TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hakikat Pembelajaran .1Pengertian Pembelajaran
Menurut aliran behavioristik pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus (Hamdani, 2011: 23). Sedangkan, menurut Darsono sebagaimana dikutip oleh Hamdani (2011: 23), aliran kognitif mendefinisikan pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan segala usaha sadar yang dilakukan oleh guru untuk membuat siswa memahami sesuatu yang sedang dipelajari.
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran
Sanjaya (2006: 52) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1. Faktor Guru
Guru memegang peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Hal ini karena siswa adalah organisme yang sedang berkembang yang memerlukan bimbingan dan bantuan orang dewasa. Selain itu guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran
2. Faktor Siswa
Faktor siswa terdiri dari aspek latar belakang siswa meliputi: jenis kelamin siswa, tempat kelahiran, tempat tinggal siswa, tingkat sosial ekonomi siswa, dan lain-lain. Sedangkan faktor sifat yang dimiliki siswa meliputi: kemampuan dasar, pengetahuan, dan sikap.
3. Faktor Sarana dan Prasarana
Kelengkapan sarana dan prasarana dapat membantu guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran. Kelengkapan tersebut juga dapat memberikan berbagai pilihan pada siswa untuk belajar, karena pada dasarnya siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Sehingga kelengkapan sarana dan prasarana akan memudahkan siswa menentukan pilihan dalam belajar.
4. Faktor Lingkungan
Lingkungan belajar yang baik akan memungkinkan iklim belajar menjadi kondusif dan tenang sehingga berdampak pada motivasi belajar siswa. Apabila iklim belajar tidak tenang dan nyaman maka akan menghambat terjadinya proses pembelajaran di sekolah.
2.1.3 Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Menurut Piaget seperti dikutip oleh Rifa’i & Anni (2012: 170), terdapat tiga prinsip utama pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1. Belajar Aktif
Proses pembelajaran adalah proses aktif, karena pengetahuan terbentuk dari dalam subyek belajar. Pengembangan kognitif anak dapat dilakukan dengan cara menciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan anak belajar sendiri,
misalnya melakukan percobaan, manipulasi simbol-simbol, mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban sendiri, membandingkan penemuan sendiri dengan penemuan temannya.
2. Belajar Lewat Interaksi Sosial
Pada pelaksanaan pembelajaran perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadinya interaksi di antara subyek belajar. Piaget percaya bahwa belajar bersama, baik di antara sesama anak-anak maupun dengan orang dewasa akan membantu perkembangan kognitif mereka. Tanpa interaksi sosial perkembangan kognitif anak akan tetap bersifat egosentris. Sebaliknya lewat interaksi sosial, perkembangan kognitif anak akan mengarah ke banyak pandangan, artinya khasanah kognitif anak akan diperkaya dengan macam-macam sudut pandang dan alternatif tindakan.
3. Belajar Lewat Pengalaman Sendiri
Perkembangan kognitif anak akan lebih berarti apabila didasarkan pada pengalaman nyata dari pada bahasa yang digunakan berkomunikasi. Bahasa memang memegang peranan penting dalam perkembangan kognitif, namun bila menggunakan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi tanpa pernah karena pengalaman sendiri, maka perkembangan kognitif anak cenderung mengarah ke verbalisme.
2.2
Project-Based Learning2.2.1 Hakikat Project-Based Learning
Project-Based Learning (PjBL) adalah suatu model pembelajaran yang
peserta didik dapat berupa proyek mandiri atau kelompok dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu, menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan (Kemendikbud, 2014a: 85). Pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan kreativitasnya dalam merancang dan membuat proyek yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Sani (2014: 172), bahwa PjBL merupakan strategi belajar mengajar yang melibatkan siswa untuk mengerjakan sebuah proyek yang bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahan masyarakat atau lingkungan.
Pembelajaran PjBL berfokus pada penerapan fisika dalam pemecahan masalah sehingga melalui kegiatan-kegiatan proyek yang menantang dan menarik, siswa dapat mengembangkan ketrampilan mereka dalam memahami konsep (Yalҫin, et al., 2009). Hal serupa juga dikatakan oleh Thomas, sebagaimana dikutib oleh Wena (2009), bahwa kerja proyek memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan (problem) yang sangat menantang, dan menuntut siswa untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri.
2.2.2 Karakteristik Project-Based Learning
Sani (2014: 173) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa karakteristik penting PjBL yang mempengaruhi proses pembelajaran, yakni sebagai berikut: 1. Fokus pada permasalahan untuk penguasaan konsep penting dalam
2. Pembuatan proyek melibatkan siswa dalam melakukan investigasi konstruktif. 3. Proyek harus realistis.
4. Proyek direncanakan oleh siswa.
Sementara itu, menurut Stripling, sebagaimana dikutip oleh Sani (2014: 173), karakteristik PjBL yang efektif adalah:
1. mengarahkan siswa untuk menginvestigasi ide dan pertanyaan penting; 2. merupakan proses inkuiri;
3. terkait dengan kebutuhan dan minat siswa;
4. berpusat pada siswa dengan membuat produk dan melakukan presentasi secara mandiri;
5. menggunakan keterampilan berpikir kreatif, kritis, dan mencari informasi untuk melakukan investigasi, menarik kesimpulan, dan menghasilkan produk; 6. terkait dengan permasalahan dan isu dunia nyata yang autentik.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut , berikut ini digambarkan karakteristik penting PjBL. Fokus pada Konsep Penting Proses Inkuiri Belajar Berpusat pada Siswa Terkait Permasalahan Nyata/Autentik PjBL Proyek Bersifat Realistik Menghasilkan Produk Investigasi Konstruktif Gambar 2.1 Karakteristik PjBL
2.2.3 Prinsip-Prinsip Project-Based Learning
Menurut Thomas, sebagaimana dikutip oleh Wena (2009: 145), pembelajaran berbasis proyek mempunyai beberapa prinsip, yakni sebagai berikut:
1. Prinsip sentralistis (centrality)
Kerja proyek bukan merupakan praktik tambahan dan aplikasi praktis dari konsep dari konsep yang sedang dipelajari, melainkan menjadi sentral kegiatan pembelajaran di kelas.
2. Prinsip pertanyaan pendorong/penuntun (driving question)
Kerja proyek berfokus pada “pertanyaan atau permasalahan” yang dapat mendorong siswa untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama suatu bidang tertentu. Menurut Clegg, sebagaimana dikutip oleh Wena (2009: 146), kerja proyek sebagai external motivation yang mampu menggugah siswa (internal
motivation) untuk menumbuhkan kemandiriannya dalam mengerjakan tugas-tugas
pembelajaran.
3. Prinsip investigasi konstruktif (constructive investigation)
Penentuan jenis proyek haruslah dapat mendorong siswa untuk mengonstruksi pengetahuan sendiri untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya. Guru harus mampu merancang suatu kerja proyek yang mampu menumbuhkan rasa ingin meneliti, rasa untuk berusaha memecahkan masalah, dan rasa ingin tahu yang tinggi.
4. Prinsip otonomy (autonomy)
melaksanakan pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal supervisi, dan bertanggung jawab. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator untuk mendorong tumbuhnya kemandirian siswa.
5. Prinsip realistis (realisme)
Project-based learning harus dapat memberikan perasaan realistis kepada
siswa, termasuk dalam memilih topik, tugas, dan peran konteks kerja, kolaborasi kerja, produk, pelanggan, maupun standar produknya. Guru harus mampu menggunakan dunia nyata sebagai sumber belajar bagi siswa.
2.2.4 Tahapan Pelaksanaan Project-Based Learning
Penelitian ini mengadopsi enam tahapan utama dalam project-based
learning yang dikemukakan oleh Sani (2014: 180). Tahapan tersebut dapat dirinci
sebagai berikut:
1. Penyajian permasalahan
Pada tahap ini, guru mengajukan permasalahan dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan esensial (penting) yang dapat memotivasi siswa untuk terlibat dalam belajar. Permasalahan yang dibahas adalah permasalah kehidupan sehari-hari yang membutuhkan investigasi.
2. Membuat perencanaan
Pada tahap ini, guru melibatkan siswa dalam bertanya, membuat perencanaan, dan melengkapi rencana kegiatan pembuatan proyek. Rencana tersebut berupa rencana pelaksanaan proyek (meliputi: jadwal pelaksanaan, deskripsi kegiatan, dan petugas yang bertanggung jawab) dan rancangan proyek (meliputi: judul, tujuan, teori, alat dan bahan pembuatan alat peraga, langkah-langkah pembuatan
alat peraga, alat dan bahan praktikum, langkah-langkah praktikum, dan tabel pengamatan).
3. Menyusun penjadwalan
Siswa harus menyusun jadwal terkait alokasi waktu pelaksanaan proyek yang disepakati bersama guru. Siswa mengajukan tahapan pengerjaan proyek dengan menetapkan acuan yang akan dilaporkan pada setiap pertemuan dikelas.
4. Memonitor pembuatan proyek
Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitoring terhadap aktivitas siswa selama menyelesaikan. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses.
5. Melakukan penilaian
Penilaian dilakukan secara autentik dan guru perlu memvariasikan jenis penilaian yang digunakan. Penilaian proyek dilakukan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan laporan proyek. Pada tahap ini, setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil proyeknya di depan kelas.
6. Evaluasi
Pada tahap ini, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.
Secara umum, tahapan pembelajaran PjBL yang digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.2 Tahapan Pembelajaran PjBL
2.2.5 Keuntungan dalam Project-Based Learning
Menurut Moursound, sebagaimana dikutip oleh Wena (2009: 147), beberapa keuntungan dalam project-based learning antara lain sebagai berikut: (1) meningkatkan motivasi (increa sed motivation); (2) meningkatkan kemampuan pemecahan masalah (increa sed problem-solving ability); (3) meningkatkan keterampilan siswa untuk mencari dan mendapatkan informasi (improved library
resea rch skills; (4) meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerjasama
Guru Menyampaikan Topik yang Akan Dikaji, Tujuan Pembelajaran, Motivasi dan Kompetensi yang akan Dicapai
Guru Mengajukan Permasalahan dalam Bentuk Pertanyaan
Siswa Secara Berkelompok Menyusun Rencana Penyelesaian Proyek
Kelompok Membuat Proyek dengan Memahami Konsep yang Terkait dengan Materi Pembelajaran
Setiap Kelompok Mempresentasikan Hasil Proyeknya di Depan Kelas dan Ditanggapi oleh Kelompok Lain
Evaluasi (Refleksi Kegiatan Belajar)
Guru Melakukan Penilaian
Guru Melakukan Monitoring dan Penilaian
(increased collaboration); dan (5) meningkatkan keterampilan untuk mengorganisasikanproyek (increa sed resource-management skills).