• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYIAPAN PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

4.1. Umum

Yang dimaksud dengan campuran aspal panas adalah campuran yang terdiri dari kombinasi tertentu dari agregat yang dicampur dengan aspal dengan melalui proses pembakaran/pemanasan. Pencampuran dilakukan di mesin pencampur aspal panas, sedemikian rupa sehingga permukaan agregat terselimuti aspal dengan seragam. Untuk mengeringkan agregat dan memperoleh kekentalan aspal yang mencukupi dalam mencapur dan mengerjakannya, maka kedua-duanya dipanaskan masing-masing pada temperatur tertentu.

Beberapa pengertian jenis campuran aspal panas.

a. Latasir (lapis tipis aspal pasir/sand sheet). Kelas A dan B.

Latasir adalah lapis penutup permukaan jalan yang terdiri atas agregat halus atau pasir atau campuran keduanya dan aspal keras yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada temperatur tertentu. Pemilihan kelas A atau kelas B terutama tergantung pada gradasi pasir yang digunakan

b. Lataston (lapis tipis aspal beton/HRS).

Lapis lataston pada dasrnya adalah lapis permukaan yang berupa mortar pasir aspal yang diberi sisipan butiran kasar. Lataston adalah lapis permukaan yang terdiri atas lapis aus (lataston lapis aus/HRS-WC) dan lapis permukaan antara (lataston lapis permukaan antara/HRS-base) yang terbuat dari agregat yang bergradasi senjang dengan dominasi pasir dan aspal keras yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada temperatus tertentu.(catatan: gradasi yang benar-benar senjang, tercermin dimana butiran-butiran lolos No 30 paling sedikit 80% dari butiran-butiran lolos No 8. Untuk material lataston hampir selalu dilakukan pencampuran pasir alam dan agregat halus pecah mesin).

c. Laston (lapis aspal beton/AC).

Laston adalah lapis permukaan atau lapis pondasi yang terdiri atas laston lapis aus (AC-WC), laston lapis permukaan antara(AC-BC), dan laston lapis pondasi (AC-Base).

Tabel 4.1 Jenis campuran aspal panas, dan tebal nominal minimum

Jenis campuran Simbol

Tebal nominal minimum

(mm)

Toleransi tebal (mm)

Latasir kelas A SS-A 15 -

Latasir kelas B SS-B 20 -

Lataston Lapis aus HRS-WC 30

Lapis permukaan antara HRS-BC 35 ± 4

Laston Lapis aus AC-WC 40 ±3

Lapis permukaan antara AC-BC 50 ±4

Lapis pondasi AC-BASE 60 ±5

Sumber dari: Puslitbang Jalan dan JembatannBalitbang PU, Rancangan Spesifikasi Umum bidang Jalan dan Jembatan. Edisi: Januari 2008

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 31 dari 67 4.2 Identifikasi permintaan produksi.

4.2.1 Permintaan produksi.

Pelaksana produksi campuran aspal panas harus selalu memperhatikan permintaan produksi. Karena setiap bagian dari struktur di lapangan mempunyai beberapa kriteria yang berlain-lainan, dengan demikian job-mix-formula juga berlain-lainan pula. Seperti kita ketahui bahwa agregat akan membentuk 90 sampai 95 % dari total campuran beton aspal. Untuk itu pelaksana mesin pencampur aspal panas harus dapat menguraikan rincian permintaan produksi yang sudah disepakati dengan semua pihak yang terkait, dengan cara memilah-milah sesuai dengan kebutuhan petugas yang terkait dari mesin pencampur aspal. Petugas terkait diantaranya :

1) Operator mesin pencampur aspal panas dapat segera mempersiapkan pemeriksaan kesiapan mesin pencampur aspal.

2) Operator wheel loader bersama mekanik terkait dapat segera mempersiapkan pemeriksaan kesiapan wheel loader.

3) Operator genset dapat segera mempersiapkan pemeriksaan kesiapan mesin generator.

4) Juru cold bin dapat segera mempersiapkan pemeriksaan kesiapan bahan sesuai dengan jenis, ukuran, dan waktu ketersediaannya.

5) Juru ketel dapat segera mempersiapkan pemeriksaan kesiapan aspal sesuai dengan jenisnya dan waktu ketersediaannya.

a. Rincian permintaan produksi.

Pada awalnya pelaksana mendapat perintah untuk memproduksi adalah dari atasan langsung, termasuk job mix formula. Untuk memerinci permintaan produksi pelaksana produksi membagi dalam :

1) Institusi yang memesan.

2) Jenis pesanan dari masing-masing institusi.

3) Prioritas institusi pemesan dan jenis pesanan.

Kemudian pelaksana mesin pencampur aspal panas harus dapat menguraikan rincian permintaan produksi yang sudah disepakati dengan semua pihak yang terkait, dengan cara memilah-milah sesuai dengan kebutuhan petugas yang terkait dari mesin pencampur aspal. Petugas terkait diantaranya :

1) Operator mesin pencampur aspal panas dapat segera mempersiapkan pemeriksaan kesiapan mesin pencampur aspal.

2) Operator genset dapat segera mempersiapkan pemeriksaan kesiapan mesin generator.

3) Operator pengisi bahan dapat segera mempersiapkan pemeriksaan kesiapan bahan sesuai dengan jenis, ukuran, dan waktu ketersediaannya.

4) Operator wheel loader bersama mekanik terkait dapat segera mempersiapkan pemeriksaan kesiapan wheel loader.

Dari job mix formula, pelaksana produksi, dengan melalui rapat koordinasi dengan atasan langsung, menentukan urutan dan jenis produksi campuran aspal panas yang akan dilaksananakan. Sudah barang tentu untuk menentukan urutan dan jenis campuran aspal panas perlu memperhitungkan efisiensi dari biaya produksi mesin pencampur aspal panas. Seperti kita ketahui bahwa untuk

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 32 dari 67 merubah jenis produk perlu waktu, sehingga pertimbangan ini harus ditentukan dalam rapat koordinasi.

b. Penentuan jenis produk.

Setelah menerima berkas pesanan dari atasan langsung, dan kemudian memerinci permintaan produksi, pelaksana wajib segera memberikan order/perintah tertulis dan berkoordinasi dengan para operator, diantaranya : 1) operator mesin pencampur aspal.

2) operator wheel loader.

3) operator genset.

4) Juru cold bin.

5) Juru ketel.

Dalam berkoordinasi tersebut pelaksana menguraikan terhadap jenis produk pesanan dari masing-masing pemesan dan proritasnya. Dari job mix formula, pelaksana harus dapat menguraikan menjadi kebutuhan waktu pelaksanaan aktual, kebutuhan bahan, kebutuhan tenaga manusia, kebutuhan wheel loader, kebutuhan bahan bakar, kebutuhan dump truck . Dengan demikian pelaksana harus memerinci terhadap :

1) kebutuhan volume agregat kasar dan agregat halus dengan jadwal kedatangannya.

2) kebutuhan volume dan jenis aspal dengan jadwal kedatangannya.

3) kebutuhan volume dan jenis bahan bakar dengan jadwal kedatangannya.

4) kebutuhan volume dan jenis filler dengan jadwal kedatangannya.

5) Kebutuhan jumlah dan kapasitas wheel loader dengan jadwal kedatangannya.

6) Kebutuhan jumlah dan kapasitas dump truck dengan jadwal kedatangannya.

7) Kebutuhan bahan bakar minyak dengan jadwal kedatangannya.

8) Kebutuhan sumber daya manusia dan jadwal kedatangannya.

Dari kebutuhan bahan-bahan produksi dan jadwal kedatangannya yang sudah dibahas, pelaksana produksi membuat laporan hasil rapat ke atasan langsung dan tembusan kepada :

1) Bagian peralatan.

2) Bagian logistik.

3) Bagian administrasi dan keuangan.

Langkah-langkah yang harus ditempuh pelaksana produksi diantaranya :

1) Mengikuti rapat koordinasi dengan atasan langsung. Dari rapat koordinasi ini pelaksana produksi mendapat kesepakatan tentang jenis produk dan urutan produksi.

2) Dengan dasar job mix formula dan jenis produk yang akan diproduksi, pelaksana produksi menjabarkan menjadi kebutuhan bahan produksi dan jadwal pelaksanaannya.

3) Membuat surat perintah kepada para operator dengan ditembuskan keatasan langsung dan unit lain yang terkait.

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 33 dari 67 c. Penentuan konfirmasi produk.

Dari tindakan pelaksana yang telah memerinci seperti dalam butir a) dan b) diatas, akan menghasilkan beberapa butir-butir laporan secara ringkas, berupa kebutuhan alat, kebutuhan bahan, kebutuhan tenaga manusia, dan jadwal.

Dari data uraian diatas pelaksana memberikan langkah-langkah konfirmasi produk yang harus disiapkan kepada atasan langsung, sedemikian rupa sehingga atasan langsung dapat membuat langkah-langkah kebijakan dalam perusahaan untuk perencanaan manajemen perusahaan terkait.

Pelaksana memberikan langkah-langkah konfirmasi produk atas dasar permintaan produksi kepada atasan langsung, dengan menguraikan :

1) Kebutuhan bahan, alat, dan jenis, termasuk penjadwalannya.

2) Kebutuhan sumber daya manusia, termasuk penjadwalannya, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

 Memilah dan mengompail permintaan produksi berdasar institusi pemesan.

 Mempelajari rancangan campuran (job mix formula).

 Meterjemahkan data-data nilai tonase dan nilai job mix formula dari masing-masing institusi pemesan menjadi data-data :

a. kebutuhan agregat kasar.

b. kebutuhan agregat halus.

c. kebutuhan filler.

d. kebutuhan aspal.

e. kebutuhan additive f. kebutuhan dump truck.

g. kebutuhan wheel loader.

h. kebutuhan tenaga.

 Membuat matriks kebutuhan bahan dalam periode tanggal tertentu terhadap institusi pemesan; dan dibuat kumulatif kebutuhan bahannya.

 Membuat jadwal pelaksanaan dan pengangkutannya.

 Membuat data-data tersebut diatas untuk lampiran surat yang ditujukan kepada atasan langsung, operator, dan sebagai arsip.

 Menjelaskan dan sekaligus menyerahkan kepada atasan langsung data-data yang dibuat seperti tersebut diatas.

 Meminta tanda terima.

 Mengarsipkan semua surat dengan lampiran data tersebut berdasar setiap institusi pemesan produksi campuran aspal panas.

d. Interpretasi permintaan produksi kepada operator pencampur aspal.

Demikian juga dari data uraian diatas pelaksana memberikan langkah-langkah konfirmasi produk yang harus disiapkan kepada operator pencampur aspal.

Data ini lebih detail, dan harus disajikan dalam bentuk formulir yang mudah di cerna oleh operator pencampur aspal. Sehubungan dengan permintaan produksi tersebut, pelaksana mesin pencampur aspal panas akan menterjemahkan kedalam surat perintah produksi kepada operator pencampur aspal, yang harus tertera :

1) Jenis produk.

2) Pemeriksaan kesiapan mesin secara periodik.

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 34 dari 67 3) Jenis dan ukuran agregat dan filler.

4) Jenis dan tipe aspal.

5) Temperatur dari aspal . 6) Additive yang perlu disiapkan.

Pelaksana mesin pencampur aspal panas dalam membuat langkah-langkah permintaan produksi kedalam surat perintah produksi kepada operator pencampur aspal kepada operator harus meliputi meliputi beberapa langkah :

 Memberikan jenis produk.

 Data job mix formula dilampirkan pada surat perintah produksi kepada operator pencampur aspal.

 Data-data :

a. kebutuhan agregat kasar.

b. kebutuhan agregat halus.

c. kebutuhan filler.

d. kebutuhan aspal.

e. kebutuhan additive f. kebutuhan dump truck.

g. kebutuhan wheel loader.

h. kebutuhan tenaga.

dilampirkan pada surat perintah produksi kepada operator pencampur aspal.

 Jadwal pelaksanaan dilampirkan pada surat perintah produksi kepada operator pencampur aspal.

 Meminta tanda terima.

 Mengarsipkan semua surat dengan lampiran data tersebut berdasar setiap institusi pemesan produksi campuran aspal panas.

4.2.2 Jenis produk

a. Jenis produk untuk diinterpretasikan ke dalam kualitas produksi.

Seperti kita ketahui bahwa campuran aspal panas ada beberapa kriteria.

Beberapa kriteria sifat dari campuran aspal panas panas adalah : 1) Stabilitas.

2) Durabilitas.

3) Fleksibilitas.

4) Kekesatan (skid resistance).

5) Ketahanan kelelahan (Fatique resistance).

6) Kemudahan dalam pelaksanaan (workability).

Selain dari itu ada juga jenis yang berlainan karena perbedaan dalam struktur dilapangan, diantaranya adalah seperti pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Jenis campuran aspal panas

Jenis campuran simbol

Latasir A SS-A

Latasir B SS-B

Lataston Lapis aus HRS-WC

Lapis permukaan antara HRS-BC

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 35 dari 67 Laston

Lapis aus AC-WC

Lapis permukaan antara AC-BC Lapis pondasi AC-base

Dengan dasar spesifikasi dari pemesan, job mix formula, dan jenis produk yang diminta, pelaksana dapat menginterpretasikan menjadi kualitas produksi yang harus dibuat, sedemikian rupa sehingga semua operator dapat memahaminya.

b. Klarifikasi jenis produk kepada Quality control.

Dengan dasar spesifikasi dari pemesan, job mix formula, dan jenis produk yang diminta, pelaksana produksi harus mengklarifikasi jenis produk kepada Quality control, sehingga selama proses produksi tim dari Quality control dapat memantau secara periodik hasil produksi sesuai SOP dari perusahaan terkait.

Quality control sangat memerlukan penjelasan jenis produk yang akan diproduksi, untuk keperluan pemeriksaan produk nantinya. Bentuk klarifikasi ini akan diwujudkan dalam hal-hal sebagai berikut :

1) Jenis produk.

2) Kualitas produk.

3) Prosentase berat dari masing ukuran agregat.

4) Prosentase berat dari filler.

5) Prosentase berat dari aspal.

6) Prosentase berat filler.

7) Prosentase berat Additive (jika diperlukan).

c. Penyiapan job mix formula yang telah dibuat oleh Quality control.

Design mix formula/DMF (formula campuran rancangan) harus diupayakan paling tidak 30 (tiga puluh) hari sebelum dimulainya pekerjaan sesuai jadwal, harus sudah diserahkan kepada direksi pekerjaan secara tertulis, yang mencakup :

1) Ukuran nominal maksimum partikel.

2) Sumber-sumber agregat.

3) Prosentase setiap fraksi agregat yang akan digunakan, pada penampung dingin dan penampung panas.

4) Gradasi agregat gabungan yang memenuhi gradasi yang di isyaratkan.

5) Kadar aspal total dan efektif terhadap berat total campuran.

6) Temperatur pencampuran.

Segera setelah formula campuran rancangan (DMF) disetujui oleh direksi pekerjaan, penyedia jasa harus melakukan penghamparan percobaan paling sedikit 50 ton. Contoh campuran harus dibawa ke laboratorium dan digunakan untuk membuat benda uji Marshall maupun untuk pemadatan membal (refusal).

Apabila percobaan tersebut gagal memenuhi spesifikasi maka perlu dilakukan penyesuaian dan percobaan harus diulang kembali. 12 (dua belas) benda uji Marshall harus dibuat dari campuran yang digunakan dalam penghamparan percobaan dan diambil dari mesin pencampur aspal panas atau dari muatan truk di lokasi mesin pencampur aspal panas dalam kotak yang terbungkus rapi untuk selanjutnya dibawa ke laboratorium. Dari ke 12 benda uji jika sudah memenuhi persyaratan, maka selanjutnya digunakan sebagai rujukan kepadatan campuran aspal panas. Percobaan campuran di lokasi mesin

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 36 dari 67 pencampur aspal panas dan percobaan pelaksanaan yang sudah memenuhi persyaratan disetujui sebagai job mix formula.

Segera setelah pelaksana produksi menerima job mix formula dari tim Quality control, diarsipkan di dalam file sesuai masing-masing pemesan. Penyimpanan dalam harus dimasukkan didalam map yang sudah tertentu nomor dan pengkodean sesuai peraturan perusahaan yang berlaku. Rumusan campuran kerja tersebut harus menunjukkan hal-hal sebagai berikut :

1) Nilai pasti persentase berat agregat yang lolos pada setiap saringan yang telah ditetapkan.

2) Nilai pasti kadar aspal dalam campuran.

3) Nilai pasti suhu pada saat campuran keluar dari pusat pencampur.

4) Nilai pasti suhu pada saat campuran tiba di lapangan.

Dari hasil penelitian di laboratorium akan didapat kombinasi dari masing-masing ukuran agregat, yang diwujudkan dalam nilai prosen. Kombinasi dari masing-masing ukuran ini didapat dengan beberapa cara, diantaranya adalah :

1) Cara trial and error (coba-coba salah).

2) Cara grafis.

Seperti contoh dalam tabel 3 dengan cara coba-coba salah didapat kombinasi untuk mendekatkan dengan hasil Job mix formula didapat prosentase seperti berikut ini :

 agregat kasar 28%.

 agregat sedanga 43%.

 agregat halus 25%.

 filler 4%.

Job mix formula ini merupakan kumpulan dari susunan komposisi agregat kasar, agregat halus, filler, aspal, dan Additive (jika ada), yang harus dapat diwujudkan dalam nilai ton atau kg, untuk 1 ton hot mix. Sehingga untuk untuk nilai tonase sesuai pesanan dapat dihitung kebutuhan masing-masing komponen-komponen hot mix tersebut, dengan ditambahkan faktor tambahan.

Faktor tambahan ini sesuai pengalaman dari masing-masing perusahaan.

Setelah pelaksana produksi membuat dan memperkirakan kebutuhan volume untuk masing-masing perusahaan pemesan, hasil tersebut diserahkan operator dan bagian pemesanan bahan dari perusahaan, demikian juga sebagai lampiran surat laporan kepada atasan langsung.

Sebagai ilustrasi di sini disajikan contoh job mix formula.

Tabel 3. Contoh hasil job mix formula

saringan Job mix formula

% lewat

Spesifikasi

2 ½'' - -

1 ½'' - -

1'' 100 100

¾ '' 94.12 90 – 100

½ '' 82.2 65 – 90

'' 68.4 60 – 80

# 4 53.2 35 – 67

# 8 40.80 20 – 50

# 16 34.40 15 – 40

# 30 26.7 10 – 30

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 37 dari 67

% lewat

# 50 17.89 3 – 20

# 100 8.50 2 - 10

# 200 4.39 2 - 5

Tabel 4. LAPORAN HARIAN PELAKSANA PRODUKSI ASPAL PANAS

ASPAL JENIS SUMBER KENDARAAN PENGANGKUT

TANGGAL

PENERIMAAN JUMLAH

Agregat

2 ½'' 1 ½'' 1'' ¾ '' ½ '' '' # 4 # 8 # 16 # 30 # 50 # 100 # 200

Agregat

kasar 100 79 36.4 10.3 2.3 1.1 0.4 0.3 0.2 0.2 0.1

Agregat

sedang 100 84.8 55.5 31.9 19.7 13.3 8.0 4.5 3.0

Agregat

halus 100 98.2 91.3 87.0 67.7 42.9 12.9 2.1

Filler 100 93.2 83.7 70.3

Kombina si gradasi

Kasar 28%

Sedang 43%

Halus 25%

Filler 4%

100 91.9 82.2 68.4 53,1 40.9 34.3 26.7 20.3 10.0 4.7

Job mix formula 100 94.12 82.2 68.4 53.2 40.8 34.4 26.7 17.89 8.50 4.39

4.2.3 Sumber daya produksi

a. Sumber daya produksi yang dibutuhkan dalam memproduksi sesuai dengan permintaan produksi.

Pelaksana akan menguraikan sumber daya produksi yang dibutuhkan dengan dasar jenis permintaan dari perusahaan pemesan, job mix formula, dan spesifikasi teknik. Uraian sumber daya produksi yang dibutuhkan dalam memproduksi jenis dan kualitas produksi sesuai dengan permintaan produksi, meliputi :

1) Matrix kebutuhan bahan terhadap jadwal waktu yang diperlukan.

2) Matrix kebutuhan alat terhadap jadwal waktu yang diperlukan.

3) Matrix kebutuhan genset terhadap jadwal waktu yang diperlukan.

4) Matrix kebutuhan tenaga terhadap jadwal waktu yang diperlukan.

b. Identifikasi kebutuhan sumber daya sesuai dengan permintaan produksi.

Jenis kebutuhan sumberdaya untuk konsumsi pelaksana produksi adalah : a) Bahan untuk produksi, termasuk agregat, aspal, filler, bahan bakar minyak,

Additive.

b) Peralatan, termasuk dump truck , wheel loader.

c) Genset (mesin pembangkit listrik).

d) Pemeliharaan periodik mesin pencampur aspal.

e) Mekanik mesin dan listrik.

f) Tenaga operator.

g) Tenaga pembantu operator.

h) Pekerja.

Untuk kebutuhan bahan seperti yang diuraikan pada bab 4.2.2 c) kecuali bahan bakar minyak dan Additive. Kebutuhan bahan bakar minyak dapat dilihat pada

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 38 dari 67 buku petunjuk mesin pencampur aspal, karena setiap merk dan negeri pembuatnya mesin pencampur aspal panas akan berbeda-beda kebutuhan bahan bakar minyaknya. Untuk Additive harus sesuai dengan buku petunjuk dari pabrik Additive yang bersangkutan.

Kebutuhan peralatan harus disesuaikan dengan kapasitas alat-alat, volume produksi per satuan waktu, waktu siklus, kondisi jalan untuk transportasi termasuk kondisi lalu lintas, sedemikian sehingga salah satu jenis alat dari komposisi alat-alat tidak ada yang mengalami idle (tidak beroperasi).

Keberadaan genset merupakan peralatan pendukung jika sudah ada utilitas tenaga listrik dari PLN sudah ada. Tetapi tetap harus disediakan untuk kesiapan operasional produksi.

Pemeliharaan periodik, disini termasuk penyiapan suku cadang yang dapat diperkirakan dengan mengacu pada buku panduan dari pabrik yang bersangkutan; karena ada suku cadang yang harus diganti dan dipersiapkan suku cadangnya sesuai dengan jumlah jam kerja operasionalnya. Pemeliharaan merupakan kegiatan yang sangat penting untuk keberlanjutan operasional mesin terkait.

Kebutuhan sumber daya manusia tergantung jumlah kegiatan per satuan waktu, atau dapat dikatakan tergantung jumlah pesanan. Sehingga perlu ada tenaga yang tetap, dan untuk melayani pesanan campuran aspal panas yang banyak, bagian-bagian pekerjaan tertentu dapat dikerjasamakan dengan pihak lain yang kompeten untuk menanganinya. Bagian-bagian pekerjaan tertentu yang dimaksud disini misalnya perbaikan bagian-bagian mesin tertentu, dan sebagainya.

c. Koordinasi dengan pihak terkait untuk menyiapkan sumber daya yang dibutuhkan.

Langkah-langkah yang diperlukan untuk mengoordinir dengan pihak terkait untuk menyiapkan sumber daya yang dibutuhkan, meliputi :

1) Membuat rincian semua item/bagian dari sumber daya yang dibutuhkan.

2) Membuat ringkasan secara matrix antara sumber daya yang dibutuhkan terhadap jadwal waktu yang diperlukan.

3) Membuat jadwal kebutuhan sumber daya yang dibutuhkan.

4) Membuat surat undangan rapat koordinasi kepada pihak terkait yang sudah ditentukan agenda dan waktunya. Dalam notulen rapat ini harus sudah ditentukan :

a) Kegiatan yang harus dilaksanakan untuk masing-masing peserta.

b) Nama personal atau institusi yang bertanggung jawab.

c) Tanggal mulai kegiatan.

d) Tanggal selesai kegiatan.

e) Penyiapan sumber daya dari masing-masing personal atau institusi yang bertanggung jawab.

5) Membuat check list untuk kontrol secara periodik.

6) Kontrol secrara periodik langsung di tempat untuk meyakinkan kondisi yang sebenarnya terjadi.

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 39 dari 67 7) Menyerahkan check list kepada perorangan/institusi terkait untuk dapat diisi

secara periodik.

8) Memberikan alternative penyelesaian atau memutuskan apa yang harus dikerjakan.

9) Memplotkan hasil yang aktual pada grafik/diagram rencana.

10) Melaporkan hasil yang aktual kepada atasan langsung secara periodik.

Semua kontrol dibuat secara periodik agar jika terjadi kelainan dari rencana, dapat segera diputuskan cara penyelesaiannya. Untuk hasil produksi minimal setiap hari, atau jika ada kejadian yang sangat significant.

4.3 Kesiapan sumber daya produksi

4.3.1 Personil kelompok kerja produksi

a. Posisi personil kelompok kerja produksi.

Pelaksana produksi campuran aspal panas panas harus memerinci kebutuhan semua jenis sumber daya dengan dasar volume, seperti yang sudah diuraikan diatas di dalam butir 4.2.3. Perincian tersebut adalah untuk semua institusi pemesan dan jadwal penyelesaiannya. Dengan dasar itu pelaksana produksi menata personil yang diperlukan untuk operasional. Pelaksana produksi harus menentukan posisi personil, jika perlu dengan dibuat perputaran atau rotasi diantara personil, berdasakan :

1) Keahlian yang dimiliki.

2) Kemampuan masing-masing personil.

3) Etos kerja.

4) Volume pekerjaan atau jumlah pesanan atau permintaan produksi.

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar mendapatkan kualitas produksi yang sesuai permintaan, dan penyelesaian sesuai waktu yang diperlukan. Dalam kondisi kegiatan mesin pencampur aspal panas harus slow down (diperlambat), posisi personil dapat diadakan perubahan atau ditata ulang. Pelaksana produksi harus mempunyai catatan rekaman semua personil, sehingga dapat membuat personil pada bidang tertentu untuk dikategorikan sebagai grade atau kualitas tertentu.

b. Identifikasi kesesuaian personil.

Setiap personil yang direncanakan untuk menangani bagian-bagian pekerjaan tertentu, harus yang sudah bersertifikat. Pelaksana produksi aspal panas harus mengompail sertifikat keahlian dari semua personil di lingkungan mesin pencampur aspal. Dengan demikian setiap menghadapi pesanan dengan volume yang besar dapat segera menata komposisi personil sesuai dengan keahliannya. Selain itu untuk menata personil juga masih harus memperhitungkan tingkat kemampuan dari personil pada bidang keahlian yang sama.

c. Penentuan kesiapan personil.

Setelah pelaksana produksi menerima surat pesanan dari semua institusi pemesan, pelaksana produksi segera menyiapkan kebutuhan bahan, alat, tenaga, dan membuat jadwal waktu. Mengambil arsip sertifikat keahlian, dan

Judul Modul: Penyiapan Produksi Campuran Aspal Panas

Buku Informasi Edisi: 2-2012 Halaman: 40 dari 67 memplotkan personil terkait, kedalam bagian pekerjaan sesuai keahliannya.

Dari hasil ini dibuat matrix antara nama personil terhadap bagian pekerjaannya dan juga ditentukan pula jadwalnya. Kemudian perlu dibuat absen harian yang harus ditanda tangani 3 kali, waktu masuk, istirahat siang dan waktu pulang.

Untuk meyakinkan kesiapan personil perlu ada rapat koordinasi yang harus ditentukan tanggal, jam, dan agendanya. Perlu dibuat notulen rapat, sehingga tertera kesanggupan, kemampuan, dan kesiapan dari masing-masing personil.

Untuk meyakinkan kesiapan personil perlu ada rapat koordinasi yang harus ditentukan tanggal, jam, dan agendanya. Perlu dibuat notulen rapat, sehingga tertera kesanggupan, kemampuan, dan kesiapan dari masing-masing personil.

Dokumen terkait