• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pendahuluan Diare pada Anak.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Pendahuluan Diare pada Anak.docx"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pendahuluan Diare pada Anak

Laporan Pendahuluan Diare pada Anak

1. Definisi 1. Definisi

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011).

satu hari (Depkes RI, 2011).

Berikut ini adalah beberapa pengertian diare menurut para ahli, yaitu suatu keadaan dimana : Berikut ini adalah beberapa pengertian diare menurut para ahli, yaitu suatu keadaan dimana : a.

a. Individu mengalami perubahan dalam kebiasaan BAB yang normal, ditandai seringnya kehilanganIndividu mengalami perubahan dalam kebiasaan BAB yang normal, ditandai seringnya kehilangan cairan dan feses yang tidak berbentuk (Susan, 2005).

cairan dan feses yang tidak berbentuk (Susan, 2005). b.

b. Defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinjaDefekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja (Suharyono, 2004).

(Suharyono, 2004). c.

c. Bertambahnya jumlah atau berkurangnya konsistensi tinja yang dikeluarkan (Pitono, 2006).Bertambahnya jumlah atau berkurangnya konsistensi tinja yang dikeluarkan (Pitono, 2006). d.

d. Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kaliDiare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair (Suriadi, 2010).

atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair (Suriadi, 2010). e.

e. 9 9

Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga didefinisikan sebagai Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih

bila sudah lebih dari 4 kali dari 4 kali buang air buang air besar (Dewi, 2010).besar (Dewi, 2010).

Jadi dapat disimpulkan dari beberapa pengertian tersebut bahwa diare adalah buang air besar Jadi dapat disimpulkan dari beberapa pengertian tersebut bahwa diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair yang dapat disertai lendir atau darah (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair yang dapat disertai lendir atau darah dengan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali sehari dimana diare akut berlangsung kurang dari dua dengan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali sehari dimana diare akut berlangsung kurang dari dua minggu dan diare kronik berlangsung lebih dari dua minggu.

minggu dan diare kronik berlangsung lebih dari dua minggu. 2. Etiologi

2. Etiologi

Menurut A. Aziz (2007),

Menurut A. Aziz (2007), Etiologi diare dapat dibagi Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, dalam beberapa faktor, yaitu :yaitu : a.

a. Faktor infeksiFaktor infeksi

Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk kedalam saluran Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan daerah permukaan intestinal sehingga terjadinya perubahan kapasitas dari intestinal menurunkan daerah permukaan intestinal sehingga terjadinya perubahan kapasitas dari intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi intestinal dalam absorbsi cairan dan elektrolit. yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi intestinal dalam absorbsi cairan dan elektrolit.  Adanya

 Adanya toksin toksin bakteri bakteri juga juga akan akan menyebabkan menyebabkan sistem sistem transpor transpor menjadi menjadi aktif aktif dalam dalam usus, usus, sehinggasehingga sel mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.

sel mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat. 1)

(2)

2) Infeksi bakteri: oleh bakteriVibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas. 3) Infeksi virus: oleh virus Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, poliomyelitis), Adenovirus, Ratavirus,

 Astrovirus.

4) Infestasi parasit: oleh cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur  (Candida albicans).

5) Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti Otitis media akut (OMA),Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia,Ensifalitis,  keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.

b. Faktor malabsorbsi

Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.

1) Malabsorbsi karbohidrat: Disakarida (Intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa), munosakarida (intoleransi lukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang tersering ialah intoleransi laktosa.

2) Malabsorbsi lemak 3) Malabsorbsi protein

c. Faktor makanan

Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik dan dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang akhirnya menyebabkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan seperti makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.

d. Faktor psikologis

Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang dapat mempengaruhi proses penyerapan makanan seperti : rasa takut dan cemas.

3. Patofisiologi

Menurut Suriadi (2010), akibat terjadinya diare baik akut maupun kronis adalah :

a. Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan.

b. Cairan, sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler kedalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit, dan dapat terjadi asidosis metabolik.

Diare yang terjadi merupakan proses dari transfort aktif akibat rangsangan toksin terhadap elektrolit kedalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal

(3)

sehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit. Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini terjadi pada sindrom malabsorbsi. Serta meningkatnya motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal.

4.Pathway 

Meningkatnya tekanan osmotik

(4)

Gambar 1

Pathway  diare (NANDA, 2013)

5. Tanda dan Gejala

Menurut Widjaja (2006), tanda dan gejala penyakit diare pada anak yaitu: a. Anak menjadi cengeng atau gelisah.

b. Suhu badannya meninggi.

c. Tinja menjadi encer, berlendir, atau berdarah.

d. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu. e. Anusnya lecet.

f. Gangguan gizi akibat asupan makanan yang kurang. g. Muntah sebelum atau sesudah diare.

h. Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah) i. Dehidrasi

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium penting dalam menegakkan diagnosis (kausal) yang tepat, sehingga dapat memnerikan terapi yang tepat pula (Suharyono, 2004). Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada anak dengan diare, yaitu:

a. Pemeriksaan tinja, baik secara makroskopi maupun mikroskopi dengan kultur  b. Test malabsorbsi yang meliputi karbohidrat (pH, Clini test), lemak, dan kultur urine.

7. Komplikasi

Menurut Depkes RI (2001), akibat diare dan kehilangan cairan serta elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut:

(5)

b. Syok hipovolemik.

c. Hipokalemia (gejala meteorismus, hipotoni  otot lemah, dan bradikardi )

d. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktose. e. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik .

f. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare yang berlangsung lama)

B. Konsep Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diare 1. Pengkajian

a. Identitas

Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan.

b. Keluhan utama

Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang), BAB > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung < 14 hari maka diare tersebut adalah diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah diare persisten (Suriadi, 2010).

c. Riwayat penyakit sekarang Menurut Suharyono (2004), yaitu:

1) Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan timbul diare.

2) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.

3) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya makin lama makin asam. 4) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.

5) Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. 6) Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi. Urine normal pada diare tanpa

dehidrasi. Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urine dalam waktu 6 jam pada dehidrasi berat.

d. Riwayat kesehatan

Menurut Suharyono (2004), yaitu:

1) Riwayat imunisasi terutama campak, karena diare lebih sering terjadi atau berakibat berat pada anak-anak dengan campak atau yang baru menderita campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari penurunan kekebalan pada pasien.

2) Riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan (antibiotik) karena faktor ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab diare.

(6)

3) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelum, selama, atau setelah diare.

e. Riwayat nutrisi

Menurut Suharyono (2004), yaitu:

1) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan dapat mengurangi resiko diare dan infeksi yang serius.

2) Pemberian susu formula, apakah dibuat menggunakan air masak dan diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan mudah menimbulkan pencemaran.

3) Perasaan haus, anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus dan minum seperti biasa. Pada dehidrasi ringan/sedang anak merasa haus dan banyak minum. Pada dehidrasi berat anak malas minum atau tidak bisa minum.

g. Pemeriksaan fisik

Menurut Suharyono (2004), yaitu: 1) Keadaan umum

a) Baik, sadar (tanpa dehidrasi).

b) Gelisah, rewel (dehidrasi ringan atau sedang). c) Lesu, lunglai, atau tidak sadar (dehidrasi berat)

2) Berat badan

Menurut Nursalam (2005), anak yang diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat badan sebagai berikut:

Tabel 2 Tingkat Dehidrasi

Tingkat Dehidrasi Kehilangan Berat Badan Dalam % Bayi  Anak Besar  Dehidrasi ringan 5% (50 ml/kg) 3% (30 ml/kg) Dehidrasi sedang 5-10% (50-100 ml/kg) 6% (60 ml/kg) Dehidrasi berat 10-15% (100-150 ml/kg) 9% (90 ml/kg)

Presentase penurunan berat badan tersebut dapat diperkirakan saat anak dirawat di rumah sakit. Sedangkan di lapangan, untuk menentukan dehidrasi, cukup dengan menggunakan penilaian keadaan anak.

3) Kulit

Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan turgor, yaitu dengan cara mencubit daerah perut menggunakan kedua ujung jari (bukan kuku). Apabila turgor kembali dengan

(7)

cepat (< 2 detik), berarti diare tersebut tanpa dehidrasi. Apabila turgor kembali dengan lambat (= 2 detik), ini berarti diare dengan dehidrasi ringan/sedang. Apabila turgor kembali sangat lambat (> 2 detik), ini termasuk diare dengan dehidrasi berat.

4) Kepala

 Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-ubun nya biasanya cekung. 5) Mata

 Anak yang diare tanpa dehidrasi bentuk kelopak m atanya normal. Apabila mengalami dehidrasi ringan/sedang kelopak matanya cekung. Apabila mengalami dehidrasi berat kelopak matanya sangat cekung.

6) Mulut dan lidah

a) Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi).

b) Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang). c) Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat).

7) Abdomen

a) Kemungkinan distensi. b) Mengalami kram.

c) Bising usus yang meningkat. 8) Anus

 Apakah ada iritasi pada kulitnya karena frekuensi BAB yang menigkat. 2. Diagnosa Keperawatan

Menurut NANDA (2013), yaitu:

a. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output  yang berlebihan.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output yang berlebihan. c. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder terhadap diare. d.  Ansietas pada anak berhubungan dengan tindakan keperawatan.

e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi berhubungan dengan pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi danketerbatasan kognitif.

3. Intervensi Keperawatan Menurut NANDA (2013), yaitu:

(8)

a. Diagnosa I : Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output  yang berlebihan.

NOC   : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil:

1) Tidak terjadi dehidrasi 2) TTV dalam batas normal 3) Turgor kulit kembali elastis 4) Kulit tidak kering

5) Mukosa bibir basah 6) Tidak pucat lagi

NIC  : Manajemen cairan dan elektrolit 1) Guidance

Kaji dan pantau tanda dan gejala dehidrasi dan intake output cairan.

Rasional : Penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit.

2) Support 

Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi.

Rasional : Sebagai upaya mencapai keseimbangan cairan dan elektrolit dan upaya rehidrasi cairan yang telah keluar akibat BAB yang berlebihan.

3) Teaching 

 Ajarkan keluarga untuk sering memberikan minum air putih pada pasien.

Rasional : Agar keluarga mengetahui memberikan air minum yang sering untuk mengganti cairan yang hilang.

4) Environment 

Buat lingkungan yang tenang dan nyaman.

Rasional : agar pasien dapat istirahat dengan nyamandan menurunkan kebutuhan metabolik. 5) Collaboration

Kolaborasi dengan analis dan dokter dalam pemberian obat.

Rasional : Mengetahui penyebab diare dengan pemeriksaan tinja dan pemberian obat yang tepat sesuai hasil laboratorium.

b. Diagnosa II : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output  yang berlebihan.

NOC   : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil:

(9)

2) Pasien sudah bisa makan 3) BB pasien kembali normal

NIC : Manajemen nutrisi 1) Guidance

Kaji dan pantau pemasukan makanan dan status nutrisi pasien

Rasional : Deteksi dini untuk pemberian terapi nutrisi yang tepat dan memperbaiki defisit. 2) Support 

Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan

Rasional : Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien memungkinkan.

3) Teaching 

 Ajarkan keluarga untuk pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet.

Rasional : Agar keluarga mengetahui program diet pasien untuk memperbaiki status nutrisinya. 4) Environment 

Buat lingkungan yang tenang dan nyaman.

Rasional : agar pasien dapat istirahat dengan nyaman dan menurunkan kebutuhan metabolik. 5) Collaboration

Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian makanan yang tepat sesuai kondisi pasien. Rasional : pemberian makanan yang tepat mempercepat proses pemenuhan nutrisi pasien.

c. Diagnosa III : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder terhadap diare.

NOC   : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil:

1) Suhu tubuh pasien tidak meningkat

2) Suhu tubuh dalam batas normal (36 - 37,5’C)

3) Tidak terdapat tanda- tanda infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor, fungtiolaesa) NIC  : Manajemen suhu tubuh

1) Guidance

Kaji dan pantau suhu tubuh pasien setiap 2 jam.

Rasional : Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal suhutubuh untuk mengetahui adanya infeksi, 2) Support 

Berikan pasien kompres dengan kompres hangat.

(10)

3) Teaching 

Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang bahaya suhu tubuh yang meningkat pada diare.

Rasional : Agar keluarga mengetahui bahaya suhu tubuh yang meningkat pada diare dan dapat waspada.

4) Environment 

Buat lingkungan yang tenang dan nyaman.

Rasional : agar pasien dapat istirahat dengan nyaman dan menurunkan kebutuhan metabolik. 5) Collaboration

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan penurun panas.

Rasional : pemberian obat-obatan penurun panas untuk mengurangi suhu tubuh yang meningkat pada pasien.

d. Diagnosa IV : Ansietas pada anak berhubungan dengan tindakan keperawatan.

NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil:

1) Mau menerima tindakan keperawatan 2) Klien tampak tenang dan tidak rewel

NIC  : Manajemen ansietas 1) Guidance

Kaji kecemasan klien terhadap tindakan keperawatan dan hindari persepsi yang salah pada perawat dan rumah sakit.

Rasional : mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan rumah sakit.

2) Support 

Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal.

Rasional : Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menumbuhkan rasa aman pada klien. 3) Teaching 

Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan keperawatan. Rasional : Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga. 4) Environment 

Buat lingkungan yang tenang dan nyaman.

Rasional : agar pasien dapat istirahat dengan nyaman dan menurunkan ansietas. 5) Collaboration

(11)

Rasional : sebagai rangsangan sensori pada anak.

e. Diagnosa V : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhanterapi berhubungan dengan pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasidan keterbatasan kognitif.

NOC   : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil:

1) Keluarga pasien mengetahui kondisi penyakit pada klien

2) Keluarga klien bisa menjelaskan proses penyakit dan pencegahannya NIC  : Manajemen informasi

1) Guidance

Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran,

termasuk pengetahuantentang penyakit dan perawatan anaknya.

Rasional : Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang pengetahuan sebelumnya.

2) Support 

Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi. Rasional

: Meningkatkan kemandirian dan control keluarga klien terhadapkebutuhan perawatan diri anaknya. 3) Teaching 

Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadapgangguan pemenuhan kebutuhan hari dan aktivitas sehari-hari.

Rasional

: Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkanpartisipasi keluarga klien dalam proses perawatan klien.

4) Environment 

Buat lingkungan yang tenang dan bersih.

Rasional : agar keluarga dapat aktif mengikuti penkes yang diberikan perawat. 5) Collaboration

Kolaborasi dengan perawat lain dalam memberikan pendidikan kesehatan. Rasional : agar penkes yang diberikan dapat berjalan efektif.

4. Evaluasi

Menurut Wilkinson (2007), evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan,

dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Tujuan dari evaluasi adalah untuk menentukan

kemampuan pasien dalam mencapai tujuan dan menilai keefektifitasan rencana atau

(12)

strategi asuhan keperawatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi ialah keefektifitasan asuhan

keperawatan tersebut dan apakah perubahan perilaku pasien sesuai yang diharapkan.

Dalam penafsiran hasil evaluasi disebutkan apakah tujuan tercapai, tujuan tercapai

sebagian, atau tujuan sama sekali tidak tercapai.

Gambar

Tabel 2 Tingkat Dehidrasi

Referensi

Dokumen terkait

2 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyeleng- garaan Usaha Hotel Syariah tersebut dicabut dengan Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 11 Tahun 2016 karena dianggap sudah tidak sesuai

Perbandingan antara pioglitazone dengan insulin sensitizer lain seperti metformin atau rosiglitazon tersedia pada beberapa artikel, namun sayangnya mereka tidak menggunakan

Untuk melakukan proses peleburan, sebelumnya dilakukan perancangan komponen. Adapun komponen yang digunakan antara lain tabung pelebur, band heater, nozzle heater. Tabung

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan serta peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model Project Based

Sehingga diharapkan siswa dapat menemukan minat dan juga termotifasi dalam pembelajaran menulis poster, sehingga dalam pelaksanaanya yaitu dengan menggunakan media

4.. Nanti didalam pertumbuhannja, dalam bahasa asingnja: didalam uitgroei, sifat dan watak imperialisme-imperialisme itu lantas men- dekati satu sama lain, bahkan

Keempat indikator tersubut yaitu (i) pengakuan dengan rincian item- item antara lain atasan selalu mempromosikan karyawan yang berprestasi, bila pekerjaan anda

Laporan Ini Berisi Gambaran Umum Kabupaten, Rencana Pembangunan, Permasalahan Dan Analisa Pada Sub Bidang Pengembangan Permukiman, Safeguard Analisis, Keuangan