• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang

Dalam dokumen dejarfa.com Modul B Indonesia KK D (Halaman 11-111)

Bahasa Indonesia SMP  KK D

 

1 

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Peningkatan mutu pendidikan akan berhasil dengan baik apabila ditunjang oleh mutu guru yang baik. Peran guru sangat dibutuhkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, kehadiran guru profesional mampu memberikan “kesejahteraan pedagogik” kepada setiap peserta didik yang akan meningkatkan kecerdasan bangsa yang selanjutnya akan bermuara pada kesejahteraan umum. Tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa masa depan masyarakat, bangsa, dan negara di dunia ini termasuk di Indonesia sebagian besar ditentukan oleh peran guru.

Salah satu upaya yang perlu dilakukan oleh para pendidik untuk menjadikan dirinya sebagai pendidik yang profesional adalah dengan meningkatkan kompetensinya, baik kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, maupun sosial. Hal ini mengacu kepada peraturan perundangan yang berlaku, yaitu: Peraturan Pemerintah (PP) nomor 74 tahun 2008 tentang Guru yang menyatakan bahwa pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi Guru dilakukan dalam rangka memenuhi kualifikasi dan menjaga agar kompetensi keprofesiannya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya, dan/atau olah raga.

Masyarakat dan pemerintah khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan seluruh jajarannya memikul kewajiban untuk mewujudkan kondisi yang memungkinkan guru melaksanakan pekerjaan/jabatannya secara profesional. Oleh karena itu, sebagai aktualisasi tugas guru sebagai tenaga profesional, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, pemerintah (Kemendikbud) akan memfasilitasi guru untuk dapat mengembangkan keprofesiannya secara berkelanjutan melalui program Pendidikan dan Pelatihan Uji Kompetensi Guru (Diklat Pasca-UKG).

Kegiatan Pembelajaran 1

  

2 

Program pendidikan dan pelatihan (Diklat) merupakan bagian penting dari pengembangan profesi pendidik dan tenaga kependidikan. Pelaksanaan Diklat juga tidak lepas dari tujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan mata pelajaran/tugas yang diampunya. Modul ini berisi materi pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama (SMP), yang telah disusun sesuai dengan Standar Kompetensi Guru yang diturunkan dari Permendikbud Nomor 16 Tahun 2007. Modul ini dilengkapi dengan aktivitas pembelajaran yang terintegrasi dengan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Penguatan Pendidikan Karakter akan menjadi watak dan budi pekerti yang menjadi ruh dalam dunia pendidikan. Pengintegrasian Penguatan Pendidikan Karakter dalam modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan ini dikembangkan dengan mengintegrasikan lima nilai utama yaitu; religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. Kelima nilai utama tersebut terintegrasi dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran yang terdapat dalam modul. Pendidikan karakter sudah menjadi sebuah gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati, olah rasa (estetik), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik). Implementasi Gerakan PPK ini dapat berbasis kelas, berbasis budaya sekolah, dan berbasis masyarakat (keluarga dan komunitas). Modul ini juga dilengkapi dengan latihan yang berisi masalah dan kasus pembelajaran untuk mengukur pemahaman dan melatih keterampilan peserta.

Penyusunan modul ini bertujuan untuk memberikan referensi kepada para guru sekolah menengah pertama agar dapat menguasai kompetensi pedagogik terkait dengan bahasa Indonesia yang terdiri atas pemahaman, sikap, dan keterampilan terhadap: (1) Prinsip berbahasa keterampilan (berbicara, membaca, dan menulis), (2) kaidah bahasa Indonesia, dan (3) hubungan makna. Kompetensi tersebut merupakan standar minimal yang harus dikuasai oleh guru SMP agar memiliki keterampilan berbahasa dan kaidah bahasa Indonesia yang akan mendukung keberhasilannya dalam menjalankan tugas pokoknya dalam pembelajaran di dalam maupun di luar kelas.

Bahasa Indonesia SMP  KK D

 

3 

B. Tujuan

Modul ini secara umum bertujuan untuk mendukung pelaksanaan diklat Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama kelompok kompetensi pedagogik. Tujuan khusus modul ini diharapkan setelah menempuh proses pembelajaran peserta mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan khususnya kompetensi pedagogik strategi pembelajaran dengan mengintegrasikan nilai-nilai penguatan pendidikan karakter.

C. Peta Kompetensi

Kompetensi yang akan dicapai melalui modul ini mengacu pada Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 dengan mengembangkan kompetensi pedagogik Bahasa Indonesia menjadi indikator pencapaian kompetensi untuk guru Sekolah Menegah Pertama.

Tabel 1.Peta kompetensi pedagogik Kompetensi

Utama Kompetensi Inti (KI) Kompetensi Guru Mapel (KG) Pedagogik 2. Menguasai teori

belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. .

2.2. Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang diampu

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup materi Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Sekolah Menengah Pertama mendukung kompetensi pedagogik. Oleh karena itu, modul ini mengkaji bidang keterampilan dan pengetahuan tentang pembelajaran bahasa Indonesia untuk guru Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama.

Berikut akan dijelaskan gambaran singkat tiap-tiap indikator dalam peta kompetensi yang dijabarkan dalam kegiatan pembelajaran.

Kegiatan Pembelajaran 1

  

4 

1. Menentukan berbagai pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik dalam pembelajaran bahasa.

2. Membedakan berbagai pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik dalam pembelajaran bahasa.

3. Mengklasifikasikan berbagai pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik dalam pembelajaran bahasa.

4. Menerapkan berbagai pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik dalam pembelajaran bahasa.

E. Cara Penggunaan Modul

Secara umum, cara penggunaan modul pada setiap Kegiatan Pembelajaran disesuaikan dengan skenario setiap penyajian mata diklat. Modul ini dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran guru, baik untuk moda tatap muka dengan model tatap muka penuh maupun model tatap muka In-On-In. Alur model pembelajaran secara umum dapat dilihat pada bagan di bawah.

Bahasa Indonesia SMP  KK D

 

5 

1. Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka Penuh

Kegiatan pembelajaran diklat tatap muka penuh adalah kegiatan fasilitasi peningkatan kompetensi guru melalui model tatap muka penuh yang dilaksanakan oleh unit pelaksana teknis di lingkungan Ditjen GTK maupun lembaga diklat lainnya. Kegiatan tatap muka penuh ini dilaksanan secara terstruktur pada suatu waktu yang dipandu oleh fasilitator.

Tatap muka penuh dilaksanakan menggunakan alur pembelajaran yang dapat dilihat pada alur di bawah ini.

Gambar 2.Alur Pembelajaran Tatap Muka Penuh

Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model tatap muka penuh dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pendahuluan

Pada kegiatan pendahuluan fasilitator memberi kesempatan kepada peserta diklat untuk mempelajari :

1) latar belakang yang memuat gambaran materi, 2) tujuan kegiatan pembelajaran setiap materi,

Kegiatan Pembelajaran 1

  

6 

4) ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran, dan 5) langkah-langkah penggunaan modul.

Mengkaji Materi

Pada kegiatan mengkaji materi Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan SMP Kelompok Kompetensi Pedagogik D “Strategi Pembelajaran Bahasa”, fasilitator memberi kesempatan kepada guru sebagai peserta untuk mempelajari materi yang diuraikan secara singkat sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar. Guru sebagai peserta dapat mempelajari materi secara individual maupun berkelompok dan dapat mengonfirmasi permasalahan kepada fasilitator.

Melakukan Aktivitas Pembelajaran

Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul dan dipandu oleh fasilitator. Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran menggunakan pendekatan secara langsung. Artinya, peserta berinteraksi secara langsung di kelas pelatihan bersama fasilitator dan peserta lainnya. Kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan cara diskusi, praktik, dan latihan kasus.

Lembar kerja pada pembelajaran tatap muka penuh yaitu menerapkan pemahaman materi-materi yang terdapat pada kajian materi. Pada aktivitas pembelajaran peserta secara aktif menggali informasi, mengumpulkan, dan mengolah data sampai pada membuat kesimpulan kegiatan pembelajaran.

Presentasi dan Konfirmasi

Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi hasil kegiatan, sedangkan fasilitator melakukan konfirmasi terhadap materi dan dibahas bersama. Pada bagian ini juga peserta dan penyaji mereviu materi berdasarkan seluruh kegiatan pembelajaran.

Persiapan Tes Akhir

Pada kegiatan ini fasilitator didampingi oleh panitia menginformasikan tes akhir yang akan dilakukan oleh seluruh peserta yang dinyatakan layak tes akhir.

Bahasa Indonesia SMP  KK D

 

7 

2. Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka In-On-In

Kegiatan diklat tatap muka dengan model In-On-In adalah kegiatan fasilitasi peningkatan kompetensi guru menggunakan tiga kegiatan utama, yaitu In Service Learning 1 (In-1), on the job learning (On), dan In Service Learning 2 (In-2). Secara umum, kegiatan pembelajaran diklat tatap muka In-On-In tergambar pada alur berikut ini.

Gambar 3.Alur Pembelajaran Tatap Muka model In-On-In

Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model In-On-In dapat dijelaskan sebagai berikut.

Pendahuluan

Pada kegiatan pendahuluan disampaikan bertepatan pada saat pelaksanaan In service learning 1 fasilitator memberi kesempatan kepada peserta diklat untuk mempelajari :

Kegiatan Pembelajaran 1

  

8 

1) latar belakang yang memuat gambaran materi, 2) tujuan kegiatan pembelajaran setiap materi,

3) kompetensi atau indikator yang akan dicapai melalui modul, 4) ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran, dan

5) langkah-langkah penggunaan modul.

In Service Learning 1 (In-1)

1) Mengkaji Materi

Pada kegiatan mengkaji materi Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan SMP kelompok kompetensi D Pedagogik “Strategi Pembelajaran Bahasa”, fasilitator memberi kesempatan kepada guru sebagai peserta untuk mempelajari materi yang diuraikan secara singkat sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar. Guru sebagai peserta dapat mempelajari materi secara individual maupun berkelompok dan dapat mengonfirmasi permasalahan kepada fasilitator.

2) Melakukan aktivitas pembelajaran

Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul dan dipandu oleh fasilitator. Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan/metode yang secara langsung berinteraksi di kelas pelatihan, baik itu dengan menggunakan metode berpikir reflektif, diskusi, brainstorming, simulasi, maupun studi kasus melalui Lembar Kerja (LK) yang telah disusun sesuai dengan kegiatan pada In-1. Pada aktivitas pembelajaran peserta secara aktif menggali informasi, mengumpulkan dan mempersiapkan rencana pembelajaran pada on the job learning.

On the Job Learning (On)

1) Mengkaji Materi

Pada kegiatan mengkaji materi Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan SMP kelompok kompetensi D Pedagogik “Strategi Pembelajaran Bahasa”, guru sebagai peserta akan mempelajari materi yang telah diuraikan pada in service learning 1 (In-1). Guru sebagai peserta

Bahasa Indonesia SMP  KK D

 

9 

dapat membuka dan mempelajari kembali materi sebagai bahan dalam mengerjakan tugas-tugas yang ditagihkan kepada peserta.

2) Melakukan Aktivitas Pembelajaran

Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah maupun di kelompok kerja berbasis pada rencana yang telah disusun pada In-1 dan sesuai dengan rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul. Kegiatan pembelajaran ini akan menggunakan pendekatan/metode praktik, eksperimen, sosialisasi, implementasi, peer discussion yang secara langsung dilakukan di sekolah maupun kelompok kerja melalui tagihan berupa LK yang telah disusun sesuai dengan kegiatan pada On. Pada aktivitas pembelajaran materi pada On, peserta secara aktif menggali informasi, mengumpulkan dan mengolah data dengan melakukan pekerjaan dan menyelesaikan tagihan pada On the job learning.

In Service Learning 2 (In-2)

Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi produk-produk tagihan On yang akan dikonfirmasi oleh fasilitator dan dibahas bersama. pada bagian ini juga peserta dan penyaji me-review materi berdasarkan seluruh kegiatan pembelajaran.

1) Persiapan Tes Akhir

Pada bagian ini fasilitator didampingi oleh panitia menginformasikan tes akhir yang akan dilakukan oleh seluruh peserta yang dinyatakan layak tes akhir.

2) Lembar Kerja (LK)

Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan kelompok komptetansi D Pedagogik “Strategi Pembelajaran Bahasa” teridiri atas beberapa kegiatan pembelajaran yang di dalamnya terdapat aktivitas-aktivitas pembelajaran sebagai pendalaman dan penguatan pemahaman materi yang dipelajari.

Kegiatan Pembelajaran 1

  

10 

Modul ini mempersiapkan LK yang nantinya akan dikerjakan oleh peserta, LK tersebut dapat terlihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Daftar Lembar Kerja Modul

No Kode LK Nama LK Keterangan

1. LK 1.1 b soal No 1

Pendekatan Pembelajaran Bahasa TM, IN1

2. LK 1.1 b soal No 2

Pendekatan Pembelajaran Bahasa TM, ON

3. LK 1.2 Jenis-jenis teknik pembelajaran berdasarkan keterampilan berbahasanya

TM, ON

4. LK 1.3 Pengembangan KD terhadap

pendekatan, metode, dan teknik yang tepat

Tm, ON

Keterangan.

TM : Digunakan pada Tatap Muka Penuh In1 : Digunakan pada In service learning 1 On : Digunakan pada on the job learning

Bahasa Indonesia SMP  KK D

 

11 

Kegiatan Pembelajaran I

Strategi Pembelajaran Bahasa

A. Tujuan

Dengan mempelajari isi modul ini, Anda dapat menjelaskan konsep-konsep pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran dengan benar. Dengan memanfaatkan berbagai pengalaman dalam pembelajaran sehari-hari, Anda dapat menunjukkan model-model pendekatan, strategi/metode, dan teknik yang sesuai dengan kompetensi tertentu dalam kaitannya dengan praktiknya di kelas dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

Tabel 3.Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Guru Indikator Pencapaian Kompetensi

2.2. Menerapkan berbagai pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang diampu.

2.2.1 Menentukan berbagai pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yag mendidik dalam pembelajaran bahasa.

2.2.2 Membedakan berbagai pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik dalam

pembelajaran bahasa.

2.2.3 Mengklasifikasikan berbagai pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yag mendidik dalam pembelajaran bahasa.

2.2.4 Menerapkan berbagai pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik dalam

Kegiatan Pembelajaran 1

  

12 

C. Uraian Materi

1. Pendekatan Pembelajaran

Pengertian Pendekatan

Pendekatan (approach) diartikan sebagai seperangkat asumsi tentang pelaksanaan pengajaran. Oleh karena itu, keberadaannya berada pada tataran ide, pikiran, ataupun pandangan guru tentang suatu kegiatan pengajaran. Dengan kata lain, suatu pendekatan lahir dari adanya asumsi tertentu pada diri seorang guru. Suatu asumsi dapat melahirkan suatu pendekatan. Asumsi-asumsi tersebut misalnya sebagai berikut.

1) Asumsi yang mengatakan bahwa belajar berbahasa itu berawal dari suatu pembiasaan, maka akan melahirkan suatu pendekatan yang menekankan pada belajar melalui pembiasaan-pembiasaan.

2) Asumsi yang mengatakan bahwa belajar bahasa itu merupakan kegiatan yang harus memperhatikan struktur atau kaidah-kaidah bahasa, maka akan melahirkan pendekatan belajar yang menekankan kaidah bahasa. 3) Asumsi yang mengatakan bahwa belajar bahasa itu merupakan kegiatan

mengembangkan kecakapan berkomunikasi, maka akan melahirkan pendekatan komunikatif.

Bahasa Indonesia SMP  KK D

 

13 

Berbagai Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan lahir dari adanya suatu asumsi. Dengan banyaknya asumsi itulah maka, di dalam dunia pengajaran di kenal bermacam-mamcam pendekatan. Hal tersebut sebagaimana yang tampak di dalam sistem pengajaran selama ini. Terdapat bermacam-macam pendekatan, antara lain, pendekatan tujuan, pendekatan proses, pendekatan sistem, pendekatan unit, pendekatan spiral, pendekatan CBSA, pendekatan tematis, pembelajaran kooperatif, dan pendekatan saintifik.

1) Pendekatan Tujuan

Pendekatan tujuan dilandasi oleh asumsi bahwa tujuan merupakan hal yang sangat penting di dalam proses belajar mengajar. Rumusan tujuan akan menentukan materi, metode, media, termasuk ke dalam alat evaluasinya. Dengan asumsi tersebut, persiapan guru di dalam mengajar sangat diutamakan, terutama di dalam rumusan tujuan pembelajarannya. Implikasinya, kajian terhadap cara guru di dalam merumuskan tujuan, menjadi perhatian utama di dalam penyusunan program pembelajaran, baik di dalam menyusun silabus ataupun rencana pembelajarannya.

2) Pendekatan Proses

Ketidakpuasan para ahli pengajaran, termasuk para guru terhadap penerapan pendekatan tujuan, melahirkan asumsi-asumsi lain tentang pengajaran. Asumsi itu antara lain bahwa belajar merupakan suatu proses untuk menguasai suatu kompetensi tertentu. Dengan demikian, yang utama bagi siswa di dalam belajar adalah menguasai caranya. Kalau caranya sudah bisa, maka secara serta-merta tujuan belajarnya pun dapat tercapai. Dengan asumsi semacam itu, lahirlah pendekatan proses, yakni pendekatan belajar yang lebih mengutamakan proses ataupun kegiatan siswa dalam memperoleh hasil belajar.

3) Pendekatan Sistem

Pendekatan sistem berdasarkan asumsi bahwa pengajaran itu merupakan suatu sistem. Sebagai suatu sistem, pengajaran terdiri atas berbagai komponen yang saling berkaitan. Komponen-komponen yang dimaksud adalah tujuan, materi, metode, media, dan evaluasi. Komponen-koomponen

Kegiatan Pembelajaran 1

  

14 

itu memiliki peranan yang penting terhadap keberhasilan suatu pengajaran. Dengan demikian guru harus memperhatikan dengan berimbang komponen-komponen itu, baik dalam perencanaan ataupun proses pelaksanaannya.

4) Pendekatan Unit

Pendekatan unit berdasarkan asumsi bahwa pembelajaran itu harus bertitik tolak dari kesatuan bab atau kegiatan. Dengan cara demikian, akan tampak kepaduan dan kebermaknaan dari pelajaran itu. Di dalam kurikulum 1984-lah pendekatan tersebut dikembangkan. Dalam kurikulum itu, pokok-pokok bahasannya disusun dalam satu unit pelajaran yang meliputi membaca, kosakata, struktur, menulis, pragmatik, dan apresiasi bahasa dan sastra. Dalam penyajian pengajarannya, keenam pokok bahasan tersebut saling berkaitan dengan bertitik tolak dari pokok bahasan membaca. Maksudnya, pokok bahasan kosakata, struktur, menulis, pragmatik, serta apresiasi bahasa dan sastra bukanlah pokok bahasan yang berdiri sendiri. Kelima pokok bahasan tersebut mengacu kepada materi bacaan yang ada pada pokok bahasan membaca.

5) Pendekatan Spiral

Pendekatan yang berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran disebut dengan pendekatan spiral. Artinya, semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, materi pelajaran itu harus semakin mendalam dan meluas walaupun materi pokoknya tetap sama. Dengan pendekatan ini, diharapkan materi-materi kebahasaan itu tidak tampak sama sehingga siswa tidak merasa bosan dan merasa tidak ada tantangan. Apalagi dengan materi bahasa Indonesia yang secara garis besar cakupannya hanya meliputi kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan tidak sama untuk setiap kelas ataupun jenjangnya. Kegiatan-kegiatan tersebut harus menyajikan materi dan persoalan semakin kompleks dari setiap jenjangnya.

6) Pendekatan CBSA

Pendekatan cara siswa belajar siswa aktif (CBSA) merupakan pendekatan yang mengutamakan keterlibatan siswa secara aktif di dalam proses pembelajaran. Keaktifan tersebut tidak identik dengan kegiatan fisik, tetapi juga

Bahasa Indonesia SMP  KK D

 

15 

mental, intelektual, dan emosional. Kegiatan belajar harus berupa kegiatan yang bersifat melakoni. Dengan demikian, menurut pendekatan ini pemberian materi pelajaran kepada para siswa tidak cukup dengan penjelasna-penjelasan. Tanpa ada upaya guru untuk menghadapkan siswa pada suatu pengalaman secara langsung (fisik, mental, intelektual, ataupun emosional), kegiatan belajar itu mustahil bisa memberi sesuatu yang berharga bagi para siswanya.

7) Pendekatan Tematis

Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berasumsi bahwa siswa di kelas rendah masih melihat segala sesuatu itu sebagai suatu keutuhan (holistic). Oleh karena itu, di dalam pembelajarannya pun mereka belum mengenal pemisahan mata pelajaran. Pengalaman belajar perlu disajikan secara terpadu, baik dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Pembelajaran tematis hanya diajarkan pada siswa sekolah dasar untuk kelas-kelas rendah.

8) Pendekatan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih. Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Dalam pendekatan ini, siswa merupakan bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai hasil yang optimal dalam belajar.

Pembelajaran kooperatif juga memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru, melainkan juga bisa juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran itu, yaitu teman sebaya. Dengan demikian, keberhasilan belajar dalam pendekatan ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh melainkan perolehan itu akan baik jika dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur dengan baik.

Kegiatan Pembelajaran 1

  

16 

9) Pendekatan Saintifik

Pendekatan ini memadankan proses pembelajaran sebagai suatu kegiatan ilmiah yang lebih mengedepankan pelararan induktif dibandingkan dengan penalaran deduktif. Penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Pendekatan ini merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:

1) mengamati; 2) menanya; 3) menalar;

4) mengasosiasi; dan 5) mengomunikasikan.

Selain pendekatan pembelajaran yang bersifat umum, dikenal pula pendekatan yang khusus untuk pelajaran bahasa. Berikut pendekatan-pendekatan yang dimaksudkan itu.

10) Pendekatan Struktural

Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa yang dilandasi oleh asumsi bahwa bahasa sebagai seperangkat kaidah, norma, dan aturan. Atas dasar anggapan tersebut timbul pemikiran bahwa pembelajaran bahasa harus mengutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau tata bahasa. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa perlu dititikberatkan pada pengetahuan tentang struktur bahasa yang tercakup dalam fonologi, morfologi, dan sintaksis; dalam hal ini pengetahuan tentang pola-pola kalimat, pola kata, dan suku kata menjadi sangat penting.

11) Pendekatan Komunikatif

Pendekatan ini menekankan siswa agar dapat berkomunikasi dengan bahasa yang dipelajari dan bukan mengetahui tentang bahasa yang menonjolkan kaidah-kaidah kebahasaan. Dengan pendekatan komunikatif, pengajaran

Bahasa Indonesia SMP  KK D

 

17 

bahasa diharapkan dapat dikembangkan secara menarik bagi siswa. Belajar bahasa di kelas menjadi kegiatan yang memang benar-benar bergumul dengan bahasa sebagaimana yang digunakan di dalam berkomunikasi. Pembelajaran bahasa tidak lagi dipandang hanya sebagai penguasaan fitur-fitur fonologi, gramatikal, dan leksikal belaka yang sering dilakukan secara terpisah.

12) Pendekatan Genre (Teks)

Genre merupakan pengelompokkan dari suatu peristiwa komunikasi. Setiap peristiwa komunikasi memiliki tujuan komunikatif yang khas dan wujud komunikasinya berbeda-beda. Wujud komunikasi ini ditentukan oleh masyarakat yang menghasilkan genre tersebut. Ada beberapa prinsip yang bisa disepakati, yaitu (1) teks terbentuk karena tuntutan kegiatan sosial; (2)

Dalam dokumen dejarfa.com Modul B Indonesia KK D (Halaman 11-111)

Dokumen terkait