0
12345
6
737589843
1
3872894
0
4 8
728
483
83
30 !"# !$%&$8" '()*+,-./'()+01+.+)/2+34-/5(,0()4+67/8(9+3/'+97/9()*+)/:+;+)* <6;(,*7=-6/>7*(,/4(,.+9+;/:+)9-)*+)/?7)(,+=/:+=67-0@/5(,,-0/9+) ?+*)(67-0A$BCD91E&D$E4B$D3$"&E FG H FI '()*+,-./;J/9+)/K+0+/5(,0()4+67/L=(./M)N70/O(=-=L6(/9+=+0/',L6(6 J79,L=7676/-)4-3/?()7)*3+43+)/>7=+7/P7N7/MQ()*/PL)9L3 B$E FR HGS '()*+,-./'(0+3+7+)/?7)T+3/U+*-)* 4(,.+9+;/'L=+/K(0+3/8+,+. :(=7)Q7 VE GW H GX '()*+,-./'(01(,7+)/Y,7)/O+;7;+9+/Z(,1+*+7/:L)6()4,+679+)/K+0+ '(,()9+0+)/Z()7./O()4,L/[\()4,L6(0+/'-1(6Q()6]4(,.+9+;/8+T+ :(Q+01+.@/^7*L,74+69+)/Z(,+4/:(,7)*/_+)+0+) `$a$D Gb H SI O4-97/'()*+,-./:(,-6+3+)/Z(4+H:+,L4()9+=+0/'(=+,-4/J(36+)+@/<6(4L) 9+)/?(4+)L=6(,4+/_+);+/'(=+,-49+=+0/Y9+,+/_(,1-3+ !$B2"cd"& SR H SX e9()47f73+67/5-)*7/?73L,7N+/<,1-63-=+,/[5?<]97/J-4+)/K7)9-)* ?+)*,Lg(/'+)*3+=/Z+1-/:+1-;+4()/_+)h-)*/U+1-)*/Z+,+4/U+017
3"$E&2c6"i&$"$9$ED$EV$a$B Sb H WI ^L=-0(/<017)*/9+)/ZL1L4/Z+9+)/<)+3/:+017)*/'(,+)+3+)/M4+j+.
6(1+*+7/k(6;L)/'(01(,7+)/5OJ/9+)/'?OP
4D$ED$Ei$l WR H IS
e9()47f73+67/U()769+)/'(,1+)T+3+)/M)9L073L,7N+/KL3+=97/J-4+) :+0;-6/Y)7g(,674+6/U+017
2c6"i&$"$9$E3"$E&D$E4#$CD IW H Im Mg+=-+67/?-4-/P+1+./'+97/KL3+=/'+6+)*/O-,-4/<6+=/:(Q+0+4+)/_-)*3+= e=7,/:+1-;+4()/_+)h-)*/U+1-)*/Z+,+4 4CE" In H RF e9()47f73+67/?-4-/Z(,+69+,7/'+97/KL3+=/'+6+)*/O-,-4/<6+=/:(Q+0+4+) '()*+1-+)/:+1-;+4()/_+)h-)*/U+1-)*/Z+,+4 `&C9$%a RG H RX <)+=7676/8+)/:+,+34(,76+67/O()T+j+/<=3+=L79/8+,7/_+)+0+)/:7)+ [\.7)Q.L)+/=(9*(,7+)+] 3%a$0BE Ib H mI
PENGARUH PENAMBAHAN WAKTU FERMENTASI DEDAK PADI DENGAN KAPANG ASPERGILUS NIGER TERHADAP KANDUNGAN MINERAL
KALSIUM, FERRUM DAN MAGNESIUM
Wahyudi Tri Untoro1)dan Ahmad Nasution2)
1)
Alumni Fakultas Peternakan Universitas Jambi
2)
Program Studi Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi 36361
Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh penambahan waktu fermentasi dedak padi dengan kapang Aspergilus niger terhadap kandungan bahan kering, mineral kalsium, ferrum dan magnesium. Materi yang digunakan adalah dedak padi dan Aspergilus niger . Percobaan didisain dengan rancangan acak lengkap yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan T0 adalah adalah lama fermentasi 24 jam, T1 adalah lama fermentasi 48 jam, T2 adalah lama fermentasi 72 jam dan T3 adalah lama fermentasi 96 jam. Peubah yang diamati adalah kandungan bahan kering, kandungan mineral kalsium, ferrum dan magnesium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan waktu fermentasi dedak padi dengan kapang Aspergilus niger tidak mempengaruhi kandungan bahan kering, akan tetapi sangat nyata mempengaruhi kandungan mineral baik kalsium , ferrum maupun magnesium. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa penambahan waktu fermentasi dedak padi dengan Aspergilus niger menaikkan kandungan mineral kalsium, ferrum dan magnesium.
Kata kunci : dedak halus, fermentasi, kalsium, ferrum, magnesium.
PENDAHULUAN
Dedak halus sudah umum di kenal oleh peternak baik sebagai bahan pakan ternak unnggas maupun sebagai bahan pakan konsentrat untuk ternak ruminansia. Dedak halus sebagai hasil ikutan pengolahan gabah yang merupakan sumber energi dan mengandung protein sekitar 13,5 %, thiamin dan niacin (Anggorodi, 1985).
Hal yang kurang menguntungkan pada dedak halus adalah kandungan asam phytat yang dapat mengikat mineral-mineral yang dibutuhkan oleh ternak. Asam phytat juga merupakan agen pencengkram ion-ion bervalensi dua seperti Ca, Fe, dan Zn yang mengakibatkan ketersediaan mineral tersebut rendah (Graf, 1983).
Pada proses fermentasi , mikroba memecah komponen yang komplek menjadi lebih sederhana sehingga dapat tersedia dan diserap dan digunakan oleh ternak. Bahan
pakan yang mengalamai fermentasi biasanya mengandung gizi yang lebih baik bila dibandingkan dengan sebelumnya, bahkan dapat mensintesa vitamin dan zat-zat lain yang dibutuhkan ternak dalam masa pertumbuhan (Winarno dan Fardiaz, 1990).
Zuheid Noor (1993) menyatakan asam phitat dapat membentuk garam yang tidak larut apabila asam phitat tyersebut berikatan dengan kalsium atau mineral lain, sehingga mineral-mineral tidak dapat diserap oleh dinding usus.
Aspergilus niger menghasilkan enzim
phitase yang dapat menghidrolisis asam phitat sehingga mineral akan terlepas dari ikatannya dan menjadikan mineral tersebut tersedia bagi ternak. Enzim phitase (myo-inositol heksa
phosphohydrolase) merupakan suatu
phosphomono esterase yang mampu
menghidrolisis asam phitat (mio-inositol
heksahydogen phosphate)menjadi
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
phospho myo-inositol yang lebih rendah pada
kondisi tetentu bahkan dapat menjadi fosfat dan myo-inositol bebas (Cosgrove, 1980)
Perlakuan fermentasi dapat meningkatkan daya tahan simpan dedak halus dan mengurangi kandungan asam phitat serta zat-zat lain yang bersifat antinutrisi (Sudarmanto, 1983).
MATERI DAN METODE
Materi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah dedak padi, kapang
Aspergilus niger yang diperoleh dari Balitnak
Ciawi Bogor dan mineral lengkap menurut Kompiang dkk. (1994). Alat yang digunakan adalah nampan plastik untuk tempat fermentasi, kawat, kukusan, pengaduk, thermometer, sarung tangan dan seperangkat alat untuk analisis mioneral kalsium, ferrum dan magnesium.
Rancangan yang dipakai dalam percobaan ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan.Perlakuan merupakan lama waktu fermentasi yakni 24 jam (T0), 48 jam (T1), 72 jam (T2) dan 96 jam (T3). Data dianalisis dengan sidik ragam (Anova) dan untuk uji lanjutnya digunakan Uji jarak Duncan (Steel dan Torrie, 1993).
Dedak padi difermentasikan dengan
Aspergilus niger menurut prosedur Kompiang
dkk. (1994), yaitu :
1. Satu kg dedak padi dicampur dengan 1 liter air atau dengan perbandingan 1 : 1 selanjutnya dikukus dengan air mendidih selama 30 menit.
2. Setelah dingin kira-kira suhu sekitar 50o C, tambahkan mineral lengkap formula Kompiang dkk. (1994), dengan komposisi ZA 72 g, urea 40 g, NaH2PO415 g, KCL 1,5 g, FeSO4 0,75 g dan MgSO4 untuk setiap 1 kg substart dan diaduk secara merata.
3. Selanjutnya diinokulasikan dengan 2 g
Aspergilus niger untuk 1 kg substrat.
4. Substrat campuran ini dibagi dua dan dimasukkan kedalam nampan plastik yang sudah dilobangi , ketebalan substrat ± 3 cm, kemudian diinkubasikan selama 24, 48, 72 dan 96 jam pada suhu 28 – 32o C.
5. Setelah fermentasi selesai sesuai dengan masing-masing perlakuan, bahan dipanen dan dimasukkan ke dalam oven untuk menghentikan aktivitas fermentasi, selanjutnya dilakukan analisis sesuai peubah yang diamati.
Peubah yang diamati adalah kadar bahan kering dan kandungan mineral Kalsium, Ferrum serta Magnesium.
1. Kadar Bahan Kering
Pengukuran bahan kering dilakukan dengan cara menimbang sampel sebanyak 5 g, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105o C selama 24 jam. Setelah itu untuk mengetahui kadar bahan kering adalah dengan jalan mengurangi sampel sebelum dikeringkan dengan sampel yang telah dikeringkan.
2. Kadar Mineral Kalsium, Ferrum dan Magnesium.
Cara analisis yaitu dengan mengambil 5 g bahan dari setiap perlakuan, kemudian dianalisis di Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor.
Cara kerja :
Timbang 0,25 g sampel ditambahkan 3,5 ml HNO3(p) dan 0,5 ml HCLO4 diamkan satu malam kenudian didestruksi/dipanaskan dengan suhu awal 100o C dilanjutkan sampai suhu akhir 200o C. Kemudian dinginkan dan diencerkan dengan air bebas mineral (aquades)sampai volume 25 ml lalu di kocok. Seterusnya diambil 0,5 ml contoh diencerkan lagi dengan 4,5 ml aquades dan diukur dengan alat AAS untuk penentuan kadar Kalsium, Ferrum dan Magnesium.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar bahan kering, mineral kalsium, magnesium dan ferrum dari dedak padi sesuai dengan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kadar bahan kering dedak padi tidak nyata (P>0,05) dipengaruhi oleh penambahan waktu fermentasi . Rataan kadar bahan kering dedak padi yang difermentasi Aspergillus niger
Tabel 1. Kadar bahan kering, mineral kalsium, magnesium dan ferrum dedak padi sesuai dengan perlakuan Perlakuan Parameter T0 T1 T2 T3 Kadar BK (%) 89,74 89,80 87,73 88,53 Kalsium (%) 0,0770B 0,0780B 0,0800B 0,0904A Magnesium (%) 0,3800C 0,3700C 0,4200A 0,4000B Ferrum (ppm) 158,24C 250,57A 125,41D 180,85B
berkisar antara 87,73 % sampai dengan 89,74 %. Hal ini diduga karena selama proses fermentasi terjadi peningkatan kadar zat makanan tertentu dalam proporsi seimbang seperti peningkatan protein kasar karena adanya penambahan urea ke dalam fermentasi dedak padi dan kemungkinan adanya penurunan kandungan serat kasar yang disebabkan adanya aktivitas enzim sellulase yang dihasilkan oleh Aspergillus niger seperti enzim B glukosidase yang mampu menghidrolisis serat kasar, sehingga mengakibatkan kadar bahan kering yang relatif sama. Maryamah (1993) menyatakan bahwa Aspergillus niger merupakan kapang yang mampu memproduksi protein dengan penambahan bahan mineral, ammonium sulfat, urea, natrium dihidrogenphosfat, magnesium sulfat, kalium klorida dan ferrosulfat .
Dari Tabel 1 terlihat bahwa kadar mineral kalsium dedak padi sangat nyata (P<0,01) dipengaruhi oleh penambahan waktu ferm,entasi. Hasil uji jarak Duncan menunjukkan bahwa dedak padi yang difermentasikan dengan kapang Aspergillus
niger selama 96 jam (T3) dengan nilai 0,0904
% memperlihatkan kadar kalsium yang paling tinggi, diikuti berturut-turut oleh 72 jam (T2) 0,0800 %, 48 jam (T1) 0,0780 dan 24 jam (T0) 0,077 %.
Hasil terbut menunjukkan bahwa waktu yang terbaik dari fermentasi untuk meningkatkan kadar kalsium adalah 96 jam (T3) 0,0904 %. Di dalam proses fermentasi dengan kapang Aspergillus niger terjadi pelepasan ikatan antara mineral kalsium dengan asam phytat, dimana sebelumnya
kombinasi mineral tersebut dengan asam phytat merupakan suatu senyawa yang sulit untuk dicerna. Menurut Kompiang dkk. (1994) bahwa proses fermentasi akan meningkatkan ketersediaan nutrien seperti protein, kalsium, phosphor dan kandungan energi metabolis yang pada akhirnya juga akan dapat meningkatkan derajat kecernaan dari zat makanan dimaksud.
Hasil analisis ragam terhadap kandungan mineral magnesium pada dedak padi sangat nyata (P,0,01) dipengaruhi oleh lama fermentasi dengan kapang Aspergillus niger. Sedangkan hasil uji lanjut dengan uji Duncan ternyata dedak padi yang difermentasikan selama 72 jam (T2) 0,4200 % merupakan kadar mineral magnesium yang paling tinggi, diikuti berturut-turut dengan 96 jam (T3) 0,4000 %, 24 jam (T0) 0,3800 % dan 48 jam (T1) 0,3700 %.
Peningkatan kadar mineral magnesium pada lama fermentasi 72 jam (T2) 0,4200 % diperkirakan karena dengan meningkatnya kadar magnesium dalam bahan pakan menyebabkan terjadinya peningkatan nilai zat makanan di dalam bahan pakan tersebut. Sama halnya dengan kalsium maka fermentasi dengan kapang Aspergillus niger akan
menyebabkan terjadinya pemisahan antara mineral magnesium dengan asam phytat, namun sedikit berbeda hasilnya dibandingkan dengan apa yang terjadi pada mineral kalsium. Pada mineral kalsium seakan-akan semakin lama fermentasi dengan kapang Aspergillus
niger maka akan semakin tinggi kadar
kalsium yang diperoleh, sedangkan pada mineral magnesium ternyata yang paling tinggi diperoleh pada lama fermentasi 72 jam (T2) dan apabila waktu fermentasi ditambah menjadi 96 jam (T3) maka akan terjadi penurunan kadar magnesium.
Perubahan zat makanan pada hasil fermentasi dikemukakan oleh Maryamah (1993) bahwa fermentasi adalah suatu proses perubahan kimia dalam substrat organik yang berlangsung karena aksi katalisator – katalisator biokimia, yaitu enzim yang dihasilkan oleh mikroba-mikroba tertentu. Fermentasi dapat meningkatkan nilai gizi bahan berkualitas rendah serta berfungsi
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
sebagai salah satu teknik pengolahan dalam rangka pengawetan bahan dan merupakan cara untuk mengurangi bahkan menghilangkan zat racun yang terkandung pada bahan makanan.
Seterusnya Tabel 1 juga memperlihatkan bahwa kandungan mineral ferrum pada dedak padi dipengaruhi oleh penambahan waktu fermentasi. Hasil analisis ragam menunjukkan kadar ferrum dedak padi sangat nyata (P<0,01) dipengaruhi oleh lama fermentasi. Hasil uji jaran Duncan menghasilkan kadar ferrum yang paling tinggi diperoleh dengan lama fermentasi 48 jam (T1) 250,24 ppm yang diikuti secara berturut-turut oleh 96 jam (T3) 180,85 ppm, 24 jam (T0) 158,24 ppm dan 72 jam (T2) 125,41 ppm.
Kadar mineral ferrum pada 48 jam (T1) 250,24 ppm berkemungkinan merupakan lama fermentasi optimal, sehingga penambahan waktu fermentasi seperti 72 jam (T2) 125,41 ppm dan 96 jam (T3) 180,85 ppm akan mengakibatkan penurunan kadar mineral ferrum. Dengan perkataan lain , penambahan waktu fermentasi dedak padi dengan kapang
Aspergillus niger di atas 48 jam tidak effisien
karena akan menurunkan kadar mineral ferrum.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan waktu (lama) fermentasi dedak padi dengan kapang Aspergillus niger tidak mempengaruhi kandungan bahan kering namun sebaliknya penambahan waktu fermentasi akan menaikkan kandungan mineral kalsium, akan tetapi tidak efektif untuk ferrum di atas 48 jam dan juga tidak efektif untuk magnesium di atas 72 jam.
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Muthahir Makanan Ternak Unggas. Cetakan Pertama, UI Press., Jakarta.
Cosgrove, D.J. 1980. Inositol Fosfates. Their Chemistry, Biochemistry and Phisiology. Elsevier Scientific Publishing,Co , London.
Graf, E. 1983. Calcium binding to phytic acid . J. Agric. Food Chemistry 31 : 851- 855. Kompiang, I.P., Darma, T. Purwadaria, A. Sinurat dan S. Kompiang. 1994. Proten enrichment study, cassava enrichment melalui proses biologi untuk ternak mono gastric. Laporan penelitian Agricultur research manajemen proyek. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian , Jakarta. Maryamah, M. 1993. Pengaruh pemberian
ransom dengan berbagai tingkat cassapro terhadap ferformans ayam broiler galur Indian river, Skripsi, Fakultas Peternakan UNPAD, Bandung. Steel R.G.D. dan J.H. Torrrie. 1993. Prinsim
dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan Biometrik, Terjemahan B. Sumantri, PT. Gramedia, Jakarta. Sudarmanto. 1983. Usaha memperbaiki
kualitas katul sebagai makanan ayam potong dengan jalan fermentasi. Proyek pengembangan Ilmu dan Teknologi. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor.
WinarnoF.G. dan S. Fardiaz. 1990. Bio Fermentasi dan Bio Sintesa protein. Angkasa, Bandung.
Zuheid Noor. 1993. Senyawa Anti Gizi. Pusat Antar Universitas- Pangan dan Gizi. Universitas Gajahmada, Yogyakarta.