SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN GO PUBLIC YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA PADA PERIODE 2009-2011
OLEH
FAUZIAH APRIANTI 090503136
PROGRAM STUDI AKUNTANSI STRATA-1 AKUNTANSI
DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011 ” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 10 Januari 2013
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN
GO PUBLIC YANG TERDAFTAR DI BEI PADA PERIODE 2009-2011
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap manajemen laba. Variabel independen dalam penelitian ini, yang digunakan sebagai proksi mekanisme good corporate governance, adalah leverage, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit. Sedangkan manajemen laba, sebagai variabel dependen, diukur dengan menggunakan dasar rasio modal kerja akrual.
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengunduh data laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 23 perusahaan perbankan dengan periode penelitian 2009-2011. Sehingga diperoleh data observasi sebanyak 69 data. Analisis yang digunakan adalah statstik deskriptif dan analisis regresi berganda. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F dan uji t. Data yang digunakan diambil dari laporan keuangan dan laporan tahunan yang dipublikasikan melalui
websit
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan mekanisme good corporate governance terbukti tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Proksi mekanisme good corporate governance lainnya (leverage, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit) juga tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba secara parsial.
ABSTRACT
ANALIZE THE INFLUENCE OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE TO EARNING MANAGEMENT OF BANKING COMPANIES LISTED IN
INDONESIA STOCK EXCHANGE IN 2009-2011 PERIOD
The purpose of this research is to analyze the influence of good corporate governance to earnings management. The independent variables examined in this research, that used as the proxies of good corporate governance, are leverage, institutional ownership, independent commissioner, and audit committee. Earnings management, as dependent variable, in this research is measured with accrual working capital ratio.
Secondary data collection is done by downloading the data manufacturing company’s financial statements listed on Indonesia Stock Exchange. Sampling method used in this study is the method of purposive sampling is the sampling method based on certain criteria. The number of samples used in this study based on the criteria of a total of 23 banking companies in the period 2009-2011. So the observation data obtained at 69 observation data. Analytical techniques used were descriptive statistics and using multiple linear regression to test the hyphotesis. Hypothesis testing is using F test and t test. Data used in this research is annual and financial report that is published through website
This research result shows that simultaneously good corporate governance does not influence the earnings management significantly. Other proxies of good corporate governance (leverage, institutional ownership, independent commissioner, and audit committee) do not influence the earnings management partially.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karuniaNya sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi dengan
judul “Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap
Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2009-2011 ”. Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya dukungan berupa doa, bimbingan, pengarahan, bantuan, kerja sama semua
pihak yang telah turut membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh
karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak.
1. Bapak Drs. Arifin Lubis selaku plt. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara,
dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M, Ak selaku Sekretaris Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra.
Mutia Ismail, M.M, Ak selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Abdillah Arif Nasution SE, M.si, Ak selaku Dosen Pembimbing
dan Bapak Drs. Irwan Djanahar, MAFIS, Ak selaku Dosen Pembaca
5. Kedua orangtua peneliti, Ayahanda H. Tamzil SE dan Ibunda Nurazmi
yang senantiasa memberikan do’a, kasih sayang, didikan, perhatian,
dukungan moral dan materiil dalam penyelesaian skripsi ini. Dan kepada
Adik-Adik saya Rahmad Rivai, Ilham Azhar Badrawi dan Adinda Aisyah
Madinah yang selalu memberi perhatian, dukungan, dan semangat
kepada peneliti.
6. Kepada kelompok belajar 09 tersayang, sahabat, dan teman
seperjuangan: Tira, Dwie, Vini, Silvi, Giovanni, Sandri, leli, Dedek,
Ajeng, dan Octhara dan juga kepada Ade, serta teman-teman satu
angkatan Akuntansi 2009 yang tidak bisa disebutkan semua. Terima
kasih atas semua dukungan, nasehat, bantuan, dan semangatnya.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan peneliti dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu
peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, peneliti
berharap skripsi ini bermanfaat.
Medan, Februari 2013
Penulis
NIM : 090503136
DAFTAR ISI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 7
2.1.5 Proporsi Dewan Komisaris independen ... 15
2.1.6 Komite audit ………... ... 16
2.1.7 Manajemen Laba ……….……….. ... 17
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 21
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 24
2.3.2 Hipotesis Penelitia… ... 27
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 28
3.2 Jenis dan Sumber Data ... 28
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 29
3.4 Metode pengumpulan Data ... 30
3.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 31
3.5.1 Variabel Independen ( Bebas ) ... 31
3.5.2 variabel Dependen (Terikat) ... 33
3.6. Metode Analisis Data ... 34
3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 34
3.6.1.1 Uji Normalitas…. ... 34
3.6.1.2 Uji Autokorelasi……. ... 35
3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas. ... 36
3.6.1.4 Uji Multikolonearitas. ... 37
3.6.2 Model Regresi Linear Berganda. ... 38
3.6.3 Pengujian Hipotesis. ... 38
3.6.3.1 Uji simultan (F-test) ... 39
3.6.3.2 Uji Parsial (t-test) ... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data penelitian ... 41
4.2 Hasil Analisis ... 43
4.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 43
4.2.1.1 Uji Normalitas. ... 43
4.2.1.2 Uji Multikolinearitas... 47
4.2.1.4 Uji Autokorelasi. ... 51
4.2.2 Analisis Regresi ... 51
4.2.3 Pengujian Hipotesis ... 53
4.2.3.1 Uji Koefisien Determinas. ... 54
4.2.3.4 Uji Signifikan Simultan (F) ... 55
4.2.3.3 Uji Signifikansi Parsial ( Uji t ) ... 56
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 61
5.2 Keterbatasan ... 64
5.3 Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 66
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 21
Tabel 3.1 Daftar Sampel Perusahaan ... 30
Tabel 4.1 Deskriptif Statistik ... 41
Tabel 4.2 Uji Normalitas ... 44
Tabel 4.3 Uji Multikolineritas ... 48
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi ... 51
Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi ... 54
Tabel 4.6 Pemasukan dan Pengeluaran Variabel ... 53
Tabel 4.7 Adjusted R2 ... 54
Tabel 4.8 Uji Siginifikansi Simultan (F) ... 55
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 24
Gambar 4.1 Histogram ... 45
Gambar 4.2 P-Plot ... 46
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran i: Populasi dan Sampel Perusahaan Manufaktur 2009-2011 ... 70
Lampiran ii: Hasil Perhitungan Variabel Struktur Modal ... 72
Lampiran iii: Hasil Uji Statistik ... 75
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN
GO PUBLIC YANG TERDAFTAR DI BEI PADA PERIODE 2009-2011
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap manajemen laba. Variabel independen dalam penelitian ini, yang digunakan sebagai proksi mekanisme good corporate governance, adalah leverage, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit. Sedangkan manajemen laba, sebagai variabel dependen, diukur dengan menggunakan dasar rasio modal kerja akrual.
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengunduh data laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 23 perusahaan perbankan dengan periode penelitian 2009-2011. Sehingga diperoleh data observasi sebanyak 69 data. Analisis yang digunakan adalah statstik deskriptif dan analisis regresi berganda. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F dan uji t. Data yang digunakan diambil dari laporan keuangan dan laporan tahunan yang dipublikasikan melalui
websit
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan mekanisme good corporate governance terbukti tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Proksi mekanisme good corporate governance lainnya (leverage, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit) juga tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba secara parsial.
ABSTRACT
ANALIZE THE INFLUENCE OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE TO EARNING MANAGEMENT OF BANKING COMPANIES LISTED IN
INDONESIA STOCK EXCHANGE IN 2009-2011 PERIOD
The purpose of this research is to analyze the influence of good corporate governance to earnings management. The independent variables examined in this research, that used as the proxies of good corporate governance, are leverage, institutional ownership, independent commissioner, and audit committee. Earnings management, as dependent variable, in this research is measured with accrual working capital ratio.
Secondary data collection is done by downloading the data manufacturing company’s financial statements listed on Indonesia Stock Exchange. Sampling method used in this study is the method of purposive sampling is the sampling method based on certain criteria. The number of samples used in this study based on the criteria of a total of 23 banking companies in the period 2009-2011. So the observation data obtained at 69 observation data. Analytical techniques used were descriptive statistics and using multiple linear regression to test the hyphotesis. Hypothesis testing is using F test and t test. Data used in this research is annual and financial report that is published through website
This research result shows that simultaneously good corporate governance does not influence the earnings management significantly. Other proxies of good corporate governance (leverage, institutional ownership, independent commissioner, and audit committee) do not influence the earnings management partially.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemajuan teknologi dan perkembangan bisnis semakin membawa
pengaruh yang besar terhadap segala bidang dalam kehidupan terutama dalam
bidang ekonomi. Akuntansi secara menyeluruh diartikan menyedikan informasi
yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi dan strategi bisnis
perusahaan. Kemapunan perusahaan menghasilkan laba dalam kegiatan
operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian kinerja perusahaan
merupakan indikator kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban kepada
para penyandang dana (stakeholder) dan juga merupakan elemen dalam
penciptaan nilai perusahaan yang menunjukan prospek perusahaan di masa yang
akan datang karena nilai perusahaan merupakan ukuran keberhasilan dalam
pelakasaan fungsi-fungsi keuangan yang telah dijalankan oleh manajemen.
Efektifitas manajemen dapat diukur dari laba yang dihasilkan penjualan dan
investasi yang biasa disebut dengan profitabilitas.
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi
internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik
(pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban
memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Tanda yang
diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti
tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai
informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (information asymetric).
Asimetri informasi terjadi karena manajer lebih superior dalam menguasai
informasi dibanding pihak lain (pemilik atau pemegang saham). Asimetri antara
manajemen (agent) dengan pemilik (principal) memberikan kesempatan kepada
manajer untuk bertindak oportunis, yaitu memperoleh keuntungan pribadi. Dalam
hal pelaporan keuangan, manajer dapat melakukan manajemen laba (earnings
management) untuk menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja
ekonomi perusahaan.
Tindakan earnings management telah memunculkan beberapa kasus
skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain Enron, Merck,
World Com dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat. Beberapa kasus
yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga
melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi
adanya manipulasi. Melihat beberapa contoh kasus tersebut, sangat relevan bila
ditarik suatu pertanyaan tentang efektivitas penerapan corporate governance.
Corporate governanace merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan
efesiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen
perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholders lainnya.
Corporate governance juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi
penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk
Perilaku manipulasi oleh manajer yang berawal dari konflik kepentingan
tersebut dapat diminimumkan melalui suatu mekanisme monitoring yang
bertujuan untuk menyelaraskan (alignment) berbagai kepentingan tersebut.
Memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (managerial
ownership) (Jensen dan Meckling, 1976), sehingga kepentingan pemilik atau
pemegang saham akan dapat disejajarkan dengan kepentingan manajer. Kebijakan
hutang merupakan salah satu alternatif pendanaan perusahaan selain menjual
saham di pasar modal. Hutang yang dipergunakan secara efektif dan efisien akan
meningkatkan nilai perusahaan.
Kepemilikan saham oleh investor institusional. Moh’d et al. (1998)
menyatakan bahwa investor institusional merupakan pihak yang dapat memonitor
agen dengan kepemilikannya yang besar, sehingga motivasi manajer untuk
mengatur laba menjadi berkurang. Melalui peran monitoring oleh dewan
komisaris (board of directors). Dechow et al. (1996) menemukan hubungan yang
signifikan antara peran dewan komisaris dengan pelaporan keuangan. Mereka
menemukan bahwa ukuran dan independensi dewan komisaris mempengaruhi
kemampuan mereka dalam memonitor proses pelaporan keuangan.
Penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya yang
meneliti pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap manajemen
laba. Beberapa penelitian mengenai mekanisme good corporate governance yang
mempengaruhi manajemen laba telah dilakukan dan ditemukan hasil yang
beragam. Penelitian yang dilakukan oleh Girsang (2010) yang berjudul Pengaruh
Real Estate dan Property. Dalam GCG, hanya kepemilikan manajerial yang
berpengaruh terhadap manajemen laba, proporsi dewan komisaris dan komite
audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dan GCG juga tidak
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Novalina (2011) yang berjudul Analisis
Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba
pada Perusahaan Property and Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Dalam GCG, Hanya dewan komisaris independen yang berpengaruh
terhadap manajemen laba, dan komite audit tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba dan GCG juga tidak berpengaruh terhadap kinerja. Penelitian
yang dilakukan oleh Popy (2012) yang berjudul Analisis Pengaruh Penerapan
Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Mekanisme good
corporate governance dalam hal ini kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
institusioanal, Proporsi dewan komisaris independen dan komite audit secara
bersama-sama tidak mempengaruhi manajemen laba.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate
Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Go Public
1.2 Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah adalah apakah terdapat pengaruh leverage,
kepemilikan instutisional, komposisi dewan komisaris independen dan komite
audit terhadap manajemen laba baik secara parsial maupun simultan?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk menguji:
1. apakah ukuran leverage berpengaruh terhadap manajemen laba,
2. apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen
laba,
3. apakah proporsi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap
manajemen laba,
4. apakah komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba.
5. apakah kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi
dewan komisaris independen, dan komite audit berpengaruh secara
simultan terhadap manajemen laba.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. penelitian ini bagi peneliti diharapkan dapat berkontribusi dalam
pengembangan teori, terutama akuntansi keuangan mengenai good
corporate governance serta pengaruhnya terhadap manajemen laba
2. bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan referensi dan bukti-bukti empiris untuk mengembangkan
penelitian yang sejenis dimasa mendatang,
3. penelitian ini bagi para pemakai laporan keuangan dan praktisi
penyelenggara perusahaan diharapkan dapat memberikan manfaat
dalam memahami good corporate governance, praktik manajemen laba
sehingga dapat meningkatkan nilai dan pertumbuhan perusahaan,
4. penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran
kepada pengembangan ilmu mengenai positif accounting theory
khususnya agency theory dan corporate governance theory, sehingga
dapat memperoleh permodelan-permodelan praktek corporate
governance yang secara konseptual berpengaruh terhadap earnings
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Perspektif teori agensi merupakan dasar yang digunakan untuk
memahami isu corporate governanace dan earnings management. Adanya
pemisahan kepemilikan oleh principal dengan pengendalian oleh agen dalam
sebuah organisasi cenderung menimbulkan konflik keagenen diantara principal
dan agen. Jensen dan Meckling (1976), Watts & Zimmerman (1986)
menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka-angka
akuntansi diharapkan dapat meminimalkan konflik diantara pihak-pihak yang
berkepentingan.
Laporan keuangan yang dilaporkan oleh agen sebagai pertanggung
jawaban kinerjanya, principal dapat menilai, mengukur dan mengawasi sampai
sejauh mana agen tersebut bekerja untuk meningkatkan kesejahteraannya serta
sebagai dasar pemberian kompensasi kepada agen. Inti dari Agency theory atau
teori keagenan adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan
kepentingan prinsipal dan agen dalam hal terjadi konflik kepentingan (Scott,
1997).
Menurut Eisenhard (1989), teori keagenan dilandasi oleh 3 (tiga) buah
asumsi yaitu: (a) asumsi tentang sifat manusia, (b) asumsi tentang
keorganisasian, dan (c) asumsi tentang informasi. Asumsi tentang sifat manusia
(self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan
tidak menyukai risiko (risk aversion). Asumsi keorganisasian adalah adanya
konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria produktivitas, dan
adanya Asymmetry Information (AI) antara prinsipal dan agen sedangkan asumsi
tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang sebagai barang komoditi
yang bisa diperjual belikan.
Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada
teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberi keyakinan
kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang mereka
investasikan.Corporate governance berkaitan dengan bagaimana investor yakin
bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi investor, yakin bahwa
manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam
proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana /kapital yang
telah ditanamkan oleh investor dan berkaitan dengan bagaimana para investor
mengendalikan para manajer (Sheifer dan Vishny 1997).
2.1.2 Good Corporate Governance
Istilah Corporate Governance (CG) pertama kali diperkenalkan oleh
Cadbury Committee tahun 1992 dalam laporannya yang dikenal sebagai
Cadbury Report (Tjager dkk., 2003). Adapun definisi Good Corporate
Governance dari Cadbury Committee yang berdasar pada teori stakeholder
“A set of rules that define the relationship between shareholders, managers,
creditors, the government, employees and internal and external stakeholders in
respect to their rights and responsibilities”.
Yang berarti seperangkat aturan yang mengatur hubungan antara para
pemegang saham, manajer, kreditur, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak
yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal lainnya yang
berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka.Good corporate governance
(GCG) secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan
perusahaan yang menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua
stakeholder (Monks,2003). Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini
pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan
benar dan tepat pada waktunya dan kedua, kewajiban perusahaan untuk
melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan
terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder.
Ada empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep good
corporate governance, (Kaen 2003; Shaw, 2003) yaitu fairness, transparency,
accountability, dan responsibility. Keempat komponen tersebut penting karena
penerapan prinsip good corporate governance secara konsisten terbukti dapat
meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga dapat menjadi penghambat
aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak
menggambarkan nilai fundamental perusahaan. Konsep good corporate
governance baru populer di Asia. Konsep ini relatif berkembang sejak tahun
1992. Negara-negara maju yang tergabung dalam kelompok OECD (kelompok
Negara-negara maju di Eropa Barat dan Amerika Utara) mempraktikkan pada
tahun 1999.
2.1.2.1 Prinsip-prinsip GCG
Secara umum terdapat lima prinsip dasar dari good corporate
governance yaitu: transparency (keterbukaan informasi), accountability
(akuntabilitas), responsibility (pertanggungjawaban), independency
(kemandirian) dan fairness (kesetaraan dan kewajaran).
1. Transparency (keterbukaan informasi), yaitu keterbukaan dalam
melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam
mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan.
Prinsip Transparency menekankan pada kualitas informasi yang
disajikan perusahaan. Untuk itu informasi yang ada dalam perusahaan
harus diukur, dicatat, dan dilaporkan oleh akuntan sesuai dengan prinsip
dan standar akuntansi yang berlaku. Prinsip ini mencerminkan variable
independen yaitu leverage .
2. Accountability (akuntabilitas), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem,
dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan
perusahaan terlaksana secara efektif. Akuntabilitas melibatkan peran
akuntan yang ada di posisi komite audit. Komite audit bertugas
reliabilitas dan integritas laporan keuangan perusahaan. Prinsip
Accountability mencerminkan variable independen yaitu komite audit.
3. Responsibility (pertanggung jawaban), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di
dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat
serta peraturan perundangan yang berlaku. Prinsip Responsibility
berhubungan dengan tanggungjawab perusahaan sebagai anggota
masyarakat yaitu dengan cara mengakomodasi kepentingan pihak-pihak
yang berkaitan dengan perusahaan.
4. Independency (kemandirian), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan
dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan
pengaruh/tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan
peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat. Intinya, prinsip ini mensyaratkan agar perusahaan
dikelola secara profesional tanpa ada benturan kepentingan dan tanpa
tekanan atau intervensi dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan
peraturan-peraturan yang berlaku. Prinsip Independency mencerminkan
variable independen yaitu proporsi dewan komisaris independen.
5. Fairness (kesetaraan dan kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan
setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul
berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Suatu
informasi akuntansi disebut wajar apabila disajikan sesuai dengan
Prinsip Akuntansi Berterima Umum di Indonesia. Tingkat kewajaran
hal ini auditor, berdasarkan petimbangan profesional mereka.Keadilan
(fairness) yang meliputi perlindungan bagi seluruh hak pemegang
saham, perlakuan yang sama bagi para pemegang saham. Prinsip
Fairness mencerminkan variable independen yaitu kepemilikan
instutisional.
Prinsip-prinsip corporate governance yang diterapkankan
memberikan manfaat diantaranya yaitu:
1. meminimalkan agency costs dengan mengontrol konflik kepentingan
yang mungkin terjadi antara prinsipal dengan agen,
2. meminimalkan cost of capital dengan menciptakan sinyal positif
kepada para penyedia modal,
3. meningkatkan citra perusahaan,
4. meningkatkan nilai perusahaan yang dapat dilihat dari cost of capital
yang rendah, dan
5. peningkatan kinerja keuangan dan persepsi stakeholder terhadap masa
depan perusahaan yang lebih baik.
2.1.2.2 Tujuan Good Corporate Governance
Tujuan dari Good Corporate Governance adalah untuk menciptakan
nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).
Pelaksanaan good corporate governance diharapkan dapat memberikan
beberapa manfaat yaitu:
1. meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses
operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada
stakeholders,
2. mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah
sehingga dapat lebih meningkatkan corporate value,
3. mengembalikan kepercayaan diri investor untuk menanamkan
modalnya di Indonesia,
4. pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena
sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan deviden.
2.1.3 Leverage
Leverage merupakan rasio antara total kewajiban dengan total ekuitas.
Semakin besar rasio leverage, berarti semakin tinggi nilai utang perusahaan.
Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman (dalam
Sulistyanto, 2008). Dalam hipotesis debt covenant bahwa motivasi debt
covenant disebabkan oleh munculnya perjanjian kontrak antara manajer dengan
perusahaan yang berbasis kompensasi manajerial.
Perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang tinggi, berarti proporsi
hutangnya lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi modal akan cenderung
melakukan manipulasi dalam bentuk manajemen laba. Kebijakan hutang
merupakan salah satu alternatif pendanaan perusahaan selain menjual saham di
pasar modal. Hutang yang dipergunakan secara efektif dan efisien akan
2.1.4 Kepemilikan institusional
Konsentrasi kepemilikan institusional merupakan saham perusahaan yang
dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan
investasi dan kepemilikan institusi lain. Masalah keagenan utama dalam
perusahaan dengan konsentrasi kepemilikan seperti ini adalah konflik antara
pemegang saham pengendali dengan pemegang saham minoritas. Apabila tidak
terdapat perlindungan hukum yang memadai, pemegang saham pengendali
dapat melakukan aktifitas yang menguntungkan dirinya sendiri dan merugikan
pemegang saham minoritas.
Investor institusional yang sering sebut sebagai investor yang canggih
sehingga seharusnya lebih dapat menggunakan informasi periode sekarang
dalam memprediksi laba masa depan dibanding investor non instusional.
Hubungan yang negatif antar discretionary accrual yang tidak diekspektasi
dengan imbal hasil di sekitar tanggal pengumuman karena investor
institusional mempunyai akses atas sumber informasi yang lebih tepat waktu
dan relevan yang dapat mengetahui keberadaan pengelolaan laba lebih cepat
dan lebih mudah dibandingkan investor individual.
Hasil penelitian Jiambavo et al (1996) menemukan bahwa nilai absolut
diskresioner berhubungan negatif dengan kepemilikan institusional. Hasil-hasil
penelitian tersebut menyatakan bahwa ada efek feedback dari kepemilikan
instusional yang dapat mengurangi pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan.
Jika pengelolaan laba tersebut efisien maka kepemilikan institusional yang tinggi
perusahaan bersifat oportunis maka kepemilikan institusional yang tinggi akan
mengurangi earnings management.
2.1.5 Proporsi Dewan Komisaris Independen
Proporsi dewan komisaris dapat memberikan kontribusi yang
efektif terhadap hasil dari proses penyusunan laporan keuangan yang berkualitas
atau kemungkinan terhindar dari kecurangan laporan keuangan.
Adanya dewan komisaris menjamin transparansi dan keinformatifan laporan
keuangan sehingga memfasilitasi hak pemegang saham untuk mendapatkan
informasi yang berkualitas. Proporsi dewan komisaris independen dalam
mekanisme good corporate governance berperan penting tidak hanya melihat
kepentingan pemilik tetapi juga kepentingan perusahaan secara umum.
Karakteristik dewan komisaris khususnya komposisi dewan komisaris
independen dapat menjadi suatu mekanisme yang menentukan tindakan
manajemen laba. Dewan komisaris independen merupakan posisis terbaik untuk
melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate
governance.
Hal ini mendukung penelitian Dechow(1996) bahwa perusahaan
memanipulasi laba lebih besar kemungkinannya apabila memiliki dewan
komisaris yang didominasi oleh manajemen dan lebih besar kemungkinannya
memiliki Chief Executive Officer (CEO) yang merangkap menjadi chairman of
board. Hal ini berarti tindakan memanipulasi akan berkurang jika struktur dewan
cenderung lemah, maka ada kecendrungan terjadinya moral hazard yang
dilakukan oleh para direktur perusahaan untuk kepentingannya melalui
pemilikan perkiraan-perkiraan akrual yang berdampak pada manajemen laba .
Perusahaan yang menyelenggarakan sistem corporate governance diyakini
akan membatasi pengelolaan laba yang oportunis. Oleh sebab itu, semakin tinggi
kualitas audit, semakin tinggi proporsi komisaris independen, kepemilikan
manajerial, semakin kecil kemungkinan earnings management dilakukan.
Hubungan negatif antara corporate governanace dan earnings management
ini dapat memperlemah pengaruh antara earnings management dan nilai
perusahaan
2.1.6 Komite Audit
Keberadaan komite audit diatur melalui surat edaran Bapepam Nomor
SE03/PM/2002. Dalam pelaksanaan tugasnya komite audit mempunyai fungsi
membantu dewan komisaris untuk :
1. meningkatkan kualitas laporan keuangan,
2. menciptakan kedisplinan dan pengendalian yang dapat mengurangsi
kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan,
3. meningkatkan efektivitas fungsi internal audit maupun eksternal audit,
4. mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris.
Tanggung jawab komite audit dalam bidang good corporate governance
adalah untuk memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai
melaksanakan pengawasannya secara efektif, terhadap benturan kepentingan dan
kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan. Tugas komite audit
dalam bidang ini adalah sebagai berikut:
a) menilai kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan kepatuhan
terhadap undang-undang dan peraturan, etika, benturan kepentingan dan
penyelidikan terhadap perbuatan yang merugikan perusahaan,
b) memonitor proses peradilan yang sedang terjadi ataupun yang ditunda serta
yang mengangkut masalah good corporate governance,
c) memeriksa kasus-kasus penting yang berhubungan dengan benturan
kepentingan, perbuatan yang merugikan perusahaan dan kecurangan.
d) keharusan auditor internal untuk melaporkan hasil pemeriksaan good
corporate governance dan temuan-temuan penting lainnya.
2.1.7 Manajemen Laba (Earning Management)
Scott (1997) mendefinisikan manajemen laba sebagai berikut “Given
that managers can choose accounting policies from a set (for example, GAAP),
it is natural to expect that they will choose policies so as to maximize their own
utility and/or the market value of the firm”. Dari definisi tersebut manajemen
laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari standar
akuntansi yang ada dan secara alamiah dapat memaksimumkan utilitas mereka
dan atau nilai pasar perusahaan. Manajemen laba sebagai suatu proses
berterima umum baik didalam maupun diluar batas General Accepted
Accounting Princisp (GAAP).
Definisi manajemen laba yang hampir sama dinyatakan pada pernyataan
dibawah ini.
• Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam
proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa
keuntungan privat (sebagai lawan untuk memudahkan operasi yang netral
dari proses tersebut). Manajemen laba adalah suatu proses yang dilakukan
dengan sengaja dalam batasan General Addopted Accounting Principles
(GAAP) untuk mengarah pada tingkatan laba yang dilaporkan.
• Manajemen laba adalah tindakan manajer yang menaikkan (menurunkan)
laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak
mempunyai hubungan dengan kenaikan atau penurunan profitabilitas
perusahaan dalam jangka panjang.
• Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan judgement dalam
laporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan
keuangan, sehingga menyesatkan stakeholders tentang kinerja ekonomi
perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil yang berhubungan dengan
kontrak yang tergantung pada angka akuntansi.
• Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan
eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba
adalah salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan
dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba
hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa.
• Manajemen laba merupakan area yang kontroversial dan penting dalam
akuntansi keuangan. Manajemen laba tidak selalu diartikan sebagai suatu
upaya negatif yang merugikan karena tidak selamanya manajemen laba
berorientasi pada manipulasi laba.
• Manajemen laba tidak selalu dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi
data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan dengan
pemilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen
untuk tujuan tertentu dalam batasan GAAP. Pihak-pihak yang kontra terhadap
manajemen laba, menganggap bahwa manajemen laba merupakan
pengurangan dalam keandalan informasi yang cukup akurat mengenai laba
untuk mengevaluasi return dan resiko portofolionya.
Motivasi untuk melakukan manajemen laba menurut Stice, Stice & Skousen
(2004:421) antara lain: (1) memenuhi target internal (target laba, target
penjualan); (2) memenuhi harapan eksternal (stakeholder); (3) meratakan atau
memuluskan laba (income smoothing); (4) mendandani angka laporan keuangan
(window dressing) untuk penjualan saham perdana (IPO) atau memperoleh
pinjaman.
Scoot dalam Restie (2010) mengemukakan beberapa motivasi terjadinya
1. Bonus Purpose
Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan
bertindak secara opportunistic untuk mengatur laba bersih tersebut sehingga
dapat memaksimalkan bonus mereka berdasarkan compensation plans
perusahaan.
2. Political Motivations
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada
perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan
karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan
aturan yang lebih kuat.
3. Taxation Motivation
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang
paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan
penghematan pajak pendapatan.
4. Pergantian CEO
CEO yang mendekati masa pensiun cenderung akan menaikkan laba untuk
meningkatkan bonus mereka. Demikian juga dengan CEO yang kurang
berhasil memperbaiki kinerja perusahaan, mereka akan memaksimalkan laba
agar tidak diberhentikan.
5. Initial Public Offering (IPO)
Perusahaan yang akan go public belum memilki harga pasar sehingga
perusahaan yang go public melakukan manajemen laba untuk memperoleh
harga yang lebih tinggi atas sahamnya.
6. Pentingnya Memberi
Informasi Kepada Investor Informasi mengenai kinerja perusahaan harus
disampaikan kepada investor sehingga laba perlu disajikan agar investor
dapat menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Adapun ringkasan penelitian terdahulu disajikan pada tabel 2.1 berikut :
komite audit. governance dalam hal ini kepemilikan Manajerial,
Girsang (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh Good Corporate
Governance terhadap manajemen laba dan kinerja perusahaan real estate dan
property yang terdaftar di BEI. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, dan komite audit. Variabel
dependennya adalah manajemen laba dan kinerja perusahaan. Sampel penelitian
ini sebanyak 17 perusahaan dengan tahun pengamatan 2007-2008. Hasil
penelitian ini menemukan bahwa hanya kepemilikan manajerial yang berpengaruh
terhadap manajemen laba, proporsi dewan komisaris dan komite audit tidak
Novalina (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh Good
Corporate Governance terhadap manajemen laba dan kinerja perusahaan real
estate dan property yang terdaftar di BEI. Variabel independen dalam penelitian
ini adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan instutioanal komisaris dewan
komisaris independen, dan komite audit. Variabel dependennya adalah
manajemen laba dan kinerja perusahaan. Sampel penelitian ini sebanyak 14
perusahaan dengan tahun pengamatan Perusahaan property and real estate yang
terdaftar di BEI selama tahun 2007- 2009 hasil penelitian menyatakan. Dalam
GCG, hanya dewan komisari independen yang berpengaruh terhadap manajemen
laba, dan komite audit tidak berpengaruh Terhadap manajemen laba dan GCG
juga tidak berpengaruh terhadap kinerja.
Popy (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh Good Corporate
Governance terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di BEI. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial,
proporsi dewan komisaris, dan komite audit. Variabel dependennya adalah
manajemen laba. Sampel penelitian ini sebanyak 25 perusahaan dengan tahun
pengamatan 2008-2010. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan institusioanal, Proporsi dewan komisaris independen dan
2.3Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1 Kerangka Konseptual
Adapun kerangka konseptual adalah sebagai berikut :
Kerangka Konseptual Sesuai dengan kajian teori keagenan (agency
Theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal)
mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian
mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut
(Jensen dan Meckling, 1976).
Pengelola perusahaan, manajer lebih banyak mengetahui informasi
internal dan prospek perusahaaan dimasa yang akan datang dibandingkan
dengan pemilik (pemegang saham). Manajer berkewajiban memberikan sinyal
Manajemen
laba (y)
Leverage (X1 )
Kepemilikan instutisional (X2 )
Proporsi dewan komisaris independen ( X3 )
mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi yang disampaikan
terkadang tidak sesuai dengan informasi perusahaan yang sebenarnya dan
dikenal dengan istilah asimetri informasi (information asymmetry). Asimetri
antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) memberi kesempatan
manajer untuk melakukan manajemen laba (Richardson, 1998).
Mekanisme Good Corporate Governance terdiri dari Leverage,
kepemilkian institusional, proporsi dewan komisaris independen, dan komite
audit. Semakin besarnya rasio leverage mengakibatkan risiko yang ditanggung
oleh pemilik modal juga akan semakin meningkat. Achmad et al. (2007)
menunjukkan bahwa peningkatan motivasi perjanjian hutang (debt covenant)
akan meningkatkan praktik manajemen laba. Alasannya bahwa motivasi debt
covenant merupakan praktik manajemen laba berlaku umum. Leverage yang
tinggi akan menyebabkan nilai pembiayaan yang juga tinggi, yang bertujuan
untuk mempertahankan kinerja jangka panjang. Hal tersebut dapat
menyuburkan perilaku opportunistic pihak manajemen terhadap laporan
keuangan dengan cara melakukan manajemen laba.
Investor institusional merupakan pihak yang dapat memonitor
perusahaan dengan kepemilikannya yang besar, sehingga motivasi manejer
untuk mengatur laba menjadi berkurang. Proporsi dewan komisaris independen
akan memberikan pengaruh terhadap manajemen laba karena dewan komisaris
mengawasi penyeimbangan kepentingan manajemen laba. Hal ini berarti proksi
dewan komisaris independen dapat meminimalisasi manajemen laba.
monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance. Hasil
penelitian Dechow memberikan simpulan bahwa perusahaan yang memiliki
proporsi anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan atau
outside director dapat mempengaruhi tindakan manajemen laba. Jika anggota
dewan komisaris dari luar meningkatkan tindakan pengawasan, hal ini juga
akan berhubungan dengan makin rendahnya penggunaan discretionary
accruals (Cornett et al., 2006).
Peranan komite audit juga akan memberikan pengaruh terhadap
manajemen. Komite audit berfungsi untuk membantu dewan komisaris dalam
meningkatkan kualitas laporan keuangan yang menutup kemungkinan
terjadinya manajemen laba. Jensen (1983) menyatakan bahwa non-executive
director (komisaris independen) dapat bertindak sebagai penengah dalam
perselisihan yang terjadi diantarapara manajer internal dan mengawasi
kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen. Komite
audit yang bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan, mengawasi
audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal (termasuk audit
internal) dapat mengurangi sifat opportunistic manajemen yang melakukan
manajemen laba (earnings management) dengan cara mengawasi laporan
keuangan dan melakukan pengawasan pada audit eksternal. Perusahaan yang
membentuk komite audit independen melaporkan laba dengan kandungan
akrual diskresioner yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang
2.3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang masih harus diuji.
Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau
lebih dalam rumusan proporsi yang dapat diuji secara empiris. Berdasarkan uraian
teoritis dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
“ leverage, kepemilikan instutisional, komposisi dewan komisaris
independen dan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba baik
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian
asosiatif kausal, karena tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan hubungan
sebab akibat dalam bentuk pengaruh antar variabel melalui pengujian hipotesis.
Penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel atau lebih. Hubungan yang dibentuk adalah
hubungan sebab akibat” (Sugiyono, 2007:11).
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Meliputi
laporan keuangan tahunan perusahaan yang dimuat dalam Indonesia Capital
Market Directory dan situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Data
yang digunakan dalam penelitian ini bersifat time series, yaitu sekumpulan data
dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam beberapa waktu tertentu,
misalnya dalam waktu tahunan.
Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan
yang telah diaudit oleh auditor independen, beserta catatan laporan keuangannya,
data-data Leverage, Kepemilkan instutisional, proporsi dewan komisaris
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah sekelompok orang, kejadian, suatu yang mempunyai
karakteristik tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011, yaitu
sebanyak 31 perusahaan (lampiran i). Sampel adalah bagian populasi yang
digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi. Adapun perusahaan yang
menjadi sampel adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2008-2011. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan suatu
kriteria tertentu. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 23 perusahaan.
Adapun yang menjadi kriteria dalam penentuan sampel adalah:
1. perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan tidak keluar
(delisting) pada tahun 2008-2011,
2. perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan yang lengkap selama periode
penelitian 2008-2011,
3. perusahaan yang memiliki data kepemilikan manajerial, dewan komisaris, dan
komite audit,
Table 3.1 Daftar Sampel Perusahaan
No Nama Bank
1 Bank Agro Niaga Tbk 2 Bank ICB Bumi Putra Tbk 3 Bank Capital Indonesia Tbk 4 Bank Ekonomi Raharja Tbk 5 Bank Central Asia Tbk 6 Bank Bukopin Tbk
7 Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk 8 Bank Nusantara Parahyangan Tbk 9 Bank Rakyat Indonesia (Persero)Tbk
10 Bank Danamon Indone
11 Bank Kesawan Tbk
12 Bank Mandiri (Persero) Tbk 13 Bank Bumi Arta Tbk
14 Bank Internasional Indonesia Tbk 15 Bank Permata Tbk
16 Bank Victoria International Tbk 17 Bank Artha Graha International Tbk 18 Bank Mayapada International Tbk 19 Bank Windu Kentjana International Tbk 20 Bank Mega Tbk
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan data, mencatat dan mengkaji data
sekunder berupa laporan keuangan perusahaan yang telah dipublikasikan dalam
periode pengamatan. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari website
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Independen ( Bebas )
Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel dependen (variabel terikat). Variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah mekanisme good corporate governance
yang terdiri dari Leverage, Kepemilkan instutisional, proporsi dewan komisaris
independen dan komite audit.
1. Leverage
Leverage merupakan rasio antara total kewajiban dengan total ekuitas.
Semakin besar rasio leverage, berarti semakin tinggi nilai utang perusahaan.
Leverage digunakan untuk menangkap insentif dalam tindakan manajemen
laba ketika terjadi pelanggaran perjanjian hutang (Klein, 2002). Rasio
leverage dihitung seperti di bawah ini:
leverage =totaltotalekuitashutang
2. Kepemilikan Institusional.
Kepemilikan Institusional adalah persentase saham yang dimiliki oleh
institusi / perusahaan (Beiner et al, 2003). Variabel ini diukur berdasarkan
persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham
yang beredar. Perhitungan dari kepemilikan institusional adalah :
Kepemilikan Instutisional =Saham yang dimiliki instutisional
3. Proporsi Dewan Komisaris Independen.
Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak
terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan
memegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau
hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak
independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan
(Komite Nasional Kebijakan Governance, 2004). Proporsi dewan komisaris
independen diukur berdasarkan persentase jumlah anggota dewan komisaris
independen dari seluruh jumlah komisaris perusahaan.
proposi dewan komisaris independen =jumlahkomisarisindependen
jumlahseluruhkomisaris x100%
4. Komite Audit
Adalah suatu komite yang terdiri dari tiga atau lebih anggota yang bukan
merupakan bagian dari manajemen perusahaan untuk melakukan pengujian
dan penilaian atas kewajaran laporan yang dibuat perusahaan. Keberadaan
komite audit diukur bedasarkan persentase jumlah komite audit yang berasal
dari komisaris independen dari seluruh jumlah anggota komite audit.
Perhitungan dari komite audit adalah :
Komite Audit =Jumlah anggota komite audit independen
3.5.2 Variabel Dependen ( terikat )
Variabel dependen adalah variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variable bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
manajemen laba. Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan maksud
tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk
memperoleh keuntungan pribadi (Schipper, 1989). Penggunaan discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model (Dechow et al., 1995).
TAC = Nit – CFOit.………..……….…....…...(1)
Nilai total accrual (TA) yang diestimasi dengan persaman regresi OLS
sebagai berikut
TAit/Ait-1 = β1 (1 / Ait-1) + β2 (ΔRevt / Ait-1) + β3 (PPEt / Ait-1) + e………...…...(2)
Dengan menggunakan koefisien regresi diatas nilai non discretionary accruals (NDA) dapat dihitung dengan rumus :
NDAit = β1 (1 / Ait-1) + β2 (ΔRevt / Ait-1 - ΔRect/ Ait-1) + β3 (PPEt / Ait-1)………...(3) Selanjutnya discretionary accrual (DA) dapat dihitung sebagai berikut:
DAit = TAit / Ait-1 – NDAit..………..………..…..……..………...(4) Keterangan :
Dait = Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t NDAit = Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t Tait = Total akrual perusahaan i pada periode ke t
Nit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke-t
Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1
ΔRevt = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t
PPEt = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t
ΔRect = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t
e = error
3.6 Metode Analisis Data
Data dikumpulkan metode studi pustaka dan dokumentasi. Studi pustaka
dilakukan dengan mengolah literatur, artikel, jurnal maupun media tertulis lain
yang berkaitan dengan topik pembahasan dari penelitian ini.
3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik 3.6.1.1 Uji Normalitas
Model regresi yang baik adalah model yang memiliki distribusi data
normal atau mendekati normal. Tujuan uji normalitas adalah untuk
mengatahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi
normal. Cara mendeteksinya yaitu dengan melihat grafik histogram
yang membandingkan dengan data observasi dengan distribusi yang
mendekati membandingkan dengan data observasi dengan distribusi
yang mendekati distribusi normal. Menurut Ghozali (2005), ada dua
cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak
a. Analisis Grafik
Untuk malihat normalitas data dapat dilakukan dengan melihat
histrogram atau pola distribusi data. Normalitas dapat dideteksi dengan
melihat penyebaran data (titik) pada sumbuh diagonal dari grafik atau
dengan melihat histrogram dari nilai residualnya. Jika data menyabar
di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau gafik
histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
b. Analisis Statistik
Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas residual
adalah uji statistik Kolmogorov Smirnov (K-S). Pedoman pengambialn
keputusan rentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi
normal berdasarkan uji Kolmogorov yaitu:
1. smirnov dapat dilihat dari nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas
<0,05, maka distribusi data adalah tidak normal,
2. nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas >0,05, maka distribusi data
adalah normal (Ghozali, 2005).
3.6.1.2 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menganalisis apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah
regresi yang bebas dari autokorelasi. Menurut Sugiyono (2001:76)
(DW) memiliki nilai lebih dari 5, atau Durbin-Watson (DW) > 5. Selain itu,
panduan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah sebagai
berikut:
a. Du < DW < 4-du. Nilai DW terletak diantara du dan 4-de maka
autokorelasi sama dengan nol dandiartikan tidak ada auto korelasi.
b. DW < dl . Nilai DW lebih rendah dari nilai Lower Bound (dl) maka
memiliki koefisien korelasi lebih besar dari nol dan memiliki autokorelasi
positif.
c. DW>4-dl .Nilai DW lebih besar nilai 4-dl maka memiliki koefisien
korelasi lebih kecil dari nol berarti ada autokorelasi negatif.
d. 4-du< DW< 4-dl, hasilnya tidak dapat disimpulkan.
Jika nilai Durbin-Watson tidak dapat memberikan kesimpulan apakah
data yang digunakan terbebas dari autokorelasi atau tidak, maka perlu
dilakukan Run-Test. Pengambilan keputusan didasarkan pada acak atau
tidaknya data, apabila bersifat acak maka dapat diambil kesimpulan bahwa
data tidak terkena autokorelasi. Menurut Ghozali (2005:120) acak atau
tidaknya data didasarkan pada batasan sebagai berikut :
a) apabila nilai probabilitas ≥ α = 0,05 maka observasi terjadi secar acak.
b) apabila nilai probabilitas ≤ α = 0,05 maka observasi terjadi secara
tidak acak.
3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji ini memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
yang lain. Untuk melihat ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan
dengan mengamati grafik scatterplot antar nilai prediksi variabel terikat
dengan residualnya. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedstisitas dilakukan
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scarrteplot dengan
dasar analisis:
1) jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,
2) jika tidak ada pola yang jelas, sperti titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbuh Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
(Ghozali,2005).
3.6.1.4 Uji Multikolonearitas
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi
linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini
sering ditemukan pada time series. Cara yang dapat digunakan untuk
mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji
Durbin Watson dengan ketentuan sebagai berikut:
1. angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif,
2. angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi,
3.6.2 Model Regresi Linear Berganda
Model regresi linear barganda adalah model regresi yang memiliki lebih
dari satu variabel independen. Persamaan regresi linear berganda digunakan
yaitu:
Y= α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
Keterangan:
Y = Manajemen Laba (variabel Dependen)
α = Konstanta
β1 β2 β3 β4 = Koefisisen regresi variable
X1= leverage
X2 = Kepemilikan institusional
X3 = Proporsi dewan komisaris independen
X4 = Komite
e = disturbance error
3.6.3Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian secara
3.6.3.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)
Menurut Ghozali (2005 : 84) uji statistik F pada dasarnya menunjukkkan
apakah semua variabel independen yang dimaksud dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji dua arah dengan hipotesis
sebagai berikut:
1. Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = 0, artinya tidak ada pengaruh secara signifikan
dari variabel bebas secara bersama-sama.
2. Ho : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ 0, artinya ada pengaruh secara signifikan dari
variabel bebas secara bersama-sama.
Penentuan besarnya F hitung menggunakan rumus :
�ℎ�����= �2 / ( � −1 )
( 1− �2)( � − � )
Keterangan :
R = koefisien determinan
n = jumlah observasi
k = jumlah variable
Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut :
1. Ho diterima dan Ha ditolak apabila F hitung < F tabel artinya variabel bebas
secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
2. Ho diterima dan Ha ditolak apabila F hitung > F tabel artinya variabel bebas
secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variable
terikat.
3.6.3.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)
Pengujian t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan
untuk mengetahui secara parsial variabel bebas berpengaruh secara
signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Pengujian ini dilakukan
dengan menggunakan uji dua arah dengan hipotesis sebagai berikut:
1. Ho = b1 = 0, artinya tidak ada pengaruh secara signifikan dari variabel
bebas terhadap variabel terikat,
2. Ho = b1 ≠ 0, artinya ada pengaruh secara signifikan dari variabel bebas
terhadap variabel terikat.
Untuk menilai t hitung digunakan rumus :
t
hitung=
�����������������1���������������1
Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut :
1. Ho diterima dan Ha ditolak apabila t hitung < t tabel. Artinya variabel bebas
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat,
2. Ho diterima dan Ha ditolak apabila t hitung > t tabel. Artinya variabel bebas
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian
Data dalam penelitian ini diperoleh dari Indonesian Capital Market
Directory (ICMD) tahun 2009-2011. Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan masih aktif dari
tahun 2009-2011. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan
metode purposive sampling dengan beberapa kriteria tertentu. Berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan, terdapat sejumlah 23 perusahaan Perbankan yang
memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel dan diamati selama periode 2009
sampai dengan 2011. Data mengenai populasi dan sampel dapat dilihat secara
jelas pada lampiran i. Berikut ini merupakan deskripsi data statistik dari seluruh.
Tabel 4.1
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum
Mean Std. Deviation
leverage 69 3.07 15.45 8.7119 2.58438
Kepemilikan instutisional 69 .00 .91 .2713 .17298
Proporsi Dewan Komisaris 69 .33 .80 .5682 .10858
Komite audit 69 .40 1.00 .7558 .21182
Manajemen laba 69 -.95 1.01 -.0109 .24608
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Tabel 4.1 maka dapat dijelaskan bahwa:
1. variabel leverage memiliki jumlah sampel sebanyak 69, nilai minimum 3,07
nilai maksimum 15,45 mean (nilai rata-rata) sebesar 8,7119 dan Standart
Deviation atau Simpangan baku sebesar 2,58438.
2. variabel Kepemilikan Instutisional memiliki jumlah sampel sebanyak 69,
nilai minimum 0,00 nilai maksimum 0,91 mean (nilai rata-rata) sebesar
0,2713 dan Standart Deviation atau Simpangan baku sebesar 0,17298.
3. variabel Proporsi Dewan Komisaris Independen memiliki jumlah sampel
sebanyak 69, nilai minimum 0,33 nilai maksimum 0,80 mean (nilai
rata-rata) sebesar 0,5682,dan Standart Deviation atau Simpangan baku sebesar
0,10858.
4. variabel Komite Audit memiliki jumlah sampel sebanyak 69, nilai minimum
0,40 nilai maksimum 1,00 mean (nilai rata-rata) sebesar 0,7558 dan
Standart Deviation atau Simpangan baku sebesar 0,21182.
5. variabel Manajemen Laba memiliki jumlah sampel sebanyak 69, nilai
minimum -0,95 nilai maksimum 1.01 mean (nilai rata-rata) sebesar -0,0109
dan Standart Deviation atau Simpangan baku sebesar 0,24608
4.2 Hasil Analisis
4.2.1 Uji Asumsi Klasik
Metode Analisis yang digunakan oleh peneliti adalah metode analisis
regresi berganda. Analisis regresi berganda berguna untuk menguji pengaruh
dari variabel Independen terhadap Variabel Dependen dalam suatu penelitian.
Sebelum melakukan uji hipotesis penelitian ini, terlebih dahulu peneliti akan
melakukan uji asumsi klasik, hal tersebut berguna untuk melihat apakah data
telah terdistribusi dengan normal dengan uji normalitas, dan untuk melihat
apakah penelitian tersebut terjadi multikolinearitas, heterokedastisitas dan
autokorelasi atau tidak. Menurut Ghozali (2005:123) asumsi klasik harus
memenuhi:
• berdistribusi normal,
• non-multikolinearitas, artinya antara variabel independen dalam model
regresi tidak memiliki korelasi atau hubungan secara sempurna ataupun
mendekati sempurna,
• non-Autokorelasi, artinya kesalahan pengganggu dalam model regresi
tidak saling korelasi,
• heteroskedasitas, artinya variance variabel independen dari satu
pengamatan kepengamatan yang lain adalah konstan atau sama.
4.2.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas berguna untuk melihat apakah data telah terdistribusi