• Tidak ada hasil yang ditemukan

O4-97 '()*+,-. :(,-6+3+) Z(4+H:+,L4()9+=+0 '(=+,-4 <6(4L) 9+)?(4+)L=6(,4+ _+);+ '(=+,-49+=+0 Y9+,+ _(,1-3+

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "O4-97 '()*+,-. :(,-6+3+) Z(4+H:+,L4()9+=+0 '(=+,-4 <6(4L) 9+)?(4+)L=6(,4+ _+);+ '(=+,-49+=+0 Y9+,+ _(,1-3+"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

0

12345

6

737589843

1

3872894

0

48

728

483

83

30 !"# !$%&$8" '()*+,-./'()+01+.+)/2+34-/5(,0()4+67/8(9+3/'+97/9()*+)/:+;+)* <6;(,*7=-6/>7*(,/4(,.+9+;/:+)9-)*+)/?7)(,+=/:+=67-0@/5(,,-0/9+) ?+*)(67-0

A$BCD91E&D$E4B$D3$"&E FG H FI '()*+,-./;J/9+)/K+0+/5(,0()4+67/L=(./M)N70/O(=-=L6(/9+=+0/',L6(6 J79,L=7676/-)4-3/?()7)*3+43+)/>7=+7/P7N7/MQ()*/PL)9L3 B$E FR HGS '()*+,-./'(0+3+7+)/?7)T+3/U+*-)* 4(,.+9+;/'L=+/K(0+3/8+,+. :(=7)Q7 VE GW H GX '()*+,-./'(01(,7+)/Y,7)/O+;7;+9+/Z(,1+*+7/:L)6()4,+679+)/K+0+ '(,()9+0+)/Z()7./O()4,L/[\()4,L6(0+/'-1(6Q()6]4(,.+9+;/8+T+ :(Q+01+.@/^7*L,74+69+)/Z(,+4/:(,7)*/_+)+0+) `$a$D Gb H SI O4-97/'()*+,-./:(,-6+3+)/Z(4+H:+,L4()9+=+0/'(=+,-4/J(36+)+@/<6(4L) 9+)/?(4+)L=6(,4+/_+);+/'(=+,-49+=+0/Y9+,+/_(,1-3+ !$B2"cd"& SR H SX e9()47f73+67/5-)*7/?73L,7N+/<,1-63-=+,/[5?<]97/J-4+)/K7)9-)* ?+)*,Lg(/'+)*3+=/Z+1-/:+1-;+4()/_+)h-)*/U+1-)*/Z+,+4/U+017

3"$E&2c6"i&$"$9$ED$EV$a$B Sb H WI ^L=-0(/<017)*/9+)/ZL1L4/Z+9+)/<)+3/:+017)*/'(,+)+3+)/M4+j+.

6(1+*+7/k(6;L)/'(01(,7+)/5OJ/9+)/'?OP

4D$ED$Ei$l WR H IS

e9()47f73+67/U()769+)/'(,1+)T+3+)/M)9L073L,7N+/KL3+=97/J-4+) :+0;-6/Y)7g(,674+6/U+017

2c6"i&$"$9$E3"$E&D$E4#$CD IW H Im Mg+=-+67/?-4-/P+1+./'+97/KL3+=/'+6+)*/O-,-4/<6+=/:(Q+0+4+)/_-)*3+= e=7,/:+1-;+4()/_+)h-)*/U+1-)*/Z+,+4 4CE" In H RF e9()47f73+67/?-4-/Z(,+69+,7/'+97/KL3+=/'+6+)*/O-,-4/<6+=/:(Q+0+4+) '()*+1-+)/:+1-;+4()/_+)h-)*/U+1-)*/Z+,+4 `&C9$%a RG H RX <)+=7676/8+)/:+,+34(,76+67/O()T+j+/<=3+=L79/8+,7/_+)+0+)/:7)+ [\.7)Q.L)+/=(9*(,7+)+] 3%a$0BE Ib H mI 6D$E6E"$E

(2)

PENGARUH PEMBERIAN URIN SAPI PADA BERBAGAI KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN BENIH SENTRO (Centrosema pubescens)

TERHADAP DAYA KECAMBAH, VIGORITAS DAN BERAT KERING TANAMAN

(THE EFFECT OF COW URINE CONCENTRATION AND DURATION OF SOAKING SEEDS SENTRO (CENTROSEMA PUBESCENS) ON

GERMINATION, VIGORITY AND PLANT DRY WEIGHT)

Farizaldi

Lab. Hijauan dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi 36361

Abstract

A study aims to determine the effect of cow urine concentration and duration of soaking seeds Sentro (Centrosema pubescens) on germination, vigority and plant dry weight. An experimental design used in this study was a completely randomized design (CRD) with 4x4 factorials. The first factor was cow urine concentrations of 0%, 5%, 10% and 15% and the second factor was duration of soaking seed (4 hours, 8 hours, 12 hours and 16 hours). Parameters measured were germination, vigority and plant dry weight. The data were analyzed by Anova and Duncan Test. The results showed that the higher the concentration of cow urine is the higher value of sprouts, vigority and plant dry weight. While the interaction of between soaking seeds and cow urine concentiation did not affect vigority and dry weight of plants.

Key words: cow urine, sentro seed, germination, vigoritas, plant dry weight

PENDAHULUAN

Peningkatan populasi ternak ruminansia tidak terlepas dari ketersediaan pakan, selain faktor bibit dan manajemen. Hijuan makanan ternak merupakan makanan utama bagi ternak ruminansia, karena itu diperlukan upaya penyediaan hiajaun makanan ternak baik dari jenis rumput – rumputan maupun jenis leguminosa. Salah satu jenis leguminosa yang dapat digunakan untuk pakan ternak ruminansia adalah sentro (Centrosema pubescenes).

Sentro (Centrosema pubescens)adalah

legum tropik dapat tumbuh pada lahan kering, tahan hidup di bawah naungan, produksi biji cukup tinggi serta menghasilkan daun yang lebat sebagai hijauan makanan ternak dengan produksi hijauan 12,87 ton/ha/th (PCARRP, 1992). Selain hijauan makanan ternak sentro juga dapat digunakan sebagai penutup tanah

(Cover crop) yang berfungsi mencegah erosi, menekan pertumbuhan gulma, menambah bahan organik serta meningkatkan ketersediaan unsur hara tanah.

Perbanyakan tanaman sentro umumnya secara generatif yaitu dengan menggunakan biji atau benih, akan tetapi sentro memiliki kulit biji yang keras dan tebal. Hal ini dapat menghambat masuknya air ke dalam biji sehingga dapat menggagalkan terjadinya perkecambahan, rendahnya vigoritas dan terhambatnya pertumbuhan awal tanaman. Usaha yang dapat dilakukan untuk melunakkan kulit biji sekaligus mempercepat perkecambahan dengan cara merendam biji sentro ke dalam larutan air atau zat perangsang tumbuh yang alami atau sintetis. Namun mengingat harga zat perangsang tumbuh sintetis yang ralatif mahal dan sulit di dapat, maka di cari alternatif yang lain menggunakan zat perangsang tumbuh alami

(3)

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains

yang harganya relatif murah dan mudah untuk memperolehnya. Salah satu zat perangsang tumbuh alami adalah urin sapi. Urin sapi merupakan berupa kotoran ternak sapi berupa cairan yang kaya akan auksin dan giberilin yang berperan mempercepat proses awal terjadinya perkecambahan dan pertumbuhan tanaman ( Abidin, 1985).

Benih yang bermutu secara fisiologis ditentukan dari kemampuan daya kecambah, vigoritas dan berat kering tanaman. Daya kecamabah adalah kemampuan benih untuk tumbuh normal pada suhu yanng optimal, akan tetapi kemampuan daya kecambah belum mampu memberikan informasi yang lengkap tentang kemampuan benih untuk tumbuh di lapangan. Untuk itu di perlukan uji vigoritas guna memperoleh gambaran kemampuan benih untuk tumbuh normal pada kondisi lapangan/lingkungan yang suboptimal, sedangnkan berat kering tanaman adalah ukuran pertumbuhan awal tanaman yang merupakan cerminan dari senyawa organik dan anorganik di dalam jaringan pada akar, batang maupun daun.

Berdasarkan pemikiran tersebut diatas maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian urin sapi pada berbagai konsentrasi dan lama perendaman benih terhadap daya kecambah, vigoritas dan berat kering tanaman.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca dan Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih sentro, tanah ultisol, urin sapi bali, polybag, kapas, aquades. Peralatan yang digunakan adalah kawat biasa, wadah perendaman, ember, cangkul, tali plastik,mistar, timbangan, oven listrik, gelas ukur, cawan petridish, cawan poselin dll.

Dalam penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial 4x4 dengan faktor pertama adalah konsentrasi urin sapi yaitu 0%, 5%, 10% dan 15% dan faktor kedua adalah lama perendaman benih

yaitu 4 jam, 8 jam, 12 jam dan 16 jam. Parameter yang diamati adalah daya kecambah, vigoritas dan berat kering tanaman. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidak ragam dan dilanjutkan dengan uji jarak Duncan bila terdapat perbedaan pengaruh yang nyata (Steel and Torrie,(1993)).

Sebelum benih direndam dalam larutan urin sapi, terlebih dahulu urin sapi disaring menggunakan kain kasa kemudian urin sapi diencerkan dengan aquades dengan konsentrasi dari maing – masing perlakuan. Tahap selanjutnya menyiapkan 60 butir benih murni sentro lalu dimasukkan ke dalam wadah perendaman yang telah diisi denagan larutan urin sapi dengan konsentrasi larutan dan lama perendaman yang telah ditentukan. Waktu perendaman diatur agar pengangkatan benih yang telah direndam dilakukan secara serentak untuk semua perlakuan. Selanjutnya dilakukan uji daya kecambah, vigoritas dan berat kering tanaman.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Daya Kecambah

Untuk mengetahui nilai daya kecambah suatu benih dilakukan dengan membandingkan jumlah benih yang berkecambah dengan jumlah benih yanng dikecambahkan(Sutopo, 1998). Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil daya kecambah benih sentro seperti terlihat pada tabel 1.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan konsetrasi urin sapi berpengaruh nyata (P< 0,05) terhadap daya kecambah. Sedangkan lama perendaman dan interaksi kedua faktor perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap daya kecambah. Pada tabel 1. terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi urin sapi maka daya kecambah yang diperoleh semakin tinggi. Dilihat dari nilai rataan terlihat bahwa daya kecambah tertinggi diperoleh pada konsentrasi urin sapi 15 % dan berbeda nyata (P< 0,05) dengan konsentrasi urin sapi 0%, 5% dan 10%.

Paling tingginya daya kecambah pada konsentrasi urin sapi 15 % diduga hormon

(4)

Tabel 1. Rataan daya kecambah benih sentro pada berbagai perlakuan (%). Lama Perendaman (Jam)

Konsentrasi Urin Sapi (%)

4 8 12 16 Rataan 0 47,33 51,33 56,66 60,21 53,88a 5 62,67 52,67 63,33 70,34 62,25b 10 64,00 70,63 67,32 50,72 63,16b 15 66,67 70,68 71,34 72,67 70,34c Rataan 60,16 61,32 64,66 63,48

Keterangan: angka yang diikuti huruf kecil yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (P< 0,05) giberilin dan auksin pada konsentrasi urin sapi

15 %mampu meningkatkan pertumbuhan kecambah, karena hormon giberilin dan auksin berperan dalam mendorong aktivitas enzim glukoneogenik pada fase awal perkecambahan biji. Hal ini menjamin konversi yang cepat dari lipid menjadi sukrosa yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan embrio menjadi kecambah. Disamping itu hormon giberilin juga dapat mendorong enzim hidrolitik kemudian berdifusi ke endosperm dan merubah molekul yang disimpan di endosperm menjadi gula dan asam amino. Zat ini semua menjamin pertumbuhan embrio biji. Kusumo (1984) menyatakan bahwa giberilin bersama auksin berperan dalam memperpanjang akar tanaman, pembelahan sel, perpanjangan sel sehingga dapat meningkatkan kekuatan tumbuh kecambah untuk dapat menjadi kecambah yang normal. Hasil penelitian Endang (1995) bahwa perendaman benih aren dalam larutan giberilin pada konsentrasi 15% berpengaruh nyata dalam meningkatkan daya kecambah.

Lama perendaman benih tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap daya kecambah, di duga tidak semua benih mengalami proses imbibisi dengan baik selama perendaman benih. Hal ini disebabkan asam organik, diantaranya asam natthalin asetat dan iondole asetat yang terdapat dalam urin sapi belum mampu melunakkan kulit biji sentro yang keras yang tebal sehingga terganggu proses imbibisi artinya benih tidak dapat menghisap air sehingga tidak mampu mengaktifkan enzim di dalam benih. Harry dkk (1990) menyatakan bahwa proses imbibisi pada benih berguna untuk

meningkatkan kandungan air dan mengaktifkan enzim. Enzim tersebut dapat aktif bila terdapat kandungan air yang cukup. Enzim yang aktif akan mencerna zat – zat makanan yang tersedia dalam benih. Kemudian hasilnya disalurkan ke titik – titik tumbuh tanaman yang digunakan untuk pertumbuhan.

Walaupun interaksi konsentrasi urin sapi dan lama perendaman benih tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap daya kecambah, akan tetapi dilihat dari nilai rataan kecenderungan daya kecambah semakin tinggi, jika konsentrasi urin sapi semakin tinggi dan perendaman benih yang semakin lama.

Vigoritas

Vigoritas benih merupakan indikator viabilitas benih yang menunjukkan benih yang tumbuh kuat dilapangan dalam kondisi lingkungan yang sub optimal (Sadjad, 1993). Nilai rataan vigoritas pada benih sentro dapat dilihat pada tabel 2.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi urin sapi berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap vigoritas, sedangkan lama perendaman benih dan interaksi kedua faktor perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap vigoritas. Pada tabel 2. terlihat bahwa konsentrasi urin sapi 15 % menghasilkan vigoritas tertinggi dan berbeda nyata (P<0,05) dengan konsentrasi 0%, tetapi tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan konsentrasi 5% dan 10%. Secara keseluruhan terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi urin sapi maka semakin tinggi pula vigoritas yang dihasilkan. Hal ini diduga meningkatnya kandungan giberilin dan auksin yang terdapat

(5)

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains

Tabel 2. Rataan vigoritas benih sentro pada berbagai perlakuan (%) Lama Perendaman (Jam) Konsentrasi Urin Sapi (%)

4 8 12 16 Rataan 0 41,24 53,33 56,67 60,00 52,81b 5 73,33 63,33 66,68 60,10 65,86a 10 63,33 66,67 70,10 70,14 67,50a 15 66,67 66,68 73,33 73,33 70,10a Rataan 61,14 62,50 66,67 65,83

Keterangan: angaka yang diikuti huruf kecil yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (P< 0,05) dalam larutan urin sapi yang mampu

mengaktifkan enzim di dalam benih sehingga enzim dapat melakukan fungsinya dalam penyusunan dan perombakan zat – zat makanan untuk pertumbuhan tanaman. Kamil (1979) bahwa enzim yang terdapat dalam benih berfungsi untuk merubah pati dan hemiselulosa menjadi gula, lemak menjadi gliserin dan asam lemak, protein menjadi asam amino yang nantinya akan digunakan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan tanaman.

Tidak berpengaruh nyata (P>0,05) lama perendaman terhadap vigoritas karena asam organik yang terdapat dalam larutan urin sapi tergolong asam lemak. Sehingga tidak mampu melunakkan kulit benih sentro yang tebal dan keras. Akibatnya proses imbibisi tidak terjadi secara sempurna. Prawoto dan Supridjadji (1992) menyatakan bahwa asam organik yang terdapat pada urin sapi seperti asam indole asetat dan asam natthalin asetat tergolong asam lemak. Gardner (1991) bahwa kulit benih jenis leguminosa mempunyai lapisan skeleroid dan malphigi yang kompak dan padat sehingga bersifat kedap air.

Interaksi konsentrasi urin sapi dan lama perendaman benih yang tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap vigoritas, disebabkan proses imbibisi benih tidak sempurna walaupun benih direndam sampai 16 jam. Sehingga kandungan air dalam benih rendah dan mengakibatkan enzim tidak aktif dalam benih. Enzim dalam benih dapat aktif kalau air cukup dalam benih. Enzim yang aktif terus masuk ke bagian endosperm dan mencerna zat – zat yang tersedia di dalam benih dan kemudian hasilnya disalurkan/ditranlokasikan ke titik –titik tumbuh yang akan digunakan untuk pertumbuhan tanaman (Harry dkk., 1990).

Berat Kering Tanaman

Berat kering tanaman mencerminkan besarnya produksi yang dapat dihasilkan dan berhubungan dengan kandungan bahan kering dalam jaringan tubuh tanaman(Kamil,1979). Nilai rataan berat kering tanaman sentro pada berbagai konsentrasi dan lama perendaman dapat dilihat pada tabel 3.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi urin sapi berpengaruh Tabel 3. Rataan berat kering tanaman sentro pada berbagai perlakuan (gr/polybag)

Lama Perendaman (Jam) Konsentrasi Urin Sapi (%)

4 8 12 16 Rataan 0 2,13 1,95 2,12 2,16 2,10a 5 2,16 2,65 3,77 2,74 2,58b 10 2,72 2,80 2,54 2,47 2,63b 15 3,25 3,36 2,45 3,45 3,12c Rataan 2,54 2,69 2,72 2,70

(6)

nyata (P<0,05) terhadap berat kering tanaman.sedangkan lama perendaman dan interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap berat kering tanaman. Hasil uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa konsentrasi urin sapi 15% memperoleh nilai berat kering tanaman tertinggi berbeda nyata (P<0,05) dengan konsentrasi urin sapi 0%,5%, dan 10%. Hal ini sejalan dengan daya kecambah dan vigoritas juga tertinggi pada konsentrasi urin sapi 15%. Paling tingginya berat kering tanaman pada konsentrasi urin sapi 15 %, karena lebih dominannya pengaruh giberilin dan auksin di dalam larutan urin sapi untuk menumbuhkan mata tunas yang tidur(mematahkan dorminasi benih)demikian juga unsur hara yang terdapat pada urin sapi konsentrasi 15% mampu mendorong pembentukan tanaman seperti jumlah cabang lebih banyak dan perkembangan daun yang luas dan lebat sehingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman sentro dalam penimbunan berat kering tanaman. Setyati (1993) bahwa pertumbuhan tanaman ditunjukan pertambahan ukuran dan berat kering tanaman. Pertambahan dari berat kering tanaman mencerminkan bertambahnya protoplasma karena ukuran sel dan jumlahnya bertambah.

Interaksi konsentrasi dan lama perendaman benih yang tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap berat kering tanaman. Hal ini berkaitan dengan interaksi konsentrasi urin sapi dan lama perendaman benih juga tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap daya kecambah dan vigoritas. Sehingga kondisi tersebut tentu memepengaruhi tanaman sentro dalam penimbunan berat kering tanaman. Suseno (1975) mengatakan bahwa kemunduran benih dibuktikaan sebagai menurunnya daya kecambah yang mengakibatkan rendahnya vigoritas serta jeleknya pertumbuhan dan produksi. Dugaan lain yang menyebabkan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) interaksi kedua faktor perlakuan terhadap berat kerinng tanaman adalah kondisi lingkungan tempat tumbuh tanaman sentro yang hanya terdiri dari tanah dan air serta tanpa pemberian pupuk, selama 45 hari penanaman sehinga proses fotosintesis

tidak sempurna. Maka hasil fotosintesis rendah, yang mengakibatkan lambatnya pertumbuhan dan rendah berat kering tanaman. Kusumo (1984) menyatakan bahwa peningkatan berat suatu organ tanaman merupakan hasil dari peningkatan aktivitas fotosintesis. Seterusnya Wijaya (1993) menyatakn semakin tinggi hasil fotosintesis maka karbohidrat yang dihasilkan juga semakin bertambah yang digunakan sebbagai sumber energi berbagai proses pembentukan organ tanaman.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis statistik dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi urin sapi yang diberikan, untuk maka kecambah, vigoritas dan berat kering tanaman semakin meningkat. Sedangkan lama perendaman benih dan interaksi konsentrasi urin sapi dan lama perendaman benih tidak memepengaruhi daya kecambah, vigoritas dan berat kering tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 1985. Dasar – Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Penerbit Angkasa Bandung.

Endang, I. Y. 1995. Pengaruh Pemberian Giberilin Terhadap Perkecambahan Benih Pinang. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

Gardner, P. B. Dan R. L. Mitchel. 1991. Fisiologis Tanaman Budidaya. Terjemahan Herawati S. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Harry, S. P, Muqnisyah dan E. Murniati. 1990. Biologis Benih. PAU Ilmu Hayat Institut Pertanian Bogor. Kamil, S. 1979. Fisiologi Benih. Departemen

Agronomi. Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang.

Kusumo,1984. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. CV. Yasaguna. Jakarta. PCARRD. 1982. 1982. The Philipines

Recommends For Integgrated Cattle Coconut Farming Los Banos, Laguna.

(7)

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains

Prawiranata. M. S. Harran dan P. Tjindronegoro.1981. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Departemen Botani Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Praworo dan Supridjadji. 1992. Urin sapi

Sebagai Perangsang Perakaran Rumput. Balai Penelitian Perkebunan. Jambi.

Rismunandar. 1983. Komoditi Expor Pakan, Tanaman Perkebunan-Rempah dan Obat. CV. Penebar Swadaya. Jakarta. Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih.

PT. Gramedia. Jakarata.

Setyati, H. S. 1993. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia. Jakarta.

Steel, R. G. D dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik Suatu Pendekatan Biometrik. Terjemahan oleh Bambang S. PT. Gramedia. Jakarta.

Suseno, H. 1975. Fisiologi dan Biokimia Kemunduran Benih. Dasar- Dasar Teknologi Benih. Kapita Selekta Departemen Agronomi. Institut Pertanian Bogor.

Sutopo, L. 1998. Teknologi Benih Cetakan Keempat. CV. Rajawali. Jakarta. Wijaya, I. 1993. Pengadan Biji untuk Batang

Bawah. Teknologi Usaha Tani Karet Rakyat. Balai Penelitian Perkebunan. Palembang.

Gambar

Tabel 1. Rataan daya kecambah benih sentro pada berbagai perlakuan (%). Lama Perendaman (Jam)
Tabel 2. Rataan vigoritas benih sentro pada berbagai perlakuan (%) Lama Perendaman (Jam) Konsentrasi Urin Sapi (%)

Referensi

Dokumen terkait

15 pesan khutbah nikah yang diteliti di Kecamatan Baleendah menunjukkan bahwa terdapat 12 kategori tema syariah, 9 kategori tema akidah dan akhlak, dan 8 kategori tema

Analisis Pengaruh Identitas Terhadap Kebijakan Luar Negeri Israel Setelah melewati berbagai hal dan pada akhirnya berhasil mendirikan sebuah negara, membuat bangsa Yahudi

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang

Pada uji Dissolved Oxygen (DO) dan uji Biological Oxygen Demand (BOD) perlakuan awal yang dilakukan ialah memasukkan sampel ke dalam botol winkler yang bertutup dengan cara

2 Wakil Dekan Bidang I SALINAN TERKENDALI 02 3 Wakil Dekan Bidang II SALINAN TERKENDALI 03 4 Manajer Pendidikan SALINAN TERKENDALI 04 5 Manajer Riset dan Pengabdian

Pengawasan kualitas merupakan alat bagi manajemen untuk memperbaiki kualitas produk bila dipergunakan, mempertahankan kualitas produk yang sudah tinggi dan

Adanya gula yang terikat pada flavonoida (bentuk yang umum ditemukan) cenderung menyebabkan flavonoida lebih mudah larut dalam air dan dengan demikian campuran pelarut yang

Masalah yang dihadapi adalah (1) perkuliahan ini dilakukan secara team teaching, tetapi masih belum ada bahan ajar yang bisa dipahami secara sama oleh dosen pengampu mata