• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Pada Perusahaan Perseroan Terbatas Yang Melakukan Peleburan (Studi Pada PT. Infinity Logistindo Indonesia)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Pada Perusahaan Perseroan Terbatas Yang Melakukan Peleburan (Studi Pada PT. Infinity Logistindo Indonesia)"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

MELAKUKAN PELEBURAN (STUDI PADA PT. INFINITY

LOGISTINDO INDONESIA)

TESIS

Oleh

CHARLIE

107011144/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

MELAKUKAN PELEBURAN (STUDI PADA PT. INFINITY

LOGISTINDO INDONESIA)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

CHARLIE

107011144/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PT. INFINITY LOGISTINDO INDONESIA) Nama Mahasiswa : CHARLIE

Nomor Pokok : 107011144

Program Studi : MAGISTER KENOTARIATAN

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH)

Pembimbing Pembimbing

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH

Anggota : 1. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN 2. Prof. Dr. Runtung, SH, MHum

(5)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : CHARLIE

Nim : 107011144

Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU

Judul Tesis : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA

PADA PERUSAHAAN PERSEROAN TERBATAS YANG

MELAKUKAN PELEBURAN (STUDI PADA PT.

INFINITY LOGISTINDO INDONESIA)

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri

bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena

kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi

Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas

perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan

sehat.

Medan,

Yang membuat Pernyataan

(6)

ABSTRAK

Perkembangan perekonomian masyarakat Indonesia ikut mewarnai pola perkembangan bisnis di Indonesia, hal ini ditandai dengan makin maraknya perusahaan dibidang perdagangan maupun jasa, suatu perusahaan yang sedang tumbuh dan berkembang dapat melakukan diinversifikasi atau perluasan jangkauan bisnisnya yakni dengan peningkatan faktor internal yaitu dengan mengembangkan bisnis dari awal ataupun dengan peningkatan faktor eksternal yaitu dengan mengrestrukturisasi perusahaan, salah satu bentuk restrukturisasi usaha adalah konsolidasi atau peleburan, namun sering terjadi dilapangan pelaksanaan peleburan yang merupakan kumpulan dari beberapa perusahaan mengakibatkan perubahan pada status pekerja yang selama ini bekerja bekerja di dua perusahaan atau lebih, setelah peleburan terjadi maka pekerja tersebut akan berkumpul dalam satu perusahaan dengan berkumpulnya pekerja tersebut dalam satu wadah perusahaan akan mengakibatkan pembengkakan dari jumlah pekerja dan pada umumnya perusahaan mengambil kebijakan untuk merasionalisasi jumlah pekerja yang sering kali cenderung merugikan pekerja.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis empiris, yaitu suatu metode pendekatan yang mengacu pada norma hukum yang ada dan sifatnya menjelaskan dengan cara meneliti dan juga melihat pada kenyataan yang ada, sifat penelitian ini adalah deskriptif analisis dan analisis data dilakukan secara kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, pengaturan mekanisme peleburan perusahaan secara umum terdapat dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, peleburan, pengambilalihan, maka setiap perusahaan yang melakukan peleburan wajib mematuhi mekanisme peleburan tersebut termasuk pelaksanaan peleburan PT. Prima Utama Logistindo dan PT. Prima Utama Logistik menjadi PT. Infinity Logistindo Indonesia wajib melaksanakan dan mematuhi mekanisme peleburan tersebut, dan hasil peleburan tersebut melahirkan dua konsekuensi yaitu pertama pekerja dipekerjakan kembali sebesar 70% yakni sejumlah 350 orang dengan hak dan kewajiban yang diatur kembali dalam perjanjian kerja baru, kedua pekerja tidak dipekerjakan kembali PHK, sebesar 30% yakni sejumlah 150 orang dan pihak perusahaan diwajibkan membayar hak normatif pekerja, perlindungan hukum terhadap pekerja pada perusahaan hasil peleburan tersebut masih belum terlindungi secara maksimal mengingat undang-undang perseroan terbatas dan undang-undang-undang-undang ketenagakerjaan sebagai payung hukum yang melindungi kepentingan dan hak pekerja tersebut belum efektif sebab undang-undang perseroan terbatas hanya mengatur kepentingan pekerja diperhatikan tetapi tidak menjelaskan lebih mendalam, dan undang-undang ketenagakerjaan perlu mengatur lebih jauh jika terjadi peleburan perusahaan kriteria pekerja seperti apa yang dapat terkena PHK bila memang PHK tidak dapat dihindari sehingga pihak pengusaha tidak sewenang-wenang dalam melakukan PHK sehingga pekerjabaru tidak dikorbankan.

(7)

development in Indonesia. It is identified by the mushrooming of companies which run in trade and service. A growing and developing company can broaden its business by increasing its internal factors, that is, by developing its business from the beginning or by increasing its external factor, that is, by restructuring the company. One of the forms of business restructuring is consolidation. However, it is often occurs in the field that the implementation of consolidation which is the collection of several companies, and it causes the change in the status of the workers who work in two or more companies. After the consolidation, they will gather in one company, and the gathering of the workers in one company can cause the increase of workers so that the company generally makes a policy to rationalize the number of workers which, of course, will harm them.

The research used judicial normative approach which referred to legal norm; it explained by studying and finding out the reality. The nature of the research was descriptive analytic, and the data were analyzed qualitatively.

The result of the research showed that the organizing of the mechanism of a company consolidation was generally found in Law No. 40/2007 on Corporation and the Government Regulation No. 27/1998 on Merger, Consolidation, and Expropriation. According to this Law, every company which performs consolidation must comply with the mechanism of consolidation, including the consolidation performed by PT Prima Utama Logistindo and PT Prima Utama Logistik became PT Infinity Logistindo Indonesia. This company has to comply with the mechanism of consolidation. The result of the consolidation brought about two consequences: first, 70% of the workers (350 workers) must be reemployed, and their right and obligation are arranged in a new work agreement; secondly, 30% of the workers (150 workers) are fired, and the management of the company have to pay their normative rights, give legal protection to them because they are not maximally protected since legal umbrella is not effective enough, and law on corporation and law on manpower do not explain broadly. It is recommended that law on manpower should specifically regulate in detail, when company consolidation occurs, the criteria of dismissal when it cannot be avoided so that employers do not arbitrarily fire their workers so that new workers do not become the victims.

(8)

Puji dan syukur Penulis Panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala anugrah dan kesempatan yang telah diberikan oleh-Nya mulai dari masa

perkuliahan sampai dengan tahap penyelesaian tesis seperti sekarang ini di Magister

Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Tesis ini diberi judul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

PEKERJA PADA PERUSAHAAN PERSEROAN TERBATAS YANG

MELAKUKIAN PELEBURAN (STUDI PADA PT. INFINITY LOGISTINDO INDONESIA)”.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis tidak lupa ingin mengucapkan

terima kasih atas jasa-jasa dan nama-nama yang disebut dibawah ini. Beliau-beliau

tersebut merupakan penuntun dan juga motivasi yang mendukung penulis dari awal,

masa perkuliahan hingga sekarang sampai selesainya tesis ini. Penulis menghaturkan

terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K), selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan yang berharga yang telah

diberikan untuk dapat menyelesaikan studi Strata-II Program Magister

Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, Selaku Dekan Fakultas Hukum

(9)

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN selaku Ketua Program Studi

Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen

Pembimbing II penulis dalam penulisan tesis ini yang telah banyak memberikan

masukan dan arahan yang berarti serta dengan sabar memberikan petunjuk

dalam penulisan ini.

4. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH, selaku Dosen Pembimbing Utama

Penulis dalam penulisan tesis ini, atas ilmu dan pengajaran serta bimbingan dan

arahan yang telah diberikan dalam proses penyelesaian tesis ini.

5. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum, selaku Dosen penguji

penulis yang telah dengan sabar memberikan masukan yang berarti dalam

penulisan tesis ini.

6. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum, selaku Dosen penguji penulis yang

telah dengan sabar memberikan masukan yang berarti dalam penulisan tesis ini.

7. Bapak dan Ibu Guru Besar juga segenap Dosen dan Staf Pengajar Magister

Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, tanpa bisa disebutkan

satu per satu namanya, atas jasa-jasanya dalam memberikan ilmu dan bimbingan

selama masa perkuliahan

8. Para pegawai pada Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara yang selalu membantu kelancaran dalam manajemen

(10)

10. Rekan-rekan Mahasiswa Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara Stambuk 2010 khususnya Daulat, Jimmy, Yuli, Mabrul, Nindia

Rahening yang telah berjuang bersama-sama selama ini serta telah memberikan

banyak dukungan dan kerjasamanya selama penulis menjalankan perkuliahan,

semoga sukses untuk kita semua.

Tesis yang telah diselesaikan dengan segenap hati dan pemikiran ini tentunya

masih perlu untuk diperbaiki karena di dalamnya masih terdapat

kekurangan-kekurangan untuk itu, dengan tangan terbuka akan menerima segala keritik m,aupun

saran yang sifatnya membangun demi kemajuan kita bersama.

Akhir kata, atas segala perhatian yang telah diberikan untuk tesis ini, sekali

lagi penulis ucapkan terima kasih. Semoga tesis ini sedikit banyak juga dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Febuari 2014 Hormat Penulis,

(11)

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Charlie

Tempat/Tanggal lahir : Medan 26 April 1988

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Status : Belum Menikah

Agama : Buddha

Alamat : Jalan Gandhi Nomor 209 Medan

Nomor Handphone : 085296119906

II. KELUARGA

Nama Ayah : Burhan Ali

Nama Ibu : Ng Poh Tjin

Nama Kakak : Chyntia Dewi dan Grace Maya

III. PENDIDIKAN

SD : SD WIYATA DHARMA, Medan (1994-2000)

SMP : SMP WIYATA DHARMA, Medan (2000-2003)

SMA : SMA WIYATA DHARMA, Medan (2003-2006)

Strata I : Fakultas Hukum Universitas HKBP Nommensen (2006-2010)

(12)

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Keaslian Penelitian... 9

F. Kerangka Teori dan Konsepsi... 9

1. Kerangka Teori ... 9

2. Konsepsi... 18

G. Metode Penelitian... 19

1. Sifat dan Jenis Penelitian ... 19

2. Sumber Data... 20

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 21

4. Analisa Data ... 22

H. Sistematika Penulisan ... 23

BAB II PELAKSANAAN PELEBURAN PT. BUANA PERKASA LOGISTINDO DAN PT. PRIMA UTAMA LOGISTIK MENJADI PT. INFINITY LOGISTINDO INDONESIA... 24

A. Tinjauan Mengenai Peleburan Perusahaan ... 24

1. Pengaturan Mengenai Peleburan... 24

2. Pengertian Peleburan... 25

(13)

Prima Utama Logistik menjadi PT. Infinity Logistindo

Indonesia ... 36

1. Gambaran Umum Perusahaan... 36

2. Pelaksanaan Peleburan PT. Buana Perkasa Logistindo dan PT. Prima Utama Logistik menjadi PT. Infinity Logistindo Indonesia ... 39

BAB III KONSEKUENSI YANG TIMBUL TERHADAP PEKERJA PADA PERUSAHAAN HASIL PELEBURAN PT. INFINITY LOGISTINDO INDONESIA... 52

A. Tinjauan Tentang Tenaga Kerja... 52

1. Pengertian Tenaga Kerja Dan Hukum Ketenagakerjaan ... 52

2. Para Pihak Dalam Hukum Ketenagakerjaan ... 54

3. Hubungan Kerja ... 64

4. Perjanjian Kerja... 64

5. Hak Dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Kerja .... 69

B. Tinjauan Tentang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)... 71

1. Pengertian Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)... 71

2. Jenis-jenis Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ... 72

3. Hak-Hak Tenaga Kerja Yang Di PHK... 78

C. Konsekuensi Yang Timbul Terhadap Pekerja Pada Perusahaan Hasil Peleburan PT. Infinity Logistindo Indonesia... 81

BAB IV BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA PADA PERUSAHAAN PERSEROAN TERBATAS YANG MELAKUKAN PELEBURAN... 85

A. Perlindungan Terhadap Kepentingan Pekerja Untuk Diberikan Kesempatan Melanjutkan Hubungan Kerja ... 85

1. Tinjauan Dari Pihak Perusahaan ... 86

(14)

1. Tinjauan Dari Pihak Perusahaan ... 94

2. Tinjauan Dari Perwakilan Pihak Pekerja Yang Terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 102

A. Kesimpulan ... 102

B. Saran... 104

(15)

ABSTRAK

Perkembangan perekonomian masyarakat Indonesia ikut mewarnai pola perkembangan bisnis di Indonesia, hal ini ditandai dengan makin maraknya perusahaan dibidang perdagangan maupun jasa, suatu perusahaan yang sedang tumbuh dan berkembang dapat melakukan diinversifikasi atau perluasan jangkauan bisnisnya yakni dengan peningkatan faktor internal yaitu dengan mengembangkan bisnis dari awal ataupun dengan peningkatan faktor eksternal yaitu dengan mengrestrukturisasi perusahaan, salah satu bentuk restrukturisasi usaha adalah konsolidasi atau peleburan, namun sering terjadi dilapangan pelaksanaan peleburan yang merupakan kumpulan dari beberapa perusahaan mengakibatkan perubahan pada status pekerja yang selama ini bekerja bekerja di dua perusahaan atau lebih, setelah peleburan terjadi maka pekerja tersebut akan berkumpul dalam satu perusahaan dengan berkumpulnya pekerja tersebut dalam satu wadah perusahaan akan mengakibatkan pembengkakan dari jumlah pekerja dan pada umumnya perusahaan mengambil kebijakan untuk merasionalisasi jumlah pekerja yang sering kali cenderung merugikan pekerja.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis empiris, yaitu suatu metode pendekatan yang mengacu pada norma hukum yang ada dan sifatnya menjelaskan dengan cara meneliti dan juga melihat pada kenyataan yang ada, sifat penelitian ini adalah deskriptif analisis dan analisis data dilakukan secara kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, pengaturan mekanisme peleburan perusahaan secara umum terdapat dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, peleburan, pengambilalihan, maka setiap perusahaan yang melakukan peleburan wajib mematuhi mekanisme peleburan tersebut termasuk pelaksanaan peleburan PT. Prima Utama Logistindo dan PT. Prima Utama Logistik menjadi PT. Infinity Logistindo Indonesia wajib melaksanakan dan mematuhi mekanisme peleburan tersebut, dan hasil peleburan tersebut melahirkan dua konsekuensi yaitu pertama pekerja dipekerjakan kembali sebesar 70% yakni sejumlah 350 orang dengan hak dan kewajiban yang diatur kembali dalam perjanjian kerja baru, kedua pekerja tidak dipekerjakan kembali PHK, sebesar 30% yakni sejumlah 150 orang dan pihak perusahaan diwajibkan membayar hak normatif pekerja, perlindungan hukum terhadap pekerja pada perusahaan hasil peleburan tersebut masih belum terlindungi secara maksimal mengingat undang-undang perseroan terbatas dan undang-undang-undang-undang ketenagakerjaan sebagai payung hukum yang melindungi kepentingan dan hak pekerja tersebut belum efektif sebab undang-undang perseroan terbatas hanya mengatur kepentingan pekerja diperhatikan tetapi tidak menjelaskan lebih mendalam, dan undang-undang ketenagakerjaan perlu mengatur lebih jauh jika terjadi peleburan perusahaan kriteria pekerja seperti apa yang dapat terkena PHK bila memang PHK tidak dapat dihindari sehingga pihak pengusaha tidak sewenang-wenang dalam melakukan PHK sehingga pekerjabaru tidak dikorbankan.

(16)

development in Indonesia. It is identified by the mushrooming of companies which run in trade and service. A growing and developing company can broaden its business by increasing its internal factors, that is, by developing its business from the beginning or by increasing its external factor, that is, by restructuring the company. One of the forms of business restructuring is consolidation. However, it is often occurs in the field that the implementation of consolidation which is the collection of several companies, and it causes the change in the status of the workers who work in two or more companies. After the consolidation, they will gather in one company, and the gathering of the workers in one company can cause the increase of workers so that the company generally makes a policy to rationalize the number of workers which, of course, will harm them.

The research used judicial normative approach which referred to legal norm; it explained by studying and finding out the reality. The nature of the research was descriptive analytic, and the data were analyzed qualitatively.

The result of the research showed that the organizing of the mechanism of a company consolidation was generally found in Law No. 40/2007 on Corporation and the Government Regulation No. 27/1998 on Merger, Consolidation, and Expropriation. According to this Law, every company which performs consolidation must comply with the mechanism of consolidation, including the consolidation performed by PT Prima Utama Logistindo and PT Prima Utama Logistik became PT Infinity Logistindo Indonesia. This company has to comply with the mechanism of consolidation. The result of the consolidation brought about two consequences: first, 70% of the workers (350 workers) must be reemployed, and their right and obligation are arranged in a new work agreement; secondly, 30% of the workers (150 workers) are fired, and the management of the company have to pay their normative rights, give legal protection to them because they are not maximally protected since legal umbrella is not effective enough, and law on corporation and law on manpower do not explain broadly. It is recommended that law on manpower should specifically regulate in detail, when company consolidation occurs, the criteria of dismissal when it cannot be avoided so that employers do not arbitrarily fire their workers so that new workers do not become the victims.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berkembangnya perekonomian masyarakat Indonesia ikut mewarnai pola

perkembangan bisnis di Indonesia, hal ini ditandai dengan makin maraknya

perusahaan-perusahaan dibidang perdagangan maupun jasa yang mewarnai

perekonomian Indonesia. Adapun suatu perusahaan yang sedang tumbuh dan

berkembang dapat melakukan diinversifikasi atau perluasan jangkauan bisnisnya

yakni dengan peningkatan faktor internal maupun faktor eksternal, peningkatan

internal dapat dilakukan dengan membangun bisnis dari awal dimana memerlukan

tahapan yang cukup panjang misalnya harus riset pasar, pembangunan fasilitas

produksi dan lain-lain sedangkan secara eksternal dapat dilakukan dengan cara

mengrestrukturisasi perusahaan.1

Restrukturisasi perusahaan merupakan salah satu jalan keluar yang sering

dipilih dalam menghadapi persaingan usaha yang begitu ketat. Persaingan usaha

diantara perusahaan-perusahaan yang ada, menuntut perusahaan untuk selalu

mengembangkan strategi perusahaan agar dapat bertahan atau bahkan berkembang.

Untuk itu, perusahaan perlu mengembangkan suatu strategi yang tepat agar bisa

mempertahankan eksistensinya, meningkatkan efisiensi dan memperbaiki kinerjanya,

yaitu dengan cara restrukturisasi usaha seperti merger (penggabungan), konsolidasi

(peleburan) dan akuisis (pengambilalihan). Hal ini diatur sebagaimana disebutkan

dalam Bab VII Undang-Undang Perseroan Terbatas tahun 2007.

(18)

Berdasarkan asal-usulnya, kata merger dari kata “merger”, “fusion”, atau

absorption”, yang berarti “menggabungkan”.2 Merger yang berasal dari akar kata

kerja “to merge”, secara luas dipahami sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh

satu Perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah

ada, yang mengakibatkan aktiva atau pasiva dari perseroan yang menggabungkan diri

tersebut beralih karena hukum kepada perseroan yang menggabungkan diri tersebut

beralih karena hukum kepada perseroan yang menerima penggabungan dan

selanjutnya status badan hukum perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena

hukum. Konsolidasi yang berasal dari kata “consolidation”, yang berarti “melebur

adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan atau lebih untuk

meleburkan diri dengan cara mendirikan satu perseroan baru yang karena hukum

memperoleh aktiva dan pasiva dari perseroan yang meleburkan diri dan status badan

hukum perseroan yang meleburkan diri berakhir karena hukum. Sedangkan akuisisi

saham atau “shares acquisition” yang berarti “menggambilalih” adalah perbutan

hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseroan untuk mengambil alih

saham perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas perseroan

tersebut.3

Meskipun berbeda dari segi prosesnya, namun tindakan merger, konsolidasi,

dan akuisis perseroan terbatas pada intinya tidak berbeda yaitu tindakan dua atau

lebih perusahaan utnuk merestrukturisasi perusahaan. Oleh karena itu di pakai istilah

merger, konsolidasi dan akuisi untuk mengacu pada semua pengertian tersebut.

2

Rachmadi Usman,Hukum Persaongan Usaha di Indonesia, (Jakarta : Gramedia Pusatka Utama, 2004), hal.68

3 Widjaja H.G.Rai, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas Khusus Pemahaman Atas

(19)

Meskipun demikian, antara merger, konsolidasi dan akuisisi juga terdapat perbedaan.

Jadi akuisis hanya berkenan dengan kepemilikan saham, sedangkan badan usahanya

tetap, maka berlainan dengan merger, justru berkenan dengan badan usahannya. Salah

satu badan usaha tetap berdiri, sedangkan yang lainnya bubar karena bergabung

dengan badan usaha yang masih ada, maka merger justru memperkecil jumlah

perusahaan, tetapi memperbesar kekuasaan, finansial, dan strategi perusahaan

sedangkan konsolidasi juga berkenaan dengan badan usahanya, akan tetapi

konsolidasi membentuk badan usaha yang baru.4

Akan tetapi penelitian ini tidak akan membahas lebih jauh mengenai marger

dan akuisisi karena yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah mengenai

masalah peleburan, Pasal 1 angka 10 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas memberikan definisi tentang peleburan adalah perbuatan hukum

yang dilakukan dua perseroan atau lebih yang meleburkan diri dengan cara

mendirikan satu perseroan baru yang karena hukum memperoleh aktiva dan pasiva

dari perseroan yang meleburkan diri dan status badan hukum perseroan yang

meleburkan diri berakhir karena hukum.5

Dari definisi peleburan Perseroan Terbatas sebagaimana tersebut di atas, maka

dapat dikatakan bahwa Perseroan yang meleburkan diri berakhir karena hukum, dan

menurut Pasal 122 ayat (2) UUPT bahwa berakhirnya perseroan tersebut terjadi tanpa

dilakukan likuidasi terlebih dahulu. Waktu pengakhiran Perseroan yang meleburkan

diri terhitung bubar sejak tanggal akta pendirian Perseroan hasil peleburan disahkan

oleh menteri.

4Hermansyah, Abdul R. Saliman dan Achmad Jalis,Hukum Bisnis Untuk Perusahaan (Teori dan contoh kasus), (Jakarta : Penada Media, 2005), hal.7

(20)

Pasal 122 ayat (3) UUPT menyebutkan pada pekoknya bahwa dalam hal

berakhirnya perseroan yang terjadi tanpa dilakukan likuidasi terlebih dahulu, maka

beraktibat pada:6

a. Aktiva dan pasiva perseroan yang meleburkan diri beralih karena hukum

kepada perseroan yang menerima perseroan hasil peleburan

b. Pemegang saham perseroan yang meleburkan diri karena hukum menjadi

pemegang saham perseroan yang menerima perseroan hasil peleburan

c. Perseroan yang meleburkan diri berakhir karena hukum terhitung sejak

tanggal peleburan mulai berlaku

Pada intinya pengertian peleburan PT perusahaan secara umum dapat

dikatakan yaitu dua perusahaan atau lebih meleburkan diri menjadi satu perusahaan

dengan menggunakan nama baru. Dengan demikian nama-nama perusahaan yang

meleburkan diri tersebut telah melebur dan tidak digunakan lagi dan digantikan oleh

satu nama baru yang berdiri sendiri dengan kekuatan sumberdaya manusia dan

finansial dari perusahaan yang meleburkan diri tersebut. Tujuan dilakunnya peleburan

dari dua perusahaan atau lebih tersebut pada umunya disebabkan oleh prinsip

efektivitas dan efisiensi kinerja perusahaan.7 Kinerja perusahaan yang meleburkan

diri tersebut dalam posisi kurang menguntungkan atau tidak berkembang

sebagaimana yang diharapkan karena tingkat persaigan yang begitu kuat dalam

bidang usaha yang digeluti oleh perusahaan tersebut. Oleh karena itu beberapa

perusahaan dengan kegiatan bisnis yang sejenis meleburkan diri dengan tujuan untuk

6Pasal 122 ayat 3 Undang-Undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(21)

mengefektifkan dan mengefisiensikan kinerja perusahaan sekaligus pula memperkuat

struktur permodalan yang dimiliki perusahaan yang meleburkan diri tersebut sehingga

meningkatkan kemampuan bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis dalam

meningkatkan produktivitas dan profit yang telah dicanangkan oleh manajemen

perusahaan.8

Namun dengan dilaksanakannya peleburan perusahaan yang merupakan

kumpulan dari beberapa perusahaan mengakibatkan terjadi pula perubahan pada

status pekerja. Pekerja yang selama ini berkerja di dua perusahaan atau lebih setelah

dilakukan peleburan maka pekerja juga akan berkumpul dalam satu perusahaan.

Dengan berkumpulnya pekerja dalam satu perusahaan hasil peleburan maka terjadi

pembengkakan dari jumlah pekerja sehingga perlu dilakukan kebijakan rasionalisasi

pekerja namun tetap dalam sistem dan prosedur hukum yang berlaku, sehingga tidak

merugikan hak dan kepentingan dari pekerja tersebut.

PT. Infinity Logistindo Indonesia, adalah salah satu nama perusahan yang

muncul dari hasil peleburan perusahaan, sama halnya dengan perusahaan lain yang

melakukan peleburan, perusahaan ini juga melakukan peleburan dengan tujuan

memenuhi prinsip efektifitas dan efisiensi kinerja perusahaan. Hal yang perlu

dicermati dalam peleburan perusahaan ini adalah mengenai status pekerja yang

selama ini bekerja diperusahaan yang lama, setelah terjadi peleburan perusahaan

maka pekerja akan berkumpul dalam suatu wadah perusahaan yang mengakibatkan

terjadinya pembengkakan jumlah pekerja, sehingga pihak management perusahaan

harus melaksanakan kebijakan rasionalisasi jumlah pekerja, dan menurut pihak

(22)

perusahan bahwa perusahaan akan tetap bertindak dalam sistem dan prosedur hukum

yang berlaku dalam menyikapi rasionalisasi jumlah pekerja tersebut, akan tetapi

dilapangan seringkali perusahaan selalu mengorbankan hak dan kepentingan para

pekerjanya sehingga para pekerja selalu dalam posisi yang lemah.

Perlu menjadi perhatian perusahaan hasil peleburan bahwa tenaga kerja

merupakan orang yang mampu melakukan pekerjaanya guna menghasilkan barang

atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat dan dalam berbagai

tulisan tentang tenaga kerja sering kali dijumpai adagium yang berbunyi “Pekerja

atau buruh adalah tulang punggung perusahaan”. Adagium ini nampaknya biasa saja,

seperti tidak mempunyai makna, tetapi kalau dikaji lebih jauh akan kelihatan

kebenaranya. Pekerja atau buruh dikatakan sebagai tulang punggung perusahaan,

karena memang mempunyai peran penting, tanpa adanya pekerja atau buruh tidak

akan mungkin perusahaan itu bisa berjalan dan berpartisipasi dalam masyarakat.

Sebuah organisasi yang baik seyogianya perusahaan maupun instansi terkait

dalam melakukan aktivitasnya sudah tentu memerlukan sumber daya manusia yang

mendukung usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi, dan perlu

diingat bagaimanapun canggihnya maupun lengkapnya sumber daya non-manusia

yang dimiliki oleh suatu perusahaan tidaklah menjadi jaminan bagi perusahaan

tersebut untuk mencapai suatu keberhasilan. Jaminan untuk dapat berhasil lebih

banyak ditentukan sumber daya manusia yang mengelola, mengendalikan dan

mendayagunakan sumber daya non-manusia yang dimiliki, oleh karena itu masalah

pekerja merupakan masalah yang sangat penting yang harus mendapat perhatian

perusahaan, dan jangan dijadikan alasan bahwa untuk mengefekektifkan kinerja

(23)

Hak dan kepetingan pekerja yang dikorbankan, sering terjadi pada perusahaan

yang melakukan peleburan, bahkan tidak jarang berujung pada perselisihan antara

pekerja dan perusahaan. Berdasarkan pada latar belakang yang tersebut, maka penulis

tertarik untuk menyusun penelitian ini dalam bentuk Tesis dengan judul

“Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Pada Perusahaan Perseroan Terbatas Yang Melakukan Peleburan (Studi Pada PT. Infinity Logistindo Indonesia)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permalahan yang akan diangkat sebagai pokok kajian dalam penelitian ini yaitu

sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan peleburan PT. Buana Perkasa Logistindo dan PT. Prima

Utama Logistik menjadi PT. Infinity Logistindo Indonesia?

2. Bagaimana konsekuensi yang timbul terhadap pekerja pada perusahaan hasil

peleburan PT. Infinity Logistindo Indonesia?

3. Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap pekerja pada perusahaan

perseroan terbatas yang melakukan peleburan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan maka tujuan yang hendak

dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan peleburan PT. Buana Perkasa Logistindo dan

(24)

2. Untuk mengetahui konsokuen yang timbul terhadap pekerja pada perusahaan hasil

peleburan PT. Infinity Logistindo Indonesia.

3. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum terhadap pekerja pada perusahaan

perseroan terbatas yang melakukan peleburan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoristis

maupun secara praktis yaitu:

1. Secara teoristis penelitian dapat memberikan manfaat berupa sumbangsih

pemikiran bagi perkembangan hukum perusahaan pada umumnya dan hukum

tentang Perseroan Terbatas (PT) pada khususnya di bidang peleburan perusahaan

serta perlindungan terhadap kepentingan pekerja untuk diberi kesempatan

melanjutkan hubungan kerja dan penyelesaian hak normatif pekerja yang terkena

PHK akibat peleburan perusahaan .

2. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

para praktisi, maupun bagi pihak-pihak terkait mengenai pelaksanaan prosedur

hukum peleburan Perseroan Terbatas (PT) pada umumnya serta masalah

perlindungan kepentingan pekerja untuk diberi kesempatan melanjutkan

hubungan kerja dan penyelesaian hak normatif pekerja yang terkena PHK akibat

(25)

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang ada di lingkungan Universitas

Sumatera Utara khususnya di Lingkungan Pasca Sarjanan Magister Ilmu Hukum dan

Magister Kenotariatan menunjukan bahwa penelitian dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Pada Perusahaan Perseroan Terbatas Yang Melakukan Peleburan (Studi Pada PT. Infinity Logistindo Indonesia)” belum ada yang meneliti dan membahasnya, sehingga secara akademis keaslian penelitian

ini dapat dipertanggungjawabkan.

Adapun penelitian yang pernah dilakukan dan memiliki kedekatan dari segi

judul penelitian adalah sebagai berikut:

1. Aristunsyah/Mkn, NIM: 00211103: Perlindungan Hukum Terhadap Karyawan

Setelah Peleburan Perusahaan Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara 111

(Persero).

2. Arifin/Mkn, NIM:067011022: Analisa Yuridis Penggabungan Perusahaan

(Merger) Terhadap Hubungan Kerja (Studi Merger Antara PT. Bank Harga Dan

Rebo Bank).

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Teori berasal dari bahasa latin “theoria” yang berarti perenungan, yang pada

giliranya berasal dari kata “thea”dalam bahasa Yunani yang secara hakiki

(26)

ahli menggunakan kata ini untuk menunjukan bangunan berfikir yang tersusun

sistematis, logis (rasional), empiris (kenyataanya), juga simbolis.9

Teori adalah merupakan suatu prinsip atau ajaran pokok yang dianut untuk

mengambil suatu tindakan atau memecahkan suatu masalah, landasan teori

merupakan ciri penting bagi penelitian ilmiah untuk mendapatkan data dan teori

merupakan alur penalaran atau logika (flow of reasoning/logic), terdiri dari

seperangkat konsep atau variabel definisi dan proposisi yang disusun secara

sistematis.10

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik

atau proses tertentu terjadi,11 dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya

pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.

Menurut M.Solly Lubis menyebutkan bahwa landasan teori adalah kerangka

pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, mengenai suatu kasus atau

permasalahan (problem) yang menjadi perbandingan/pegangan teoristis.12

Menurut pendapat Burhan Ashofa, dikatakan bahwa teori merupakan

serangkaian asumsi, konsep, definisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu

fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan konsep.13 Sedangkan

menurut Snelbecker, mengatakan bahwa teori itu sebagai seperangkat proposisi

yang terintegrasi secarasintaksis, yaitu mengikuti aturan-aturan tertentu yang dapat

9 Otje Salman S. HR, dan Anton F. Susanto, Teori Hukum, (Bandung : Grafika Aditama, 2005), hal. 51.

10Suprapto J. Metode Penelitian Hukum Dan Statistik, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003), hal. 194.

11

JJJ. M, Wuisman, dengan Penyunting M. Hisyam,Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, (Jilid I), (Jakarta : FE UI, 1996), hal. 203

(27)

ditaati dan mempunyai fungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan

fenomena yang diamati.14

Sistem adalah kumpulan asas-asas hukum yang terpadu, yang merupakan

landasan diatas mana dibangun tertib hukum hal yang sama juga dikatakan Sunaryati

Hartono bahwa sistem adalah sesuatu yang terdiri dari sejumlah unsur atau komponen

yang selalu pengaruh mempengaruhi dan terkait satu sama lain oleh satu atau

beberapa azas.15

Lebih lanjut fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahan

atau petunjuk serta menjelaskan mengenai gejala yang diamati. Adapun teori yang

digunakan sebagai pisau analisis adalah teori keadilan, berkaitan dengan teori

keadilan tersebut maka undang-undang perseroan terbatas dan undang undang

ketenagakerjaan harus sejalan dengan tujuan pembangunan hukum yaitu dapat

melindungi pekerja agar para pekerja tidak selalu menjadi pihak yang dirugikan, hal

tersebut sejalan dengan teori etis yang dikemukakan oleh Aristoteles tentang tujuan

hukum yang dikutip dari Van Apeldoorn bahwa hukum semata-mata mewujudkan

keadilan.16

Tujuannya adalah memberikan tiap-tiap orang apa yang patut diterimanya,

keadilan tidak boleh dipandang sebagai penyemarataan, keadilan bukan berarti bahwa

tiap-tiap orang memperoleh bagian yang sama.17

14 Snelbecker, Dikutip Dalam Lexy J. Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Resda Karya), 1990.hal.15.

15

Hartono. C.F.G. Surnaryati,Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, (Bandung : Remaja Resda Karya1991), hal. 3.

(28)

Hukum yang tidak adil tidak dapat diterima akal, yang bertentangan dengan

norma alam tidak dapat disebut sebagai hukum akan tetapi hukum yang menyimpang,

keadilan yang demikian ini dinamakan keadilan distributif, yaitu keadilan yang

memberikan kepada tiap-tiap orang jatah menurut jasanya, ia tidak menuntut suapaya

tiap-tiap orang mendapat jatah sama banyaknya, bukan persamaan melainkan

sesuai/sebanding.18

Teori keadilan menurut Aristoteles dalam bukunyanicomachean ethicsbahwa

keadilan adalah sebagai suatu pemberian hak persamaan tapi bukan persamaannya.

Aristoteles membedakan hak persamaannya sesuai dengan hak proposional.

Kesamaan hak dipandang manusia sebagai suatu unit atau wadah yang sama. Inilah

yang dapat dipahami bahwa semua orang atau setiap warganegara dihadapan haknya

sesuai dengan kemampuan dan prestasi yang dilakukannya. Teori keadilan menurut

Aristoteles dibagi menjadi dua macam; keadilan distributief dan keadilan

commutatief. Keadilandistributiefialah keadilan yang memberikan kepada tiap orang

porsi menurut proporsinya. Keadilan commutatief memberikan sama banyaknya

kepada setiap orang tanpa membeda-bedakan prestasinya dalam hal ini berkaitan

dengan peranan tukar-menukar barang dan jasa. Keadilan distribitief menurut

Aritoteles berfokus pada distribusi, honor, kekayaan dan barang-barang lain yang

sama-sama bisa didapatkan dalam masyarakat, dengan mengenyampingkan

pembuktian matematis, jelaslah bahwa apa yang ada dibenak Aristoteles ialah

distribusi kekayaan dan barang berharga lain berdasarkan nilai yang berlaku

(29)

dikalangan warga. Disrtibusi yang adil adalah merupakan distribusi yang sesuai

dengan nilai kebaikannya yakni nilainya bagi masyarakat.19

Teori keadilan yang dikemukakan Aristoteles dalam penelitian ini bertujuan

untuk melindungi kepentingan perseroan, pemegang saham minoritas maupun para

pekerja didalam perusahaan tersebut.

Jika pada akhirnya terjadi peleburan dari beberapa perusahaan yang

membentuk satu perusahaan yang baru, selain dari prosedur hukum dan tata cara

administrasi peleburan perusahaan itu sendiri yang perlu dipedomani dan ditaati, yang

cukup penting pula diperhatikan adalah nasib para perkerja dari

perusahaan-perusahaan yang meleburkan diri itu sendiri. Apakah setelah terjadi peleburan, para

perkerja tersebut masih dapat berkerja di perusahaan hasil peleburan, atau perlu

dilakukan resionalisasi dari segi jumlahnya, pelaksanaan rasionalisasi tersebut

hendaknya tetap berpedoman kepada tata cara dan prosedur hukum yang berlaku

dibidang Undang ketenagakerjaan yang dalam hal ini adalah

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 . Hal ini berkaitan dengan mata pencaharian sejumlah

perkerja yang merupakan sumber penghidupan mereka dan keluarganya. Oleh karena

itu dalam setiap pelaksanaan peleburan perusahaan, nasib dan kelanjutan perkerjaan

dari para perkerja merupakan hal yang penting untuk diselesaikan dengan

sebaik-baiknya oleh pihak Manajemen perusahaan hasil peleburan, dengan tidak merugikan

hak-hak dan kepentingan para pekerja tersebut. Berkaitan dengan nasib para perkerja

dari perusahaan-perusahaan yang meleburkan perusahaannya membentuk satu

(30)

perusahaan baru harus memperhatikan prosedur hukum dan ketentuan yang termuat

dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dimana

berdasarkan rasio Pasal 61 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Ketenagakerjaan

tersebut, bahwa pada prinsipnya perjanjian kerja antara perusahaan dengan

perkerja/buruh tidak berakhir karena beralihnya hak atas perusahaan yang disebabkan

adanya penjualan perusahaan. Artinya hunbungan kerja antara pengusaha dengan

pekerja/buruh tetap berlanjut sampai diakhirnya hunbungan kerja tersebut tanpa

terpengaruh dengan adanya peralihan atau perubahan kepemilikan atas perusahaan,

dengan terjadinya peralihan perusahaan maka segala sesuatu yang menyangkut

penyelesaian peralihan atau perubahan kepemilikan tersebut diselesaikan oleh interen

manajemen perusahaan melalui klausula yang terdapat dalam peralihan kepemilikan

karena jual beli tersebut.20 Apabila dalam klausula tersebut diatas tidak dipejanjikan

hal-hal yang menyangkut penyelesaian status dan hak-hak/kewajiban terhadap

pekerja/buruh, maka pada saat terjadinya pengakhiran hubungan kerja, hak dan

kewajiban yang berhubungan dengan perkerja/buruh menjadi tanggung jawab

pengusaha baru. Jika dalam perjanjian pengalihan perusahaan tidak diatur dan tidak

diperjanjikan mengenai status hunbungan kerja , maka apabila perkerja/buruh akan di

PHK, perhitungan masa kerjanya diperhitungkan sejak dimulainya hubungan kerja

perusahaan dimaksud dan hak-haknya berlaku sebagaimana ketentuan dalam

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, yang kesemuanya itu menjadi tanggung

jawab dari pengusaha yang baru. Selanjutnya dalam Pasal 151 ayat (1) berbunyi,

(31)

”Pengusaha, pekerja/buruh, serikat perkerja/buruh dan pemerintah dengan segala

upaya harus mengupayakan agar jangan terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Namun seandainya PHK tidak dapat dihindarkan, maka Undang-Undang

Ketenagakerjaan mengatur mengenai komponen uang yang harus dibayar oleh

pengusaha. Hal tersebut terdapat dalam Pasal 163 ayat (1) dan (2) Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 yang berbunyi :21

1. Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap

perkeja/buruh dalam hal terjadi perubahan status, penggabungan, peleburan

atau perubahan kepemilikan perusahaan, dan perkerja/buruh tidak bersedia

melanjutkan hubungan kerja.

2. Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap

perkerja/buruh karena perubahan status, penggabunga atau peleburan

perusahaan, dan pengusaha tidak bersedia menerima pekerja/buruh berkerja di

perusahaannya.

Jadi jika terjadi perubahan status, penggabungan, peleburan atau perubahan

kepemilikan perusahaan jadi maka ada dua kemungkinan terjadinya pemutusan

hubungan kerja yaitu pekerja/buruh tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja di

perusahaan yang baru, atau pengusaha pemilik perusahaan yang baru tersebut yang

tidak bersedia atau tidak mau menerima pekerja/buruh yang lama tersebut bekerja di

perusahaanya. Masing-masing kemungkinan tersebut mempunyai konsekuensi

hukum yang harus dipatuhi dan dilaksanakan baik oleh perkerja/buruh maupun oleh

(32)

pengusaha.22 Konsekuensi hukum tersebut telah diatur dalam pasal-pasal yang

terdapat dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Pada praktek pelaksananya pelaksanaan pemutusan hunbungan kerja yang terjadi

dimasyarakat selama ini pihak perkerja/buruh selalu berada di pihak yang tertekan

dan lemah kedudukan hukum, meskipun Undang-Undang Ketenagakerjaan telah

mengatur dengan tegas ketentuan dan ketetapan yang harus dijalankan dan dipatuhi

oleh para pengusaha maupun para pekerja/buruh dalam penerapan hukumnya. Oleh

karena itu sering kali dalam praktek pelaksanaanya dilapangan terjadi ketegangan

yang cukup tajam antara pengusaha disatu pihak dengan pekerja/buruh dilain pihak,

sehingga menimbulkan kericuhan bahkan aksi mogok dari para pekerja/buruh yang

menggangap perlakuan hukum dari pengusaha tidak adil terhadap para perkerja/buruh

tersebut.23

Dalam peleburan perusahaan (PT) para pemilik perusahaan memandang

bahwa kinerja perusahaanya tidak memajukan produktivitas yang signifikan bahkan

cenderung menurun drastis kinerjanya, sehingga profit yang seharusnya diharapkan

dari perusahaan sebagai target yang ditetapkan perusahaan tidak dapat tercapai

bahkan perusahaan mengalami kerugian dan akhirnya mengurangi modal perusahaan.

Karena kerugian-kerugian financial yang terus menerus dialami oleh perusahaan

maka kekuatan modal untuk membiayai operasional perusahan juga menjadi

melemah dan menurun drastis, akhirnya perusahaan perlu tambahan modal untuk

dapat terus bertahan dalam kegiatan bisnisnya. Alasan inilah yang dipergunakan

22Khalid K. Moenardy,Op.,Cit, hal.8

(33)

pemegang saham perusahaan untuk memutuskan meleburkan perusahaan tersebut

bersama perusahaan-perusahaan lain yang kegiatan bisnisnya sejenis, untuk

memperkuat struktur modal yang dimiliki perusahaan selain itu dengan

meleburkannya beberapa perusahaan dengan kegiatan bisnis sejenis dapat lebih

memperkuat daya saing perusahaan dalam persaingan dengan perusahaan-perusahaan

lain yang memiliki jenis usaha yang sama.24

Dengan Demikian dapat dikatakan bahwa tujuan dilaksanakannya peleburan

beberapa perusahaan sejenis yang membentuk satu perusahaan baru adalah untuk

mencapai efektifitas dan efisiensi kinerja perusahaan sehinga tecapai sasaran akhir

dari perusahaan yaitu profit yang lebih menjanjikan pemegang sahamnya. Oleh

karena itu tujuan dari peleburan perusahaan tersebut efektifitas dan efisiensi

perusahaan, maka kepentingan lainya seperti perhatian terhadap nasib para

perkerja/buruh sering kali menjadi terabaikan. Apabila peleburan perusahaan sudah

terjadi maka efektivitas dan efisiensi dari jumlah perkerja/buruh yang dipekerjakan

persusahaan, dan bila jumlah perkerja/buruh terlalu banyak jumlahnya, maka biaya

operasional untuk pembayaran gaji pekerja/buruh akan menjadi besar pula, apabila

biaya pembayaran perkerja/buruh tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan

produktivitas kinerja pekerja/buruh maka perusahaan akan mengalami kerugian

financialyang cukup berarti, dan apabila keadaan tersebut berlangsung terus menerus

dapat menimbulkan kebangkrutan bagi perusahaan tersebut, oleh karena itu pada

umumnya setelah terjadi peleburan perusahaan, langkah pertama yang diambil pihak

manajemen perusahaan adalah melakukan rasionalisasi (pengurangan jumlah

(34)

pekerja/buruh dengan cara melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam

jumlah besar. Namun dalam praktek pelaksaan pemutusan hubungan kerja (PHK)

tersebut sering kali pihak perkerja/buruh berada dalam posisi yang dirugikan, karena

kepentingan dan hak-haknya yang telah ditetapkan dalam peraturan

Perundang-undangan tidak sesuai dengan apa yang diberikan perusahaan pada saat pekerja/buruh

itu di PHK. dan sering kali pengusaha lupa bahwa PHK itu merupakan jalan terakhir

yang dapat ditempuh pihak perusahaan, sedapat mungkin jangan terjadi PHK, PHK

seharunya tidak boleh terjadi, dengan alasan apapun, bahkan dengan alasan efisiensi

biaya yang harus dikeluarkan perusahaan, PHK boleh terjadi jika para

perkerja/buruhnya yang dinilai tidak memiliki kredibilitas dalam melakukan

pekerjaanya.25

2. Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi

diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang

konkrit, yang disebut usaha dengan operasional definition.26 Pentingnya definisi

operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran

mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai. Oleh karena itu untuk menjawab

permasalahan dalam penelitian ini harus didefinisikan beberapa konsep dasar, agar

secara operasional diperboleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah

ditentukan, yaitu:

25

Laksanto Utomo, Hukum Perubahan Dalam Praktek Pelaksanaannya, (Jakarta : Media Ilmu, 2005), hal.19

(35)

1. Perlindungan hukum terhadap pekerja adalah pemberian kesempatan untuk

melanjutkan hubungan kerja bagi pekerja dan pemberian hak normatif pekerja

bagi pekerja yang terkena PHK.

2. Pekerja adalah semua orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan

dari PT. Buana Perkasa Logistindo dan PT. Prima Utama Logistik

3. Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan baru yang

karena hukum memperoleh aktiva dan pasiva perseroan yang meleburkan diri

dengan status badan hukum perseroan yang meleburkan diri berakhir karena

hukum.27

4. Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh

berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan

perintah.28

5. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja karena

suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara

pekerja/buruh dan pengusaha.29

G. Metode Penelitian

1. Sifat dan Jenis Penelitian

Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang

didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk

mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya.

(36)

Sifat dalam penelitian tesis ini adalah termasuk deskriptif analitis, deskriptif

artinya penelitian yang dilakukan dengan maksud mempelajari tujuan hukum,

nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-kosep hukum, tujuan hukum,

nilai-nilai keadilan, dan norma-norma hukum serta menggambarkan keadaan objek atau

masalahnya secara jelas, runtut, dan sistematis sesuai dengan kaidah-kaidah hukum

tersebut, suatu penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti

mungkin. Terutana data yang berkaitan dengan Perlindungan hukum terhadap pekerja

pada perusahaan perseroan terbatas yang melakukan peleburan.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris,

yaitu suatu jenis penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang ada yang

sifatnya menjelaskan dengan cara meneliti dan juga melihat pada kenyataan yang ada.

Pelnelitian yuridis empiris terutama meneliti data primer disamping juga

mengumpulkan data yang bersumber dari data sekunder.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah diperoleh dengan mengumpulkan

data primer dan data sekunder. Data primer didapat dengan melalui hasil wawancara

dengan responden yang berkompeten, mewakili perusahaan tersebut untuk

memberikan informasi yang diperlukanm dalam hal ini pihak perusahaan diwakili

oleh Branch Manager perusahaan tersebut yaitu Bapak Ubahary Kenty, dan juga

berdasarkan hasil wawancara dengan perwakilan pekerja yang terkena pemutusan

(37)

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan dengan

mempelajari :

1. Bahan hukum primer.

Yaitu bahan hukum yang berupa peraturan perundang-undangan, dokumen resmi,

yang mempunyai otoritas yang berkaitan dengan permasalahan yaitu :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas;

b. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ;

c. Undang-Undang nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas ;

d. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan,

Peleburan, dan Pengambilalihan.

2. Bahan hukum sekunder

Yaitu semua bahan hukum yang merupakan publikasi, dokumen yang meliputi

buku-buku, karya ilmiah yang berhubungan dengan hukum perusahaan.

3. Bahan hukum tertier

Yaitu berupa petunjuk atau penjelasan mengenai bahan hukum primer dan

sekunder yang berasal dari kamus, ensiklopedia, surat kabar.

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan penelitian

lapangan yakni dengan melakukan wawancara dengan Bapak Ubahary Kenty,Branch

Manager PT. Infinity Logistindo Indonesia dan perwakilan pekerja yang terkena

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yaitu Bapak Suprianto kemudian dilanjutkan

dengan penelitian kepustakaan yaitu menghimpun data yang telah diperoleh dari

(38)

menganalisis bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum

primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier, berupa literatur / buku-buku,

peraturan perundang-undangan dan sumber lainya yang berkaitan dengan penulisan

tesis.

4. Analisa Data

Analisa data merupakan suatu proses mengorganisaikan dan menggunakan

data dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan suatu hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh data.30Di dalam

penelitian hukum normatif, maka maksud pada hakekatnya berarti kegiatan untuk

mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis tersebut untuk

memudahkan perkerja analisis dan kontruksi.31 Sebelum dilakukan analisis, terlebih

dahulu dilakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap semua data tersebut akan

disistematisasikan sehingga menghasilkan klasifikasi yang selaras dengan

permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, dengan tujuan untuk memperoleh

jawaban yang baik pula.

Semua data yang telah terkumpul dan diperoleh baik dari data primer dan

sekunder serta semua informasi yang didapatkan akan dianalisa secara kualitatif

analisis, artinya analisa dilakukan dengan mengunakan analisa kualitatif, yaitu data

yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis kemudian dianalisis secara

kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang dibahas.

30Bambang Sunggono,Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002), hal.106

(39)

H. Sistematika Penulisan

Bab I merupakan bab pendahuluan yang menguraikan tentang segala hal yang

umum dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berisikan latar belakang, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, kerangka teori dan

konsepsi, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II membahas tentang pelaksanaan peleburan PT. Buana Perkasa

Logistindo dan PT. Prima Utama Logistik menjadi PT. Infinity Logistindo Indonesia

yang terdiri dari tinjauan mengenai peleburan perusahaan dan pelaksanaan peleburan

PT. Buana Perkasa Logistindo dan PT. Prima Utama Logistik menjadi PT. Infinity

Logistindo Indonesia.

Bab III membahas tentang konsekuensi yang timbul terhadap pekerja pada

perusahaan hasil peleburan PT. Infinity Logistindo Indonesia terdiri dari tinjauan

tentang tenaga kerja, tinjauan tentang pemutusan hubungan kerja (PHK) dan

konsekuensi yang timbul terhadap pekerja pada perusahaan hasil peleburan PT.

Infinity Logistindo Indonesia.

Bab IV membahas tentang bentuk perlindungan hukum terhadap pekerja pada

perusahaan perseroan terbatas yang melakukan peleburan terdiri dari perlindungan

terhadap kepentingan pekerja untuk diberikan kesempatan melanjutkan hubungan

kerja dan perlindungan terhadap hak normatif pekerja yang terkena pemutusan

hubungan kerja (PHK).

Bab V merupakan bab yang membahas mengenai kesimpulan dan saran.

Dalam bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dari seluruh penulisan yang telah

diuraikan dalam bab-bab sebelumnya sekaligus memberikan saran-saran terhadap

(40)

BAB II

PELAKSANAAN PELEBURAN PT. BUANA PERKASA LOGISTINDO DAN PT. PRIMA UTAMA LOGISTIK MENJADI

PT. INFINITY LOGISTINDO INDONESIA

A. Tinjauan mengenai Peleburan Perusahaan 1. Pengaturan Mengenai Peleburan

Selain akuisisi dan penggabungan perusahaan, masih ada bentuk lain dari

kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh pengusaha, yaitu peleburan perusahaan.

Peleburan perusahaan sama halnya dengan akuisisi dan penggabungan perusahaan

merupakan pengembangan perusahaan yang sudah ada. Pengembangan dalam arti

kualitas ini terjadi karena ada dua atau lebih perusahaan yang bergabung dan

meleburkan diri membentuk perusahaan baru, sedangkan perusahaan yang lama

bubar. Istilah “Peleburan” dipakai dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas, sedangkan istilah “Konsolidasi” serapan dari kata bahasa

Inggris Consolidation, dengan demikian, istilah peleburan berarti sama dengan

konsolidasi.

Secara konseptual, peleburan perusahaan sering disimbolkan sebagai berikut

PT. A+PT. B= PT. C, dari simbolis tersebut tergambar bahwa setelah proses

peleburan hanya ada satu entitas hukum, yang lain (PT. A dan PT. B) entitasnya

berakhir karena hukum. Setelah proses pelburan hal lain yang tersirat dari simbolisasi

tersebut adalah mengenai aktiva dan pasiva dari perusahaan yang dileburkan beralih

(41)

antara penggabungan dengan peleburan ada pada entitas hukum setelah proses

penggabungan atau peleburan, jika dalam penggabungan entitas hukum yang

dipertahankan adalah salah satu dari entitas hukum yang sebelum proses

penggabungan telah ada sedangkan pada peleburan entitas hukum yang ada sebelum

proses peleburan tidak ada yang dipertahankan eksistensinya tetapi dibentuk entitas

baru.32

Sejatinya perbedaan antara penggabungan dan peleburan sangat tipis, kondisi

ini juga telah disadari oleh pembentuk Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

Tentang Perseroan Terbatas oleh karena itu pembentuk undang-undang

mencantumkan Pasal 124 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas yang menyatakan ketentuan tentang penggabungan secara mutatis dan

mutandis berlaku juga bagi peleburan perusahaan.33

Peleburan perusahaan yang berbentuk perseroan diatur dalam Pasal 1 angka

10 dan Pasal 122 sampai dengan Pasal 134 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas dan peraturan pelaksana Peraturan Pemerintah Nomor 27

Tahun 1998 tentang Penggabungan, peleburan dan pengambilalihan Perseroan

Terbatas yakni pada Pasal 20 sampai Pasal 25 yang secara khusus mengatur

mengenai peleburan perusahaan.

2. Pengertian Peleburan

Konsolidasi merupakan suatu proses peleburan dari dua atau lebih perseroan

menjadi satu perseroan baru, dengan peralihan segala hak-hak dan

(42)

kewajiban yang dimiliki oleh dua atau lebih perseroan yang melebur ke dalam

perseroan hasil peleburan tersebut. Dan seperti halnya merger, pada konsolidasi

hak-hak dan kewajiban yang beralih tidak hanya meliputi hak-hak-hak-hak dan

kewajiban perseroan terhadap pihak ketiga, melainkan juga hak-hak dan

kewajiban-kewajiban perseroan terhadap pemegang saham awal dari perseroan-perseroan yang

melebur. Dan oleh karena konsolidasi ini merupakan suatu peleburan hak-hak dan

kewajiban-kewajiban, maka secara hukum perseroan yang meleburkan diri ini juga

hilang status badan hukumnya, dan terlikuidasi secara otomatis, dengan pewarisan

titelhak seumumnya kepada perseroan hasil konsolidasi.

Peleburan diartikan:34

“is a union resulting in the creation of the an entirely new corporation and

the termination of the existing ones. A consolidation can be illustrated by the

equation A+B=C”.

Dapat juga digambarkan sebagai berikut:35

“in a consolidation of two or more corporations, their separate existance

ceases and new corporations, with the property and the assets of the old

corporations comes into being”.

34

Rute A, Howell.et all,Business Law, Text and Cases, Fourth Edition,(Orlando, Florida : The Dryden Press, 1988), hal 888.

(43)

Konsolidasi dapat juga terjadi:36

“When new corporations is created to take the plece of two or more

consituent corporations, which consequently lose their corporatte existence

by operation of law”.

Selain itu konsolidasi juga dapat terjadi:37

Jika perseroan yang bergabung itu membentuk satu perusahaan baru. Setiap

perseroan yang bergabung akan kehilangan eksistensi legalnya, sesudah badan

hukum baru dibentuk.

Definisi Peleburan menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas, Pasal 1 angka 10 menyebutkan:

“Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu perusahaan baru yang karena hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari perseroan yang meleburkan diri dan status badan hukum perseroan yang meleburkan diri berakhir karena hukum”.38

Selain itu juga terdapat Peleburan menurut definisi yang diberikan dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan Peleburan dan

Penggambilalihan, Pasal 1 angka 2 menyebutkan:

“Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara membentuk satu perseroan baru dan masing-masing perseroan yang meleburkan diri menjadi bubar”.39

36 William H. Hoffman Jr. & William A. Roabe (Editors), West’s Federal Taxation 5 Corporation Partnerships,Estates,and Trust, (Ohio : Annual Edition, 1989), hal 5-6

37 Placidus Sudibyo dan Nindya Pramono, Merger dan Akuisisi, Makalah Pada Seminar Nasional “ Peranan Prinsip Akuntansi Indonesia Dalam Pembangunan Jangka Panjang pada Tahap Kedua”, (Jakarta : 16-17 Desember 1991), hal 1.

38

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(44)

Pasal 1 angka 2 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 tentang Badan

Usaha juga memberikan definisi peleburan,

“Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua badan usaha atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu badan usaha baru yang karena hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari badan usaha yang meleburkan diri dan status badan hukum badan usaha meleburkan diri berakhir karena hukum”.40

3. Alasan Dan Tujuan Peleburan

Berbeda dengan penggabungan, jika pada penggabungan satu perseroan yang

ada tetap berdiri, sedangkan yang lainya bubar, pada peleburan semua perseroan yang

ada melebur menjadi satu perseroan baru, sedangkan semua perseroan yang

meleburkan diri itu menjadi bubar, dengan demikian, baik penggabungan maupun

peleburan perseroan sama-sama memperkecil jumlah perseroan yang ada, tetapi

justru memperbesar kekuasaan, finansial, dan sinergi perseroan.41

Atas dasar ini, peleburan dapat dilakukan, baik terhadap dua atau lebih

perseroan secara internal maupun eksternal, baik secara finansial maupun strategi

yang bertipe horizontal, vertikal dan konglomerasi. Alasan peleburan sama halnya

dengan penggabungan, yaitu karena beberapa perseroan sulit berkembang, baik

karena kekurangan modal, maupun karena menejemen yang lemah yang membuat

mereka tidak mampu bersaing. Apabila beberapa perseroan itu bergabung dan

meleburkan diri menjadi satu perseroan yang baru, perseroan baru hasil peleburan

tersebut, baik secara finansial maupun sinergi menjadi besar dan kuat sehingga

berdaya saing kuat dan bisa bekedudukan monopoli.

40Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 tentang Badan Usaha

(45)

Sebagaimana halnya dengan penggabungan, maka peleburan juga bertujuan

untuk mencapai hal-hal berikut ini:42

a. Peleburan memiliki tujuan untuk memperbesar modal

b. Peleburan memiliki tujuan untuk menyelamatkan kelangsungan produksi c. Peleburan memiliki tujuan untuk mengembangkan jalur distribusi

d. Peleburan memiliki tujuan untuk mengurangi persaingan usaha

e. Peleburan memiliki tujuan untuk menciptakan sistem pasar yang monopolistik.

Namun, peleburan yang menuju pada monopoli usaha adalah dilarang karena

monopoli itu hanya menguntungkan satu atau sekelompok orang, untuk mencegah

terjadinya monopoli, maka pada tanggal 5 Maret 1999 diundangkan Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Monopoli.

4. Aspek Hukum Peleburan

Perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan atau lebih untuk

meleburkan diri dengan cara mendirikan satu perseroan baru yang karena hukum

memperoleh aktiva dan pasiva dari perseroan yang meleburkan diri dan status badan

hukum perseroan yang meleburkan diri berakhir karena hukum (Pasal 1 angka 10

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007).43 Apabila akan dilakukan peleburan,

persyaratan dan tata cara yang ditentukan dalam Pasal 123 Undang-Undang Nomor

40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas berlaku juga bagi perbuatan hukum

peleburan sesuai dengan bunyi Pasal 124 Undang-Undang Perseroan Terbatas yang

menyebutkan:44“ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 123 mutatis mutandis

berlaku juga bagi perseroan yang akan meleburkan diri”.

42

Dijan Widjowati,Hukum Dagang,(Yogyakarta : Andi Offset, 2012), hal. 56.

43 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Cetakan Keempat (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2010), hal. 392.

(46)

Direksi perseroan yang akan menggabungakan diri dan menerima

penggabungan atau direksi perseroan yang akan meleburkan diri dan menerima

peleburan menyusun usulan rancangan penggabungan atau peleburan yang akan

disusun bersama direksi perseroan yang terlibat dalam penggabungan atau peleburan

tersebut yang memuat antara lain:45

1. Nama dan tempat kedudukan dari setiap perseroan yang akan melakukan penggabungan atau peleburan.

2. Alasan serta penjelasan direksi perseroan yang akan melakukan penggabungan atau peleburan tersebut.

3. Tata cara penilaian dan konversi saham perseroan yang menggabungkan diri terhadap saham perseroan yang menerima penggabungan atau perseroan yang melakukan peleburan terhadap perseroan yang didirikan dalam rangka peleburan tersebut. Dalam tata cara konversi saham ditetapkan harga wajar saham dari perseroan yang menggabungkan atau meleburkan diri serta harga wajar saham dari perseroan yang akan menerima penggabungan atau perusahaan hasil peleburan untuk menentukan perbandingan penukaran saham dalam rangka konversi saham.

4. Rancangan perubahan anggaran dasar perseroan yang menerima penggabungan, apabila ada, atau rancangan anggaran dasar perseroan yang akan didirikan dalam rangka peleburan. Rancangan perubahan anggaran dasar hanya diwajibkan sebagai bagian dari usulan apabila peleburan tersebut menyebabkan adanya perubahan anggaran dasar.

5. Laporan keuangan yang meliputi tiga tahun buku terakhir dari setiap perseroan yang akan melakukan penggabungan atau peleburan (sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 66 ayat (2) huruf (a) Undang-Undang Perseroan Terbatas, terdiri atas sekurang-kurangnya (1) neraca akhir tahun buku yang baru lampau dalam perbandingan dengan tahun buku sebelumnya, (2) laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan, (3) laporan arus kas, (4) laporan perubahan ekuitas serta catatan atas laporan keuangan tersebut. Yang dimaksud tiga tahun buku terakhir dari perseroan adalah keseluruhanya yang mencakup tiga puluh enam bulan

6. Rencana kelanjutan atau pengakhiran kegiatan usaha dari perseroan yang akan melakukan penggabungan atau peleburan.

7. Neraca performa perusahaan yang menerima penggabungan atau yang didirikan dalam rangka peleburan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia

(47)

8. Cara penyelesaian status hak dan kewajiban anggota direksi, dewan komisaris, dan karyawan perusahaan yang akan melakukan penggabungan diri atau peleburan.

9. Cara penyelesaian hak dan kewajiban perusahaan yang akan menggabungkan diri atau meleburkan diri terhadap pihak ketiga.

10. Cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap penggabungan atau peleburan.

11. Nama anggota direksi dan dewan komisaris serta gaji, honorarium, dan tunjangan bagi anggota direksi dan dewan komisaris perseroan yang menerima penggabungan atau peleburan yang didirikan dalam rangka peleburan.

12. Perkiraan jangka waktu pelaksanaan penggabungan atau peleburan.

13. Laporan mengenai keadaan, perkembangan, dan hasil yang dicapai dari setiap perseroan yang akan melakukan penggabungan atau peleburan.

14. Kegiatan utama setiap perseroan yang melakukan penggabungan atau peleburan dan perubahan yang terjadi selama tahun buku yang sedang berjalan.

15. Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang sedang berjalan yang mempengaruhi kegiatan perseroan yang akan melakukan penggabungan atau peleburan.

Namun, Pasal 126 ayat 1 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007

mengingatkan bahwa perbuatan hukum penggabungan atau peleburan wajib

memperhatikan kepentingan:46

a. Perseroan, pemegang saham minoritas, dan karyawan perseroan

b. Kreditor dan mitra usaha lainya dar perseroan

c. Masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha.

Pasal 126 Undang-Undang Perseroan Terbatas mengatur bahwa pemegang

saham minoritas yang tidak setuju dengan pelaksanaan penggabungan atau peleburan

dapat mengunakan haknya sebagaimana diatur dalam Pasal 62 Undang-Undang

Perseroan Terbatas dan pelaksanaan hak itu tidak dapat menghalangi pelaksanaan

penggabungan atau peleburan. Pasal 62 Undang-Undang Perseroan Terbatas

Gambar

Gambaran Umum Perusahaan..............................................

Referensi

Dokumen terkait

Metode penelitian yang dilakukan dalam penulisan hukum ini adalah melalui pendekatan yuridis normatif dengan spesifikasi penelitian deskriptif analitis yaitu

Kayu Lapis Indonesia ditemukan fakta yang diuraikan dalam pembahasan dan dapat disimpulkan antara lain bahwa pelaksanaan perlindungan hukum mengenai hak-hak pekerja

terhadap tenaga kerja menurut Soepomo yakni penjagaan agar tenaga kerja dapat melakukan pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan (Joni Bambang, 2013: 263). Setiap pekerja

Atas berkat, rahmat dan perlindungan Tuhan Yang Maha Esa, maka dapatlah penulisan tugas akhir yang berjudul, “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA TERKAIT DENGAN PELANGGARAN

perlindungan hukum terhadap pekerja/buruh wanita dalam hubungan kerja dengan perusahaan yang terdiri dari beberapa peraturan perundang- undangan yang berkaitan

dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau.. untuk

Sebab ini menandakan sebenarnya merger lintas negara tersebut tidak dilandasi oleh kebutuhan ekonomis dari perusahaan tersebut sehingga sebenarnya, bagi perusahaan yang bersangkutan,

Ruang lingkup dalam penulisan skripsi ini dibatasi pada bentuk hubungan kerja dan perlindungan hukum terhadap hak pekerja yaitu karyawan yang terkena PHK akibat dampak