• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI BERAU

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU

NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

KABUPATEN BERAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan publik di lingkungan Pemerintah Kabupaten Berau, perlu ditetapkan

Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi pemerintahan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Berau;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas, perlu ditetapkan Peraturan Bupati Berau tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi pemerintahan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Berau

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 Tentang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72) Tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953

Tentang Pembentukan Daerah TK II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9)

Sebagai Undang-Undang (Memori Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan

Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

3. Undang–Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

(2)

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 246 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 215, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5357);

7. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025;

8. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 9 tahun 2008

tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Berau (Lembaran Daerah Kabupaten Berau Tahun 2008 Nomor 9);

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2011 Tentang Standar Operasional Prosedur di Lingkungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota;

10. Peraturan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 36 Tahun 2012 Tentang Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Berau;

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Berau yang terdiri dari Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah;

(3)

3. Bupati adalah Bupati Berau;

4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Berau;

5. Satuan kerja Perangkat Daerah Kabupaten Berau selanjutnya disebut SKPD kabupaten Berau adalah Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan, Kelurahan dan Lembaga lain;

6. Standar Operasional Prosedur adalah serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan aktivitas organisasi, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan; 7. Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan (SOP AP) adalah

standar operasional prosedur dari berbagai proses penyelenggaraan administrasi pemerintahan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

8. Administrasi pemerintahan adalah pengelolaan proses pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahan yang dijalankan oleh organisasi pemerintah.

BAB II

TUJUAN DAN SASARAN Pasal 2

Pedoman ini bertujuan untuk memberikan panduan bagi SKPD dalam mengidentifikasi, menyusun, mendokumentasikan, mengembangkan, memonitor serta mengevaluasi SOP AP sesuai dengan tugas dan fungsi.

Pasal 3

Sasaran yang diharapkan dapat dicapai melalui pedoman ini adalah:

a. SKPD sampai dengan unit yang terkecil memiliki SOP nya masing-masing; b. Penyempurnaan proses penyelenggaraan pemerintahan;

c. Ketertiban dalam penyelenggaraan pemerintahan; d. Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

BAB III

PRINSIP PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN SOP AP Pasal 4

Prinsip Penyusunan SOP AP adalah:

a. Kemudahan dan kejelasan. Prosedur-prosedur yang distandarkan harus dapat dengan mudah dimengerti dan diterapkan oleh semua aparatur bahkan bagi seseorang yang sama sekali baru dalam pelaksanaan tugasnya;

b. Efisiensi dan efektivitas. Prosedur-prosedur yang distandarkan harus merupakan prosedur yang paling efisien dan efektif dalam proses pelaksanaan tugas;

c. Keselarasan. Prosedur-prosedur yang distandarkan harus selaras dengan prosedur-prosedur standar lain yang terkait;

(4)

d. Keterukuran. Output dari prosedur-prosedur yang distandarkan mengandung standar kualitas atau mutu baku tertentu yang dapat diukur pencapaian keberhasilannya;

e. Dinamis. Prosedur-prosedur yang distandarkan harus dengan cepat dapat disesuaikan dengan kebutuhan peningkatan kualitas pelayanan yang berkembang dalam penyelenggaraan administrasi pemerintahan;

f. Berorientasi pada pengguna atau pihak yang dilayani. Prosedur prosedurnyang distandarkan harus mempertimbangkan kebutuhan pengguna (customer’s needs) sehingga dapat memberikan kepuasan kepada pengguna; g. Kepatuhan hukum. Prosedur-prosedur yang distandarkan harus memenuhi

ketentuan dan peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku;

h. Kepastian hukum. Prosedur-prosedur yang distandarkan harus ditetapkan oleh pimpinan sebagai sebuah produk hukum yang ditaati, dilaksanakan dan menjadi instrumen untuk melindungi aparatur atau pelaksana dari kemungkinan tuntutan hukum

Pasal 5 Prinsip Pelaksanaan SOP AP adalah:

a. Konsisten. SOP AP harus dilaksanakan secara konsisten dari waktu ke waktu, oleh siapa pun, dan dalam kondisi yang relatif sama oleh seluruh jajaran SKPD.

b. Komitmen. SOP AP harus dilaksanakan dengan komitmen penuh dari seluruh jajaran organisasi, dari tingkatan yang paling rendah dan tertinggi;

c. Perbaikan berkelanjutan. Pelaksanaan SOP AP harus terbuka terhadap penyempurnaan-penyempurnaan untuk memperoleh prosedur yang benar-benar efisien dan efektif;

d. Mengikat. SOP AP harus mengikat pelaksana dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan prosedur standar yang telah ditetapkan;

e. Seluruh unsur memiliki peran penting. Seluruh aparatur melaksanakan peran-peran tertentu dalam setiap prosedur yang distandarkan. Jika aparatur tertentu tidak melaksanakan perannya dengan baik, maka akan mengganggu keseluruhan proses, yang akhirnya juga berdampak pada terganggunya proses penyelenggaraan pemerintahan;

f. Terdokumentasi dengan baik. Seluruh prosedur yang telah distandarkan harus didokumentasikan dengan baik, sehingga dapat selalu dijadikan acuan atau referensi bagi setiap pihak-pihak yang memerlukan

BAB IV

PENYUSUNAN SOP AP Pasal 6

(1) Setiap SKPD Wajib menyusun SOP AP.

(5)

Pasal 7

(1) Tim Penyusun SOP AP pada SKPD ditetapkan dengan Keputusan Kepala SKPD.

(2) Tim Penyusun SOP AP tingkat Kabupaten ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

BAB V

PENETAPAN SOP AP Pasal 8

(1) SOP AP SKPD ditetapkan dengan Keputusan Kepala SKPD. (2) SOP AP lintas SKPD ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

BAB VI

PENGAWASAN PELAKSANAAN SOP AP Pasal 9

(1) Atasan langsung secara melekat dan terus menerus melakukan pengawasan pelaksanaan SOP AP.

(2) Hasil pengawasan pelaksanaan SOP AP dilaporkan kepada Kepala SKPD setiap triwulan.

BAB VII PELAPORAN

Pasal 10

(1) Hasil pelaksanaan SOP AP pada SKPD dilaporkan kepada Bupati.

(2) Hasil pelaksanaan SOP AP Pemerintah Kabupaten dilaporkan kepada Gubernur.

BAB VIII

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 11

SKPD yang telah menetapkan SOP AP harus menyesuaikan dengan Peraturan Bupati ini.

(6)

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP Pasal 12

Dengan berlakunya peraturan ini, peraturan yang menetapkan hal yang sama dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 13

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Berau.

NO NAMA JABATAN PARAF

1. Ir. H. Ahmad Rifai, MM Wakil Bupati

2. Drs. H. Jonie Marhansyah Sekretaris Daerah

3. Drs. H. Anwar Ass. Pemerintahan

4. Hj. Sri Eka Takariyati, SH, MM Kabag Hk & Per-UU

5. Iwan Setiawan, SH Kasubbag Pert. Per-UU

Ditetapkan di Tanjung Redeb pada tanggal, 24 Desember 2014

BUPATI BERAU, ttd

H. MAKMUR HAPK

Diundangkan di Tanjung Redeb pada tanggal, 24 Desember 2014 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BERAU, ttd H. JONIE MARHANSYAH

BERITA DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN 2014 NOMOR 43

Salinan sesuai dengan Aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM DAN

PERUNDANG-UNDANGAN, ttd

Hj. SRI EKA TAKARIYATI, SH, MM Pembina Tk. I

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan sistem drainase secara menyeluruh dengan pekerjaan DED Drainase Kawasan perlu dilakukan mengingat wilayah terbangun yang cukup luas sehingga dikhawatirkan

6. Formal Group dan informal Group 7. Membership Group dan Reference Group 8. Kelompok Okupasional dan Volonter D. Kelornpok-kelompok Sosial yang Tidak TeraturE. 1.

[r]

bahwa Peraturan Bupati Nomor 26 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Dinas Dalam Negeri dan Luar Negeri Bagi Pejabat, Pegawai Negeri Sipil, Calon Pegawai Negeri

(5) Pihak KEDUA berkewajiban menyampaikan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana hibah berupa laporan realisasi penerimaan dan pengeluaran sesuai dengan rencana

Dalam pelaksanaan pengembangan Agribisnis kakao, Pemerintah Daerah melakukan koordinasi dengan lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) sesuai dengan ketentuan

bahwa untuk memenuhi ketentuan dalam Pasal 183 Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 8 Tahun 2009 tentang Pokok- Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah, perlu ditetapkan Peraturan

(1) Dengan Peraturan Bupati ini, dilakukan pergeseran alokasi anggaran sesuai organisasi, Kelompok Belanja Tidak Langsung, Kelompok Belanja Langsung (Program dan