian,
serta tinjauan pustaka, maka peneliti mangajukan hipotesis:
5. Penerapan good corporate governance (kepemilikan direksi,
kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan
komisaris independen, komite audit) berpengaruh secara parsial
maupun simultan terhadap manajemen laba.
6. Penerapan good corporate governance (kepemilikan direksi,
kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan
komisaris independen, komite audit) berpengaruh secara parsial
maupun simultan terhadap kinerja keuangan.
7. Manajemen laba berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
8. Penerapan good corporate governance (kepemilikan direksi,
kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan
komisaris independen,komite audit) berpengaruh terhadap kinerja
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah assosiatif kausal. “Penelitian
asosiatif adalah penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih,
desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel
mempengaruhi yang lain” (Erlina,2008:34).
Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Good Corporate Governance (GCG) dengan indikator Kepemilikan
institusional, Kepemilikan Direksi, Proporsi dewan komisaris independen,
Ukuran dewan komisaris, dan Komite Audit. Dan manajemen laba dalam
penelitian ini diukur dengan proksi discreationary accruals (DA) sebagai
variable intervening, serta kinerja keuangan yang di proksikan dengan rasio
ROA (return on asset) sebagai variabel dependen. Untuk ketepatan
perhitungan sekaligus mengurangi human error di pergunakan alat statistika
yaitu program SPSS dengan tingkat signifikan pada confidence 95% dengan
Alpha 0.05.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan sektor perbankan yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2011 , 2012 , dan tahun 2013
sejumlah 41 bank yang diperoleh dari media internet dengan cara
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar (listing) di
BEI tahun 2011, 2012 hingga 2013 sejumlah 41 bank.
Tabel 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian
No Kode Bank Kriteria Sampel
1 2
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk 1 2
AGRS PT Bank Agris Tbk -
3 BABP PT Bank MNC Internasional Tbk. 2 4
BACA Bank Capital Indonesia Tbk 3
5
BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk 4
6
BBCA Bank Central Asia Tbk 5
7
BBKP Bank Bukopin Tbk 6
8
BBMD PT Bank Mestika Dharma Tbk. -
9
BBNI Bank Negara Indonesia Tbk 7
10 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk 8 11
BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 9
12 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 10 13
BBYB PT Bank Yudha Bhakti Tbk. -
14 BCIC Bank Mutiara Tbk 11
15
BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 12
16
BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk 13
17
BINA PT Bank Ina Perdana Tbk. -
18
BJBR
Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten
Tbk 14
19 BJTM Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk - 20
BKSW PT Bank QNB Indonesia Tbk 15
21
BMAS PT Bank Maspion Indonesia Tbk. -
22
BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 16
23
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini
ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan (kriteria) yang digunakan sebagai berikut:
1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan
tidak delisting pada tahun 2011 sampai dengan 2013.
2. Perusahaan perbankan yang tidak mencantumkan data lengkap
seperti: laporan keuangan 2011-2013, menunjukan informasi
kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan
komisaris, proposi dewan komisaris independen, komite audit
24
BNGA Bank CIMB Niaga Tbk 18
25
BNII Bank Internasional Indonesia Tbk 19
26
BNLI Bank Permata Tbk -
27
BSIM Bank Sinarmas Tbk 20
28 BSWD Bank of India Indonesia Tbk 21
29
BTPN Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk 22
30
BVIC Bank Victoria International Tbk 23
31
DNAR PT Bank Dinar Indonesia Tbk. -
32
INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk 24
33
MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk 25
34
MCOR Bank Windu Kentjana International Tbk 26
35
MEGA Bank Mega Tbk 27
36 NAGA PT Bank Mitraniaga Tbk. -
37
NISP Bank OCBC NISP Tbk 28
38
NOBU PT Bank Nationalnobu Tbk. -
39
PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 29
40
PNBS PT Bank Panin Syariah Tbk. -
41
adalah sebanyak 30 (tiga puluh) perusahaan. Tahun amatan yang digunakan
adalah 3 (tiga) tahun berturut-turut dari tahun 2011 – 2013, sehingga jumlah
sampel yang di observasi adalah sebanyak 90 sampel.
3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini terdiri dari :
3.4.1 Variabel bebas (independen)
“Variabel bebas adalah variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel dependen” (Supranto, 2000). Variabel
independen pada penelitian ini adalah good corporate governance
yang diproksikan dengan kepemilikan direksi, kepemilikan
institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris
independen dan komite audit.
1. Kepemilikan Direksi (KD) merupakan persentase kepemilikan
saham oleh direksi atau esekutif perusahaan
KD= x 100%
2. Kepemilikan institusional (KI) merupakan persentase
kepemilikan saham oleh perusahaan lain atau institusi lain
atau entitas lain di luar perusahaan
KI = x 100%
3. Ukuran Dewan Komisaris (UDK) merupakan jumlah anggota
dewan komisaris perusahaan (Beiner, et al,2003)
4. Proporsi dewan komisaris independen (PDKIn) merupakan
persentase jumlah dewan komisaris independen yang ada di
perusahaan tersebut,
PDKIn = x 100%
5. Komite Audit (KA) merupakan persentase jumlah komite
audit yang berasal dari komisaris independen.
KA = x 100%
3.4.2 Variabel intervening
Variabel intervening adalah variabel antara atau mediating.
Variabel Intervening dalam peneltian ini adalah manajemen laba
yang diproksikan dengan discretionary accrual (DA) yang
menggunakan model Modified Jones (Jones modifikasian) dan
pilihan peneliti menggunakan model ini di karenakan relative
lebih sederhana dan juga banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti
lainnya untuk menghitung discretionary accrual (DA)
1.“Manajemen laba yang dilakukan manajer pada laporan
keuangan tersebut akan mempengaruhi kinerja keuangan
perusahaan” (Wibisono, 2004). Dalam penelitian ini
diproksikan dengan discretionary accrual (DA).
Manajemen laba, diukur melalui discretionary accruals
sebagai proksi manajemen laba. ”Rumus untuk
karena dapat mendeteksi manajemen laba lebih baik
dibandingkan dengan model – model lainnya”
(Dechow,1994).
TAit = Nit – CFOit ...(1)
Nilai total accrual (TA) yang diestimasi dengan persaman
regresi Cross Sectional Ordinary Least Squre (OLS )
sebagai berikut:
TAit/Ait-1=
...(2)
Dengan menggunakan koefisien regresi diatas nilai non
discretionary accrual (NDA) dapat dihitung dengan
rumus:
Accruals (NDA) dapat dihitung dengan rumus :
NDAit=
...(3)
Selanjutnya discretionary accrual (DA) dapat dihitung
sebagai berikut:
DAit= TAit/Ait-1-NDAit…....……….(4) Keterangan:
DAit = Discretionary Accrual perusahaan i pada periode ke t
NDAit = Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t
TAit = Total akrual perusahaan i pada periode ke t Nit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke t
CFOit = Aliran kas dari aktifitas operasi perusahaan i pada periode ke t
= Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t
= Aktiva tetap perusahaan pad periode ke t
= Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t = Error
3.4.3 Variabel terikat (dependen)
“Variabel terikat adalah jenis variabel yang dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel bebas” (Supranto, 2000). Variabel terikat
disebut juga variabel Y.
Kinerja keuangan yang diukur dengan menggunakan rasio
keuangan dengan rasio ROA (return on asset). K inerja perbankan
sendiri sering dinilai terkait erat dengan tingkat kesehatan bank.
Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator.
Dalam penelitian ini diproksikan dengan menggunakan rasio
keuangan yaitu rasio ROA (Return on Asset).
ROA = EBIT X 100% Assets
Keterangan:
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel
Variabel Penelitian
Definisi Parameter Skala
Ukuran
Variabel Independen
(KD) Kepemilikan Direksi
Kepemilikan Direksi (KD) merupakan persentase kepemilikan saham oleh direksi atau eksekutif perusahaan
x 100% Rasio
(KI)Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional (KI) merupakan persentase kepemilikan saham oleh perusahaan lain atau institusi lain atau entitas lain diluar perusahaan
x 100% Rasio
(UDK) Ukuran dewan komisaris
Ukuran dewan komisaris (UDK) merupakan jumlah anggota dewan komisaris perusahaan
Jumlah anggota dewan
komisaris Nominal
(PDKIn) Proporsi dewan komisaris independen
Proporsi dewan komisaris independen (PDKin) merupakan persentase jumlah dewan komisaris independen yang ada di perusahaan
x 100% Rasio
(KA) Komite Audit Komite audit merupakan persentase jumlah komite audit yang beraal dari komisaris independen
x100% Rasio
Variabel intervening
Manajemen Laba Manajemen laba, diukur melalui discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba .Rumus untuk menghitung nya
adalah dengan menggunakan model Modified Jones (Jones modifikasian)
DAit= TAit/Ait-1-NDAit Rasio
Variabel Dependen
Kinerja Keuangan kinerja keuangan yang diukur dengan menggunakan rasio keuangan dengan rasio ROA (return on asset)
ROA = EBIT X 100% rasio
Total Assets
3.5 Metode Pengumpulan Data
dilakukan dengan dua tahap, tahap pertama dilakukan melalui studi pustaka,
yakni jurnal akuntansi dan buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti. Pada tahap kedua, pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari
media internet dengan cara men-download melalui situs www.idx.co.iduntuk
memperoleh data mengenai laporan keuangan yang telah dipublikasikan.
3.6 Pengujian Data
3.6.1 Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka data yang di
peroleh dalam penelitian ini akan diuji terlebih dahulu untuk memenuhi
asumsi dasar, dan pengujian yang dilakukan dengan menggunakan Uji
Asumsi Klasik. “Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah
model estimasi telah memenuhi kiteria ekometrik, dalam arti tidak
terjadi penyimpangan yang cukup serius dari asumsi-asumsi yang
diperlukan dalam metode OLS” (Ananta, 1987). Uji Asumsi Klasik
meliputi :
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dilakukan untuk melihat apakah
dalam model penelitian memiliki distribusi normal atau tidak.
Untuk menguji apakah data penelitian ini berdistribusi normal atau
tidak dapat dideteksi melalui 2 (dua) cara yaitu analisis grafik dan
analisis statistic (uji one sample kolmogrov smirnov)
(Gozhali,2005).