• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYELESAIAN WANPRESTASI SEWA BELI MOBIL MELALUI MAYBANK FINANCE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENYELESAIAN WANPRESTASI SEWA BELI MOBIL MELALUI MAYBANK FINANCE"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

PENYELESAIAN WANPRESTASI SEWA BELI

MOBIL MELALUI

MAYBANK FINANCE

OLEH :

NI GUSTI AYU MONA DWI

NPM: 1310122007

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS WARMADEWA

DENPASAR

(2)

PENYELESAIAN WANPRESTASI SEWA BELI

MOBIL MELALUI

MAYBANK FINANCE

OLEH :

NI GUSTI AYU MONA DWI

NPM: 1310122007

Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

(3)

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL :

Pembimbing I

Dr. I Nyoman Putu Budiartha, S.H.,M.H. NIP.195912311992031007

Pembimbing II

Desak Gde Dwi Arini, S.H.,M.Hum. NIK. 230330115 Mengetahui: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WARMADEWA DEKAN,

Dr. I Nyoman Putu Budiartha, S.H.,M.H. NIP.195912311992031007

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara terang dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia Skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh (Sarjana Hukum) dibatalkan, serta di proses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, Juli 2017 Mahasiswa,

NI GUSTI AYU MONA DWI NPM: 1310122007

(5)

KATA PENGANTAR

Om Swastiyastu

Berkat asung kerta lugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang diberi judul: Penyelesaian Wanprestasi Sewa Beli Mobil Melalui Maybank Finance .

Skripsi ini ditulis dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum, (S1) Jurusan Ilmu Hukum, pada Fakultas Hukum Universitas Warmadewa Denpasar.

Terselesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dengan kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. dr. I Dewa Putu Widjana, DAP&E.Sp. Park, Rektor Universitas Warmadewa Denpasar

2. Bapak Dr. I Nyoman Putu Budiartha,S.H.,M.H., Dekan Fakultas Hukum Universitas Warmadewa Denpasar dan sekaligus dosen pembimbing I dalam penulisan skripsi ini yang telah membimbing penulis, sehingga skripsi dapat terselesaikan.

3. Ibu Desak Gde Dwi Arini, S.H.,M.Hum. dosen pembimbing II, yang telah banyak membantu dan memberikan petunjuk, bimbingan dan saran yang sangat berguna sampai akhir penulisan skripsi ini.

(6)

4. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen beserta seluruh staf pada Fakultas Hukum Universitas Warmadewa, yang telah banyak membantu dan membimbing semasa penulis masih duduk di bangku kuliah.

5. Kepada keluarga tercinta, terutama Bapak, Ibu, adik serta saudara, yang telah memberikan dorongan semangat, doa, dan materiil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Kepada semua pihak dan rekan-rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu serta dukungannya

Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini mungkin masih banyak kekurangan dan kelemahannya untuk itu kritik dan saran dari semua pihak terutama dosen penguji sangat penulis harapkan untuk bahan perbaikan demi tidak jauhnya penyimpang dari apa yang diharapkan. Dan selanjutnya isi dari skripsi ini merupakan tanggungjawab penulis.

Sebagai akhir kata, mudah-mudahan apa penulis dapat paparkan dalam skripsi ini ada manfaatnya bagi kita, khususnya dalam bidang ilmu hukum. Om Santih, Santih, Santi, Om

Denpasar, Juli 2017 Penulis,

Ni Gusti Ayu Mona Dwi NPM: 1310122007

(7)

ABSTRAK

Proses sewa beli mobil ini tidak hanya dapat dilakukan dengan pembayaran secara lunas atau membayar secara keseluruhan, namun dapat juga dilakukan dengan cara angsuran atau kredit melalui lembaga pembiayaan konsumen. Perumusan masalahnya adalah : bagaimanakah beralihnya hak milik dari penjual kepada pembeli dalam perjanjian sewa beli mobil pada Maybank Finance? Dan bagaimanakah akibat hukum sewa beli mobil bila terjadi wanprestasi pada Maybank Finance?. Tipe penelitian adalah penelitian hukum empiris dengan pendekatan perundang-undangan dan konseptual. Dari hasil penelitian dapat ditarik simpulan sebagai berikut : beralihnya hak milik dari penjual kepada pembeli dalam perjanjian sewa beli mobil pada Maybank Finance

di Denpasar adalah bahwa Perjanjian sewa beli dengan angsuran atau cicilan adalah merupakan perjanjian sewa beli yang mana penjual menyerahkan barang yang dijualnya akan tetapi pembeli belum menjadi pemilik karena penyerahan tersebut sebelum membayar lunas harganya kepada penjual. Hak milik baru akan beralih dari penjual ke tangan pembeli pada saat dilunasi atau ditutupnya atas pembayaran angsuran harga barang oleh pembeli. Akibat hukumnya terhadap sewa beli mobil bila terjadi wanprestasi pada Maybank Finance adalah dengan dinyatakannya lalai atau cidera janji tidak mampu untuk memenuhi kewajibannya, penjual berhak untuk menarik kembali barang yang telah diterima oleh pembeli tanpa hak lagi untuk mempertahankannya. Sedangkan uang angsuran yang telah dibayarkan oleh pembeli mutlak menjadi milik penjual atau diperhitungkan sebagai uang sewa selama pembeli menikmati atau mempergunakan barang-barang dimaksud. Sarannya adalah kepada pemerintah dan DPR, untuk menjamin adanya kepastian hukum yang bersendikan keadilan dan melindungi konsumen, sudah waktunya dibuat perangkat perundang-undangan mengenai perjanjian sewa beli kendaraan bermotor ini yang dapat digunakan sebagai dasar membuat perjanjian dan penyelesaian perselisihan antara kreditur dan debitur. Dan kepada konsumen hendaknya berhati-hati dalam membuat perjanjian sewa beli dimana biasanya perjanjian ini berbentuk perjanjian baku disodorkan oleh penjual, sedangkan konsumen hanya mengisi apa yang diminta dalam perjanjian tersebut. Untuk itu sebelum menandatangani surat perjanjian tersebut konsumen harus mempelajari dan mengerti isi dari perjanjian tersebut untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi di kemudian hari.

(8)

ABSTRACT

In this process car hire purchase do not can only be conducted with payment Kelly or pay for as a whole, but earn is also conducted by credit or installment through institute defrayal of consumer. Formulation of problem him is: how changing over property him of seller to buyer in agreement of car hire purchase at Maybank Finance? And how car hire purchase legal consequences if

happened wanprestasi at Maybank Finance?. Type Research is research of empirical law with approach of legislation and is conceptual. Than result of

research can be pulled by the following node : changing over of it property of seller to buyer in agreement of car hire purchase at Maybank Finance in Denpasar is that Agreement hire purchase in installments or installment is to represent agreement of hire purchase of which seller deliver sold goods it however buyer not yet become owner because the delivery before pay totally its price to seller. Property will change over from seller to buyer hand at the time of paid or closing of deferred payment of goods price by buyer. Its legal consequences to car hire purchase if happened wanprestasi at Maybank Finance is expressed of default or negligence incapable of fulfilling its obligation, seller is entitled to take back goods which have been accepted by buyer without rights again to maintaining him. While installment money which have been paid by absolute buyer become property of seller or reckoned as rent money during buyer enjoy or utilize such goods. Its suggestion is to and government of DPR, to guarantee the existence of rule of law which is have justice joint to and protect consumer, up for made by peripheral of legislation concerning agreement of this motor vehicle hire purchase able to be used as by base make agreement and solution of dispute between debitor and creditor. And to consumer shall take a care in making agreement of hire purchase where usually this agreement in form of standard agreement promoted by seller, while consumer only filling what asked in agreement. For that before signing the contract of consumer have to study and understand content of the agreement to avoid happened undesirable things later on day.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN/PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 9 1.3. Tujuan Penelitian ... 9 1.3.1. Tujuan umum ... 10 1.3.2. Tujuan khusus ... 10 1.4. Kegunaan Penelitian ... 10 1.4.1. Kegunaan Teoritis ... 10 1.4.2. Kegunaan Praktis ... 11 1.5. Tinjauan Pustaka ... 11 1.6. Metode Penelitian ... 18

1.6.1. Tipe penelitian dan pendekatan masalah ... 18

1.6.2. Sumber bahan hukum ... 18

1.6.3. Lokasi Penelitian ... 19

1.6.4. Teknik pengumpulan bahan hukum ... 19

1.6.5. Analisis bahan hukum ... 19

BAB II BERALIHNYA HAK MILIK DARI PENJUAL KEPADA PEMBELI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI MOBIL DENGAN ANGSURAN .... 21

(10)

2.2 Bentuk Perjanjian Sewa Bali Mobil ... 25

2.3 Beralihnya Hak Milik dari Penjual Kepada Pembeli Dalam Perjanjian Sewa Beli Mobil dengan Angsuran. ... 30

BAB III AKIBAT HUKUMNYA TERHADAP SEWA BELI MOBIL DENGAN ANGSURAN BILA TERJADI WANPRESTASI ... 34

3.1 Pengertian Wanprestasi ... 34

3.2. Penyelesaian Wanprestasi Sewa Beli Mobil Dengan Angsuran ... 37

3.3. Akibat Hukumnya Terhadap Sewa Beli Mobil Dengan Angsuran Bila Terjadi Wanprestasi ... 40

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ... 56

4.1 Simpulan ... 56

4.2 Saran... 57 DAFTAR BACAAN

(11)

PENYELESAIAN WANPRESTASI SEWA BELI

MOBIL MELALUI

MAYBANK FINANCE

OLEH :

NI GUSTI AYU MONA DWI

NPM: 1310122007

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS WARMADEWA

DENPASAR

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dunia usaha yang semakin berkembang dari waktu ke waktu akan melibatkan lebih banyak peranan swasta dalam perkembangan perekonomian di segala bidang. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya bermunculan perusahaan-perusahaan swasta yang bergerak dalam berbagai bidang usaha untuk hidup dalam jangka waktu yang lama dan berkesinambungan. Perkembangan dunia industri dalam era globalisasi, dirasakan semakin maju dengan pesat yang dipengaruhi adanya perubahan teknologi transportasi, informasi dan proses produksi mengakibatkan persaingan pasar semakin meningkat, daur hidup produk semakin pendek serta aplikasi komputer dalam berbagai aspek bisnis semakin luas.

Dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, menjelaskan bahwa perekonomian Indonesia akan ditopang oleh 3 pelaku utama yaitu Koperasi, BUMN/D (Badan Usaha Milik Negara/Daerah), dan Swasta yang akan mewujudkan demokrasi ekonomi yang bercirikan mekanisme pasar, intervensi pemerintah, serta pengakuan terhadap hak milik perseorangan.

Dalam kehidupan sehari-hari manusia memenuhi kebutuhan hidupnya dengan berbagai macam cara, yang sudah tentunya tidak boleh bertentangan dengan norma kepatutan kesusilaan maupun hukum yang berlaku. Salah satu cara di dalam memenuhi kebutuhan hidup tersebut dengan mengadakan transaksi di antara manusia yang lainnya seperti tukar menukar, pinjam

(13)

meminjam, sewa beli dan lain sebagainya.

Dalam hukum pembiayaan di Indonesia terdapat bermacam-macam bentuk lembaga pembiayaan, salah satunya adalah lembaga pembiayaan konsumen. Yang dimaksud dengan pembiayaan konsumen, adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan sistem angsuran atau kredit, yang bertujuan untuk membantu perorangan ataupun perusahaan dalam pemenuhan kebutuhan dan permodalan mereka, khususnya untuk pembelian kendaraan bermotor seperti mobil. Salah satu bentuk alternatif baru untuk memenuhi kekurangan modal yang dengan terbentuknya lembaga baru yaitu lembaga pembiayaan konsumen, yang menawarkan bentuk baru terhadap pemberian dana atau pembiayaan. Perusahaan pembiayaan menyediakan jasa kepada nasabah dalam bentuk pembayaran harga barang secara tunai kepada pemasok (supplier).

Dalam transaksi pembiayaan konsumen ada tiga pihak yang terlibat, yaitu:1

1. Pihak Perusahaan Pembiayaan Konsumen (Pemberi dana Pembiayaan atau Kreditor)

2. Pihak Konsumen (Penerima dana pembiayaan atau Debitor) 3. Pihak Supplier (Penjual atau Penyedia Barang)

Antara perusahaan pembiayaan dan konsumen harus ada lebih dahulu perjanjian pembiayaan yang sifatnya pemberian kredit. Dalam perjanjian tersebut, perusahaan pembiayaan wajib menyediakan kredit sejumlah uang kepada konsumen sebagai harga barang yang dibelinya dari pemasok,

(14)

sedangkan pihak konsumen wajib membayar kembali kredit secara angsuran kepada perusahaan pembiayaan tersebut. Sebagai contoh adalah dalam proses pembelian mobil secara sewa beli.

Proses sewa beli mobil ini tidak hanya dapat dilakukan dengan pembayaran secara lunas atau membayar secara keseluruhan, namun dapat juga dilakukan dengan cara angsuran atau kredit melalui lembaga pembiayaan konsumen. Lembaga jual-beli secara angsuran merupakan salah satu cara bagi masyarakat (konsumen atau perusahaan) untuk dapat memperoleh barang (barang konsumsi atau barang untuk kebutuhan produksi) tanpa harus membayar keseluruhan harga barang. Harga barang kemudian dicicil secara angsuran dalam jangka waktu tertentu dengan memperhitungkan biaya lain seperti biaya administrasi dan beban bunga. Fasilitas kredit ini biasanya diberikan oleh lembaga pembiayaan konsumen yang berdiri dalam bentuk perusahaan, bekerja sama dengan penjual barang atau supplier mobil. Lembaga sewa beli secara angsuran di sini, pengguna barang berlaku sebagai pemilik menurut titel sewa beli. Hanya saja, pembayarannya dilakukan secara mencicil atau secara angsuran.

Adanya hubungan sewa beli tersebut diawali dengan pembuatan kesepakatan antara penjual dan pembeli yang dituangkan dalam bentuk perjanjian. “Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal”.2 Perjanjian batasannya diatur dalam Pasal 1313 KUH Perdata yang berbunyi:

(15)

Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan nama satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

Pembelian mobil secara angsuran tersebut tertuang dalam suatu perjanjian pembiayaan. Dalam perjanjian pembiayaan dimana bentuk, syarat atau isi yang dituangkan dalam klausul-klausul telah dibuat secara baku (standard contract-standard contract) dimana hal ini mengakibatkan penerimaan fasilitas kredit tidak mempunyai kekuatan menawar (bargaining power).

Agar suatu perjanjian sah menurut hukum diperlukan 4 (empat) persyaratan sebagai mana tercantum pada Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu:

1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya, 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan, 3. Suatu pokok persoalan tertentu,

4. Suatu sebab yang tidak terlarang.

Di kota Denpasar, sebagai pusat perekonomian terdapat lembaga keuangan non bank antara lain perusahaan pembiayaan konsumen seperti May Bank Finance. Dengan adanya perusahaan lembaga pembiayaan konsumen ini, dapat membantu jalannya proses pengkreditan dalam pembayaran sewa beli mobil secara angsuran tersebut. Tetapi dalam praktik hubungan perjanjian sewa beli secara angsuran mobil ini tidak tertutup kemungkinan terjadinya faktor-faktor yang disebabkan oleh tidak terwujudnya atau tidak sesuai dengan isi perjanjian yang telah mereka sepakati bersama, misalnya terjadi karena debitur atau nasabah mengingkari kewajibannya yaitu melakukan pembayaran secara angsuran setiap bulannya pada tanggal jatuh tempo pembayaran yang telah disepakati dalam perjanjian yang menimbulkan kerugian bagi kreditur (perusahaan pembiayaan konsumen) yang disebut dengan wanprestasi. Kerugian yang terjadi ini dapat dituntut karena apa yang telah disepakati kedua belah

(16)

pihak mengikat sebagai undang-undang.

Dalam pasal 1338 KUH Perdata disebutkan bahwa :

Semua perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

Sebenarnya yang dimaksud dalam pasal ini adalah, suatu perjanjian yang dibuat secara sah artinya tidak bertentangan dengan undang-undang mengikat kedua belah pihak. Perjanjian itu pada umumnya tidak dapat ditarik kembali kecuali dengan persetujuan tertentu dari kedua belah pihak atau berdasarkan alasan yang telah ditetapkan oleh undang-undang.

Wanprestasi adalah “pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya”.3 Menurut Wirjono Projodikoro, dalam wanprestasi terdapat tiga bentuk atau kriteria, yaitu: “pihak yang berwajib sama sekali tidak melaksanakan, pihak yang berwajib terlambat melaksanakan kewajibannya, serta melaksanakan kewajiban tetapi tidak semestinya atau sebaik-baiknya.”4

Contoh kasus wanprestasi kredit kendaraan bermotor berupa mobil terjadi di Pengadilan Negeri Sidoarjo adalah sebagai berikut:

PUTUSAN : Nomor: 125/Pdt.G/2013/PN.Sda

PT SUSUKI ABADI, yang merupakan sebuah dealer mobil beralamat di Jalan Majapahit No. 60, Surabaya yang dalam hal ini diwakili oleh direkturnya bernama ANA HERMANTO, S.E., yang beralamat di Jalan Raya Airlangga No.13, RT 2 RW 1, Kecamatan Gubeng, Surabaya, selanjutnya disebut PENGGUGAT; ARY, umur 42 tahun, beragama Islam, pekerjaan pengusaha (pemilik persewaan

(17)

mobil), bertempat tinggal di Jl. Hayam Wuruk No.27 Sidoarjo, selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT;

Bahwa Penggugat dengan surat gugatannya tanggal 6 November 2013, yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Surabaya tanggal 6 November 2013, dengan Nomor : 125/Pdt.G/2013/PN.Sda telah mengajukan:

Bahwa pada tanggal 15 Oktober 2012, Tergugat telah membeli 5 (lima) unit mobil minibus 1500cc dengan merek Karimoon Wagly, tahun pembuatan 2012 kepada PENGGUGAT sebesar RP. 450.000.000,- (empat ratus lima puluh juta rupiah) sebagaimana yang dituangkan dalam Perjanjian Sewa Beli No. 76/TM/X/2012 tertanggal 5 Oktober 2012 ( vide bukti P-1, fotocopy terlampir). Selain itu telah disepakati juga bunga tetap sebesar 10% senilai Rp 45.000.000,00 dan biaya administrasi sebesar Rp 5.000.000,00. Untuk uang muka, biaya administrasi, bea balik nama, PPnBM telah ditanggung pembeli dan dibayar sebesar Rp 150.000.000,00. Sehingga cicilan kredit sebesar Rp (500.000.000,00-150.000.000,00)/23 bulan = Rp 15.217.400,00 selama jangka waktu dua tahun yang berakhir pada 5 Oktober 2014;

Bahwa Penggugat telah melaksanakan kewajibannya secara penuh dengan cara menyerahkan kelima unit mobil tersebut kepada Tergugat 3 hari setelah Perjanjian Sewa Beli tertanggal 5 Oktober 2012 dilaksanakan

Bahwa dalam perjanjian tersebut di atas , Tergugat telah berjanji untuk membayar cicilan kredit sebesar Rp 15.217.400,00 atas pembelian 5 buah mobil tersebut kepada Penggugat selambat-lambatnya pada tanggal 5 setiap bulan selama jangka waktu kredit yang berakhir pada tanggal 5 Oktober 2014.

(18)

Bahwa ternyata sampai batas waktu yang telah ditentukan di atas, Tergugat tidak melakukan kewajiban hukumnya kepada Penggugat yaitu dengan menunggaknya pembayaran cicilan kredit angsuran ke-6 (April 2013) hingga angsuran ke-13 (November 2013);

Bahwa atas kelalaian tergugat tersebut, oleh penggugat telah dilakukan segala upaya yang patut menurut hukum dengan beberapa kali mengirimkan surat teguran /somasi kepada Tergugat untuk mengingatkan dan meminta agar tergugat segera menyelesaikan kewajibannya kepada Penggugat, namun kenyataannya tergugat tetap tidak mengindahkan dengan menyatakan berbagai alasan. Terlebih lagi belakangan tergugat telah berusaha untuk menghindari Penggugat dengan tidak dapat lagi dihubunginya tergugat oleh penggugat baik melalui telepon maupun di tempat kediamannya, sehingga dengan demikian maka Tergugat dengan itikad tidak baik telah berusaha menghindari kewajibannya melakukan pembayaran sisa cicilan kredit yang menjadi hak penggugat berdasarkan perjanjian

Bahwa akibat perbuatan wanprestasi yang dilakukan Tergugat telah menimbulkan kerugian kepada Penggugat berupa sisa cicilan kredit yang belum dibayar Tergugat sebesar Rp. 273.913.000,00 (dua ratus tujuh puluh juta sembilan ratus tiga belas ribu rupiah)

Bahwa karena Penggugat telah mengalami kerugian, maka sangat beralasan apabila kerugian tersebut dikenakan bunga sebesar 7% setiap bulannya sebagaimana bunga yang berlaku umum yang berlaku pada bank yang harus dibayar oleh Tergugat terhitung sejak tanggal 5 April 2013 sampai gugatan ini mempunyai keputusan hukum yang berkekuatan hukum tetap (inkracht van

(19)

gewidjse) dan kerugian dibayar lunas.

Bahwa menurut hukum adanya perbuatan wanprestasi yang dilakukan oleh tergugat sebagaimana diuraikan tersebut di atas, melahirkan hak bagi Penggugat untuk menuntut segala ganti kerugian, bunga dan biaya yang diakibatkan oleh perbuatan wanprestasi tersebut (vide : Pasal 1243 Perdata) sehingga karenanya cukup alasan bagi Penggugat gugatan perkara ini

Bahwa Penggugat mempunyai sangkaan yang beralasan tergugat akan mengalihkan, memindahkan atau mengasingkan harta kekayaan guna menghindari diri dari tanggungjawab membayar semua hak-hak Penggugat atau ganti kerugian yang ditimbulkan akibat perbuatan sesuai dengan putusan yang dijatuhkan dalam perkara ini, maka untuk menjamin pemenuhan tuntutan Penggugat, dengan ini Penggugat memohon kepada Majelis hakim yang terhormat untuk meletakkan sita jaminan (conservatoir beslag) atas harta kekayaan Tergugat berupa 5 (lima) unit mobil minibus 1500cc merek Karimoon Wagly yang merupakan objek perjanjian sewa beli antara penggugat dan tergugat.

Oleh karena tergugat telah melakukan perbuatan wanprestasi, telah patut dan adil dihukum membayar ongkos-ongkos perkara yang timbul dalam perkara ini. Sehingga Pengadilan Negeri Sidoarjo mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya;

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya

2. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan sesuai pasal 227 HIR

3. Menyatakan sah perjanjian sewa beli mobil secara kredit antara penggugat dan tergugat

(20)

4. Menyatakan perbuatan tergugat yang menunggak membayar cicilan kredit merupakan perbuatan wanprestasi.

5. Menyatakan tergugat harus membayar uang sisa cicilan kredit sebesar Rp. 273.913.000,00 (dua ratus tujuh puluh juta sembilan ratus tiga belas ribu rupiah) sampai gugatan ini mempunyai keputusan hukum yang berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewidjse).

6. Menghukum Tergugat untuk membayar ganti kerugian kepada Penggugat sebesar 7% setiap bulannya terhitung sejak tanggal 5 April 2013 sampai gugatan ini mempunyai keputusan hukum yang berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewidjse) dan kerugian dibayar lunas.

7. Menghukum tergugat untuk membayar biaya perkara ini .

8. Menyatakan putusan ini dapat dijalankan lebih dahulu (uitvoerbaar bij voerraad) meskipun ada upaya hukum banding, kasasi, maupun verzet Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka penulis terdorong untuk mengkaji dalam bentuk ilmiah dengan judul: “Penyelesaian

Wanprestasi Sewa Beli Mobil Melalui Maybank Finance”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas maka yang menjadi perumusan masalahnya adalah :

1) Bagaimanakah beralihnya hak milik dari penjual kepada pembeli dalam perjanjian sewa beli mobil pada Maybank Finance?

2) Bagaimanakah akibat hukum sewa beli mobil bila terjadi wanprestasi pada Maybank Finance?

(21)

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

1) Untuk melatih diri dalam penulisan karya ilmiah.

2) Untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya dalam bidang penelitian

3) Untuk memperoleh gelar sarjana dalam bidang ilmu hukum. 4) Untuk pembulat studi mahasiswa dalam bidang ilmu hukum.

5) Untuk mengembangkan diri pribadi mahasiswa dalam kehidupan bermasyarakat.

1.3.2. Tujuan khusus

1) Untuk mengetahui beralihnya hak milik dari penjual kepada pembeli dalam perjanjian sewa beli mobil pada Maybank Finance.

2) Untuk mengetahui akibat hukum sewa beli mobil bila terjadi wanprestasi pada Maybank Finance.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat sebagai wahana pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan baik peneliti sendiri atau orang lain serta pemahaman mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penyelesaian wanprestasi dalam sewa beli mobil dengan angsuran, serta diharapkan pula menjadi bahan referensi tambahan untuk peneliti selanjutnya guna pengembangan ilmu hukum, khususnya di bidang hukum keperdataan.

(22)

1.4.2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperoleh pengetahuan secara praktis dalam penyelesaian masalah wanprestasi dalam sewa beli mobil, serta untuk bahan pertimbangan bagi manajemen perusahaan dalam hal perkreditan mobil.

1.5. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka ini merupakan dukungan teori, konsep, asas, dan pendapat-pendapat hukum dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan analisis5. Dalam menyelesaikan masalah di atas digunakan teori-teori dan konsep-konsep ini karena antara debitur dengan kreditur mengadakan suatu perjanjian kredit.

Menurut ketentuan Pasal 1313 KUHPerdata perjanjian adalah:

Suatu perbuatan dengan mana suatu pihak atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.

Rumusan tersebut memberikan konsekuensi hukum bahwa “dalam suatu perjanjian akan selalu ada dua pihak, dimana satu pihak adalah pihak yang wajib berprestasi (debitur) dan pihak lainnya adalah pihak yang berhak atas prestasi tersebut (kreditur)”6.

Salim H.S memberikan difinisi perjanjian adalah:

Perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Adapun unsur-unsur perjanjian menurut teori perjanjian adalah adanya perbuatan hukum, penyesuaian kehendak dari beberapa orang, persesuaian kehendak harus dinyatakan, perbuatan hukum terjadi karena kerja sama antara dua orang atau lebih pernyataan kehendak yang sesuai harus saling bergantungan satu sama lain, kehendak ditujukan untuk menimbulkan akibat

(23)

hukum, akibat hukum itu untuk kepentingan yang satu atas beban yang lain atau timbal balik, dan persesuaian kehendak harus dengan mengingat peraturan perundang-undangan.7

Menurut Subekti, perjanjian adalah “suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seseorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal”.8

Dalam membuat suatu perjanjian harus memperhatikan ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata yaitu:

1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya; 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3. Suatu pokok persoalan tertentu;

4. Suatu sebab yang tidak terlarang.

Dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata dijelaskan bahwa :

Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

Artinya, perjanjian yang dibuat oleh para pihak ditentukan isinya oleh para pihak dan tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum dan kesusilaan. Penjelasan tersebut juga berlaku pada perjanjian yang dilakukan oleh seseorang yang ingin melakukan perjanjian dengan lembaga pembiayaan konsumen.

Menurut Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal. Kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan meliputi sewa guna usaha, anjak piutang, usaha kartu kredit, dan pembiayaan konsumen.

7Salim H.S., 2010a, Hukum Kontak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 25

(24)

Pembiayaan konsumen (Consumer Finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran. Sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2009 pasal 9 lembaga pembiayaan dilarang menarik dana secara langsung dari masyarakat baik dalam bentuk giro, deposito, maupun tabungan.

Pada setiap kegiatan usaha pembiayaan, termasuk juga Pembiayaan Konsumen, inisiatif mengadakan hubungan kontraktual berasal dari para pihak terutama Konsumen. Dengan demikian, kehendak para pihak pula menjadi sumber hukumnya. Kehendak para pihak tersebut dituangkan dalam bentuk tertulis berupa rumusan perjanjian yang menetapkan hak dan kewajiban para pihak dalam hubungan kontrak Pembiayaan Konsumen. Dalam perundang-undangan juga diatur mengenai hak dan kewajiban para pihak dan hanya berlaku sepanjang para pihak tidak menentukan lain secara khusus dalam kontrak yang dibuat. “Ada dua sumber Hukum Perdata yang mendasari Pembiayaan Konsumen, yaitu asas kebebasan berkontrak dan perundang-undangan bidang hukum perdata”.9

1. Asas Kebebasan Berkontrak

Asas kebebasan hukum perjanjian dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) jenis yaitu asas kebebasan berjanji dalam arti yang luas (lisan dan tulisan) dan asas kebebasan berkontrak dalam arti yang sempit (hanya secara tertulis). Dalam hubungan hukum Pembiayaan Konsumen, perjanjian selalu dibuat tertulis sebagai dokumen hukum yang menjadi dasar kepastian hukum (legal certainty). Perjanjian Pembiayaan Konsumen dibuat berdasarkan asas kebebasan

(25)

berkontrak, memuat rumusan kehendak berupa hak dan kewajiban Perusahaan Pembiayaan Konsumen sebagai pihak penyedia dana (fund lender) dan Konsumen sebagai pihak pengguna dana (fund user).

2. Undang-Undang Bidang Hukum Perdata

Perjanjian Pembiayaan Konsumen adalah salah satu bentuk perjanjian khusus yang tunduk pada ketentuan Buku III KUHPerdata di antaranya Pasal 1313, 1320, 1338 yang membahas mengenai perjanjian secara umum, pasal 1754 sampai 1773 mengenai perjanjian pinjam pakai habis, pasal 1765 mengenai perjanjian peminjaman dengan bunga, dan pasal 1457 sampai 1518 mengenai perjanjian jual beli bersyarat.

Kemudian aspek hukum perdata dalam pembiayaan konsumen selain asas kebebasan berkontrak dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, juga terdapat pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Pada pasal 6 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan disebutkan bahwa:

Kegiatan Pembiayaan Konsumen dilakukan dalam bentuk penyediaan dana untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran. Kebutuhan konsumen antara lain meliputi:

a. Pembiayaan kendaraan bermotor; b. Pembiayaan alat-alat rumah tangga; c. Pembiayaan barang-barang elektronik; d. Pembiayaan perumahan.

Perjanjian pembiayaan dapat terlaksana dengan baik apabila para pihak telah memenuhi prestasinya masing-masing seperti yang telah diperjanjikan

(26)

tanpa ada pihak yang dirugikan, tetapi ada kalanya perjanjian kredit tersebut tidak terlaksana dengan baik karena adanya wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak atau debitur.

“Kata wanprestasi berasal dari Bahasa Belanda yang berarti prestasi buruk”.10 Seseorang yang telah terikat dalam suatu perjanjian dapat dikatakan wanprestasi apabila tidak melaksanakan apa yang telah diperjanjikan, atau apabila alpa/lalai/ingkar janji.

Menurut Munir Fuady, yang dimaksud wanprestasi adalah “tidak dilaksanakannya prestasi atau kewajiban sebagaimana mestinya yang dibebankan oleh kontrak kepada pihak-pihak tertentu seperti yang disebutkan dalam kontrak yang bersangkutan”11.

Wanprestasi yang dilakukan debitur dapat berupa empat macam : 1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan,

2. Melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan.

3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat,

4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.12

Adapun jalur penyelesaian wanprestasi dapat dilakukan melalui dua cara yakni, melalui jalur litigasi dan non litigasi. Pihak perusahaan pembiayaan dalam menyelesaikan wanprestasi yang terjadi seminimal mungkin untuk tidak mengambil jalur peradilan umum atau jalur litigasi, karena dalam penyelesaian perkara akan menghabiskan waktu yang lama dan biaya yang cukup mahal, sehingga tidak dapat sesuai dengan prinsip bisnis yang mencari keuntungan

10R. Subekti, 2002, Op.cit., hal. 45.

11Munir Fuady, 2001, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 105

(27)

sebesar-besarnya. Selain itu jalur litigasi dirasakan tidak efisien oleh perusahaan pembiayaan yang berkembang saat ini. Mereka berinisiatif untuk menyelesaikan suatu perkara melalui jalur non litigasi atau penyelesaian di luar pengadilan, mengkaji penyelesaian wanprestasi dengan Alternatif Dispute Resolution.13 Sedangkan dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa di luar pengadilan yang dilakukan secara damai.

Sedangkan Alternatif Penyelesaian Sengketa dalam Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli. Dengan demikian, yang dimaksud dengan Alternatif Penyelesaian Sengketa dalam perspektif Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 adalah suatu pranata penyelesaian sengketa di luar pengadilan berdasarkan kesepakatan par pihak dengan mengesampingkan penyelesaian secara litigasi di Pengadilan.

Alternative penyelesaian sengketa merupakan implementasi dari nilai luhur masyarakat Indonesia yaitu musyawarah mufakat. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Daniel S. Lev, yang menyatakan bahwa “budaya hukum Indonesia dalam penyelesaian sengketa mempunyai karakteristik tersendiri yang disebabkan oleh nilai-nilai tertentu”.14

Dalam sewa beli senantiasa terdapat dua sisi hukum perdata, yaitu hukum kebendaan dan hukum perikatan. Sewa beli merupakan gabungan sewa

13Sayud Margono, 2014, ADR & Arbitrase Proses Pelembagaan Dan Aspek Hukum, Cetakan Kedua, Ghalia Indonesia, Bandung, hal. 13

(28)

dan beli. Bila obyek tidak mampu dibayar maka barang dapat ditarik kembali. Namun bila angusuran dilunasi maka objek menjadi objek jual beli sehingga terjadi peralihan hak milik.

1. Pada umumnya Untuk barang konsumtif;

2. Harga barang yang dijual sudah ada sejak awal perikatan; sehingga 3. Tidak dapat terhindar dari risiko ekonomis;

4. Dikenal oleh KUHPerdata Belanda vide 1576 NBW;

5. Motivasi angsuran adalah untuk membayar sewa sambil melunasi Pembelian.

Adapun ”beli sewa” atau sering juga disebut ”sewa beli” dasar hukumnya adalah Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi nomor:34/KP/II/80 Tentang Perizinan Sewa Beli. Sementara Leasing berdasar hukum pada Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Perindustrian, dan Perdagangan nomor: Kep-122/MK/IV/2/1974, nomor:32/M/SK/1974, dan nomor: 30/KPB/I/1974 Tentang Perizinan Usaha Leasing.

Prinsipnya kontrak ”beli-sewa” adalah penggabungan dua jenis perjanjian yaitu, jual-beli dan perjanjian sewa-menyewa. Dimana pembayarannya dilakukan secara angsuran. Apabila debitur tidak mampu menyelesaikan angsurannya maka kreditur boleh menarik lagi objek perjanjian, dengan asumsi angsuran yang selama ini dibayarkan dianggap sebagai biaya sewa objek perjanjian tersebut. Namun bila debitur menyelesaikan pembayarannya sampai ke angsuran terakhir maka objek perjanjian yang semula sebagai objek sewa-menyewa berubah menjadi obyek jual-beli. Sehingga hak milik beralih pada saat pembayaran angsuran terakhir.

(29)

Contohkan dalam sewa-beli kendaraan bermotor yang sering kita lakukan yaitu jika tiga bulan berturut-turut kita tidak membayar angsuran, maka perusahaan pembiayaan cendrung main tarik saja terhadap objek sewa-belinya. Seharusnya perusahaan juga memperhitungkan kerugian konsumen karena ditariknya objek sewa beli. Seperti uang DP yang sudah dikeluarkan.

1.6. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodelogis, sistematis, dan konsisten”15. Dalam mengumpulkan data sebagai bahan penyusunan tentunya

mempergunakan metode-metode tertentu yakni:

1.6.1. Tipe Penelitian dan Pendekatan Masalah

Dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian hukum empiris yaitu suatu penelitian hukum yang mengkaji fakta-fakta hukum yang ada di lapangan. Sedangkan pendekatan masalah yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan, pendekatan konseptual yaitu dengan mengkaji atau menganalisis bahan sekunder dengan memahami hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.

1.6.2. Sumber data

Untuk lebih menunjang dalam pembahasan skripsi ini, akan dipergunakan data-data berupa :

(30)

1. Data primer yaitu data lapangan (field research), data yang diperoleh di lokasi penelitian yaitu pada Maybank Finance dengan mengadakan wawancara langsung baik dengan pimpinan maupun karyawan yang diberi wewenang untuk memberikan data dan informasi.

2. Data sekunder yaitu dari kepustakaan (library research), data yang diperoleh dengan mempelajari buku-buku literatur dan peraturan perundang-undangan seperti Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia, Tahun 1945, Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

1.6.3. Lokasi penelitian

Penelitian ini diadakan pada perusahaan Maybank Finance yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto Timur No. 193 Tonja Denpasar Utara, Kota Denpasar.

1.6.4. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data primer digunakan teknik wawancara yaitu dengan menggunakan pedoman pertanyaan atau interview kepada informan yang dapat memberi penjelasan mengenai permasalahan yang dihadapi, yaitu mengenai Penyelesaian Wanprestasi Sewa Beli Mobil Melalui Maybank Finance. Sedangkan Data sekunder dikumpulkan dengan cara mengutif langsung dari buku-buku atau perundang-undangan yang ada kaitannya dengan permasalahan yang dibahas.

1.6.5. Analisis data

Setelah bahan hukum yang dibutuhkan terkumpul, maka bahan hukum tersebut akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode pengolahan bahan hukum secara sistematis yaitu argumentasi hukum berdasarkan logika deduktif dan induktif. Penyajiannya dilakukan secara deskriptif analisis yaitu

(31)

suatu cara analisis bahan hukum yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis kemudian diuraikan dalam bentuk skripsi.

(32)

BAB II

BERALIHNYA HAK MILIK DARI PENJUAL KEPADA PEMBELI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI MOBIL DENGAN ANGSURAN

2.1. Pengertian dan Saat Terjadinya Sewa beli Mobil

Latar belakang timbulnya sewa beli pertama kali adalah untuk menampung persoalan bagaimanakah caranya memberikan jalan ke luar apabila pihak penjual menghadapi banyaknya permintaan untuk membeli barangnya, tetapi calon pembeli tidak mampu membayar harga barang secara tunai. “Pihak penjual bersedia menerima harga barang itu dicicil atau diangsur tetapi ia memerlukan jaminan bahwa barangnya sebelum harga dibayar lunas tidak akan dijual lagi oleh si pembeli”16.

Di samping itu yang menjadi latar belakang lahirnya perjanjian sewa beli karena adanya azas kebebasan berkontrak yang diatur dalam Pasal 1338 KUH Perdata. Pasal ini memberikan kebebasan kepada para pihak untuk :

1. Membuat atau tidak membuat perjanjian. 2. Mengadakan perjanjian dengan siapapun.

3. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan dan persyaratannya. 4. Menentukan bentuk perjanjian, apakah lisan atau tertulis.

Keberadaan azas kebebasan berkontrak dalam pelaksanaan perjanjian sewa beli memberikan inspirasi bagi para pengusaha untuk mengembangkan bisnis dengan cara sewa beli, karena dengan menggunakan jual beli semata-mata maka barang dari pengusaha tidak akan laku, ini disebabkan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang rendah dan tidak memiliki banyak uang kontan.

(33)

Para Sarjana memiliki pandangan yang berbeda mengenai pengertian perjanjian sewa beli, yang keseluruhannya dapat disimpulkan menjadi 3 macam definisi, yaitu:17

1. Definisi pertama yang berpendapat bahwa sewa beli sama dengan jual beli angsuran.

2. Definisi kedua yang berpendapat bahwa sewa beli sama dengan sewa menyewa.

3. Definisi ketiga yang berpendapat bahwa sewa beli sama dengan jual beli.

Pasal 1 huruf a Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 34/KP/II/1980 tentang Perijinan Beli Sewa (hire purchase), Jual Beli dengan Angsuran dan Sewa (renting), disebutkan pengertian sewa beli. Sewa Beli adalah :

Jual Beli barang dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara memperhitungkan setiap pembayaran yang dilakukan oleh pembeli dengan pelunasan atas harga yang telah disepakati bersama dan diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas barang tersebut beralih dari penjual kepada pembeli setelah harganya dibayar lunas oleh pembeli kepada penjual.

Definisi kedua, dapat diihat dari pendapat Wirjono Prodjodikoro bahwa sewa beli adalah:

Pokoknya persetujuan dinamakan sewa menyewa barang, dengan akibat bahwa si penerima tidak menjadi pemilik, melainkan pemakai belaka. Baru kalau uang sewa telah dibayar, berjumlah harga yang sama dengan harga pembelian, si penyewa beralih menjadi pembeli, yaitu barangnya menjadi pemiliknya.18

Definisi ketiga berpendapat bahwa sewa beli merupakan campuran antara jual beli dan sewa menyewa. Pandangan ini dikemukakan oleh Soebekti: “Sewa beli adalah sebenarnya suatu macam jual beli, setidak-tidaknya mendekati jual

17Salim HS. 2004b, Perkembangan Hukum KontraknInnominat, PT. Sinar Grafika, Jakarta, hal. 128 18Wirjono Prodjodikoro, 1981b, Hukum Perdata tentang Persetujuan Tertentu, Sumur, Bandung,

(34)

beli dari pada sewa menyewa, meskipun ia merupakan campuran keduanya dan kontraknya diberi judul sewa menyewa.”19

Dengan demikian, dari definisi yang dicantumkan oleh undang-undang dan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa sewa beli sebagai gabungan antara sewa-menyewa dan jual beli. Apabila barang yang dijadikan obyek sewa sesuai dengan kesepakatan, maka barang itu dapat ditarik oleh si penjual sewa, akan tetapi apabila barang itu angsurannya telah lunas, maka barang itu menjadi obyek jual beli. Oleh karena itu para pihak dapat mengurus balik nama dari obyek sewa beli tersebut.

Pengaturan sewa beli di Indonesia belum dituangkan dalam undang-undang, yang menajdi landasan hukum perjanjian sewa beli adalah Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 34 / KP / II / 1980 tentang Perizinan Sewa Beli (Hire Purchase, jual beli dengan angsuran dan sewa (renting)).

Menurut SK Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 34 / KP / II / 1980, pasal 1 a.

Sewa beli adalah jual beli barang dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara memperhitungkan setiap pembayaran yang dilakukan oleh pembeli dengan pelunasan atas harga barang yang telah disepakati bersama dan yang diikat dalam suatu perjanjian serta hak milik atas barang tersebut baru beralih dari penjual kepada pembeli setelah jumlah harganya dibayar lunas oleh pembeli kepada penjual.

Subyek dalam perjanjian sewa beli ini adalah kreditur (penjual sewa) dan Debitur (Pembeli Sewa). Yang dapat bertindak sebagai penjual sewa beli adalah perusahaan yang menghasilkan barang sendiri atau usaha yang khusus bergerak dalam perjanjian sewa beli sedangkan debitur adalah orang yang membeli

(35)

barang dalam system sewa beli. Obyek dalam perjanjian sewa beli itu sendiri adalah kendaraan bermotor, radio, TV, tape recorder, mesin jahit, lemari es, AC, mesin cuci dan lain-lain.

Di dalam praktek bentuk perjanjian sewa beli ini dibuat dalam bentuk tertulis dan dibawah tangan, artinya perjanjian itu hanya ditandatangani oleh para pihak yang mengadakan perjanjian sewa beli ini, yang mana dibuat secara sepihak oleh penjual sewa, juga penentuan segala isi perjanjian tersebut adalah penjual sewa sedangkan pembeli sewa hanya diminta untuk menandatangani perjanjian tersebut.

Biasanya pihak pembeli sewa tidak memiliki keberanian untuk mengubah isi dan persyaratan yang ditentukan oleh pembeli sewa karena posisi mereka berada pada pihak yang lemah dari aspek ekonomi. Mereka tidak memiliki uang kontan untuk membayarnya. Isi dan persyaratan perjanjian baru dipersoalkan oleh pembeli sewa pada saat ia tidak mampu membayar angsuran, bunga dan denda.

Kapan terjadinya perjanjian sewa beli ini tidak ditentukan dengan tegas. Namun apabila melihat dari pasal 1320 KUH Perdata, saat terjadinya perjanjian sewa beli ini adalah pada saat terjadinya persamaan kehendak antara penjual sewa dan pembeli sewa. Dari sisi perjanjian formal terjadinya perjanjian sewa beli adalah pada saat ditandatanganinya perjanjian sewa beli oleh para pihak. Sejak terjadinya perjanjian tersebut maka timbulah hak dan kewajiban dari para pihak, hak penjual sewa adalah menerima uang pokok beserta angsuran setiap bulannya dari pembeli sewa sedangkan kewajiban penjual sewa adalah menyerahkan obyek sewa beli tersebut dan mengurus surat-surat yang berkaitan

(36)

dengan obyek sewa tersebut. Hak pembeli sewa adalah menerima barang yang disewabelikan setelah pelunasan terakhir sedangkan kewajiban pembeli sewa adalah membayar uang pokok, uang angsuran setiap bulannya dan merawat barang yang disewabelikan tersebut. Berakhirnya perjanjian sewa beli ini adalah:

1. Pembayaran terakhir telah lunas.

2. Meninggalnya pembeli sewa namun tidak ada ahli waris yang melanjutkan.

3. Pembeli sewa jatuh pailit, serta saat kendaraan ditarik.

4. Dilakukan perampasan oleh pihak penjual sewa terhadap pihak lain, hal ini terjadi karena pembeli sewa telah mengalihkan obyek sewa beli kepada pihak lain.

5. Pihak kedua wanprestasi. 6. Adanya putusan pengadilan20

2.2. Bentuk Perjanjian Sewa Beli Mobil

Istilah perjanjian berasal dari bahasa Inggris yaitu contracts. Sedangkan dalam bahasa Belanda disebut dengan overeenkomst. Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan:

Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.

Batasan yang diberikan oleh Pasal 1313 KUH Perdata menurut Mariam Darus Badrulzaman adalah tidak lengkap dan terlampau luas. Tidak lengkap karena yang dirumuskan itu hanya mengenai perjanjian sepihak saja, dan dikatakan terlampau luas karena dapat mencakup perbuatan di dalam lapangan hukum keluarga seperti janji kawin yang merupakan perjanjian juga tapi sifatnya berbeda dengan perjanjian yang diatur dalam KUHPerdata Buku III. Perjanjian yang diatur dalam KUHPerdata Buku III kriterianya dapat dinilai secara materiil.21

20Salim H.S. 2003, Op., cit., , hal. 137

(37)

Secara rinci kelemahan-kelemahan yang ada dalam rumusan Pasal 1313 KUH Perdata tersebut antara lain :

1. Hanya memyangkut perjanjian sepihak saja.

Hal ini terlihat dari rumusan “satu orang atau lebih lainnya” kata “mengikatkan“ ini sifatnya hanya datang dari satu pihak saja tidak dari kedua belah pihak, padahal tujuan dari perjanjian ini mengikat kedua belah pihak. Kekurangan ini dapat dilengkapi dengan rumusan saling mengikatkan diri, sehingga akan nampak adanya kesepakatan kedua belah pihak yang akan membuat perjanjian.

2. Kata perbuatan mencakup juga tanpa konsensus/kesepakatan.

Perbuatan yang dimaksud termasuk juga tindakan melaksanakan tugas tanpa kuasa dan perbuatan melawan hukum, padahal perbuatan tersebut di atas merupakan tindakan yang tidak mengandung suatu kesepakatan

3. Pengertian perjanjian terlalu luas

Luasnya pengertian perjanjian yang dimaksud karena mencakup perjanjian yang mengikatkan hubungan debitur dan kreditur yang terletak di lapangan hukum harta kekayaan dan perjanjian yang mencakup melangsungkan perkawinan (janji kawin). Namun janji kawin ini sendiri telah diatur tersendiri dalam hukum keluarga.

4. Tanpa menyebut tujuan

Tujuan untuk mengadakan perjanjian dalam rumusan pasal tersebut tidak disebutkan. Sehingga tidak jelas apa maksud dari para pihak untuk mengadakan perjanjian.

(38)

Rumusan yang diberikan tersebut hendak memperlihatkan kepada kita semua bahwa suatu perjanjian merupakan :

1. Suatu perbuatan

Yaitu : suatu perbuatan yang nyata, baik dalam bentuk ucapan maupun tindakan fisik dan tidak hanya dalam bentuk pikiran semata-mata.

2. Antara sekurang-kurangnya dua orang atau lebih

Hal ini menunjukkan bahwa suatu perjanjian tidak mungkin di buat sendiri, setiap tindakan yang dilakukan oleh orang perorang untuk kepentingannya sendiri tidak termasuk dalam kategori perjanjian. 3. Perbuatan tersebut melahirkan perikatan diantara para pihak yang

berjanji tersebut.22

I.G. Rai Widjaya berpendapat rumusan perjanjian yang terdapat dalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata merupakan suatu peristiwa yang menimbulkan suatu hubungan hukum antara orang-orang yang membuatnya, yang disebut perikatan, sehingga dalam suatu perikatan terkandung hal-hal sebagai berikut :

a. Adanya hubungan hukum.

b. Mengenai kekayaan atau harta benda. c. Antara dua orang pihak atau lebih.

d. Memberikan hak kepada yang satu yaitu kreditur. e. Meletakkan kewajiban pada pihak yang lain. f. Adanya prestasi23.

Atas dasar pendapat-pendapat tersebut maka dapatlah dirumuskan bahwa yang dimaksud dengan suatu perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih yang saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan. Pada umumnya perjanjian tidak terikat pada suatu bentuk tertentu, baik dibuat secara lisan maupun tertulis. Perjanjian yang dibuat secara tertulis akan berguna sebagai alat bukti apabila terjadi perselisihan.

22Kartini Mulyadi & Gunawan Widjaya, 2002, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal 7.

(39)

Suatu perjanjian akan mengikat para pihak yang menyusunnya apabila perjanjian itu dibuat secara sah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat yaitu :

1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya. 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan. 3. Suatu pokok persoalan tertentu.

4. Suatu sebab yang tidak terlarang.

Akibat hukum suatu perjanjian pada dasarnya lahir dari adanya hubungan hukum dari suatu perikatan, yaitu dalam bentuk hak dan kewajiban dengan kata lain pemenuhan hak dan kewajiban inilah yang merupakan salah satu bentuk dari akibat hukum suatu perjanjian. Hak dan kewajiban ini merupakan hubungan timbal balik dari para pihak artinya, kewajiban dipihak pertama merupakan hak bagi pihak kedua, sebaliknya kewajiban dipihak kedua merupakan hak bagi pihak pertama. Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata menyatakan bahwa :

Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

Menurut Mariam Darus Badrulzaman, “semua” mengandung arti meliputi seluruh perjanjian, baik yang namanya dikenal maupun yang tidak dikenal oleh undang-undang”24. Salah satu azas dalam perjanjian adalah azas kebebasan

berkontrak berhubungan dengan isi perjanjian, yaitu kebebasan untuk menentukan apa dan siapa dan untuk apa perjanjian itu diadakan dan konsekuensi dari perjanjian yang dibuat ini akan memiliki kekuatan mengikat.

(40)

Menurut Munir Fuady hal ini berarti para pihak bebas membuat perjanjian dan mengatur sendiri isi perjanjian tersebut, sepanjang memenuhi ketentuan sebagai berikut :25

1. Memenuhi persyaratan sebagai suatu perjanjian. 2. Tidak dilarang oleh undang-undang.

3. Sesuai dengan kebiasaan yang berlaku.

4. Sepanjang perjanjian tersebut dilaksanakan dengan itikad baik.

Pada umumnya perjanjian tidak terikat pada suatu bentuk tertentu, baik dibuat secara lisan maupun secara tertulis akan berguna sebagai alat bukti, apabila terjadi perselisihan.

Pada Pasal 1381 KUH Perdata mengatur berbagai macam cara hapusnya perikatan-perikatan untuk perjanjian dan perikatan yang lahir dari undang-undang dan cara-cara yang ditunjukan oleh pembentuk undang-undang-undang-undang itu, tidaklah bersifat membatasi para pihak untuk menciptakan cara lain untuk menghapuskan perikatan.

Pasal 1381 KUH Perdata menyebutkan bahwa perikatan-perikatan hapus karena : 1. Pembayaran.

2. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan.

3. Pembaharuan utang.

4. Penjumpaan utang atau kompensasi. 5. Percampuran utang.

6. Pembebasan utang.

7. Musnahnya barang yang terutang. 8. Batal atau pembatalan.

9. Berlakunya syarat batal. 10. Lewatnya waktu.

(41)

2.3. Beralihnya Hak Milik dari Penjual Kepada Pembeli Dalam Perjanjian Sewa Beli Mobil dengan Angsuran

Perjanjian sewa beli menurut sistem Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah bersifat obligator yakni sewa beli itu belum memindahkan hak milik. Ia baru memberikan hak dan meletakkan kewajiban pada kedua belah pihak, yaitu memberikan kepada si pembeli hak untuk menuntut diserahkannya hak milik atas barang tersebut. Pemindahan hak milik baru akan terjadi apabila barangnya sudah diserahkan ke tangan pembeli, selama penyerahan belum terjadi maka hak milik atas barang itu tetap berada di tangan penjual.

Dalam hukum adat yang dinamakan sewa beli itu bukanlah persetujuan belaka yang berada di antara kedua belah pihak, melainkan penyerahan barang oleh penjual kepada pembeli dengan maksud untuk memindahkan hak milik. Tentunya juga harus ada persetujuan antara kedua belah pihak berupa kata sepakat tentang maksud untuk memindahkan hak milik dari tangan penjual kepada pembeli dan pembayaran uang harga pembelian oleh pembeli kepada penjual, tetapi persetujuan ini hanya bersifat pendahuluan untuk suatu perbuatan hukum tertentu yaitu penjualan berupa penyerahan barang tadi. Jadi selama penyerahan itu belum terjadi, maka belum ada sewa beli dan pada hakekatnya belum ada pengikatan apa-apa dari kedua belah pihak.

Di samping perjanjian sewa beli kita mengenal pula ada pemberian dan tukar menukar barang yang juga bertujuan untuk memindahkan hak milik, meskipun pada perjanjian sewa beli penjual hanya terikat secara obligator dan pembeli terikat secara pribadi. Tetapi tujuan dari perjanjian sewa beli terletak pada pemindahan hak milik dari benda yang dijual dan oleh karena itu terjadilah perubahan dalam hubungan kebendaan, hal yang terakhir ini baru terjadi setelah direalisirnya perubahan itu.26

(42)

Kemudian di dalam kewajiban menyerahkan suatu barang meliputi segala sesuatu yang menjadi pelengkapnya serta dimaksudkan bagi pemakaiannya yang tetap beserta surat-surat bukti miliknya jika itu ada. Dengan demikian maka “penyerahan sebidang tanah meliputi pula penyerahan sertifikatnya dan penyerahan kendaraan bermotor (mobil) meliputi BPKBnya”.(Wawancara dengan A.A. Gede Mayun Asmarateja, Tgl. 10 Juni 2017).

Dengan demikian yang ditentukan di dalam memindahkan hak milik yang harus diserahkan kepada pembeli adalah suatu benda yang dapat dikuasai sepenuhnya tanpa dapat diganggu oleh siapapun. Jadi dengan demikian perjanjian sewa beli yang menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia hak milik baru beralih setelah adanya penyerahan.

Perjanjian sewa beli mobil tertentu dengan angsuran yang banyak kita temui di dalam praktik, dalam penyerahan barang sebagai objek dari pelaksanaan perjanjian tersebut oleh penjual kepada pembeli dengan tetap menahan hak milik atas barangnya.

Hak milik baru akan beralih dari penjual ke tangan pembeli pada saat dilunasi atau ditutupnya atas pembayaran angsuran harga barang oleh pembeli. Dengan kata lain perjanjian sewa beli dengan angsuran atau cicilan adalah merupakan perjanjian sewa beli yang mana penjual menyerahkan barang yang dijualnya akan tetapi pembeli tidak menjadi pemilik karena penyerahan tersebut sebelum membayar lunas harganya kepada penjual, pembayaran penuh baru akan terjadi kemudian setelah beberapa kali angsuran dan pada saat itu pula beralihnya hak milik kepada pembeli, sehingga praktik membeli barang dengan angsuran atau cicilan di dalam pelaksanaannya bahwa pandangan yang banyak

(43)

dianut adalah penjual tidak memindahkan hak milik atas barang yang dijualnya kepada pembeli sebelum dilunasinya angsuran tersebut.

Oleh karena pembeli belum menjadi pemilik mutlak dari barang tersebut, maka ia tidak dapat berbuat bebas terhadap barang itu. Di dalam sewa beli yang normal atau biasa dengan diserahkannya atau dilakukan penyerahan dan sekaligus pembayaran dari barang tersebut oleh pembeli ia sudah menjadi pemilik dan sudah mempunyai kekuasaan penuh, dan ia dapat mempergunakan barang itu bahkan menjualnya ataupun menghibahkan kepada pihak lain tanpa ada gangguan dari penjual.27

Seperti telah disebutkan dalam membeli barang secara angsuran pembeli belum menjadi pemilik atas barang itu ia hanya mempunyai kekuasaan yang tidak penuh, oleh karenanya selama harga barang dibayar lunas oleh pembeli kepada penjual pihak pembeli tidak berhak untuk memindahtangankan, menjual atau menyewakan kepada pihak lain, bilamana ketentuan tersebut tidak diindahkan maka perbuatannya dapat dikualifikasikan sebagai tindak pidana penggelapan.

Dalam surat persetujuan pembiayaan di Maybank Finance dicantumkan mengenai masalah percepatan pembayaran yaitu :

1) Biaya pelunasan sebesar 5% jika sisa angsuran lebih besar dari 12 bulan. 2) Biaya Pelunasan sebesar seluruh sisa bunga yang belum jatuh tempo jika

sisa angsuran lebih kecil sama dengan 12 bulan

Bila sebelum lunas pembayarannya pembeli telah meninggal dunia maka pada prinsipnya dengan meninggalnya seseorang segala hak dan kewajibannya beralih kepada ahli warisnya. Jadi dalam hal ini apabila seseorang yang belum melunasi harga barangnya meninggal dunia, maka segala hak dan kewajibannya

(44)

beralih kepada ahli warisnya, ini berarti bahwa untuk memenuhi kewajibannya berupa membayar cicilan atau angsuran tersebut adalah ahli warisnya sampai ditutupnya perjanjian tersebut di samping berhak menerima peralihan hak dari penjual.

(45)

BAB III

AKIBAT HUKUM SEWA BELI MOBIL DENGAN ANGSURAN BILA TERJADI WANPRESTASI

3.1. Pengertian Wanprestasi

Dalam perjanjian ke dua belah pihak tentu mempunyai suatu hal yang di jadikan sebagai objek perjanjian, di dalam perjanjian tersebut telah di sepakati hak dan kewajiban dari setiap pihak yang terlibat. Apabila salah satu pihak dalam perjanjian tersebut tidak dapat memberikan prestasi, maka pihak tersebut dianggap telah melakukan wanprestasi.

Prestasi dimaksudkan sebagai suatu pelaksanaan hal-hal yang tertulis dalam suatu perjanjian oleh pihak yang telah mengikatkan diri untuk itu, dimana pelaksanaan itu sesuai dengan kondisi yang telah disebutkan dalam kontrak yang bersangkutan.

Berdasarkan Pasal 1234 KUH Perdata, beberapa model prestasi adalah berupa:

1. Memberikan sesuatu. 2. Berbuat sesuatu 3. Tidak berbuat sesuatu.

Sementara itu wanprestasi yang dimaksudkan adalah tidak dilaksanakannya prestasi atau kewajiban sebagaimana mestinya yang dibebankan oleh perjanjian terhadap pihak-pihak yang disebutkan dalam perjanjian tersebut. Dalam KUHPerdata, wanprestasi diatur di dalam Pasal 1238, yaitu;

Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini menetapkan, bahwa si berutang akan harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan.

(46)

Menurut Yahya Harahap,

Wanprestasi diartikan pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya. Salah satu pihak dikatakan wanprestasi, apabila dia di dalam melakukan pelaksanaan perjanjian telah lalai sehingga terlambat dari jadwal waktu yang ditentukan atau dalam melaksanakan prestasi tidak menurut sepatutnya/selayaknya.28

Menurut Abdulkadir Muhammad, “wanprestasi diartikan tidak memenuhi sesuatu yang diwajibkan seperti yang telah ditetapkan dalam perjanjian”29.

Menurut Mariam Darus Badrulzaman wujud dari tidak memenuhi prestasi tersebut ada 3 macam, yaitu:30

1. Debitur sama sekali tidak memenuhi perikatan. 2. Debitur terlambat memenuhi perikatan.

3. Debitur keliru atau tidak pantas memenuhi perikatan.

Akibat yang sangat penting dari tidak dipenuhinya perjanjian adalah bahwa kreditur dapat meminta ganti kerugian atas ongkos, rugi dan bunga yang dideritanya. Untuk adanya kewajiban ganti rugi bagi debitur maka undang-undang menentukan bahwa harus terlebih dahulu dinyatakan dalam keadaan lalai. ”Berada dalam keadaan lalai adalah peringatan atau pernyataan dari kreditur tentang saat selambat-lambatnya debitur wajib memenuhi prestasi, apabila saat ini dilampauinya maka debitur dinyatakan wanprestasi”31.

Kreditur sendiri memiliki hak-hak apabila terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh debitur, yaitu :

28 M. Yahya Harahap, Op.Cit., 1982, hal. 45

29 Abdul Kadir Muhammad, 1990, Hukum Perikatan, PT. Citra Aditama, Bandung, hal. 203 30Mariam D badrulzaman, 2001., Op cit, hal. 18.

(47)

a. Hak menuntut pemenuhan perikatan.

b. Hak menuntut pemutusan perikatan atau apabila perikatan itu bersifat timbal balik menuntut pembatalan perikatan.

c. Hak untuk menuntut ganti kerugian.

d. Hak untuk menuntut pemenuhan perikatan dengan ganti rugi.

e. Hak untuk menuntut pemutusan atau pembatalan perikatan dengan ganti rugi.

Ada ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu pasal 1266 KUH Perdata menyebutkan :

Syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan-persetujuan yang bertimbal balik, manakala salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya. Dalam hal yang demikian persetujuan tidak batal demi hokum, tetapi pembatalan harus dimintakan kepada hakim. Permintaan itu juga harus dilakukan, meskipun syarat batal mengenai tidak dipenuhinya kewajiban dinyatakan dalam perjanjian. Jika syarat batal tidak dinyatakan dalam persetujuan, hakim adalah leluasa untuk menuntut keadaan atas permintaan tergugat memberikan sesuatu jangka waktu untuk masih juga memenuhi kewajibannya, jangka waktu mana namun itu tidak boleh lebih dari satu bulan.

Dengan demikian menurut Pasal 1266 KUH Perdata tersebut dengan alasan salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya, maka pihak lainnya dalam perjanjian tersebut tidak dapat membatalkan perjanjian yang bersangkutan, akan tetapi pembatalan tersebut tidak boleh dilakukan begitu saja melainkan haruslah dilakukan lewat pengadilan.

Menurut Munir Fuady bahwa: “ada salah satu prinsip yang mendasar dalam perjanjian yaitu prinsip perlindungan kepada pihak yang dirugikan akibat adanya wanprestasi dari pihak lainnya”32. Berdasarkan prinsip perlindungan pihak

(48)

yang dirugikan maka apabila terjadi wanprestasi terhadap suatu perjanjian kepada pihak lainnya diberikan hak sebagai berikut:33

a. Exception non adimpleti contractus

Berdasarkan prinsip exeptio non adimpleti contractus maka pihak yang dirugikan akibat adanya suatu wanprestasi dapat menolak melakukan prestasinya atau menolak melakukan prestasi selanjutnya manakala pihak lainnya melakukan wanprestasi. b. Penolakan prestasi selanjutnya dari pihak lawan.

Apabila pihak lawan telah melakukan wanprestasi, misalnya mulai mengirim barang yang rusak dalam suatu perjanjian jual beli maka pihak yang dirugikan berhak menolak pelaksanaan prestasi selanjutnya dari pihak lawan tersebut, misalnya menolak menerima barang selanjutnya yang akan dikirim oleh phak lawan dalam perjanjian jual beli tersebut.

c. Menuntut restitusi

Ada kemungkinan sewaktu pihak lawan melakukan wanprestasi, pihak lainnya telah selesai atau telah mulai melakukan prestasinya seperti yang diperjanjikan, maka pihak yang melakukan prestasi tersebut berhak untuk menuntut agar kepadanya diberikan kembali atau dibayar setiap prestasi yang telah dilakukannya.

3.2. Penyelesaian Wanprestasi Sewa Beli Mobil Dengan Angsuran

Masalah yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian sewa beli kendaraan bermotor yang biasa terjadi adalah masalah penunggakan pembayaran angsuran oleh penyewa, namun tidak menutup kemungkinan bahwa penyewa tersebut juga memindahtangankan objek perjanjian pada pihak ketiga. Jika penyewa tidak mau membayar angsuran kendaraan bermotor selama dua bulan berturut-turut maka penyewa tersebut sudah dianggap melakukan wanprestasi atau ingkar janji.

Perlu dipahami bahwa dalam suatu perjanjian sewa beli dalam bentuk apapun, berarti kedua belah pihak saling mengikatkan dirinya untuk melaksanakan sesuatu yang telah diperjanjikan (prestasi). Namun dalam

(49)

kenyataan yang ada tidak menutup kemungkinan dapat terjadi bahwa salah satu pihak tidak melaksanakan apa yang telah diperjanjikan.

Dalam suatu perjanjian apabila salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban atau yang telah diperjanjikannya, maka dapat dikatakan telah melakukan wanprestasi. Dapat pula dikatakan bahwa penyewa lalai atau alpha atau ingkar janji atau bahkan telah melakukan sesuatu hal yang dilarang atau tidak boleh dilakukan.

Menurut Pasal 1365 KUH Perdata, wanprestasi adalah tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian pada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.

Wanprestasi seorang debitur dapat berupa : a. Sama sekali tidak memenuhi prestasi b. Tidak tunai memenuhi prestasinya c. Terlambat memenuhi prestasinya d. Keliru memenuhi prestasinya.

Dalam perjanjian sewa beli apabila pihak penyewa melakukan salah satu dari bentuk-bentuk wanprestasi, maka untuk pelaksanaan hukumnya Undang-undang menghendaki penyewa untuk memberikan pernyataan lalai kepada pihak yang menyewakan. Dengan demikian, wanprestasi yang dilakukan oleh pihak yang penyewa itu pokoknya harus secara formal dinyatakan telah lebih dahulu, yaitu dengan memperingatkan penyewa bahwa penyewa atau pihak menghendaki pembayaran seketika atau jangka waktu pendek yang telah ditentukan.

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu buku yang digunakan juga adalah buku tulisan Badri Yatim yang berjudul Sejarah Peradaban Islam yang salah satu babnya membahas tentang Dinasti Bani Abbas,

diszbilitr).B.das.tkan hasil penelitian Sukiman (2003) srnnnlasi p.rkembangan yang ditakukaD oleh pcndidik PAUD pada Kelomtok Bem.in belum memra iht€nsttsnyr pada

Efek perendaman benih jagung hibrida varietas Bisi-18 dalam larutan asam sitrat dan efek pemberian aluminium pada kecambah terhadap semua variabel pertumbuhan kecambah dapat

Alhamdulillahirabbil‘alamin, Sembah sujudku dan segala puji syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, karena hanya dengan kehendak dan kuasa-Nya, penulis dapat menyelesaikan

Sejak Januari 1962 – Januari1964, materi penafsiran al-Quran yang disampaikan di Masjid Al-Azhar sebagai kegiatan rutin, telah dimuat dalam sebuah majalah yang bernama Gema Islam

berperan di semua aspek, salah satunya aspek sosial dan aspek sosial anak dapat dikembangkan melalui aspek kecerdasan interpersonal. Salah satu kecerdasan yang dikembangkan pada

Rating scala adalah sebuah instrumen atau alat yang mewajibkan pengamat untuk menciptakan subyek kepada kategori dengan memberikan nomor atau angka pada kategori,

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran Project-Based Learning (PjBL) dapat mengembangkan performance dan