• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING SEBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING SEBA"

Copied!
294
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN

PROJECT-BASED LEARNING

SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN

PERF ORMANCE

DAN PENINGKATAN

PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMP KELAS VIII

Skripsi

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh Winda Yulia Sari

4201412094

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

“You will never fall if you are afraid to climb. But there is no enjoy in living your entire life on the ground”

“You need to step outside, get some fresh air, and remind yourself of who you

are and who you want to be”

“Do the best and pray. God will take care of the rest”

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah: 6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Bapak dan Ibu yang selalu mendoakanku.

2. Adikku Lisa Dwi Rahmawati dan Sinta Oktavia Rani yang selalu memberi dukungan.

3. Sahabatku Srikandi MIPA (Laras, Cintia, dan Nurul) yang selalu memberi keceriaan.

4. Sahabat-sahabatku kos Mukminatul (Atika, Isma, Nurul, dan kawan-kawan) yang selalu memberi semangat dan senyuman.

(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak dapat lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rohman, M. Hum. selaku rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Zaenuri, S.E., M.Si,Akt selaku dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.

3. Dr. Suharto Linuwih, M.Si. selaku ketua Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. 4. Dr. Achmad Sopyan, M.Pd. selaku dosen wali yang telah memberikan

arahan akademik selama perkuliahan.

5. Prof. Dr. Sarwi, M, Si. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Drs. Ngurah Made D. P., M.Si., Ph.D. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Fisika yang telah memberikan bekal kepada

penulis dalam penyusunan skripsi.

(7)

vii

9. Ibu Wahyuning Tyas Dwi Margiyani, S.Pd., M.Si. yang telah memberikan informasi dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

10. Siswa SMP Negeri 1 Karangawen yang berperan aktif dalam proses penelitian.

11. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga segala kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan yang lebih dari Allah SWT. Penulis berharap agar penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, 18 Agustus 2016

(8)

viii

ABSTRAK

Sari, W. Y. 2016. Pembelajaran Project-Based Learning sebagai Upaya Pengembangan Performance dan Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa SMP Kelas VIII. Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Prof. Dr. Sarwi, M.Si. dan Pembimbing Pendamping Drs. Ngurah Made Darma Putra., M.Si., Ph.D.

Kata Kunci : Pembelajaran; Project-Based Learning; Performance; Pemahaman Konsep.

Rendahnya performance dan pemahaman konsep siswa Indonesia di bidang sains menuntut perlunya perbaikan pembelajaran di sekolah. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran Project-Based Learning (PjBL) dapat mengembangkan

performance dan meningkatkan pemahaman konsep siswa SMP kelas VIII.

Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment dengan rancangan

nonequivalent control group. Populasinya adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Karangawen. Sampel ditentukan dengan teknik purposive sampling. Sampel yang terpilih adalah kelas VIII G sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII H sebagai kelas kontrol. Kedua kelas diberi treatment yang berbeda, yaitu kelas eksperimen diajar dengan model PjBL dan kelas kontrol diajar dengan model Discovery. Berdasarkan uji gain, peningkatan

performance of group work pada kelas eksperimen menunjukkan nilai = 0,385 dengan kategori sedang, sedangkan pada kelas kontrol menunjukkan nilai = 0,297 dengan kategori rendah. Sementara untuk peningkatan

performance of oral presentation kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol walaupun sama-sama pada kategori rendah. Hal ini diperkuat dengan nilai rata-rata performance of collecting data siswa kelas eksperimen yang lebih tinggi dari kelas kontrol, ditunjukkan oleh

. Hasil uji gain pretest-posttest menunjukkan adanya

peningkatan rata-rata pemahaman konsep pada kelas eksperimen sebesar = 0,688 dengan kategori sedang dan pada kelas kontrol sebesar = 0,601 dengan kategori sedang. Ketuntasan kelas eksperimen sebesar 50 % dan kelas kontrol sebesar 21 %. Hasil uji t pihak kanan menunjukkan bahwa

� pada taraf signifikasi 5%, artinya pemahaman

konsep kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Berdasarkan uji regresi linier sederhana menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat antara

performance siswa dengan hasil pemahaman konsep siswa. Performance siswa

(9)

ix

ABSTRACT

Sari, W. Y. 2016. Learning by UsingProject-Based Learning a s Performance Development Effort and Improvement Consept Understanding of Eighth Grade Junior High School Students. Skripsi, Physics Department, Mathematics and Natural Sciences Faculty, Sema rang State University. First Advisor: Prof. Dr. Sarwi, M.Si. and Second Advisor: Drs. Ngurah Made Darma Putra., M.Si., Ph.D.

Keywords : Lea rning; Project-Based Lea rning; performance; Understanding concept.

The lack of performance and the concept understa nding of Indonesian students in science require improvement in learning. This study is an experimental research aims to determine whether Project-Based Lea rning (PjBL) can develop the performances and improve the concept understanding of eighth grade junior high school students. This research used quasi-experimental design with nonequivalent control group design. The population wa s all of class VIII students of SMP Negeri 1 Karanga wen. The sample wa s determined by purposive sampling technique. The experimental cla ss was cla ss VIII G and the control class wa s class VIII H. The classes were given different treatments, the experimental class was taught using PjBL model while the control class was taught using Discovery model. Based on the gain test, an increase in performance of group work on the experimental class showed the

value of = 0,385 in moderate category, while the control class showed the

value of g = 0,297 in low category. The improvement of performance of oral presentation wa s better than the control cla ss although both classes were at control class completeness wa s 21 %. The result of right side t-test showed that

� at 5 % significance level, it proved that the

(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 4

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Penegasan Istilah ... 6

1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ... 8

2. TINJAUAN PUSTAKA . ... 10

2.1 Pembelajaran ... 10

2.2 Project-Based Learning ... 12

(11)

xi

2.4 Performance Siswa ... 20

2.5 Pemahaman Konsep ... 24

2.6 Tinjauan Materi Cermin ... 25

2.7 Kerangka Berpikir ... 33

2.8 Hipotesis Penelitian ... 36

3. METODE PENELITIAN .. ... 37

3.1 Lokasi Penelitian ... 37

3.2 Subjek Penelitian ... 37

3.3 Faktor yang Diteliti ... 38

3.4 Metode dan Desain Penelitian ... 38

3.5 Prosedur Penelitian ... 40

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 42

3.7 Instrumen Penelitian ... 43

3.8 Analisis Instrumen Penelitian... 44

3.9. Metode Analisis Data... 50

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 66

4.1 Hasil Penelitian Tahap Awal ... 66

4.2 Hasil Penelitian Tahap Akhir ... 68

4.3 Pembahasan ... 84

5. PENUTUP ... 103

5.1 Simpulan ... 103

5.2 Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 105

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Perbedaan antara Project-Based Learning dengan Discovery ... 19

2.2 Kriteria Performance Task Assasment Sub Group Work ... 21

2.3 Kriteria Performance Task Assessment Sub Collecting Data... 22

2.4 Kriteria Performance Task Assessment Sub Oral Presentation ... 23

3.1 Klasifikasi Reliabilitas ... 46

3.2 Kriteria Taraf Kesukaran ... 47

3.3 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba ... 47

3.4 Kriteria Daya Pembeda ... 48

3.5 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Uji Coba ... 48

3.6 Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Soal ... 49

3.7 Kriteria Penilaian Performance Siswa ... 52

3.8 Kriteria Penilaian Faktor Gain ... 54

3.9 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 63

3.10 Klasifikasi Persentase Respon Siswa ... .. 65

4.1 Hasil Analisis Uji Homogenitas Data Tahap Awal ... 66

4.2 Hasil Analisis Uji Perbandingan Dua Rata-rata Performance ofGroup Work pada Topik 2 ... 71

4.3 Analisis Uji Perbandingan Dua Rata-rata Performance of Collecting Data ... 71

4.4 Analisis Uji Perbandingan Dua Rata-rata Performance of Oral Presentation pada Topik 2 ... 72

(13)

xiii

4.6 Hasil Analisis Uji Gain Performance Siswa Kelas Kontrol ... 73

4.7 Hasil Analisis Uji Normalitas Hasil Pretest dan Posttest ... 76

4.8 Hasil Analisis Uji Homogenitas Hasil Pretest dan Posttest ... 77

4.9 Hasil Analisis Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Pretest ... 78

4.10 Hasil Analisis Uji Perbandingan Dua Rata-rata Hasil Posttest ... 78

4.11 Hasil Analisis Uji Gain Pemahaman Konsep Siswa ... 79

4.12 Hasil Analisis Uji Gain Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Cermin Datar ... 79

4.13 Hasil Analisis Uji Gain Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Cermin Cekung ... 80

4.14 Hasil Analisis Uji Gain Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Cermin Cembung ... 80

4.15 Hasil Anova Regresi Linier Sederhana ... 96

4.16 Hasil Koefisien Analisis Regresi Linier Sederhana ... 97

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Karakteristik PjBL ... 14

2.2 Tahapan Pembelajaran PjBL ... 18

2.3 Pembentukan Bayangan pada Cermin Datar ... 26

2.4 Penampang Melintang Cermin Cekung dan Cembung ... 28

2.5 Cermin Cekung akan Mengumpulkan Sinar Pantul ... 29

2.6 . Pemantulan Sinar Datang Sejajar Sumbu Utama pada Cermin Cekung ... 29

2.7 Pemantulan Sinar Datang Melalui Titik Fokus Cermin Cekung ... 29

2.8 Pemantulan Sinar Datang Melalui Titik Pusat Kelengkungan ... 29

2.9 Melukis Pembentukan Bayangan oleh Cermin Cekung ... 30

2.10 Cermin Cembung akan Menyebarkan Sinar Pantul ... 32

2.11 Pemantulan Sinar Datang Sejajar dengan Sumbu Utama ... 32

2.12 Pemantulan sinar datang menuju titik fokus akan ... 32

2.13 Pemantulan sinar datang menuju titik pusat kelengkungan cermin cembung ... 33

2.14 Bayangan yang terbentuk pada cermin cembung selalu maya, tergak, dan diperkecil ... 33

2.15 Bagan Kerangka Berpikir ... 35

3.1 Desain penelitian quasi experiment dengan bentuk nonequivalent control group design ... 39

(15)

xv

4.1 Perbandingan Performance Siswa pada Topik 1 antara Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 69

4.2 Perbandingan Performance Siswa pada Topik 2 antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 69

4.3 Perbandingan Performance secara Keseluruhan Siswa pada Topik 1 dan Topik 2 ... 70

4.4 Hasil Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 74

4.5 Hasil Pretest dan Posttest Kelas Kontrol ... 75

4.6 Perbandingan Hasil Pretest dan Posttest antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 75

4.7 Perbandingan Ketuntasan Posttest Siswa Secara Klasikal antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 81

4.8 Penilaian Proyek 1 dan Proyek 2 Kelas Eksperimen ... 82

4.9 Sikap Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 82

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-kisi Soal Uji Coba Instrumen ... 109

2. Soal Uji Coba ... 111

3. Kunci Jawaban dan Kriteria Penskoran Soal Uji Coba ... 113

4. Daftar Kode Responden Kelas Uji Coba ... 119

5. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen ... 120

6. Silabus Pembelajaran ... 124

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 127

8. Remcana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 141

9. Lembar Kerja Peserta Didik Kelas Eksperimen ... 155

10. Lembar Kegiatan Belajar Kelas Kontrol ... 176

11. Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest ... 187

12. Soal Pretest dan Posttest ... 189

13. Kunci Jawaban dan Kriteria Penskoran Soal Pemahaman Konsep .... 191

14. Lembar Observa si Performance of Group Work dan Rubrik ... 197

15. Lembar Observa si Performance of Collecting Data dan Rubrik ... 200

16. Lembar Observa si Performance of Oral Presentation dan Rubrik .... 204

17. Lembar Penilaian Proyek dan Rubrik ... 208

18. Lembar Observasi Sikap Peseta Didik dan Rubrik ... 212

(17)

xvii

20. Daftar Nilai Ulangan Semester Ganjil Tahun 2015/2016 Mata

Pelajaran IPA Kelas VIII SMP Negeri 1 Karangawen ... 221

21. Uji Homogenitas Populasi ... 222

22. Daftar Kode Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 224

23. Daftar Kelompok Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 225

24. Analisis Performance of Group Work Kelas Eksperimen pada Topik 1 ... 226

25. Analisis Performance of Group Work Kelas Kontrol pada Topik 1 .... 227

26. Analisis Performance of Collecting Data Kelas Eksperimen pada Topik 1 ... 228

27. Analisis Performance of Collecting Data Kelas Kontrol pada Topik 1 ... 229

28. Analisis Performance of Oral Presentation Kelas Eksperimen pada Topik 1 ... 230

29. Analisis Performance of Oral Presentation Kelas Kontrol pada Topik 1 ... 231

30. Analisis Performance Keseluruhan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Topik 1 ... 232

31. Analisis Performance of Group Work Kelas Eksperimen pada Topik 2 ... 233

32. Analisis Performance of Group Work Kelas Kontrol pada Topik 2 ... 234

33. Analisis Performance of Oral Presentation Kelas Eksperimen pada Topik 2 ... 235

34. Analisis Performance of Oral Presentation Kelas Kontrol pada Topik 2 ... 236

35. Analisis Performance Keseluruhan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Topik 2 ... 237

(18)

xviii

37. Uji Perbandingan Dua Rata-rata Performance of Group Work

antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 239

38. Daftar Nilai Performance of Collecting Data Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 238

39. Uji Perbandingan Dua Rata-rata Performance of Collecting Data antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 241

40. Daftar Nilai Performance of Oral Presentation Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 242

41. Uji Perbandingan Dua Rata-rata Oral Presentation antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 243

42. Analisis Peningkatan Performance pada Topik 1 dan Topik 2 Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 244

43. Daftar Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan KelasKontrol ... 245

44. Uji Normalitas Data Pretest Kelas Eksperimen ... 246

45. Uji Normalitas Data Pretest Kelas Kontrol ... 247

46. Uji Homogenitas Data Pretest antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 248

47. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Pretest antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 249

48. Daftar Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 250

49. Uji Normalitas Data Posttest Kelas Eksperimen ... 251

50. Uji Normalitas Data Posttest Kelas Kontrol ... 252

51. Uji Homogenitas Data Posttest antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 253

52. Analisis Uji Perbandingan Dua Rata-rata Data Posttest antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 254

(19)

xix

54. Analisis Peningkatan Pemahaman Konsep Pada Setiap Pokok

Bahasan ... 256

55. Analisis Ketuntasan Posttest Secara Klasikal Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 262

56. Uji Regresi Linier Sederhana ... 263

57. Analisis Penilaian Proyek 1 Kelas Eksperimen ... 266

58. Analisis Penilaian Proyek 2 Kelas Eksperimen ... 267

59. Analisis Sikap Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kotrol ... 268

60. Analisis Respon Siswa terhadap Model Project-Based Learning ... 269

61. Dokumentasi Penelitian ... 270

(20)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006). Sejalan dengan fungsi pendidikan nasional tersebut maka pendidikan sangat penting untuk dikembangkan, terutama dalam bidang sains. Melalui pendidikan diharapkan bangsa ini dapat mengikuti perkembangan dalam bidang sains dan teknologi yang semakin pesat. Bangsa Indonesia diharapkan mampu mengikuti perkembangan zaman dan berkompetisi dengan bangsa lain.

Ditengah pentingnya kemampuan sains saat ini, ditemukan fakta bahwa

performance siswa Indonesia dalam bidang sains tergolong masih rendah. Hal ini berdasarkan hasil survei PISA (Programme for International Student Assessment)

(21)

skor internasional, yaitu 501 (OECD, 2013). Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan performance siswa Indonesia di bidang sains.

Hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA di SMP Negeri 1 Karangawen menunjukkan bahwa performance siswa dalam mengikuti pembelajaran masih rendah. Hal ini karena proses pembelajaran IPA masih bersifat konvensional dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dengan menggunakan buku LKS sebagai bahan ajar. Guru berperan sebagai pusat pembelajaran di kelas (teacher centered) dan siswa hanya menghafal materi. Siswa juga jarang melakukan praktikum dan presentasi sehingga pembelajaran terkesan membosankan.

Selain itu, dalam proses transformasi pengetahuan antara guru dan siswa terkadang hanya dilakukan secara searah. Hal ini membuat siswa cepat lupa dengan materi yang sudah diberikan dan rendah dalam pemahaman konsep. Rendahnya pemahaman konsep siswa bisa terlihat dari hasil ulangan harian yang masih banyak di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) mata pelajaran IPA dikelas VIII yaitu 75. Hasil Ulangan Akhir Semester I kelas VIII tahun pelajaran 2015/2016 hanya 50 % siswa yang tuntas memenuhi KKM.

Salah satu cara untuk meningkatkan performance dan pemahaman konsep siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat. Pemilihan model pembelajaran dan metode yang tepat serta media yang sesuai dengan materi yang diajarkan akan menghasilkan proses pembelajaran yang optimal.

(22)

akan berakibat pada meningkatnya kinerja (performance) siswa dalam proses pembelajaran, sehingga dapat meminimalisir pembelajaran yang bersifat teacher centered dan pembelajaran akan beralih menjadi student centered. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mewujudkan student centered

adalah model pembelajaran berbasis proyek (project-based learning).

Project-Based Learning (PjBL) adalah suatu model pembelajaran yang

melibatkan suatu proyek dalam proses pembelajaran. Proyek yang dikerjakan oleh peserta didik dapat berupa proyek mandiri atau kelompok dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu, menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan (Kemendikbud, 2014a: 85). Model pembelajaran PjBL adalah salah satu alternatif yang dapat digunakan oleh para pendidik untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan berkualitas. Implementasi PjBL dapat meningkatan aktivitas dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran serta dapat meningkatkan kreativitas (Purworini, 2006).

Sebagaimana hasil penelitian Munawaroh (2012), bahwa PjBL dapat diterapkan untuk membangun empat pilar pembelajaran, yaitu: (1) learning to know, (2) Learning to do, (3) Learning to live togather, dan (4) Learning to be.

(23)

menggunakan model PjBL lebih lengkap (Learning to be) dibandingkan pembelajaran kooperatif.

Model Pembelajaran PjBL juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, terutama kemampuan kognitif dan psikomotorik siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Khasanah (2015) yang menunjukkan bahwa model PjBL dapat meningkatkan penguasaan konsep fisika dan performance siswa SMA dibandingkan dengan model Discovery . Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Boondee et al (2011) yang menyatakan bahwa model PjBL mampu meningkatkan hasil belajar siswa secara individu.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Pembelajaran Project-Based Learning sebagai

Upaya Pengembangan Performance dan Peningkatan Pemahaman

Konsep Siswa SMP Kelas VIII”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dijadikan bahan kajian dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah penerapan pembelajaran project-based learning dapat mengembangkan performance siswa SMP kelas VIII?

(24)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan apakah pembelajaran project-based learning dapat mengembangkan performance siswa SMP kelas VIII pada materi cermin. 2. Menentukan apakah pembelajaran project-based learning dapat meningkatkan

pemahaman konsep fisika siswa SMP kelas VIII pada materi cermin.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Secara umum, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca apakah pembelajaran project-based learning dapat mengembangkan performance dan meningkatkan pemahaman konsep siswa SMP kelas VIII.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

1) Menghilangkan kejenuhan siswa dalam pelaksanaan KBM pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran PjBL.

2) Meningkatkan motivasi belajar serta kerjasama diantara siswa.

3) Mengembangkan performance siswa dan meningkatkan pemahaman konsep fisika.

b. Bagi Guru

(25)

menggugah motivasi siswa sehingga performance dan pemahaman konsep siswa dapat meningkat.

2) Meningkatkan kualitas pembelajaran dan profesionalitas guru. c. Bagi Peneliti

1) Sebagai referensi tentang model project-based learning yang akan digunakan untuk kepentingan penelitian selanjutnya.

2) Hasil penelitian ini akan digunakan oleh peneliti sebagai referensi untuk mengajar.

1.5

Penegasan Istilah

1.5.1 Pembelajaran

(26)

1.5.2 Project-Based Learning

Project-Based Learning (PjBL) adalah suatu model pembelajaran yang

melibatkan suatu proyek dalam proses pembelajaran. Proyek yang dikerjakan oleh peserta didik dapat berupa proyek mandiri atau kelompok dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu, menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan. Proyek tersebut berfokus pada pemecahan masalah yang yang berhubungan dengan kehidupan peserta didik (Kemendikbud, 2014a: 85). Tugas proyek dalam penelitian ini adalah pembuatan alat peraga sederhana yang menerapkan konsep cermin. Peserta didik diberikan jangka waktu tertentu untuk melaksanakan proyek, kemudian hasil produk yang dihasilkan akan digunakan sebagai alat praktikum.

1.5.3 Performance

Performance jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti kinerja. Menurut Glencoe, sebagaimana dikutip oleh Khasanah (2015: 9), penilaian

performance merupakan penilaian yang mengukur kinerja siswa dalam

menciptakan sebuah produk tertentu atau menjelaskan suatu informasi tertentu.

Performance yang di ukur dalam penelitian ini adalah performance siswa selamaproses pembelajaran. Terdapat tiga jenis performance dalam penelitian ini, diantaranya: performance of group work yang dinilai dalam kegiatan diskusi,

performance of collecting data yang dinilai dalam kegiatan praktikum, dan

performance of oral presentation yang dinilai dalam kegiatan presentasi.

1.5.4 Pemahaman konsep

(27)

pengertian-pengertian seperti mampu memahami atau mengerti apa yang diajarkan, memberikan penjelasan yang lebih rinci menggunakan kata-kata sendiri dan mampu mengaplikasikan konsep dengan struktur kognitif yang dimilikinya (Karlina, 2015). Pemahaman konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam memahami konsep fisika materi cermin.

1.6 Sistematika Penulisan Skripsi

1.6.1 Bagian Awal

Bagian awal skripsi ini berisi halaman judul, pernyataan keaslian tulisan, pengesahan, motto dan persembahan, prakata, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

1.6.2 Bagian Isi

Bagian isi skripsi ini memuat lima bab sebagai berikut: BAB 1 : Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi. BAB 2 : Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi teori yang membahas tentang pembelajaran, model

Project-Based Learning (PjBL), performance, pemahaman konsep

(28)

BAB 3 : Metode Penelitian

Bab ini berisi lokasi dan subjek penelitian, faktor yang diteliti, desain penelitian, prosedur penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, analisis instrumen penelitian, dan metode analisis data. BAB 4 : Hasil dan Pembahasan

Bab ini berisi hasil penelitian dan pembahasan tentang perbandingan peningkatan performance dan pemahaman konsep antara siswa yang diajar dengan menggunakan model Project-Based Learning (PjBL) dengan siswa yang diajar dengan model Discovery Learning.

BAB 5 : Penutup

Bab ini berisi simpulan dan saran dari peneliti.

1.6.3 Bagian Akhir

(29)

10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Hakikat Pembelajaran

2.1.1 Pengertian Pembelajaran

Menurut aliran behavioristik pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus (Hamdani, 2011: 23). Sedangkan, menurut Darsono sebagaimana dikutip oleh Hamdani (2011: 23), aliran kognitif mendefinisikan pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan segala usaha sadar yang dilakukan oleh guru untuk membuat siswa memahami sesuatu yang sedang dipelajari.

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran

Sanjaya (2006: 52) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

1. Faktor Guru

Guru memegang peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Hal ini karena siswa adalah organisme yang sedang berkembang yang memerlukan bimbingan dan bantuan orang dewasa. Selain itu guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran

(30)

2. Faktor Siswa

Faktor siswa terdiri dari aspek latar belakang siswa meliputi: jenis kelamin siswa, tempat kelahiran, tempat tinggal siswa, tingkat sosial ekonomi siswa, dan lain-lain. Sedangkan faktor sifat yang dimiliki siswa meliputi: kemampuan dasar, pengetahuan, dan sikap.

3. Faktor Sarana dan Prasarana

Kelengkapan sarana dan prasarana dapat membantu guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran. Kelengkapan tersebut juga dapat memberikan berbagai pilihan pada siswa untuk belajar, karena pada dasarnya siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Sehingga kelengkapan sarana dan prasarana akan memudahkan siswa menentukan pilihan dalam belajar.

4. Faktor Lingkungan

Lingkungan belajar yang baik akan memungkinkan iklim belajar menjadi kondusif dan tenang sehingga berdampak pada motivasi belajar siswa. Apabila iklim belajar tidak tenang dan nyaman maka akan menghambat terjadinya proses pembelajaran di sekolah.

2.1.3 Prinsip-Prinsip Pembelajaran

Menurut Piaget seperti dikutip oleh Rifa’i & Anni (2012: 170), terdapat tiga

prinsip utama pembelajaran, yaitu sebagai berikut: 1. Belajar Aktif

(31)

misalnya melakukan percobaan, manipulasi simbol-simbol, mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban sendiri, membandingkan penemuan sendiri dengan penemuan temannya.

2. Belajar Lewat Interaksi Sosial

Pada pelaksanaan pembelajaran perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadinya interaksi di antara subyek belajar. Piaget percaya bahwa belajar bersama, baik di antara sesama anak-anak maupun dengan orang dewasa akan membantu perkembangan kognitif mereka. Tanpa interaksi sosial perkembangan kognitif anak akan tetap bersifat egosentris. Sebaliknya lewat interaksi sosial, perkembangan kognitif anak akan mengarah ke banyak pandangan, artinya khasanah kognitif anak akan diperkaya dengan macam-macam sudut pandang dan alternatif tindakan.

3. Belajar Lewat Pengalaman Sendiri

Perkembangan kognitif anak akan lebih berarti apabila didasarkan pada pengalaman nyata dari pada bahasa yang digunakan berkomunikasi. Bahasa memang memegang peranan penting dalam perkembangan kognitif, namun bila menggunakan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi tanpa pernah karena pengalaman sendiri, maka perkembangan kognitif anak cenderung mengarah ke verbalisme.

2.2

Project-Based Learning

2.2.1 Hakikat Project-Based Learning

(32)

peserta didik dapat berupa proyek mandiri atau kelompok dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu, menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan (Kemendikbud, 2014a: 85). Pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan kreativitasnya dalam merancang dan membuat proyek yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Sani (2014: 172), bahwa PjBL merupakan strategi belajar mengajar yang melibatkan siswa untuk mengerjakan sebuah proyek yang bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahan masyarakat atau lingkungan.

Pembelajaran PjBL berfokus pada penerapan fisika dalam pemecahan masalah sehingga melalui kegiatan-kegiatan proyek yang menantang dan menarik, siswa dapat mengembangkan ketrampilan mereka dalam memahami konsep

(Yalҫin, et al., 2009). Hal serupa juga dikatakan oleh Thomas, sebagaimana

dikutib oleh Wena (2009), bahwa kerja proyek memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan (problem) yang sangat menantang, dan menuntut siswa untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri.

2.2.2 Karakteristik Project-Based Learning

Sani (2014: 173) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa karakteristik penting PjBL yang mempengaruhi proses pembelajaran, yakni sebagai berikut: 1. Fokus pada permasalahan untuk penguasaan konsep penting dalam

(33)

2. Pembuatan proyek melibatkan siswa dalam melakukan investigasi konstruktif. 3. Proyek harus realistis.

4. Proyek direncanakan oleh siswa.

Sementara itu, menurut Stripling, sebagaimana dikutip oleh Sani (2014: 173), karakteristik PjBL yang efektif adalah:

1. mengarahkan siswa untuk menginvestigasi ide dan pertanyaan penting; 2. merupakan proses inkuiri;

3. terkait dengan kebutuhan dan minat siswa;

4. berpusat pada siswa dengan membuat produk dan melakukan presentasi secara mandiri;

5. menggunakan keterampilan berpikir kreatif, kritis, dan mencari informasi untuk melakukan investigasi, menarik kesimpulan, dan menghasilkan produk; 6. terkait dengan permasalahan dan isu dunia nyata yang autentik.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut , berikut ini digambarkan karakteristik penting PjBL.

Fokus pada Konsep Penting

Proses Inkuiri

Belajar Berpusat pada Siswa

Terkait Permasalahan Nyata/Autentik

PjBL

Proyek Bersifat Realistik

Menghasilkan Produk

Investigasi Konstruktif

(34)

2.2.3 Prinsip-Prinsip Project-Based Learning

Menurut Thomas, sebagaimana dikutip oleh Wena (2009: 145), pembelajaran berbasis proyek mempunyai beberapa prinsip, yakni sebagai berikut:

1. Prinsip sentralistis (centrality)

Kerja proyek bukan merupakan praktik tambahan dan aplikasi praktis dari konsep dari konsep yang sedang dipelajari, melainkan menjadi sentral kegiatan pembelajaran di kelas.

2. Prinsip pertanyaan pendorong/penuntun (driving question)

Kerja proyek berfokus pada “pertanyaan atau permasalahan” yang dapat

mendorong siswa untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama suatu bidang tertentu. Menurut Clegg, sebagaimana dikutip oleh Wena (2009: 146), kerja proyek sebagai external motivation yang mampu menggugah siswa (internal

motivation) untuk menumbuhkan kemandiriannya dalam mengerjakan tugas-tugas

pembelajaran.

3. Prinsip investigasi konstruktif (constructive investigation)

Penentuan jenis proyek haruslah dapat mendorong siswa untuk mengonstruksi pengetahuan sendiri untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya. Guru harus mampu merancang suatu kerja proyek yang mampu menumbuhkan rasa ingin meneliti, rasa untuk berusaha memecahkan masalah, dan rasa ingin tahu yang tinggi.

4. Prinsip otonomy (autonomy)

(35)

melaksanakan pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal supervisi, dan bertanggung jawab. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator untuk mendorong tumbuhnya kemandirian siswa.

5. Prinsip realistis (realisme)

Project-based learning harus dapat memberikan perasaan realistis kepada siswa, termasuk dalam memilih topik, tugas, dan peran konteks kerja, kolaborasi kerja, produk, pelanggan, maupun standar produknya. Guru harus mampu menggunakan dunia nyata sebagai sumber belajar bagi siswa.

2.2.4 Tahapan Pelaksanaan Project-Based Learning

Penelitian ini mengadopsi enam tahapan utama dalam project-based learning yang dikemukakan oleh Sani (2014: 180). Tahapan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

1. Penyajian permasalahan

Pada tahap ini, guru mengajukan permasalahan dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan esensial (penting) yang dapat memotivasi siswa untuk terlibat dalam belajar. Permasalahan yang dibahas adalah permasalah kehidupan sehari-hari yang membutuhkan investigasi.

2. Membuat perencanaan

(36)

alat peraga, alat dan bahan praktikum, langkah-langkah praktikum, dan tabel pengamatan).

3. Menyusun penjadwalan

Siswa harus menyusun jadwal terkait alokasi waktu pelaksanaan proyek yang disepakati bersama guru. Siswa mengajukan tahapan pengerjaan proyek dengan menetapkan acuan yang akan dilaporkan pada setiap pertemuan dikelas.

4. Memonitor pembuatan proyek

Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitoring terhadap aktivitas siswa selama menyelesaikan. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses.

5. Melakukan penilaian

Penilaian dilakukan secara autentik dan guru perlu memvariasikan jenis penilaian yang digunakan. Penilaian proyek dilakukan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan laporan proyek. Pada tahap ini, setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil proyeknya di depan kelas.

6. Evaluasi

(37)

Secara umum, tahapan pembelajaran PjBL yang digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Tahapan Pembelajaran PjBL

2.2.5 Keuntungan dalam Project-Based Learning

Menurut Moursound, sebagaimana dikutip oleh Wena (2009: 147), beberapa keuntungan dalam project-based learning antara lain sebagai berikut: (1) meningkatkan motivasi (increa sed motivation); (2) meningkatkan kemampuan pemecahan masalah (increa sed problem-solving ability); (3) meningkatkan keterampilan siswa untuk mencari dan mendapatkan informasi (improved library

resea rch skills; (4) meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerjasama

Guru Menyampaikan Topik yang Akan Dikaji, Tujuan Pembelajaran, Motivasi dan Kompetensi yang akan Dicapai

Guru Mengajukan Permasalahan dalam Bentuk Pertanyaan

Siswa Secara Berkelompok Menyusun Rencana Penyelesaian Proyek

Kelompok Membuat Proyek dengan Memahami Konsep yang Terkait dengan Materi Pembelajaran

Setiap Kelompok Mempresentasikan Hasil Proyeknya di Depan Kelas dan Ditanggapi oleh Kelompok Lain

Evaluasi (Refleksi Kegiatan Belajar)

Guru Melakukan Penilaian

Guru Melakukan Monitoring dan Penilaian

(38)

(increased collaboration); dan (5) meningkatkan keterampilan untuk mengorganisasikanproyek (increa sed resource-management skills).

2.3. Perbandingan

Project-Based Learning

dengan

Discovery

Penelitian ini menggunakan dua model pembelajaran yang berbeda, yaitu

project-based lea rning dan discovery learning. Berikut ini akan dipaparkan perbedaan antara model project-based learning dan discovery learning.

Tabel 2.1 Perbedaan antara model PjBL dengan discovery learning

No Segi Perbedaan Project-Based Learning Discovery Learning

1 Pengertian Model pembelajaran yang melibatkan suatu proyek dalam proses pembelajaran

(Kemendikbud, 2014a: 85).

Proses pembelajaran yang penyampaian materinya disajikan secara tidak lengkap dan menuntut siswa terlibat secara aktif untuk menemukan sendiri suatu konsep yang belum

diketahuinya (Kurniasih & Sani, 2014: 64).

2 Tujuan Siswa mampu menyelesaikan masalah kontekstual/masalah nyata dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

Siswa mampu menemukan konsep, hukum, atau

Masalah kontekstual yang dekat dengan kehidupan siswa

1. Start with the essential question (penyajian masalah) 2. Design a plan for the project

(membuat perencanaan) 3. Create a schedule (menyusun

penjadwalan)

4. Monitor the students and progress of the project

1. Stimulation (pemberian rangsangan)

6. Generalization (menarik kesimpulan atau

(39)

2.4.

Performance

Siswa

Performance jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti kinerja. Menurut Glencoe, sebagaimana dikutip oleh Khasanah (2015: 9), penilaian

performance merupakan penilaian yang mengukur kinerja siswa dalam

menciptakan sebuah produk tertentu atau menjelaskan suatu informasi tertentu. Penilaian kinerja dapat membantu dalam mengukur pengetahuan tetapi penilaian kinerja juga mencakup proses dan pemikiran tingkat tinggi.

Penilaian performance dalam penelitian ini adalah penilaian proses dengan metode observasi. Proses tersebut terdiri dari tiga jenis kegiatan utama, yaitu diskusi, praktikum, dan presentasi. Menurut Glencoe sebagaimana dikutip oleh Khasanah (2015: 22), terdapat beberapa macam performance yang dapat dinilai dalam pembelajaran. Performance dalam diskusi dapat dinilai sebagai performance of group work (kerja kelompok), performance dalam praktikum dapat dinilai sebagai performance of collecting data (mengumpulkan data), dan performance

dalam presentasi dapat dinilai sebagai performance of oral presentation (presentasi lisan). Secara rinci, performance tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Performance of group work

Performance of group work diamati dalam kegiatan diskusi. Menurut Tarmudji

(40)

ditunjukkan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.2 Kriteria Performance Task Assessment Sub Group Work

Standar Sub Standar Kriteria

Performance Group Work 1. Siswa datang ke kelompok untuk kerja

task assessment kelompok.

2. Tugas semua individu untuk kelompok selesai tepat waktu dan berkualitas. 3. Siswa berpartisipasi secara konstruktif. 4. Siswa mendorong siswa lain untuk

berpartisipasi secara konstruktif. 5. Siswa menjadi pendengar aktif yang

baik.

6. Posisinya didukung secara kuat dan bijaksana.

7. Siswa menyampaikan “tidak setuju” dengan cara yang menyenangkan. 8. Siswa dapat mencapai kompromi (dalam

mengambil keputusan) bersama. 9. Siswa bertanggung jawab dalam

membantu kelompoknya untuk menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dan sesuai tujuan.

10. Hubungan positif sesama anggota ditingkatkan dalam kelompok.

Sumber : Performance Assessment in The Science Classroom (Glencoe, 2002: 169) Kriteria performance of group work dalam penelitian ini di adopsi dari pendapat Glencoe yang dikutip oleh Khasanah (2015:23). Beberapa kriteria tersebut diantaranya: (1) tugas semua individu untuk kelompok selesai tepat waktu dan berkualitas; (2) siswa berpartisipasi secara konstruktif; dan (3) siswa dapat mencapai kompromi (dalam mengambil keputusan) bersama.

2. Performance of collecting data

(41)

sebagainya (Depdiknas, 2008: 379). Pembelajaran dengan metode eksperimen dilakukan secara berkelompok untuk membuktikan atau menemukan konsep, teori dan hukum fisika. Glencoe sebagaimana dikutip oleh Khasanah (2015: 24) menyebutkan beberapa kriteria performance task a ssessment sub scientific process : carrying out a strategy and collecting data seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Kriteria Performance Task Assessment Sub Scientific Process :

CarryingOut A Strategy and Collecting Data.

Standar Sub Standar Kriteria

Performance Scientifict 1. Memilih alat dan bahan yang tepat untuk

Task process: mengumpulkan data.

assessment carrying out 2. Menunjukkan ketrampilan menggunakan alat

strategy and dan bahan dalam mengumpulkan data.

Collecting data

3. Melakukan pengukuran berulang dan mencatat data pengamatan.

4. Menggunakan alat yang aman dan benar. 5. Mengembalikan alat dan bahan dengan benar

dan membersihkan area kerja. 6. Menggunakan strategi untuk

meminimalkan kesalahan.

Sumber: Performance Assessment in The Science Classroom (Glencoe, 2002: 97) Kriteria performance of collecting data dalam penelitian ini diadopsi dari pendapat Glencoe yang dikutip oleh Khasanah (2015: 4). Beberapa kriteria tersebut diantaranya: (1) Memilih alat dan bahan yang tepat untuk mengumpulkan data; (2) Menunjukkan ketrampilan menggunakan alat dan bahan dalam mengumpulkan data; (3) Melakukan pengukuran berulang dan mencatat; dan (4) Mengembalikan alat dan bahan dengan benar dan membersihkan area kerja.

3. Performance of oral presentation

(42)

hasil proyek didepan kelas. Glencoe sebagaimana dikutip dalam Khasanah (2015: 25) menyebutkan beberapa kriteri performance task assessment sub communication products using scientific content : oral presentation seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Kriteria Performance Task Assessment Sub Communication Products Using Scientific Content : Oral Presentation

Standar Sub Standar Kriteria

Performance Communication Isi

Task products using 1. Muatan konsep yang digunakan akurat.

Assesment Scientific 2. Rincian pendukung untuk menjelaskan

content : oral konsep akurat

Presentation 3. Kosa kata yang digunakan sesuai dengan

ilmu pengetahuan dan penonton

4. Visual Untuk mendukung presentasi seperti gambar, diagram, foto, video, diagram alir, dan alat peraga lainnya.yang digunakan tepat.

5. Terdapat awal yang jelas, sebuah badan terorganisasi, dan kesimpulan yang jelas.

Presentasi

6. Kualitas vokal seperti tingkat, volume, Artikulasi dan antusiasme yang digunakan baik.

7. Humor yang digunakan positif dan tepat. 8. Bahasa tubuh seperti kontak mata,

postur, dan gerakan tubuh yang digunakan efektif.

9. Pakaian rapi.

10. Pembicaraan memberikan waktu kepada penonton untuk berpikir.

11. Pembicara merespon dengan baik pertanyaan-pertanyaan.

Sumber : Performance Assessment in The Science Classroom (Glencoe, 2002 : 143)

(43)

gambar, diagram, foto, video, diagram alir, dan alat peraga lainnya.yang digunakan tepat; (3) kualitas vokal seperti tingkat, volume, artikulasi dan antusiasme yang digunakan baik; (4) bahasa tubuh seperti kontak mata, postur, dan gerakan tubuh yang digunakan efektif; dan (5) pembicara merespon dengan baik pertanyaan-pertanyaan.

2.5. Pemahaman Konsep

2.5.1 Pengertian Pemahaman Konsep

Menurut Arikunto, sebagaimana dikutip oleh Karlina (2015: 25), pemahaman adalah salah satu aspek pada ranah kognitif yang menunjukkan kemampuan dalam memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta dan konsep. Pemahaman memerlukan kemampuan untuk menangkap atau mengerti maksud dari suatu konsep. Pemahaman adalah mengerti akan sesuatu hal dan mampu mengaplikasikannya karena pengetahuan yang telah dimiliki tidak hanya berada dalam pemikiran tetapi juga diterapkan. Sedangkan pengertian konsep menurut Pusat Bahasa Depdiknas (2008: 748) adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.

(44)

mengklasifikasikan suatu objek mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami dan mampu mengaplikasi konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Pemahaman konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam memahami konsep fisika materi cermin sehingga dapat mengaplikasikannya dalam menyelesaikan soal-soal kognitif.

2.5.2 Indikator Pemahaman Konsep

Indikator pemahaman konsep menurut kurikulum 2006, sebagaimana dikutib oleh Kesumawati (2008), yaitu sebagai berikut:

1. Menyatakan ulang sebuah konsep.

2. Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya).

3. Memberikan contoh dan non-contoh dari konsep

4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. 5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.

6. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. 7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma (prosedur) pemecahan masalah.

2.6 Tinjauan Materi Cermin

(45)

sama dengan model project-based learning yaitu sama-sama melibatkan tugas proyek. Pada materi ini banyak proyek sederhana yang dapat dilakukan oleh siswa, sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Secara rinci, materi cermin yang digunakan dalam penelitian ini dapat di jelaskan sebagai berikut:

Cahaya dapat dipantulkan bila mengenai benda yang permukaannya bening, misalnya cermin. Cermin terbuat dari kaca yang salah satu permukaannya dilapisi dengan lembaran tipis aluminium atau perak. Ada tiga jenis cermin yang akan dibahas dalam penelitian ini, diantaranya sebagai berikut:

1. Cermin datar

Cermin datar adalah cermin yang permukaan pantulnya merupakan bidang datar yang terbuat dari kaca. Di belakang kaca dilapisi logam tipis mengkilap sehingga tidak tembus cahaya. Berikut ini pembentukan bayangan pada cermin datar.

Pada saat menentukan bayangan pada cermin datar melalui diagram sinar, titik-titik bayangan adalah titik potong berkas sinar-sinar pantul. Bayangan bersifat nyata apabila titik potongnya diperoleh dari perpotongan sinar-sinar pantul yang konvergen (mengumpul). Sebaliknya, bayangan bersifat maya apabila titik potongnya merupakan hasil perpanjangan sinar-sinar pantul yang divergen (menyebar).

S = Jarak benda terhadap cermin

S’ = Jarak bayangan terhadap

cermin

(46)

Sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar adalah sebagai berikut: a. Bayangan maya.

b. Bayangan sama tegak dengan bendanya. c. Bayangan sama besar dengan bendanya. d. Bayangan sama tinggi dengan bendanya.

Banyaknya bayangan yang dihasilkan oleh dua buah cermin datar yang membentuk sudut dirumuskan sebagai berikut :

(Karim et al., 2008: 280-281; Kemendikbud, 2014b: 93; Pratiwi et al., 2008: 369; Wasis & Irianto, 2008: 241).

2. Cermin Cekung

Cermin lengkung adalah cermin yang permukaannya melengkung yang disebut juga lengkung sferis. Ada dua jenis cermin lengkung yaitu cermin silinder dan cermin bola. Cermin cekung dan cermin cembung merupakan contoh dari cermin bola.

Cermin cekung dan cembung dianggap sebagai irisan permukaan yang berbentuk bola. Cermin cekung merupakan irisan permukaan bola yang bagian mengkilapnya terdapat di dalam sedangkan irisan permukaan bola yang bagian mengkilapnya terdapat di luar adalah cermin cembung. Berikut ini penjelasan mengenai unsur-unsur pada cermin cekung dan cembung.

Keterangan:

n = jumlah bayangan

= sudut antara dua cermin

(47)

Gambar 2.4 Penampang melintang cermin cekung dan cembung Berdasarkan Gambar 2.4, maka kita dapat menentukan unsur-unsur cermin lengkung, yaitu sebagai berikut :

a. Pusat kelengkungan cermin

Pusat kelengkungan cermin merupakan titik di pusat bola yang diiris menjadi cermin. Pusat kelengkungan cermin biasanya disimbolkan dengan M.

b. Vertex

Vertex merupakan titik di permukaan cermin dimana sumbu utama (OM) bertemu dengan cermin dan di simbolkan O.

c. Titik api (titik fokus)

Titik api adalah titik pertengahan antara vertex dan pusat kelengkungan cermin dan disimbolkan dengan F.

d. Jari-jari kelengkungan cermin

Jari-jari kelengkungan cermin adalah jarak dari vertex ke pusat kelengkungan cermin. Jari-jari kelengkungan cermin biasanya disimbolkan dengan R.

e. Jarak fokus

(48)

pada satu titik. Titik perpotongan tersebut dinamakan titik api atau titik fokus (F). Perhatikan Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Cermin cekung akan mengumpulkan sinar pantul (konvergen). Ketika sinar–sinar datang yang melalui titik fokus mengenai permukaan cermin cekung, ternyata semua sinar tersebut akan dipantulkan sejajar dengan sumbu utama. Akan tetapi, jika sinar datang dilewatkan melalui titik M (2R), sinar pantulnya akan dipantulkan ke titik itu juga. Pada cermin cekung terdapat beberapa sinar-sinar istimewa, diantaranya sebagai berikut:

1) Sinar datang sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan melalui titik fokus.

Gambar 2.6 Pemantulan sinar datang sejajar sumbu utama pada cermin cekung 2) Sinar datang melalui titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama.

Gambar 2.7 Pemantulan sinar datang melalui titik fokus cermin cekung 3) Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan cermin akan dipantulkan ke titik

itu juga.

(49)

Melukis bayangan pada cermin cekung diperlukan minimal dua buah sinar istimewa. Akan tetapi, hasil akan lebih baik dan meyakinkan jika dilukis dengan tiga sinar istimewa sekaligus dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Pilih sebuah titik pada bagian ujung atas benda dan lukis dua sinar datang melalui titik tersebut menuju cermin.

2) Setelah sinar-sinar datang tersebut mengenai cermin, pantulkan kedua sinar tersebut sesuai kaidah sinar istimewa cermin cekung.

3) Tandai titik potong sinar pantul sebagai tempat bayangan benda. 4) Lukis perpotongan sinar-sinar pantul tersebut.

Berikut ini merupkan cara untuk melukis pembentukan bayangan oleh cermin cekung.

Benda berada pada jarak lebih dari R Benda di antara cermin dan F

Benda di titik fokus F Benda Maya Gambar 2.9a Benda pada jarak lebih

dari R, bayangannya terbalik, dan nyata

Gambar 2.9b Benda pada jarak kurang dari f, bayangannya tegak, dan maya

Gambar 2.9c Benda di F, bayangannya berada di tak terhingga.

(50)

Pada cermin cekung berlaku persamaan matematis yang digunakan untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara jarak benda ke cermin (s), jarak bayangan (s’), panjang fokus (f), dan jari-jari kelengkungan cermin (R). Persamaan tersebut adalah sebagai berikut:

Keterangan:

f = jarak fokus (cm)

S = jarak benda ke cermin (cm)

S’ = jarak bayangan (layar) ke cermin

(cm)

Perbesaran bayangan pada cermin cekung dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Keterangan: M = perbesaran h = tinggi benda

h’ = tinggi bayangan

S = jarak benda ke cermin (cm)

S’ = jarak bayangan (layar) ke cermin (cm)

Pada persamaan ini ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan,

diantaranya: h’ positif (+) menyatakan bayangan adalah tegak (dan maya),

sedangkan h’ negatif (-) menyatakan bayangan adalah terbalik (dan nyata) (Karim et al., 2008: 283-284; Kemendikbud, 2014b: 94-97).

3. Cermin Cembung

(51)

Sifat-sifat cahaya pantul pada cermin cembung dapat di jelaskan sebagai berikut. Jika sinar datang sejajar sumbu utama mengenai cermin cembung, sinar pantul akan menyebar. Cermin cembung memiliki sifat menyebarkan sinar (divergen). Jika sinar-sinar pantul pada cermin cembung diperpanjang pangkalnya, sinar akan berpotongan di titik fokus (titik api) di belakang cermin. Pada perhitungan, titik api cermin cembung bernilai negatif karena bersifat semu.

Gambar 2.10 Cermin cembung akan menyebarkan sinar pantul (divergen) Pada cermin cembung terdapat beberapa sinar-sinar istimewa, diantaranya sebagai berikut:

1) Sinar datang sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan seolah-olah dari titik fokus.

Gambar 2.11 Pemantulan sinar datang sejajar dengan sumbu utama 2) Sinar datang menuju titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama.

(52)

3) sinar datang menuju titik pusat kelengkungan cermin cembung.

Gambar 2.13 Pemantulan sinar datang menuju titik pusat kelengkungan cermin cembung.

Bayangan yang terbentuk pada cermin cembung selalu maya dan berada dibelakang cermin.

Gambar 2.14 Bayangan yang terbentuk pada cermin cembung selalu maya, tergak, dan diperkecil.

Benda yang diletakkan di depan cermin cembung akan selalu menghasilkan bayangan di belakang cermin dengan sifat maya, sama tegak, dan diperkecil.

Rumus-rumus yang berlaku untuk cermin cekung juga berlaku untuk cermin cembung. Namun, ada hal yang perlu diperhatikan yaitu titik fokus F dan titik pusat kelengkungan cermin M untuk cermin cembung terletak dibelakang cermin. Oleh karena itu, dalam menggunakan persamaan cermin cembung jarak fokus (f) dan jari-jari cermin (R) selalu dimasukkan bertanda negatif.

Pada persamaan ini ada catatan yang perlu diperhatikan, yaitu pada cermin cembung harga f dan R bertanda negatif (-) (Karim et al., 2008: 287-288; Kemendikbud, 2014b: 98).

2.7 Kerangka Berpikir

Performance siswa Indonesia dalam bidang sains masih rendah. Hal ini berdasarkan hasil survei PISA (Programme for International Student Assessment)

(53)

menempati peringkat ke-63 dari 64 negara partisipan (OECD, 2013). Hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA di SMP Negeri 1Karangawen menunjukkan hal yang serupa, bahwa performance dan pemahaman konsep siswa masih rendah. Hal ini karena proses pembelajaran IPA masih bersifat konvensional dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dengan menggunakan buku LKS sebagai bahan ajar. Guru berperan sebagai pusat pembelajaran di kelas (teacher centered) dan siswa hanya menghafal materi. Siswa juga jarang melakukan praktikum dan presentasi sehingga pembelajaran terkesan membosankan. Hal ini membuat siswa cepat lupa dengan materi yang sudah diberikan dan rendah dalam pemahaman konsep.

Berdasarkan kasus ini maka perlu adanya penerapan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa ini akan berakibat pada meningkatnya kinerja (performance) siswa dalam proses pembelajaran, sehingga dapat meminimalisir pembelajaran yang bersifat teacher centered dan pembelajaran akan beralih menjadi student centered. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mewujudkan student centered

adalah model pembelajaran berbasis proyek (project-based learning). Penelitian ini menggunakan model PjBL dalam pembelajaran materi cahaya.

(54)

nyata. Berdasarkan hal tersebut, peneliti berasumsi bahwa model PjBL dapat mengembangkan performance dan meningkatkan pemahaman konsep siswa.

Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka berpikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.15.

Performance siswa Indonesia dalam bidang sains masih rendah. Rata-rata skor sains siswa Indonesia menempati peringkat ke-63 dari 64 negara partisipan (OECD, 2013)

Hasil Observasi di SMP Negeri 1 Karangawen:

1. Pembelajaran IPA masih menggunakan model konvensional, dimana guru berperan sebagai pusat pembelajaran di kelas (teacher centered).

2. Kasus:

a. Performance siswa dalam bidang sains kurang optimal

b. Pemahaman konsep siswa masih rendah

Alternatif solusi: menerapkan model project-based learning pada materi cermin

PjBL merupakan

active learning yang dapat memberikan pengalaman secara langsung pada siswa melalui tugas proyek

PjBL melatih siswa mengkonstruksi, memahami, dan menerapkan konsep dalam menghasilkan produk

Indikator pencapaian:

1. Siswa aktif dalam pembelajaran

2. Performance siswa meningkat

3. Pemahaman konsep pada materi cermin meningkat

4. Hasil posttest siswa kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol

Model PjBL dapat mengembangkan performance dan meningkatkan pemahaman konsep siswa SMP kelas VIII

(55)

2.8 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran project-based lea rning dapat mengembangkan performance siswa SMP kelas VIII pada materi cermin.

(56)

37

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 di SMP Negeri 1 Karangawen, yang berlokasi di Jalan Raya Karangawen 105, Kecamatan Karangawen, Kabupaten Demak.

3.2 Subjek Penelitian

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 117). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2015/2016 SMP Negeri 1 Karangawen.

3.2.2 Sampel

(57)

Berdasarkan hasil nilai ulangan semester genap sebenarnya kelas VIII D dan kelas VIII G yang memiliki nilai rata-rata yang hampir sama, namun setelah di adakan observasi performance pada kedua kelas tersebut ternyata kedua kelas memiliki kemampuan performance yang berbeda. Kelas VIII D memiliki

performance yang lebih tinggi dari kelas VIII G. Oleh karena itu dipilih kelas VIII H sebagai objek penelitian yang memiliki performance yang hampir setara dengan kelas VIII G. Daftar siswa dan pembagian kelompok pada kelas eksperimen dan kelas kontrol selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 22 dan Lampiran 23.

3.3 Faktor yang Diteliti

Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah performance dan pemahaman konsep siswa pada materi cermin. Performance tersebut meliputi:

performance of group work, performance of collecting data, dan performance of oral presentation.

3.4 Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi

experiment, yaitu metode yang tidak memungkinkan peneliti melakukan

pengontrolan penuh terhadap variabel dan kondisi eksperimen (Sugiyono, 2010: 114). Penelitian ini menggunakan dua kelompok sampel, yaitu sebagai berikut: 1. Kelompok eksperimen, yaitu kelompok siswa yang mendapatkan

pembelajaran dengan menggunakan model project-based learning.

(58)

Bentuk desain yang digunakan dalam penelitian adalah nonequivalent control group design, dimana pada penelitian ini kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2010: 116). Desain tersebut menggunakan teknik pretest-posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pemberian pretest

dan posttest bertujuan untuk mengetahui pemahaman konsep sebelum dan

sesudah diberi treatment. Selama treatment, peneliti mengamati performance

siswa. Paradigma penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.1.

O

X

O

O

X

O

Gambar 3.1 Desain penelitian qua si experiment dengan bentuk nonequivalent control group design.

Keterangan :

O dan O : Performance dan Pemahaman konsep fisika sebelum pembelajaran.

O : Performance dan pemahaman konsep siswa yang diajar dengan

model project-based learning.

O : Performance dan pemahaman konsep siswa yang diajar dengan

model discovery learning.

X : Penerapan model project-based learning pada kelas eksperimen

(59)

3.5 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tahap persiapan

a. Studi lapangan berupa observasi untuk mengetahui proses pembelajaran, metode pembelajaran, bahan ajar, kondisi siswa, guru dan sekolah.

b. Studi pustaka mengenai model PjBL, analisis kurikulum KTSP bidang studi IPA SMP Kelas VIII, telaah materi cermin, dan kajian terhadap penelitian sebelumnya yang relevan.

c. Menyiapkan dan mengkonsultasikan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian dengan dosen pembimbing.

d. Melakukan tes uji coba instrumen penelitian. e. Melakukan analisis terhadap hasil tes uji coba. 2. Tahap pelaksanaan

a. Memberikan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Melakukan treatment, yaitu menerapkan model PjBL pada kelas eksperimen dan model discovery learning pada kelas kontrol. Siswa kelas eksperimen diberikan tugas proyek berupa rancangan percobaan cermin datar dan investigasi cermin lengkung. Langkah-langkah (sintak) pembelajaran pada kelas eksperimen dan kontrol selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8. Pada tahap ini dilakukan penilaian performance.

c. Memberi posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 3. Tahap Analisis

(60)

b. Melakukan analisis data pemahaman konsep siswa. 4. Tahap Akhir

a. Membuat pembahasan mengenai hasil analisis data penelitian. b. Menarik kesimpulan hasil penelitian.

Secara ringkas, prosedur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian

Tahap Persiapan

Tahap Pelaksanaan

Studi lapangan dan studi literatur

Menyiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian

Melakukan tes uji coba instrumen penelitian

Menganalisis hasil tes uji coba instrumen penelitian

Memberikan pretest,

treatment pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol, observasi

performance, dan posttest

Mengumpulkan data penelitian

Tahap Analisis

Tahap Akhir

Menarik kesimpulan

Menganalisis data penelitian

(61)

3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, tes, observasi, dan angket.

3.6.1 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh nilai ulangan akhir semester ganjil mata pelajaran IPA kelas VIII. Data awal ini berupa daftar nama siswa, jumlah siswa, dan data lain yang digunakan untuk kepentingan penelitian. Data awal pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 20.

3.6.2 Metode Tes

Metode tes digunakan untuk mendapatkan data pemahaman konsep siswa pada materi cermin. Teknik yang digunakan adalah tes tertulis yang berbentuk uraian. Tes diberikan kepada siswa sebagai pretest dan posttest untuk mendapatkan data awal dan akhir pemahaman konsep siswa.

3.6.3 Metode Observasi

Metode observasi digunakan untuk mendapatkan data performance dan sikap siswa dalam proses pembelajaran. Observasi dilakukan oleh peneliti dan dua observer, yaitu guru IPA di SMP tersebut dan mahasiswa seangkatan peneliti.

3.6.4 Metode Penyebaran Angket

(62)

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2010: 148). Penelitian ini menggunakan instrumen tes tertulis, lembar observasi, dan angket.

3.7.1 Tes Tertulis

Tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas, baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee (Sudijono, 2008a: 67). Penelitian ini menggunakan tes tulis berbentuk uraian berjumlah 10 soal dengan jenjang C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (mengaplikasikan), dan C4 (menganalisis). Kisi-kisi, soal pretest/posttest dan kunci jawaban selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11, Lampiran 12, dan Lampiran 13. Teknik pemberian skor pada tes ini dilakukan dengan cara memberi skor 10 pada setiap butir soal untuk jawaban yang paling lengkap. Apabila jawaban kurang lengkap, maka butir soal tersebut mendapat skor kurang dari 10 sesuai dengan jawaban siswa dan rubrik penskoran yang telah ditentukan. Nilai siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor tiap butir soal yang diperoleh siswa. Skala perolehan nilai siswa adalah 1-100.

3.7.2 Lembar Observasi

Gambar

Gambar 2.1 Karakteristik PjBL
Gambar 2.2 Tahapan Pembelajaran PjBL
Tabel 2.1 Perbedaan antara model PjBL dengan discovery learning
Tabel 2.2 Kriteria Performance Task Assessment Sub Group Work
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengaturan mengenai sanksi bagi pelaku perdagangan satwa yang dilindungi terdapat pada Pasal 40

Berdasarkan data hasil penilaian observasi aktivitas peserta maka dapat diketahui bahwa dengan aspek membaca dengan aktif materi pada handout, peserta mendengarkan

Sebagai bahan masukan bagi manajemen koperasi dalam mengevaluasi dan melihat tingkat kesehatan koperasi khususnya pada unit simpan pinjam yang dimiliki

Pejabat Pengadaan pada Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2014, telah melaksanakan Proses Evaluasi Kualifikasi

[r]

PENGEMBANGAN SOFT SKILLS PESERTA D IDIK SMK KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK PEND INGIN DAN TATA UD ARA MELALUI IMPLEMENTASI MOD EL TF-6M.. Universitas Pendidikan Indonesia

Pada kondisi awal atau pratindakan, sebe- lum guru menggunakan media Sirkuit Pintar Aksara Jawa nilai rata-rata kelas sebesar 50,9 serta persentase ketuntasan klasikal

selain pemberian pupuk majemuk yang berbeda kemungkinan dikarenakan pada penggunaan pupuk majemuk Gandapan percabangannya tumbuh menyebar ke samping dengan cepat