PEMBELAJARAN
PROJECT-BASED LEARNING
SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN
PERFORMANCE
DAN PENINGKATAN
PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMP KELAS VIII
Artikel Skripsi
disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh
Winda Yulia Sari
4201412094
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
▸ Baca selengkapnya: cara mengatasi kelemahan project based learning
(2)(3)1
PEMBELAJARAN PROJECT-BASED LEARNING SEBAGAI UPAYA
PENGEMBANGAN PERFORMANCE DAN PENINGKATAN
PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMP KELAS VIII
Winda Yulia Sari*, Sarwi, Ngurah Made Darma Putra
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang Gedung D7 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229.
*Email: windayuliasari@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran Project-Based Learning (PjBL) dapat mengembangkan performance dan meningkatkan pemahaman konsep siswa SMP kelas VIII. Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment dengan rancangan nonequivalent control group. Populasinya adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Karangawen. Sampel ditentukan dengan teknik purposive sampling, kelas VIII G sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII H sebagai kelas kontrol. Berdasarkan uji gain, peningkatan performance of group work dan
performance of oral presentation pada kelas eksperimen menunjukkan nilai yang lebih baik daripada kelas kontrol. Hal ini diperkuat dengan nilai rata-rata performance of collecting data kelas eksperimen yang lebih tinggi dari kelas kontrol, ditunjukkan oleh . Hasil uji t pihak kanan menunjukkan , artinya pemahaman konsep kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran PjBL dapat mengembangkan performance
dan meningkatkan pemahaman konsep siswa SMP kelas VIII.
Kata kunci: Pembelajaran; Project-Based Learning; Performance; Pemahaman Konsep.
ABSTRACT
This study is an experimental research aims to determine whether Project-Based Learning (PjBL) model can develop the performance and improve the concept understanding of eighth grade junior high school students. This resea rch used a qua si-experimental design with nonequivalent control group design. The population was all students of class VIII of SMP Negeri 1 Karanga wen. The sample was determined by purposive sampling technique, the experimental group was cla ss VIII G and the control group wa s class VIII H. Based on the gain test, an increa se in performance of group work and performance of oral presentation on the experimental class showed the value wa s better than the control class, it has showed with
. The result of right side t-test showed that , it proved that the concept understanding of experimental class is
better than the control class. The conclusion of this resea rch is learning by using PjBL can develop performances and improve the concept understanding of eighth grade junior high school students.
PENDAHULUAN
Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
wargayang demokratis serta bertanggung
jawab (Badan Standar Nasional
Pendidikan, 2006). Sejalan dengan fungsi
pendidikan nasional tersebut maka
pendidikan sangat penting untuk
dikembangkan, terutama dalam bidang
sains. Melalui pendidikan diharapkan
bangsa ini dapat mengikuti perkembangan
dalam bidang sains dan teknologi yang
semakin pesat.
Ditengah pentingnya kemampuan
sains saat ini, ditemukan fakta bahwa
performance siswa Indonesia dalam bidang sains tergolong masih rendah. Hal ini
berdasarkan hasil survei PISA (Programme for International Student Assessment) pada tahun 2012 yang menyatakan bahwa
rata-rata skor sains siswa Indonesia menempati
peringkat ke-63 dari 64 negara partisipan
dengan skor 382. Hasil ini menunjukkan
bahwa rata-rata skor sains siswa Indonesia
masih di bawah rata-rata skor internasional,
yaitu 501 (OECD, 2013). Oleh karena itu,
perlu adanya upaya untuk meningkatkan
performance siswa Indonesia di bidang sains.
Hasil observasi dan wawancara
dengan guru mata pelajaran IPA di SMP
Negeri 1 Karangawen menunjukkan bahwa
performance siswa dalam mengikuti pembelajaran masih rendah. Hal ini karena
proses pembelajaran IPA masih bersifat
konvensional dengan menggunakan metode
ceramah dan tanya jawab dengan
menggunakan buku LKS sebagai bahan
ajar. Guru berperan sebagai pusat
pembelajaran di kelas (tea cher centered) dan siswa hanya menghafal materi. Siswa
juga jarang melakukan praktikum dan
presentasi sehingga pembelajaran terkesan
membosankan.
Selain itu, dalam proses transformasi
pengetahuan antara guru dan siswa
terkadang hanya dilakukan secara searah.
Hal ini membuat siswa cepat lupa dengan
materi yang sudah diberikan dan rendah
dalam pemahaman konsep. Rendahnya
pemahaman konsep siswa bisa terlihat dari
hasil ulangan harian yang masih banyak di
bawah Kriteria Ketuntasan Minimum
(KKM) mata pelajaran IPA dikelas VIII
yaitu 75. Hasil Ulangan Akhir Semester I
kelas VIII tahun pelajaran 2015/2016 hanya
50 % siswa yang tuntas memenuhi KKM.
Salah satu cara untuk meningkatkan
3
pembelajaran yang tepat. Pemilihan model
pembelajaran dan metode yang tepat serta
media yang sesuai dengan materi yang
diajarkan akan menghasilkan proses
pembelajaran yang optimal.
Berdasarkan kasus ini maka perlu
adanya penerapan model pembelajaran
yang dapat mengaktifkan siswa dalam
proses pembelajaran. Keaktifan siswa ini
akan berakibat pada meningkatnya kinerja
(performance) siswa dalam proses pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang
dapat diterapkan untuk mewujudkan
student centered adalah model pembelajaran berbasis proyek (project-based learning).
PjBL adalah suatu model
pembelajaran yang melibatkan suatu proyek
dalam proses pembelajaran. Proyek yang
dikerjakan oleh peserta didik dapat berupa
proyek mandiri atau kelompok dan
dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu,
menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya
kemudian akan ditampilkan atau
dipresentasikan (Kemendikbud, 2014: 85).
Model pembelajaran PjBL adalah salah satu
alternatif yang dapat digunakan oleh para
pendidik untuk menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan dan berkualitas.
Implementasi PjBL dapat meningkatan
aktivitas dan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran serta dapat meningkatkan
kreativitas (Purworini, 2006).
Model Pembelajaran PjBL juga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, terutama
kemampuan kognitif siswa. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Khasanah (2015) yang menunjukkan bahwa model PjBL
dapat meningkatkan penguasaan konsep
fisika dan performance siswa SMA dibandingkan dengan model Discovery
Penelitian ini dilaksanakan pada
pembelajaran IPA materi cermin. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah pembelajaran PjBL dapat
mengembangkan performance dan meningkatkan pemahaman konsep siswa
SMP kelas VIII.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain
quasi experiment dengan rancangan
nonequivalent control group. Populasinya adalah seluruh siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 Karangawen. Sampel ditentukan
dengan teknik purposive sampling. Sampel yang terpilih adalah kelas VIII G sebagai
kelas eksperimen dan kelas VIII H sebagai
kelas kontrol. Faktor yang diteliti dalam
penelitian ini adalah performance dan pemahaman konsep siswa pada materi
cermin. Performance tersebut meliputi:
performance ofgroup work, performance of collecting data, dan performance of oral presentation. Kedua kelas diberi treatment
dengan model PjBL dan kelas kontrol diajar
dengan model Discovery.
Pada awal proses pembelajaran, kelas
eksperimen dan kelas kontrol diberi pretest
untuk mengetahui pemahaman konsep awal
siswa, dan pada pertemuan terakhir, kelas
eksperimen dan kelas kontrol diberi posttest
sebagai evaluasi terhadap pembelajaran
yang telah dilakukan. Observasi
performance siswa dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Data, metode
pengumpulan data, instrumen, analisis
instrumen, dan teknik analisis data disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis, Metode Pengambilan, Instrumen, Analisis Instrumen, dan Teknis Analisis Data Penelitian
Jenis Data Metode Pengambilan 2. Uji t independent
3. Uji gain
Performance Observasi Lembar Observasi
Validitas konstruk 1. Analisis deskriptif 2. Uji t independent
3. Uji gain
Respon Siswa Angket Angket Validitas konstruk Analisis deskriptif
HASIL DAN PEMBAHASAN
Performance siswa diperoleh dari pengamatan langsung (observasi).
Observasi tersebut dilakukan dalam tiga
kegiatan inti setiap model pembelajaran,
yaitu diskusi, praktikum, dan presentasi.
Pengambilan data ini difokuskan pada dua
topik, yaitu: cermin datar (topik 1) dan
cermin lengkung (topik 2).
Berdasarkan analisis yang dijabarkan
pada hasil penelitian, terlihat bahwa
setelah diberikan treatment , terdapat perbedaan performance siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil
analisis deskriptif performance siswa secara keseluruhan ketika mengikuti
pembelajaran pada topik 1 disajikan pada
Gambar 1.
Gambar 1 Performance Siswa pada Topik 1 Hasil analisis deskriptif pada Gambar
5
group work kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol.
Performance of oral presentation
baik kelas eksperimen maupun kelas
kontrol kurang menonjol dibandingkan
performance of group work dan
performance of cellecting data. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa
melakukan presentasi. Kurangnya
pengalaman siswa ini menjadi penyebab
rendahnya nilai performance of oral presentation siswa dalam penelitian ini.
Performance of collecting data pada pembelajaran topik 1 Hal ini dikarenakan
kelas eksperimen menggunakan produk
proyek karya kelompoknya sendiri sebagai
alat praktikum. Akibatnya siswa termotivasi
dan antusias dalam melaksanakan
praktikum. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Munawaroh (2012), bahwa
pemberian kesempatan kepada siswa untuk
menggunakan hasil karyanya dalam belajar
dapat memberikan motivasi kepada siswa.
Hal ini diperkuat dengan pernyataan
Moursound sebagaimana dikutib oleh
Wena (2009:47), bahwa salah satu
keuntungan dalam PjBL adalah dapat
meningkatkan motivasi siswa.
Pada pembelajaran topik 2, performance
siswa dari kedua kelas mengalami sedikit
kemajuan. Hasil analisis deskriptif
performance siswa secara keseluruhan
ketika mengikuti pembelajaran pada topik
2 disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2 Performance Siswa pada Topik 2
Performance of group work kelas eksperimen pada diskusi 1 dan 2
menunjukkan hasil yang lebih baik daripada
kelas kontrol. Hal ini dikarenakan pada
kelas eksperimen siswa diberikan tugas
proyek yang menuntut mereka untuk
mampu berinteraksi dengan teman
sekelompoknya dalam menyelesaikan
proyek tersebut. Pembelajaran berbasis
proyek yang diterapkan pada kelas
eksperimen di mulai dengan permasalahan
nyata yang penyelesaiannya membutuhkan
kerja sama antar siswa. Hal ini yang
membuat siswa terbiasa bertukar pikiran
dengan siswa lain dan membuat kegiatan
diskusi di kelas eksperimen lebih aktif.
Berbeda dengan kelas kontrol yang
menerapkan model discovery lea rning. Pada pembelajaran menggunakan model
membuat proyek, sehingga interaksi antar
siswa baru terbangun ketika mereka
melakukan kegiatan diskusi di kelas. PjBL
merupakan ajang kesempatan berdiskusi
yang baik, melatih penemuan langsung
siswa terhadap masalah dunia nyata dan
memberikan mereka kesenangan dalam
pembelajaran (Kemendikbud, 2014: 91).
Sebagaimana pendapat Holubova (2008),
bahwa pemberian tugas proyek dapat
meningkatkan kerja kelompok.
Performance of oral presentation
siswa antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol pada pembelajaran topik 2
menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda
dari pembelajaran topik 1, namun terlihat
sedikit kemajuan dari kedua kelas.
Berdasarkan Gambar 2 , performance of oral presentation kelas eksperimen pada topik 2 meningkat sebesar 4,6 % dari topik
1. Sedangkan kelas kontrol mengalami
peningkatan yang lebih rendah , yaitu 2,77
%. Performance of oral presentation
mengalami peningkatan yang lebih tinggi
pada kelas eksperimen, hal ini disebabkan
karena dari segi muatan konsep dan respon
siswa terhadap pertanyaan siswa kelas
eksperimen lebih baik, hal ini karena
siswa kelas eksperimen lebih memahami
konsep yang mereka presentasikan dari
proyek yang telah mereka kerjakan
sebelumnya. Performance siswa secara keseluruhan pada topik 1 dan topik 2
mengalami sedikit kemajuan. Performance
secara keseluruhan kelas eksperimen baik
pada topik 1 maupun topik 2 lebih baik
daripada kelas kontrol. Model PjBL mampu
membuat performance siswa berkembanng menjadi lebih baik. Hal ini sesuai dengan
penelitian hasil Tamin & Grand (2013),
bahwa ketika terlibat dalam sebuah proyek,
performance siswa meningkat lebih baik. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian
Khasanah (2015), bahwa implementasi
PjBL dalam pembelajaran dapat
meningkatkan performance siswa.
Uji Hipotesis pada masing-masing
performance menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil
perhitungan uji perbandingan dua rata-rata
nilai performance of group work pada Topik 2 antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol, diperoleh = 1,629. Pada
dengan dk = 74, maka diperoleh
= 1,992. Hasil perhitungan
menunjukkan , maka
dapat disimpulkan bahwa performance of group work siswa pada kelas eksperimen lebih rendah atau sama dengan performance of group work siswa kelas kontrol.
Hasil perhitungan uji perbandingan
dua rata-rata nilai performance of collecting data antara kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan hasil yang berbeda,
diperoleh = 2,267. Pada
7
1,992. Hasil perhitungan menunjukkan
, maka dapat disimpulkan
bahwa performance of collecting data siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada
performance of collecting data siswa kelas kontrol.
Perhitungan uji perbandingan dua
rata-rata nilai performance of oral presentation pada Topik 2 antara kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan
hasil yang serupa dengan hasil uji
perbandingan rata-rata performance of group work, diperoleh = 0.296.
Pada dengan dk = 74, maka
diperoleh = 1,992. Hasil perhitungan
menunjukkan , maka
dapat disimpulkan bahwa performance of oral presentation siswa kelas eksperimen lebih rendah atau sama dengan performance of oral presentation siswa kelas kontrol.
Peningkatan performance dihitung dengan uji gain. Jenis performance yang diuji adalah performance of group work dan
performance of oral presentation. Hal ini karena pada penelitian ini praktikum hanya
dilakukan sekali saja, sedangkan untuk
kegiatan diskusi dan presentasi dilakukan
sebanyak 2 kali. Peningkatan performance of work pada kelas eksperimen menunjukkan nilai = 0,385 dengan
kategori sedang, sedangkan pada kelas
kontrol menunjukkan nilai = 0,297
dengan kategori rendah. Peningkatan
performance of oral presentation pada kedua kelas berada pada kategori rendah.
Performance of oral presentation pada kelas eksperimen menunjukkan nilai =
0,134, sedangkan pada kelas kontrol
menunjukkan nilai = 0,084.
Peningkatan performance kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol walaupun
pada performance of oral presentation
sama-sama berada pada kategori rendah.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hajjaj &
Boukhobza (2013), bahwa dengan
menggunakan pendekatan PjBL, siswa telah
menunjukkan peningkatan yang baik dalam
bidang keterampilan kepemimpinan
(objektif, kerja kelompok, motivasi) dan hal
yang paling penting siswa menunjukkan
performance yang tinggi.
Pemahaman konsep yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah kemampuan
siswa dalam memahami konsep fisika
materi cermin. Instrumen yang digunakan
adalah tes tertulis uraian. Hasil pretest dan
posttest kelas eksperimen pada Gambar 3.
Gambar 3 Hasil Pretest dan Posttest
Berdasarkan hasil uji kesamaan dua
rata-rata data pretest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, diketahui
bahwa tidak terdapat perbedaan antara hasil
pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Artinya, sebelum diberi treatment, tidak terdapat perbedaan kemampuan awal
pemahaman konsep siswa.
Setelah treatment selesai diberikan, siswa pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol diuji pemahaman konsepnya
melalui posttest. Berdasarkan rata-rata nilai
posttest, diketahui bahwa pema Hasil analisis deskriptif menunjukkan nilai
rata-rata posttest kelas eksperimen sebesar 74,32 dengan ketuntasan yang diperoleh sebesar
50% siswa dinyatakan tuntas dan 50 %
siswa dinyatakan tidak tuntas, sedangkan
pada kelas kontrol rata-rata nilai posttest
sebesar 66,58 dengan ketuntasan yang
diperoleh sebesar 21 % siswa dinyatakan
tuntas dan 79 % siswa dinyatakan tidak
tuntas. Penerapan model pembelajaran
PjBL dan model Discovery Learning
terbukti memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap pemahaman konsep
Siswa.
Berdasarkan hasil perhitungan uji
perbandingan dua rata-rata data posttest
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol,
diperoleh = 2,599. Pada
dengan dk = 74, maka diperoleh =
1,992. Hasil perhitungan menunjukkan
, maka dapat disimpulkan
bahwa hasil posttest kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Pembelajaran PjBL mampu
memberikan hasil lebih baik dibandingkan
dengan pembelajaran Discovery Lea rning. Hal ini dikarenakan siswa yang diajar
dengan model PjBL tidak hanya sekedar
menemukan konsep seperti model
Discovery, melainkan harus menerapkan konsep dengan mengintegrasikan
pengetahuan-pengetahuan baru dari sumber
lain seperti internet untuk menghasilkan
produk. Sebagaimana pendapat Yalҫin et al. (2009) bahwa pembelajaran PjBL berfokus
pada penerapan fisika dalam pemecahan
masalah sehingga melalui kegiatan-kegiatan
proyek yang menantang dan menarik, siswa
dapat mengembangkan keterampilan
mereka dalam memahami konsep. Hal
tersebut diperkuat dengan hasil penelitian
Pratiwi (2015), bahwa dengan menerapkan
model PjBL dalam pembelajaran IPA dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa.
Peningkatan pemahaman konsep diuji
dengan uji gain. Berdasarkan hasil uji gain
pemahaman konsep secara keseluruhan,
pada kelas eksperimen menunjukkan nilai
= 0,688 dengan kategori sedang,
sedangkan pada kelas kontrol menunjukkan
nilai = 0,601 dengan kategori sedang.
9
pemahaman konsep siswa kelas eksperimen
lebih besar daripada kelas kontrol,
walaupun sama-sama terletak dalam
kategori sedang.
Berdasarkan analisis uji gain
pemahaman konsep siswa pada setiap
pokok bahasan, diperoleh hasil yang
bervariasi. Pada pokok bahasan cermin
datar siswa kelas eksperimen menunjukkan
nilai = 0,865 dengan kategori tinggi,
sedangkan pada kelas kontrol menunjukkan
nilai = 0,694 dengan kategori sedang.
Hasil yang serupa ditunjukkan pada uji gain
pemahaman pokok bahasan cermin cekung
siswa kelas eksperimen menunjukkan nilai
= 0,748 dengan kategori tinggi,
sedangkan pada kelas kontrol menunjukkan
nilai = 0,687 dengan kategori sedang.
Sementara pada pokok bahasan cermin
cembung, pemahaman konsep siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol berada pada
kategori yang sama yaitu kategori sedang.
Tingginya tingkat pemahaman konsep
siswa kelas eksperimen pada pokok
bahasan cermin datar disebabkan karena
pada pokok bahasan ini siswa di berikan
tugas proyek untuk membuat alat peraga
yang kemudian dijadikan sebagai alat
praktikum mereka. Hal ini membuat siswa
lebih antusias dan termotivasi dalam belajar
yang berujung pada peningkatan
pemahaman konsep siswa yang lebih tinggi.
Sementara pada pokok bahasan cermin
cekung dan cembung siswa hanya diberikan
tugas proyek untuk melakukan investigasi
tanpa didukung dengan kegiatan praktimum
sehingga penanaman konsep dalam ingatan
siswa lebih dangkal dibandingkan
pemahaman konsep siswa pada pokok
bahasan cermin datar.
Berdasarkan uraian diatas, jelas
terlihat bahwa pembelajaran PjBL dapat
meningkatkan pemahaman konsep siswa.
Siswa dibiasakan untuk menemukan sendiri
konsep fisika melalui proyek yang
diberikan dengan mengkonstruksi
pengetahuan dalam diri siswa. Pada
pelaksanaannya, siswa dilatih untuk dapat
mengembangkan pola pikirnya untuk
mengetahui pengetahuan baru yang
dikaitkan dengan pengetahuan yang sudah
ada sesuai dengan lingkungan sekitarnya.
Bisa dikatakan bahwa PjBL bukan hanya
sekedar memberikan pengetahuan
mengetahui konsep fisika, tetapi juga
menjadikan itu lebih bermakna melalui
kegiatan proyek yang mengubah konsep
yang selama ini bersifat abstrak menjadi
nyata, sehingga konsep tersebut bertahan
lama dalam pikiran siswa. Hal ini sesuai
dengan pendapat Gulbahar & Tinmaz
(2006: 309), bahwa pembelajaran berbasis
proyek memberikan kesempatan kepada
siswa belajar sesuai kehidupan nyata, yang
dapat mengakibatkan pengetahuan
Berdasarkan hasil pengolahan data
diperoleh regresi linier sederhana pada
pengaruh performance siswa yang diajar
dengan menggunakan model PjBL terhadap
pemahaman konsep siswa seperti yang
ditunjukkan dari Tabel 2.
Tabel 2 Hasil Koefisien Analisis Regresi Linier Sederhana
Pada Tabel 2 dapat diketahui nilai
konstanta pada kolom kedua yang
menghasilkan persamaan regresi sebagai
berikut:
dimana Y = Pemahaman konsep siswa dan
X = performance siswa.
Konstanta sebesar 13,56 merupakan
nilai intersep yang menyatakan bahwa jika
nilai performance siswa adalah 0, maka nilai pemahaman konsep siswa adalah
13,56. Berdasarkan penelitian diperoleh
hasil korelasi sederhana seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil Ringkasan Output Regresi Linier Sederhana.
Berdasarkan Tabel 3 diperoleh harga
R sebesar 0,613 dengan demikian
menunjukkan bahwa performance siswa yang diajar dengan model PjBL mempunyai
hubungan yang kuat dengan pemahaman
konsep siswa. Koefisien determinasinya
dirumuskan sebagai (R square) yang memiliki nilai sebesar 0,38. Hal ini berarti
pemahaman konsep siswa 38 % ditentukan
oleh performance siswa melalui persamaan regresi . Sisanya
sebesar 62 % ditentukan oleh faktor lain
misalnya motivasi siswa, lingkungan sosial
siswa, serta tingkat intelegensi
masing-masing siswa. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Suroto (2012: 56) yang
menyatakan bahwa keaktifan siswa
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Respon siswa terhadap model PjBL
sangat baik. Berdasarkan hasil respon siswa
menunjukkan bahwa 76,31 % jumlah siswa
memberikan respon sangat baik dan 23, 68
% jumlah siswa memberikan respon baik.
Hal ini menunjukkan bahwa model PjBL ini
dapat membuat siswa termotivasi dalam
belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat
Tamim & Grant (2013), bahwa PjBL
mampu membuat siswa menjadi kreatif,
memotivasi siwa, meningkatkan kolaborasi
siswa. Hal ini diperkuat dengan pernyataan
Moursound sebagaimana dikutib oleh
Wena (2009:47), bahwa salah satu
Coefficients SE t Stat P-value Lower 95% Upper 95%
Intercept 13,560 13,143 1,0317 0,309 -13,096 40,216 Performance (X) 0,778 0,167 4,659 4,24E-05 0,439 1,116
11
keuntungan dalam PjBL adalah dapat
meningkatkan motivasi siswa.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran PjBL dapat mengembangkan
performance dan meningkatkan pemahaman konsep siswa SMP kelas VIII.
Saran yang dapat diberikan dalam
penelitian ini adalah (1) pembelajaran PjBL
akan lebih baik jika guru merancang proyek
secara rinci, sistematis, dan menyiapkan
alat laboratorium secara lengkap sehingga
keterbatasan PjBL yang sesuai dengan
materi pelajaran dapat teratasi, dan (2) Guru
hendaknya menggunakan model PjBL
sebagai salah satu alternatif dalam
pembelajaran fisika. Hal ini karena model
tersebut terbukti dapat mengembangkan
performance dan pemahaman konsep siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : BSNP
Gulbahar, Y. & H. Tinmaz. 2006. Implementing Project Based Learning And E-Portofolio Assesment In an Undergraduate Course. Journal of Research on Technology in Education, 38(3): 309-327.
Hajjaj, A. & I. Boukhobza. 2013. Project Based Learning to Promote Ecuational Leadership Skills Implementation in An Environmental Science Course at Zayed University.
The Online Journal of New Horizons in Education (TOJNED), 4 (3): 108-117.
Holubova, R. 2008. Effective Teaching Methods – Project–Based Learning in Physics. US-China Education Review, 2 (12): 27-36.
Kemendikbud. 2014. Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kela s VIII. Jakarta: Kemendikbud.
Khasanah, R. A. N. 2015. Implementasi Model Project Based Lea rning Berbantuan LKS untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika dan Performance Siswa. Skripsi. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Munawaroh, R. 2012. Penerapan Model Project Based Learning dan Kooperatif untuk Membangun Empat Pilar Pembelajaran SMP. Unnes Physics Education Journal (UPEJ),
1(1): 34-37.
Purworini, S. E. 2006. Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai Upaya Mengembangkan Habit of Mind Studi Kasus di SMP Nasional KPS Balikpapan. Jurnal Pendidikan Inovatif, 1(2): 17-19.
Suroto. 2012. Pembelajaran Matematika Model Kooperatif Tipe Jigsaw pada Materi Prisma dan Linmas Kelas VIII. Journal of Primary Education, 1 (1): 52-56.
Tamim, S. R. & M. M. Grant. 2013. Definition and Uses : Case Study of Teachers Implementing Project-Based Learning. Interdisciplina ry Journal of Problem-Based Lea rning, 7 (2): 73-101.
Wena, M. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.
Yalҫin, S. A., T. Ümit, & B. Erdoğan. 2009. The Effect of Project Based Learning on Science Undergraduate’s Learning of Electricity, Attitute toward Physics and Scientific Process Skills.