• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP COST OF DEBT PADA PERUSAHAAN RETAIL YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP COST OF DEBT PADA PERUSAHAAN RETAIL YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP COST OF DEBT

PADA PERUSAHAAN RETAIL YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

Calen

Komputerisasi Akuntansi, Politeknik Bisnis Indonesia Email : calen.chan88@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to determine the influence of the Good Corporate

Governance either partially or simultaneously on Cost of Debt in Retail Companies are

listed on Indonesia Stock Exchanges. Population in this study, are Retail Company in

Indonesia which is listed on Indonesia Stock Exchanges since 2009 until 2013 as much as

15 companies with the samples taken by purposive sampling as much as 13 companies.

Collected data is secondary data. Prior to data analysis, first tested data analysis is

classical assumption test such as normality test, multicollinearity test, heteroscedasticity

test, and autocorellation test. Methode of data analysis used is multiple linear regression

with 95% assurance level. The results of this study indicate that the partial effect and

simultaneously, Good Corporate Governance doesn’t have any effects to Cost of Debt.

Keywords : Cost of Debt, Good Corporate Governance

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Mengelola perusahaan dengan baik sudah menjadi kewajiban bagi setiap manajemen dan pemimpin perusahaan dalam menjalankan perusahaannya. Konsep corporate governance mulai menguat akibat krisis yang terjadi di Indonesia pada akhir tahun 1997 yang ditandai dengan ditandatanganinya Letters of Intens (LOI) antara pemerintah Indonesia dengan lembaga donor IMF yang mensyaratkan perbaikan corporate governance public maupun korporasi (Syakhroza, 2015) Salah satu cara yang digunakan untuk bisa mengurangi biaya hutang yang tinggi adalah dengan menerapkan GCG (Good Corporate Governance). Karena GCG diyakini bisa meningkatkan pengawasan terhadap manajemen untuk mendorong pengamb ilan keputusan yang efektif, mencegah tindakan oportunistik yang merugikan perusahaan dan tidak sejalan dengan kepentingan perusahaan. Serta tidak mengurangi transparansi informasi yang didapatkan oleh pihak eksekutif maupun stakeholder perusahaan. Perusahaan dengan GCG yang kuat ternyata memiliki peringkat yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang yang menerapkan GCG dengan lemah. Karena peringkat kredit inilah yang akan mempengaruhi persepsi para kreditor dan

calon kreditor atas kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban financial perusahaan secara keseluruhan. Perusahaan dengan performa baik akan dengan mudah mendapat akses dalam pendanaan utang dengan biaya rendah. Pengukuran penerapan GCG perusahaan yang akan digunakan oleh peneliti dapat ada beberapa indikator diantaranya dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan keluarga dan kualitas komite audit.

Komisaris independen didalam suatu perusahaan merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta GCG yang baik karena bisa membatasi tingkat kecurangan dalam pelaporan keuangan. Dewan komisaris yang independen secara umum mempunyai pengawasan yang lebih baik terhadap manajemen sehingga mempengaruhi kemungkinan kecurangan dalam pelaporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen. Akan tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan Juniarti (2009) yang menyatakan bahwa dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan antara proporsi dewan komisaris independen dengan cost of debt.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk : Menemukan bukti empiris pengaruh pengaruh Good Corporate Governance dengn proporsi dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial,

(2)

kepemilikan Institusional, kepemilikan keluarga serta ukuran komite audit terhadap cost of debt perusahaan.

1.3. Landasan Teori

1.3.1. Good Corporate Governance (GCG) Istilah corporate governance

pertama kali dikenalkan oleh Cadbury Comitte, Inggris tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporannya yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report dalam (Sukrisno Agoes,

2009;101).

Di negara Indonesia, isu mengenai GCG dikemukakan setelah Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan sejak tahun 1998. Harus dipahami bahwa kompetisi global bukanlah ko mpetisi kompetisi antar negara, melainkan antar korporat di negara- negara tersebut. Jadi, menang atau kalah, maju atau terpuruk pulih atau tetap terpuruknya perekonomian suatu negara bergantung pada korporat masing-masing. Pemahaman tersebut membawa wawasan bahwa korporat kita belum dikelola dengan benar (Thomas S.Kaihatu, 2006:1).

Komite nasional mengenai kebijakan GCG didirikan berdasarkan surat keputusa n Mentri Keuangan pada tanggal 19

Agustus 1999. Bertugas untuk menyusun code of conduct GCG yang akan digunakan dalam dunia usaha dalam mengelola bisnis korporat agar profit motif yang menjadi tujuan utama suatu korporat dibentuk agar dapat tercapai dan tanpa melupakan stakeholder yang lain.

GCG merupakan suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntanbilitas perusahaan. GCG merupakan system yang mengatur dan mengendalikan perusahaan sehingga dapat menciptakan nilai tambah untuk semua stakeholder. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini. Pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya. Kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaa n dan kepemilikan. Penerapan GCG bertujuan untuk mengoptimumkan tingkat profitabilitas dan nilai perusahaan dalam jangka panjang (Thomas S.Kaihatu, 2006;2)

Dalam sebuah forum corporate

governance di Indonesia, corporate governance juga dikatakan sebagai perangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang

saham, pihak kreditor, pemerintah, karyawan, serta para pemegang saham, pihak

kreditor, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya, yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka. Corporate governance dapat dijadikan sebagai suatu mekanisme oleh pemegang saham dan kreditor untuk mengendalikan t indakan manajer. Mekanisme tersebut dapat berupa mekanisme internal, yaitu struktur kepemilikan, struktur dewan komisaris, kompensasi eksekutif, dan mekanisme eksternal yaitu pengendalian oleh pasar, kepemilikan institusional dan pelaksanaan audit oleh auditor eksternal (Hery, 2013)

Berdasarkan beberapa teori di

atas, GCG dapat diartikan sebagai suatu pengendalian internal perusahaan untuk mengatur hubungan para pemegang kepentingan perusahaan, mengelola perusahaan agar mencapai tujuan serta mengendalikan perusahaan dengan tujuan untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan di

dalam perusahaan (Amin Widjaja Tunggal,

2013, 229)

Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Sehubungan dengan itu, FCGI (Forum for Corporate Governance Indonesia) mengemukakan beberapa asas yang dianut Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Fairness (Kewajaran dan Kesetaraan) Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan dari peraturan perundang- undangan yang berlaku

2. Transperancy (Transparansi)

Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan pengungkapan informasi materilyang relevan mengenai perusahaan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

3. Accountanbility (Akuntanbilitas)

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan

(3)

tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya. Akuntanbilita

merupakan prasyarat yang diperlukan untuk menciptakan kinerja yang berkesinambungan. 4. Responsibility (Pertanggungjawaban) Perusahaan harus mematuhi peraturan

perundang-undangan serta melaksanakan tanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara berkesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate governance.

5. Independency (Independensi)

Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain (Komite Nasional Kebijakan Governance,2006:5-7)

1.3.2. Cost of Debt

Struktur modal perusahaan pada umumnya terdiri dari ekuitas dan utang. Untuk memperoleh modal tersebut, terdapat biaya-biaya yang berkaitan dengan perolehan dan kompensasi bagi penyedia modal, baik jangka pendek maupun jangka panjang, yang harus dipertimbangkan oleh manajemen dalam setiap keputusan pembiayaan. Semua jenis pembiayaan akan menimbulkan biaya ekonomi bagi perusahaan. Biaya modal ini erat hubungannya dengan tingkat keuntungan yang disyaratkan (required rate of return). Dari sisi investor, tinggi rendahnya required rate of return merupakan t ingkat keuntungan yang mencerminkan tingkat resiko dari aktiva yang dimiliki. Sementara itu, bagi perusahaan, besarnya required rate of return merupakan biaya modal yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan modal tersebut. Debt biasanya digunakan sebagai salah satu alternative pendanaan bagi

perusahaan karena memberikan keuntungan berupa tax savings yang disebabkan bunga pinjaman bersifat tax deductible sehingga pada akhirnya mengurangi besarnya pajak yang harus dibayar perusahaan. Tax saving inilah yang merupakan manfaat utama dari penggunaan utang. Debt terjadi ketika kreditur menyetujui untuk meminjamkan sejumlah asset yang dimilikinya kepada debitur. Ketika membuat keputusan investasi, kreditur biasanya akan memperkirakan profil resiko dari perusahaan. Profil resiko ini akan menentukan required return yang diinginkan

oleh kreditur atau disebut juga dengan cost of debt.

Debt yang paling sederhana yaitu pinjaman kredit, dimana terjadi

persetujuan dari pihak kreditur untuk meminjamkan sejumlah uang kepada pihak debitur, dan pihak debitur berjanji untuk membayar pinjaman tersebut yaitu pokok pinjaman dan bunganya dalam periode waktu tertentu. Kemudian bunga pinjaman dihitung sebesar persentase dari utang poko untuk setiap tahun. Bentuk lain dari debt yaitu syndicated loan dan obligasi. Syndicated loan merupakan pinjaman dalam jumlah besar, biasanya dalam jutaan dolar yang diberikan kepada perusahaan yang ingin membutuhkan dana yang sangat besar untuk melakukan investasi baru dan ekspansi. Biasanya perusahaan melakukan put forward dari sebagian utang pokoknya,s edangkan obligasi merupakan pinjaman yang diterbitkan oleh institusi tertentu seperti perusahaan atau pemerintah. Obligasi memiliki umur jatuh tempo dimana ketika jatuh tempo debitur wajib membayar utang pokok beserta bunganya, pembayaran utang pokok obligasi dibayar sekaligus pada akhir periode pinjaman atau pada saat jatuh tempo. Hal ini yang membedakan obligasi dengan pinjaman lainnya, dimana pinjaman lainnya biasanya mengharuskan debitur mencicil pokok utangnya selama periode tertentu, tidak dibayar secara sekaligus pada akhir periode pinjaman. (Abdurahman, 2012:8-9)

Biaya utang yang dikenakan

biasanya berupa biaya utang setelah pajak, alasannya karena nilai saham perusahaan yang kita inginkan untuk dimaksimumkan tergantung pada arus kas setelah pajak. Karena bunga yang bersifak deductible , maka hgal itu dapat memperkecil utang yang sesungguhnya, sehingga biaya utang setelah pajak lebih kecil dari biaya utang sebelum pajak. Maka cost of debt (biaya utang) dapat diartikan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh kreditur saat melakukan pendanaan dalam suatu perusahaan. Cost of debt juga meliputi tingkat bunga yang harus dibayar oleh perusahaan ketika melakukan pinjaman. (Fred Weston dan Eugene F Brigham,2001:106-107)Penelitian ini berdasarkan

tujuannya, merupakan penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatif bertujuan untuk menjelaskan pengaruh yang terjadi antara dua variabel atau lebih (Praset yu dan Jannah, 2005). Hal ini dikarenakan penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana

(4)

pengaruh corporate governance terhadap keputusan pembiayaan utang perusahaan- perusahaan di Bursa Efek Indonesia

Berdasarkan pemahaman akan

jenis penelit ian berdasarkan manfaatnya, penelitian ini merupakan penelitian murni. Yang dimaksud dengan penelitian murni adalah penelitian yang dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan intelektual bagi peneliti dengan menjelaskan pengetahuan yang mendasar mengenai dunia social dan apa yang menyebabkan sebuah peristiwa terjadi. Jenis penelitian ini termasuk penelitian murni karena peneliti lebih memfokuskan hasil penelitian untuk pemenuhan kebutuhan intelektual dan bukan kepada usaha untuk menyelesaikan masalah.

Berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini termasuk dalam penelitian

cross sectional dan time series (Data panel). Cross section ini terdiri dari informasi- informasi lintas unit dalam suatu periode waktu tertentu. Pada penelitian ini akan menguji variabel independen, yaitu karakteristik good corporate governance terhadap variabel independen yaitu cost of debt pada perusahaan-perusahaan retail yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam batasan waktu antara 2009-2013.

2.2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti. Sedangkan sampel merupakan sebagian anggota populasi yang diambil

menurut prosedur tertensu sehingga dapat mewakili populasinya. Unit analisis dalam penelitian ini adalah perusahaan public Teknik pengambilan sampel lakukan dengan menggunakan metode rposive sampling, dimana pengambilan mpel dilakukan sesuai dengan kriteria- iteria yang telah ditetapkan agar relevan dengan tujuan penelit ian. Kriteria tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan yang tidak mengalami delisting antara periode 2009-2013.

2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan dan laporan tahunan dengan lengkap pada periode 2009-2013.

3. Perusahaan yang memiliki dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan keluarga dan ukuran komite audit selama periode 2009-2013.

Berdasarkan kriteria tersebut, sampel dari penelitian ini 13 perusahaan selama 5 tahun atau 13 x 5 = 65 sampel.

2.3. Defenisi Operasional dan Metode

Pengukuran Variabel

2.3.1 Variabel Dependen (Y) Variabel dependen atau yang

disebut juga dengan variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah cost of debt. Cost of debt dapat didefenisikan sebagai tingkat pengembalian yang diharapkan oleh kreditur saat melakukan pendanaan dalam suatu perusahaan atau tingkat bunga yang harus dibayar oleh perusahaan ketika melakukan pinjaman. Skala yang digunakan adalah skala rasio. Perhitungan cost of debt dapat dirumuskan sebagai berikut :

Ki

= Kd(1-T) Ket : Ki = cost of debt

Kd = tingkat bunga pinjaman T = tarif pajak yang berlaku 2.3.2 Variabel Independen (X)

Variabel bebas atau variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah good corporate governance yang

diproksikan dengan dewan komisariindependen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan keluarga dan ukuran komite audit.

a. Dewan Komisaris Independen

Dewan komisaris merupakan organ perusahaan yang memiliki tanggung jawab dan kewenangan penuh atas pengurusan perusahaan. Fungsi dewan komisaris termasuk di dalamnya komisaris independen antara lain; melakukan pengawasan terhadap direksi dalam pencapaian tujuan perusahaan dan memberhentikan direksi untuk sementara bila diperlukan dan memberikan nasihat kepada direksi jika perlu. Dewan komisaris independen diukur dengan proporsi dewan komisaris independen terhadap total dewan komisaris. Perhitungan komisaris independen dapat dirumuskan sebagai berikut :

Jumlah dewan komisaris /total jumlah dewan komisaris x 100 %

b. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial yaitu kepemilikan saham oleh manajemen yang

secara aktif ikut mengambil keputusan perusahaan. Dengan semakin tingginya kepemilikan manajerial permasalahan keagenan diasumsikan akan semakin berkurang (Dul Muid, 2009:96). Kepemilikan manajerial diukur dengan persentase jumalah saham yang dimiliki oleh pihak manajemen dari seluruh total saham yang beredar. Perhitungan komisaris manajerial dapat dirumuskan sebagai berikut :

(5)

Jumlah saham yang dimiliki / jumlah saham beredar x 100 %

c. Kepemilikan Institusional Kepemilikan perusahaan umumnya

bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan. Kepemilikan saham institusional ini biasanya merupakan saham yang dimiliki oleh perusahaan lain yang berada didalam maupun diluar negeri serta saham pemerintah dalam maupun luar negeri (Fatiah Annisa, 2012:7). Kepemilikan institusional diukur dengan persentase kepemilikan institusi dalam struktur saham perusahaan. Perhitungan rumus komisaris institusional adalah

Jumlah saham yang dimiliki institusi / jumlah saham beredar x 100 % d. Kepemilikan Keluarga

Perusahaan keluarga pada umumnya merupakan perusahaan yang

dimiliki secara mayoritas oleh keluarga tertentu atau kepemilikan sahamnya terkonsentrasi pada keluarga tertentu (Ayub,

2008) kepemilikan keluarga didefenisikan sebagai kepemilikan individu dan kepemilikan perusahaan tertutup yang bukan perusahaan publik, negara ataupun institusi keuangan. Perhitungan rumus untuk kepemilikan keluarga adalah sebagai berikut :

Jumlah saham yang dimiliki institusi / jumlah saham beredar x 100 % e. Ukuran Komite Audit

Komite audit adalah sekumpulan orang yang dipilih dari anggota dewan

komisaris yang bertanggung jawab untuk mengawasi proses pelaporan keuangan dan pengungkapan (disclosure). Komite audit bertugas untuk membantu dewan komisaris melakukan pemeriksaan atau meneliti yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam melaksanakan tugas penting berkaitan dengan sisten pelaporan keuangan melalui pengawasan terhadap proses pelaporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen dan auditor independen (Sukrisno Agoes,2009;111-112)

Variabel komite audit ini diukur dengan menggunakan jumlah anggota komite audit yang ada di dalam perusahaan tersebut

2.METODOLOGI PENELITIAN

Analisis data adalah kegiatan untuk mengolah data yang telah terkumpul sehingga bisa menginterpretasikan hasil-hasik tersebut. Kegiatan analisis data ini meliput i pengumpulan data, pengelompokan data tiap variabel dan perhitungan untuk menguji hipotesis-hipotesis yang muncul.

Penelitian ini sepenuhnya menggunakan program SPSS (Statistical Package Social Science) dan menggunakan model penelitian regresi berganda untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabek terikat. Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 +e Dimana : Y : Cost of Debt a : Konstanta b1-b6 : Koefisien Regresi X1 : Dewan Komisaris Independen

X2 ;Kepemilikan, Manajerial X3 Kepemilikan Institusional, X4 : Kepemilikan Keluarga X5 Ukuran Komite Audit, e : Tingkat Kesalahan (error term)

1. Uji Asumsi Klasik

Dalam melakukan estimasi

persamaan linear dengan menggunakan regresi linear data panel maka asumsi BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) harus dipenuhi, yaitu :

1. Nilai harapan dari rata-rata kesalahan adalah nol.

2. Varians tetap (homoskedastis)

3. Tidak ada hubungan variabel bebas dengan error term.

4. Tidak ada korelasi serial antara error 5. Tidak ada multikolinearitas

6. Tidak ada autokorelas Agar model penelitian ini dapat dianalisis dan memberikan hasil yang representative, maka model tesebut harus memenuhi asumsi dasar klasik, yaitu tidak terdapat gejala multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. (Abdurahman, 2012;39)

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi memiliki

distribusi normal. Karena uji F dan uji T mengasumsikan bahwa nilai residual mengikut i distribusi norma. Apabila asumsi ini dilanggar, maka uji statistic menjadi tidak valid. Ada dua cara untuk menguji apakah data tersebut normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.

a. Analisis Grafik

Analisa grafik merupakan salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data obeservasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Prinsip normalitas dapat dideteksi adalah dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusannya adalah :

(6)

1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2. Jika data menyebar terlalu jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Imam Gozali, 2006 147-149)

b. Uji Statistik

Uji statistik dapat menggunakan uji Kolmogorov-Sminrov. Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan persepsi yang sering terjadi pada uji normalitas dengan menggunakan grafik. Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov- Sminrov adalah dengan membandingkan distribusi data dengan uji distribusi normal baku. Pedoman pengambilan keputusannya adalah:

1. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka distribusi data tidak normal.

2. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka distribusi data normal (Imam Gozali,

2006;151)

b. Uji Multikolinearitas

Pengujian ini dilakukan untuk

mengetahui apakah terjadi korelasi atau hubungan yang relative kuat antara variabel independen yang satu dengan yang lain. Sebuah model penelitian dikatakan baik jika apabila diantara masing-masing variabel

independennya tidak saling mempengaruhi satu sama lain atau memiliki korelasi atau hubungan yang kuat, karena hal itu akan mempengaruhi proses regresi. Bila dalam sebuah model regresi ditemukan adanya hubungan linear antara variabel independen seperti jika salah satu variabel independen berubah dan variabel independen lai ikut berubah maka salah satu cara untuk menghilangkan multikolinearitas adalah dengan menghilangkan salah satu variabel independen yang berkorelasi tersebut. Multiko linearitas terjadi jika variance inlation factor (VIF) > 10. Hal ini menunjukkan terdapat korelasi antara variabel independen. Multikolinearitas juga dapat dilihat dari nilai variance, jika nilainya <0,1 atau 0, menunjukkan terdapat korelasi atau hubungan sempurna antara variabel independen.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastiditas bertujuan

untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika

satu pengamatan ke pengamatan lain tetap disebut homokedastisitas.

Apabila berbeda maka disebut heterokedastisitas. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas, yaitu :

a. Analisis Grafik

Analisis grafik yaitu dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya dengan dasar analisisnya adalah : 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyevardi atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Imam Gozali,

2006; 125-126) b. Uji Statistik

Uji statistik diyakini bisa memberikan hasil yang lebih akurat. Adapun cara yang bisa digunakan untuk mendeteksi heterokedastisitas yaitu :

1. Uji glejser yaitu dengan meregresi nilai absolute residual terhadap variabel independen. Jika variabel independen signifikan secara statistic mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Hal ini terlihat apabila probabilitas signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 5%. (Imam Gozali,

2006; 129)

d. Uji Autokorelasi Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada kesalahan pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena adanya observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Kesalahan ini sering terjadi pada data time-series karena berasal dari individu dan kelompok yang sama pada periode berikutnya, sedangkan untuk data cross-section jarang terjadi karena berasal dari individu atau kelompok yang berbeda. (Imam Gozali, 2006;100)

Teknik untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam persamaan regresi berganda dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Pengambilan keputusan dari uji Durbin- Watson adalah

2. Uji Hipotesis

a. Uji Statistik F (Signifikansi Simultan) Uji statistic F merupakan uji variabel yang dilakukan secara bersama-sama

(7)

bersama-sama mempengaruhi variabel terikat secara signifikan pada tingkat signifikansi 5%. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau

Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0

Artinya apakah semua variabel dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan keluarga, serta ukuran komite audit secara simultan tidak berpengaruh terhadap cost of debt

H1 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5

Pengujian terhadap hipotesis penelit ian ini didasarkan pada probabilitas (signifikan F), dimana:

3. Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima. Variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat secara signifikan.

4. Jika probabilitas < 0,05 maka Ho tidak diterima. Variabel bebas secara bersama- sama tidak mempengaruhi variabel terikat secara signifikan. (Imam Gozali,2006;88)

Langkah-langkah untuk menentukan uji F adalah sebagai berikut :

1. Menentukan hipotesis

2. Menentukan wilayah kritis (level of significance)

3. Menentukan daerah keputusan berdasarkan probabilitas signifikan F

4. Menentukan statistik uji.

b. Uji t (Signifikansi Parameter Individual) Pengujian ini dilakukan untuk melihat signifikansi seberapa jauh pengaruh individual dari variabel-variabel bebas dalam model terhadap variabel dependennya. Hipotesis nol yang dipakai dalam uji t dalam penelitian ini adalah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau:

Ho : bi = 0

Artinya : komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan keluarga, serta ukuran komite audit, bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap cost of debt. Hipotesis alternatifnya (HA) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau :

HA : bi ≠ 0

Artinya : komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan keluarga, serta ukuram komite audit merupakan penjelas yang signifikan terhadap cost of debt.

Kriteria penerimaan atau penolakan Ho adalah berdasarkan probabilitas, dimana :

1. Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima 2. Jika probabilitas < 0,05, maka Ho tidak

diterima

c. Koefisien Determinasi (R²) Koefisien determinasi atau R²

bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R² adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kevil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Sedangkan dengan nilai yang mendekati satu mengartikan bahwa variabel-variabel independen hampir bisa memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data cross-section relative rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data time-series biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi

yang lebih tinggi.

3.HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN 3.1. Uji Asumsi Klasik

Suatu model regresi yang baik

harus memenuhi ada tidaknya masalah asumsi klasik dalam modelnya. Jika terdapat

masalah dalam pengujian asumsi klasik, maka akan dilakukan langkah revisi model untuk menghilangkan masalah tersebut. Pengujian asumsi klasik dilakukan dengan empat uji, yaitu: uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

3.1.1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk

dapat memastikan apakah data berdistribusi normal disepanjang garis diagonal atau tidak. Uji ini dilakukan melalui analisa grafik dan uji statistik yang dihasilkan melalui perhitungan regresi software SPSS 17.

a. Uji Grafik

Grafik Normal Probability Plot

Sumber : Hasil penelitian, 2015 (data diolah) Dari Gambar diatas dapat disimpulkan bahwa data diatas berdistribusi normal karena grafik normal probability plot yang tersebar merata disepanjang garis diagonal.

(8)

Grafik Histogram

Sumber : Hasil penelitian, 2015 (data diolah)

Berdasarkan Gambar 4.2 dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal. Grafik histogram tidak melenceng ke kiri dan ke kanan. Untuk lebih memastikannya, peneliti melakukan uji statistik Kolmogrov-Smirnov kembali terhadap data.

b. Uji Statistik

Dari hasil pengujian spss menunjukkan nilai Kolmogrov-Smirnov sebesar 0,823 dengan nilai signifikansi sebesar 0,507 yang lebih besar dari 0,05 secara statistik. Hasil analisis statistik ini memperkuat hasil analisis grafik yang menyatakan data terdistribusi secara normal.

3.1.2. Uji Multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance Inflaction Factor (VIF). Nilai tolerance yang menunjukkan adanya

multikolinearitas adalah ≤ 0,10 dan nilai VIF yang menunjukkan adanya multikolinearitas adalah ≥ 10. Dari hasil pengujian spss dapatdilihat dewan komsiaris

independen memiliki nilai tolerance sebesar 0,652 (0,652 >

0,01) dan nilai VIF sebesar 1,534

(1,534 < 10), kepemilikan manajerial memiliki nilai tolerance sebesar 0,233 (0,233 >

0,01) dan nilai VIF sebesar 4,293

(4,293 < 10), kepemilikan institusional memiliki nila i tolerance sebesar 0,204 (0,204 >

0,01) dan nilai VIF sebesar 4,904

(4,904 < 10), kepemilikan keluarga memiliki nilai tolerance sebesar 0,758 (0,758 > 0,1) dan nilai VIF sebesar 1,320 (1,320 <

10) dan ukuran komite audit memiliki nilai tolerance sebesar 0,847 (0,847 > 0,01) dan nilai VIF 1,180 (1,180 < 10). Semua variabel melewati kriteria Tolerance dan VIF. Nilai tolerance untuk semua variabel independen

berada diatas 0,10 dan nilai VIF dari semua variabel independen berada dibawah 10, sehingga variabel independen dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya masalah multikolinearitas dan dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependen.

3.1.3. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastiditas bertujuan

untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika satu pengamatan ke pengamatan lain tetap disebut homokedastisitas. Apabila berbeda maka disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.

Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan dua metode, yaitu :

a. Analisis Grafik

Jenis data yang baik dalam melakukan penelitian adalah data yang bersifat homokedastisitas. Analisis grafik dapat dilihat melalui grafik scatterplot yang

tersebar secara acak. Apabila titik-titik pada scatterplot menunjukkan pola tertentu secara teratur, hal tersebut menunjukkan adanya heteroskedastisitas. melewati uji heteroskedastisitas atau tidak

terjadi masalah heteroskedastisitas. Untuk memastikan hasil dari pengujian ini, peneliti kembali menguji data residual dengan metode analisis statistik yang menggunakan uji glejser. Model Squares Df Square F Sig.

b. Analisis Statistik

Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, peneliti menggunakan uji statistik dengan metode uji glejser. Uji glejser yaitu dengan meregresi nilai absolute residual terhadap variabel independen.

3.1.4 Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi pada penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson (DW test). Dari hasil pengujian spss nilai Durbin-Watson (DW) menunjukkan nilai 1,58. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5% dengan variabel independen berjumlah 5 variabel (k=5) dan jumlah sampel sebanyak

65 (N=65). Nilai DW 1, lebih besar dari batas atas (du) yang bernilai 1,44 dan kurang dari 4 – 1,44 (4-du) yang bernilai 2,56. Berdasarkan kriteria pengujian Durbin- Watson, model regresi linier tidak terjadi masalah autokorelasi, positif ataupun negatif (1,44<1,58<2,56)

(9)

3.2.1 Uji Simultan (Uji F) Uji Simultan

(Uji F)

Berdasarkan Tabel ,nilai signifikansi bernilai 0,90 yang lebih besar daripada derajat kepercayaan 0,05. Hal ini mempengaruhi variabel dependen. Untuk lebih memastikannya, peneliti membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel. Nilai Ftabel didapatkan berdasarkan nilai degree of freedom (df) pertama dan kedua. Nilai df dapat dilihat dari Tabel 4.6 dimana (df1 = 5) adalah df dari regression dan (df2 = 59) adalah df dari residual. Nilai Ftabel yang diperoleh adalah 2,37 . Dimana nilai Fhitung lebih kecil dibandingkan dengan nilai Ftabel (2,01 < 2,37). Hal ini menyatakan bahwa semua variabel independen secara simultan tidak mempengaruhi variabel dependen

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulka bahwa Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Keluarga dan Ukuran Komite Audit secara simultan tidak mempengaruhi Cost of Debt pada perusahaan retail yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3.2.2 Uji Parsial (Uji t)

Uji Parsial (Uji t)

Berdasarkan Tabel peneliti membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel t. Nilai ttabel didapatkan berdasarkan nilai dari degree of freedom (df) dengan tingkat probabilitas sebesar 0,025 pada satu sisi atau tingkat probabilitas sebesar

0,05 pada kedua sisi. Nilai ttabel yang diperoleh adalah 2,00030

Variabel Dewan Komisaris Independen menunjukkan nilai absolute thitung sebesar 0,71 dengan nilai signifikansi sebesar 0,48. Nilai t hitung yang lebih kecil dari nilai ttabel (0,71 < 2,00030) dan nilai signifikansi yang lebih besar dari derajat kepercayaan (0,48 > 0,05), hal ini menyatakan bahwa variable Dewan Komisaris Independen secara signifikan tidak mempengaruhi variabel Cost of Debt. b. Variabel Kepemilikan Manajerial menunjukkan nilai absolute thitung sebesar 0,606 dengn nilai signifikasi sebesar 0,547. Nilai thitung yang lebih kecil dari nilai ttabel

(0,606 <2,00030) dan nilai signifikansi yang lebih besar dari derajat kepercayaan (0,547 > 0,05), hal ini menyatakan bahwa variabel Kepemilikan Manajerial secara signifikan tidak mempengaruhi variabel Cost of Debt.

e. Variabel Ukuran Komite Audit menunjukkan nilai absolute t hitung sebesar 1,145 dengan nilai signifikansi sebesar 0,257. Nilai thitung yang lebih kecil dari nilai ttabel (1,145 < 2,00030) dan nilai signifikansi yang lebih besar dari derajat kepercayaan (0,257 > 0,05), hal ini menyatakan bahwa variabel Ukuran Komite Audit secara signifikan tidak mempengaruhi variabel Cost of Debt. Berikut adalah hasil dari persamaan regresi diatas :

Cost of debt = 0,063 + 0,021 Dewan Komisaris Independen (X1) + 0,00 Kepemilikan Manajerial (X2) – 0,0000922 Kepemilikan Institusional (X3) + 0,00 Kepemilikan Keluarga (X4) + 0,006 Ukuran Komite Audit (X5)

Dari persamaan regresi dapat diambil hasil analisis swbagai berikut :

1. Konstanta sebesar 0,063 menyatakan bahwa jika variabel independen dianggap konstan, maka nilai Cost of Debt sebesar 0,063.

2. Variabel dewan komisaris independen mempunyai koefisien regresi sebesar 0,021 yang bertanda positif.

c.

Variabel Kepemilikan Institusional menunjukkan nilai absolute t hitung sebesar 0,659 dengan nilai signifikansi sebesar 0,513. Nilai thitung yang lebih kecil dari nilai ttabel (0,659 < 2,00030) dan nilai signifikansi yang lebih besar dari derajat kepercayaan (0,513 > 0,05), hal ini menyatakan bahwa variabel Kepemilikan Institusional secara signifikan tidak mempengaruhi variabel Cost of Debt.

d. Variabel Kepemilikan Keluarga menunjukkan nilai absolute thitung sebesar 0,779 dengan nilai signifikansi sebesar 0,439. Nilai thitung yang lebih kecil dari nilai ttabel (0,779 < 2,00030) dan nilai signifikansi yang lebih besar dari derajat kepercayaan (0,439 > 0,05), hal ini menyatakan bahwa variabel Kepemilikan Keluarga secara signifikan tidak mempengaruhi variabel Cost of Debt

menunjukkan bahwa setiap peningkatan dewan komisaris independen sebesar 1 satuan akan mengakibatkan peningkatan Cost of Debt Regression .003 5 .001 2.016 .09

0a Residual .018 59 .000

(10)

sebesar 0,021 dengan asumsi apabila variabel independen lain dianggap konstan.

3. Variabel kepemilikan manajerial mempunyai koefisien regresi sebesar nol. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan atau penurunan kep emilika manajerial sebesar 1 satuan tidak mengakibatkan terjadinya perubahan pada cost of debt dengan asumsi apabila variabel independen lainnya d ianggap konstan.

4. Variabel kepemilikan institusional mempunyai koefisien regresi sebesar -

9,22E- 05. Artinya nilai yang dihasilkan adalah sebesar 0,0000922 yang bertanda negative. Hal ini menunjukkan bahwa

setiap peningkatan kepemilikan institusional sebesar 1 satuan akan mengakibatkan penurunan Cost of Debt sebesar 0,0000922 dengan asumsi apabila variabel independ en lain dianggap konstan.

5. Variabel kepemilikan keluarga mempunyai koefisien regresi sebesar nol. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan atau penurunan kepemilikan keluarga sebesar 1 satuan tidak mengakibatkan terjadinya perubahan pada cost of debt dengan asumsi apabila variabel independen lainnya dianggap konstan.

6. Variabel ukuran komite audit mempunyai koefisien regresi sebesar 0,006 yang bertanda positif. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan ukuran komite audit sebesar 1 satuan akan mengakibatkan peningkatan Cost of Debt sebesar 0,006 dengan asumsi apabila variabel independen lain dianggap konstan 3.2.3 Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi digunakan

sebagai pengukur dari seberapa jauh kemampuan variabel independen dalam menerangkan variabel dependen. Berikut adalah nilai dari koefisien determinasi yang dapat dilihat dari Tabel

Koefisien Determinasi (R²) Tabel ini menunjukkan nilai

Adjusted R² sebesar 0,074. Hal ini berarti bahwa kemampuan variabel dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan keluarga dan dipengaruhi oleh faktor lain. 3.3. Pembahasan

Dari hasil pengujian hipotesis

yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Keluarga dan Ukuran Komite Audit secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel

Cost of Debt pada perusahaan retail yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pengaruh Dewan Komisaris Independen Terhadap Cost of Debt. Hasil dari uji secara parsial adalah

bahwa variabel Dewan Komisaris Independen tidak berpengaruh signifikan terhadap cost of debt. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Juniarti (2009) yang hasilnya menunjukkan bahwa dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap cost of debt. Namun hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Donald (2012) yang menyatakan bahwa dewan komisaris independen berpegaruh signifikan negative terhadap cost of debt. Dengan adanya proporsi dewan komisaris independen dalam struktur otganisasi, perusahaan dapat menyediakan laporan keuangan yang lebih berintegritas sehingga kreditur dapat melihat kinerja perusahaan tersebut dan yang akhirnya akan mempengaruhi biaya utang atau tingkat pengembalian yang ditetapkan oleh kreditur. Dewan komisaris independen juga bisa meningkatkan pengawasan dalam komite audit sehingga bisa menjadi jaminan untuk menghasilkan laporan keuangan yang berintegritas.

Dalam penelitian ini dinyatakan

bahwa proporsi dewan ko misaris independen tidak berpengaruh terhadap cost of debt. Hal ini disebabkan karena keberadaan komisaris independen dalam struktur dewan komisaris di perusahaan hanya untuk memenuhi persyaratan dan suatu keharusan bagi perusahaan yang menerapkan GCG, sehingga tidak ada jaminan bahwa jumlah komposisi komisaris independen akan meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Keberadaan komisaris independen dalam perusahaan penting, hanya saja tidak sejalan dengan dan tidak dibarengi dengan tindakan yang serius dalam menerapkan prinsip- prinsip GCG sehinnga peranan dewan komisaris independen dalam menciptakan transparansi belum dapat dilihat oleh kreditur. b. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Cost of Debt.

Hasil dari uji secara parsial adalah

variabel Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap cost of debt. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudiharjo (2014) dan Juniarti (2009) yang hasilnya menunjukkan bahwa komposisi kepemilikan

(11)

saham manajerial tidak berpengaruh terhadap cost of debt.

Dengan adanya kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan maka manajer akan lebih berhati-hati dalam pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan hutang. Untuk itu manajer menekan jumlah hutang untuk memperkecil resiko yang mungkin akan terjadi yang juga akan berdampak pada keputusan kreditor dalam menentukan tingkat return yang ditetapkan. Semakin kecil resiko yang dimiliki perusahaan maka kreditor memiliki tingkat keyakinan yang semakin tinggi yang mana hal tersebut mempengaruhi t ingkat return yang akan ditetapkan.

Dalam penelitian ini dinyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap cost of debt. Hal ini disebabkan karena dalam penelitian ini perusahaan dengan kepemilikan saham yang dimiliki manajemen bisa dikatakan stabil tetapi setiap perusahaan memiliki nilai cost of debt yang bervariasi sehingga tidak menimbulkan pengaruh antara kepemilikan manajerial dan cost of debt. Kepemilikan manajemen tidak bisa mengendalikan kebijakan hutang karena pengendalian perusahaan cenderung tetap dikendalikan oleh pemilik saham mayoritas. c. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Cost of Debt.

Hasil dari uji secara parsial, variabel Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap cost of debt. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudiharjo (2014) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap cost of debt. Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan Yulissa (2012) yang dalam penelitiannya membuktikan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap cost of debt.

Pihak institusional biasanya berperan sebagai fidusiari, dan dianggap memiliki persepsi yang sama dengan pihak kreditur dan memiliki insentif yang besar untuk mengawasi tindakan manajemen sehingga dapat mengurangi resiko yang akan dialami perusahaan dan kreditur dan biaya utang yang diterima perusahaan menjadi lebih rendah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap cost of debt. Hal ini disebabkan karena hanya sedikit perusahaan yang proporsi kepemilikan sahamnya sebagian besar dimiliki oleh pihak lembaga institusional, sehingga secara keseluruhan, pihak lembaga institusional tidak cukup kuat untuk mengendalikan kinerja

perusahaan dan tidak bisa mempengaruhi kebijakan hutang pada perusahaan tersebut. d. Pengaruh Kepemilikan Keluarga

Terhadap Cost of Debt.

Hasil dari uji secara parsial variabel Kepemilikan Keluarga tidak berpengaruh signifikan terhadap cost of debt. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maydelina (2008) dan Yulissa (2012) yang menunjukkan bahwa kepemilikan keluarga tidak berpengaruh terhadap cost of debt.

Perusahaan dengan kepemilikan keluarga juga cenderung untuk menggunakan utang dalam membiayai perusahaan daripada menerbitkan saham baru karena mereka ingin melindungi kontrol yang dimiliki terhadap perusahaan. Hal ini akan mengakibatkan tingkat utang perusahaan menjadi lebih tinggi dan risiko yang ditanggung perusahaan pun menjadi lebih besar sehingga kreditur mengantisipasi resiko tersebut dengan biaya utang yang lebih tinggi. Kepemilikan saham dalam jumlah besar berarti bahwa tingkat pengendalian yang dimiliki terhadap perusahaan pun besar. Oleh sebab itu, perusahaan dengan kepemilikan keluarga sebagai pemegang saham mayoritas kerap memanfaatkan pengendalian ini untuk meningkatkan keuntungan pribadi yang sebenarnya merugikan kreditur.

Dalam penelitian ini dinyatakan bahwa kepemilikan keluarga tidak berpengaruh terhadap cost of debt. Hal ini disebabkan Karena perusahaan dengan kepemilikan keluarga sangat minim dan hanya beberapa perusahaan yang memilikinya saja, sehingga tidak memberi pengaruh yang kuat. Dan apabila terjadi agency problem pada perusahaan dengan kepemilikan keluarga, resiko yang ditimbulkan cenderung lebih berdampak kepada investor daripada kreditur sehingga pada umumnya, perusahaan dengan kepemilikan keluarga tidak berpengaruh terhadap kreditur dalam menentukan cost of debt.

e. Pengaruh Ukuran Komite Audit Terhadap Cost of Debt.

Hasil dari uji secara parsial variabel

Ukuran Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap cost of debt. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rian (2013) yang menunjukkan bahwa ukuran komite audit tidak berpengaruh terhadap cost of debt.

Komite audit yang baik akan

berusaha meningkatkan kinerja yang efektif serta meningkatkan reputasi perusahaan. Reputasi perusahaan akan meningkatkan

(12)

kepercayaan kreditor dan berpengaruh terhadap cost of debt. Kualitas ukuran komite audit yang tepat akan memungkinkan anggota untuk menggunakan pengalaman dan keahlian mereka dalam melaksanakan tugasnya.

Dalam penelitian ini dinyatakan bahwa ukuran komite audit tidak berpengaruh terhadap cost of debt. Karena dengan jumlah ukuran komite audit yang stabil dalam penelitian ini menimbulkan nilai cost of debt yang bervariasi sehingga tidak ada ukuran yang pasti bagi suatu perusahaan jumlah anggota komite audit yang ideal untuk mewujudkan GCG yang baik. Sehingga apabila diukur dari jumlah komite audit tidak bisa memperkuat hubungan antara kreditur dalam menentukan kebijakan hutang SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Secara simultan, variabel dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan keluarga dan ukuran komite audit secara simultan tidak berpengaruh terhadap cost of debt pada perusahaan retail yang tedaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Secara parsial, variabel dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan keluarga dan ukuran komite audit tidak berpengaruh terhadap cost of debt pada perusahaan retail yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Hasil uji koefisien determinasi menunjukkan nilai Adjusted R² sebesar 0,074. Hal ini berarti bahwa kemampuan variabel dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan keluarga dan ukuran komite audit dalam menjelaskan cost of debt sebesar 0,74% dimana 99,26% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain diluar yang digunakan dalam penelitian ini. Saran

Karena tidak terluput dari keterbatasan yang dimiliki peneliti, Adapun beberapa saran dari peneliti yang bisa dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya. Saran tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sampel yang digunakan peneliti dalam penelitian ini tidak mencakup semua sektor perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga tidak bisa mewakili kualitas GCG yang diterapkan di Indonesia. Peneliti menyarankan agar penelitian

selanjutnya bisa menggunakan sektor perusahaan lain yang populasinya lebih banyak. 2. Penelitian ini memakai indikator dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan keluarga dan ukuran komite audit sebagai ukuran dari GCG. Peneliti selanjutnya bisa memakai scoring Corporate Governance Index yang ditetapkan IICD (Indonesian Institute for Corporate Directorship)sebagai ukuran dari GCG agar bisa menguji sejauh mana pengaruh dari setiap kriteria tersebut terhadap cost of debt suatu perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Agoes, S., 2009, Etika Bisnis dan Profesi

: Tantangan Membangun Manusia Seutunya, Salemba Empat, Jakarta. [2] Asbaugh, H.,2004, Corporate Governance

and

the Cost of Equity Capital, Working Paper, Universitu of Wisconsin, Madison.

[3] Ayub, M.,2008, Pengaruh Family Ownership terhadap Cost of Debt, Tesis FEUI, Universitas Indonesia, Jakarta. [4] Basuki, A.,2012, Analisis Pengaruh Cash

Ratio, Debt to Total Assets Ratio , Debt Equity Ratio, return on Assets, dan Net Profit Margin terhadap Dividend Payout Ratio, Fakultas Ekonomi Diponegoro, Semarang.

[5] Boubakri, Narjess, dan Ghouma, H.,2010, Control Ownership Structure, creditor Rights Protection, and the Cost of Debt Financing : International Evidence, Journal of Banking and Finance, 34. [6] Brigham, E,F dan Weston, J.F, 2001,

Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Jilid 2, Edisi Kesembilan, Erlangga, Jakarta. Daniri, M.A,2005, Good Corporate Governance Konsep dan Penerapannya

dalam Konteks Indonesia, Ray Indonesia, Jakarta.

[7] Effendi, M.A, 2009, The Power of Good Corporate Governance Teori dan

Implementasi, Salemba Empat, Jakarta. [8] Gideon, S.B.B., 2005, Kualitas laba :

Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen

(13)

Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur, Simposium Nasional Akuntansi, Vol VIII, Ikatan Akuntansi

Indonesia, Jakarta.

[9] Gozhali, I., 2006, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Universitas Diponegoro, Semarang. [10] Hery, 2012, Analisis Laporan

Keuangan, Bumi Aksara, Jakarta. Ikhsan, A. dan Suprasto, H.B., 2008, Teori Akuntansi dan Riset Multiparadigma, Edisi Pertama, Yogyakarta.

[11] Juniarti, 2009, Pengaruh Good Corporate

Governance, Voluntary Disclosure terhadap Biaya Hutang (Cost of Debt), Petra University, Jakarta.

[12] Kaihatu, T.S, 2006, Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia, Jurnal Manajemen dan Kewirausahawan, VOL 8, No.1, Universitas Kristen Petra, Surabaya. [13] Khairandy, R.dan C.Malik, 2007, Good

Corporate Governance, Perkembangan Pemikiran dan Implementasinya di Indonesia dalam Perspektif Hukum , Kreasi Total Media, Yogyakarta.

Gambar

Grafik  Histogram

Referensi

Dokumen terkait

2.1 Be able to respond to the meaning on the monolog text using spoken language varieties accurately, fluently, and acceptably in the daily life context in form of: report,

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pengaruh iklan pada sikap terhadap produk laptop, (2) mengetahui pengaruh informasional, konformitas, dan referensi dalam peer group

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan hidayah yang telah dilimpahkan oleh-Nya sehingga penulis dapakrit menyelesaikan Tugas

Kemudian pada blok mikrokontroller berfungsi sebagai pembentuk sinyal dc chopper yaitu pulsa-pulsa pwm untuk mengendalikan kecepatan motor dimana pulsa- pulsa

Dalam penelitian ini peneliti memberikan gambaran secara menyeluruh tentang fungsi sistem kredit semester (SKS) pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Surabaya,

Hasil dari penelitian ini bersifat arahan desain, dalam upaya menghidupkan potensi Kampung Tua Tanjung Riau sebagai kawasan wisata bahari/maritim melalui

Organisasi Darud Da’wah wal Irsyad adalah organisasi sosial keagamaan yang didirikan oleh ulama- ulama Sulawesi Selatan. Inisatif pendiriannya bermula dari Musyawarah

Berdasarkan pengolahan data di atas, dapat diketahui bahwa keputusan pembelian di Mirota Batik Cabang Malioboro Yogyakarta telah berada pada kategori baik,yaitu