• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Pemahaman Konsep

Dalam dokumen PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING SEBA (Halaman 109-114)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Hasil Penelitian Tahap Akhir .1 Hasil Analisis Performance Siswa .1 Hasil Analisis Performance Siswa

4.3.2 Peningkatan Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam memahami konsep fisika materi cermin. Metode tes digunakan untuk mendapatkan data pemahaman konsep siswa. Teknik yang digunakan adalah tes tertulis yang berbentuk uraian. Tes diberikan kepada siswa sebagai pretest dan posttest untuk mendapatkan data awal dan akhir pemahaman konsep siswa.

Rata-rata nilai pretest dari kedua kelas menunjukkan hasil yang sangat rendah. Pada kelas eksperimen rata-rata nilai pretest sebesar 17,63, sedangkan pada kelas kontrol sebesar 16,26. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum diberi

treatment, siswa belum memahami konsep materi cermin. Berdasarkan hasil uji

kesamaan dua rata-rata data pretest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan antara hasil pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Artinya, sebelum diberi treatment, tidak terdapat perbedaan kemampuan awal pemahaman konsep siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2007: 124), bahwa hasil pretest yang baik adalah apabila tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Pembelajaran IPA dalam penelitian ini menerapkan dua model pembelajaran yang berbeda pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Model

Discovery Learning diterapkan pada kelas kontrol. Siswa kelas eksperimen diberikan tugas proyek berupa rancangan percobaan cermin datar dan investigasi cermin lengkung.

Setelah treatment selesai diberikan, siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diuji pemahaman konsepnya melalui posttest. Berdasarkan rata-rata nilai posttest, diketahui bahwa pemahaman konsep dari kedua kelas mengalami kemajuan yang cukup signifikan . Hasil deskriptif pada Gambar 4.6 dan 4.8 menunjukkan nilai rata-rata posttest kelas eksperimen sebesar 74,32 dengan ketuntasan yang diperoleh sebesar 50 % siswa dinyatakan tuntas dan 50 % siswa dinyatakan tidak tuntas, sedangkan pada kelas kontrol rata-rata nilai posttest

sebesar 66,58 dengan ketuntasan yang diperoleh sebesar 21 % siswa dinyatakan tuntas dan 79 % siswa dinyatakan tidak tuntas. Penerapan model pembelajaran

Project-Based Lea rning dan model Discovery Learning terbukti memberikan

pengaruh yang berbeda terhadap pemahaman konsep Siswa.

Berdasarkan hasil perhitungan uji perbandingan dua rata-rata data

posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada Tabel 4.7, diperoleh

= 2,599. Pada = dengan dk = 74, maka diperoleh = 1,992. Hasil perhitungan menunjukkan , maka dapat disimpulkan bahwa hasil posttest kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.

Pembelajaran Project-Based Learning (PjBL) telah mampu memberikan hasil lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran Discovery Lea rning. Hal ini dikarenakan siswa yang diajar dengan model PjBL tidak hanya sekedar menemukan konsep seperti model Discovery, melainkan harus menerapkan

konsep dengan mengintegrasikan pengetahuan-pengetahuan baru dari sumber lain seperti internet untuk menghasilkan produk. Sebagaimana pendapat Yalҫin et al. (2009) bahwa pembelajaran PjBL berfokus pada penerapan fisika dalam pemecahan masalah sehingga melalui kegiatan-kegiatan proyek yang menantang dan menarik, siswa dapat mengembangkan keterampilan mereka dalam memahami konsep. Pembelajaran Discovery pada umumnya membutuhkan kemampuan untuk bertanya, mengobservasi, mengumpulkan informasi, mengolah informasi, membuat kesimpulan, dan menguji hipotesis yang di ajukan. Sementara itu, PjBL membutuhkan kemampuan-kemampuan yang di butuhkan pada

Discovery ditambah dengan kemampuan menyelesaikan masalah dan membuat

produk terkait dengan permasalahan tersebut.

Peningkatan pemahaman konsep secara keseluruhan diuji dengan uji

gain. Berdasarkan hasil uji gain pemahaman konsep pada Tabel 4.11, pada kelas eksperimen menunjukkan nilai = 0,688 dengan kategori sedang, sedangkan pada kelas kontrol menunjukkan nilai = 0,601 dengan kategori sedang. Hasil tersebut menunjukkan peningkatan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol, walaupun sama-sama terletak dalam kategori sedang.

Berdasarkan analisis uji gain pemahaman konsep siswa pada setiap pokok bahasan, diperoleh hasil yang bervariasi. Pada pokok bahasan cermin datar siswa kelas eksperimen menunjukkan nilai = 0,865 dengan kategori tinggi, sedangkan pada kelas kontrol menunjukkan nilai = 0,694 dengan kategori sedang. Hasil yang serupa ditunjukkan pada uji gain pemahaman pokok bahasan

cermin cekung siswa kelas eksperimen menunjukkan nilai = 0,748 dengan kategori tinggi, sedangkan pada kelas kontrol menunjukkan nilai = 0,687 dengan kategori sedang. Sementara pada pokok bahasan cermin cembung, pemahaman konsep siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berada pada kategori yang sama yaitu kategori sedang.

Tingginya tingkat pemahaman konsep siswa kelas eksperimen pada pokok bahasan cermin datar disebabkan karena pada pokok bahasan ini siswa di berikan tugas proyek untuk membuat alat peraga yang kemudian dijadikan sebagai alat praktikum mereka. Hal ini membuat siswa lebih antusias dan termotivasi dalam belajar yang berujung pada peningkatan pemahaman konsep siswa yang lebih tinggi. Sementara pada pokok bahasan cermin cekung dan cembung siswa hanya diberikan tugas proyek untuk melakukan investigasi tanpa didukung dengan kegiatan praktimum sehingga penanaman konsep dalam ingatan siswa lebih dangkal dibandingkan pemahaman konsep siswa pada pokok bahasan cermin datar.

Berdasarkan uraian diatas, jelas terlihat bahwa pembelajaran PjBL dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Siswa dibiasakan untuk menemukan sendiri konsep fisika melalui proyek yang diberikan dengan mengkonstruksi pengetahuan dalam diri siswa. Pada pelaksanaannya, siswa dilatih untuk dapat mengembangkan pola pikirnya untuk mengetahui pengetahuan baru yang dikaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada sesuai dengan lingkungan sekitarnya. Bisa dikatakan bahwa PjBL bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan mengetahui konsep fisika, tetapi juga menjadikan itu lebih bermakna

melalui kegiatan proyek yang mengubah konsep yang selama ini bersifat abstrak menjadi nyata, sehingga konsep tersebut bertahan lama dalam pikiran siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Gulbahar & Tinmaz (2006: 309), bahwa pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan kepada siswa belajar sesuai kehidupan nyata, yang dapat mengakibatkan pengetahuan permanen.

Teori pengetahuan Piaget sebagaimana dijelaskan dalam Suparno (2007: 125) mengatakan bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari seorang guru kepada siswanya bila siswa itu sendiri tidak mau membentuknya secara aktif. Hal ini jelas menerangkan bahwa keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sangat berpengaruh dalam peningkatan pengetahuan siswa. Project-Based Learning

(PjBL) dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran yang dapat di terapkan oleh guru untuk meningkatkan pengetahuan siswa, dalam hal ini pemahaman konsep fisika pada khususnya. PjBL memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran melalui proyek. Keaktifan siswa ini akan berakibat pada meningkatnya kinerja (performance) siswa dalam proses pembelajaran, sehingga berdampak pada meningkatnya pemahaman konsep siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Pratiwi (2015), bahwa dengan menerapkan model PjBL dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Khasanah (2015) membuktikan bahwa penerapan model PjBL dapat meningkatkan penguasaan konsep fisika dan performance siswa.

Peningkatan pemahaman konsep siswa dalam penelitian ini belum optimal, hal ini ditunjukkan dari rata-rata nilai posttest kelas eksperimen maupun

kelas kontrol yang belum mencapai KKM. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa dengan tugas proyek dan terbatasnya alokasi waktu pembelajaran yang memungkinkan siswa tergesa-gesa dengan adanya tugas proyek. Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Kubaitko & Vaculová (2011), bahwa tugas proyek yang lebih dekat dengan kenyataan secara profesional membutuhkan waktu yang lebih lama dari pembelajaran yang lain karena proyek lebih diarahkan untuk penerapan pengetahuan. Hal serupa juga diungkap oleh Sani (2014: 177-178), bahwa PjBL memiliki kelemahan, diantaranya membutuhkan banyak waktu dan biaya yang cukup, membutuhkan guru yang terampil dan mau belajar, membutuhkan fasilitas, peralatan, dan bahan yang memadahi serta tidak sesuai untuk siswa yang mudah menyerah dan tidak memiliki pengetahuan serta keterampilan yang dibutuhkan.

Dalam dokumen PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING SEBA (Halaman 109-114)

Dokumen terkait