• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

3. F AKTOR - FAKTOR YANG M EMPENGARUHI I NFLASI Sumber penyebab paling signifikan

3.2. F UNDAMENTAL / I NTI

Laju inflasi inti Jawa Barat menurun dari 3,90% menjadi 3,58% pada periode laporan. Penurunan tersebut didukung oleh faktor eksternal.

Interaksi Permintaan dan Penawaran

Kapasitas produksi terpakai pada bulan ini belum memberikan tekanan inflasi yang cukup berarti walaupun permintaan industri meningkat. Kapasitas produksi terpakai sektor usaha di Jawa Barat mengalami peningkatan dari 67,74% menjadi 68,01% (Grafik 2.17). Peningkatan kapasitas terpakai terutama berasal dari industri peternakan, alat angkutan, mesin dan perlengkapannya serta pertambangan di Jawa Barat.

Tabel 2.12. Kapasitas Produksi Terpakai (%) KETERANGAN

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

Pertanian, Perkebunan, Peternakan,

Kehutanan dan Perikanan 63.65 72.96 65.17 74.89 68.29 68.48 70.22 73.23 75.20 69.65 68.06 68.53 1. Tanaman Pangan 60.83 69.90 62.33 71.55 64.90 64.68 67.23 71.00 74.88 68.07 68.16 65.42 2. Tanaman Perkebunan 50.00 100.00 83.33 75.00 83.33 83.33 70.00 70.00 80.00 58.00 50.00 48.33 3. Peternakan dan hasil-hasilnya 73.75 69.00 75.00 80.00 58.75 60.00 78.33 70.00 70.00 70.00 58.75 86.25 4. Kehutanan

5. Perikanan 80.83 84.38 66.43 90.00 82.22 79.44 82.22 83.00 77.50 79.00 82.00 81.25 Pertambangan 68.75 80.00 65.00 67.50 61.67 70.00 90.00 60.00 58.33 63.75 63.33 75.00 Industri Pengolahan 65.87 67.32 69.06 72.02 65.90 69.94 68.72 67.61 66.32 69.33 66.63 68.06 1. Makanan, minuman dan tembakau 57.56 62.06 69.21 69.10 64.43 67.95 68.88 68.96 70.56 66.71 62.74 62.52 2. Tekstil, barang kulit dan alas kaki 77.52 74.71 71.36 72.67 63.28 73.24 75.74 67.57 65.55 72.19 67.78 72.75 3. Barang kayu dan hasil hutan lainnya 45.00 58.13 53.75 72.00 69.50 66.43 47.00 53.67 51.50 57.50 65.00 51.82 4. Kertas dan barang cetakan 30.00 10.00 75.00 85.00 73.33 25.00 42.50 60.00 70.00 67.50 78.33 85.00 5. Kimia dan barang dari karet 70.00 70.00 85.00 72.50 72.50 90.00 82.50 75.00 70.00 77.50 75.00 75.00 6. Semen dan barang galian bukan loga, 57.67 58.33 67.50 76.25 89.00 68.33 71.67 70.00 66.67 75.00 68.33 73.75 7. Logam dasar, besi dan baja 100.00

8. Alat angkutan, mesin dan peralatannya 60.00 68.63 67.50 80.00 54.00 58.40 60.00 83.33 81.67 63.75 65.67 80.00 9. Barang lainnya 82.00 70.33 73.57 70.56 68.57 72.50 67.50 72.86 66.88 76.67 67.50 71.88 Listrik, Gas dan Air Bersih 57.34 77.74 73.50 75.08 73.33 70.40 56.86 67.50 71.08 74.85 76.24 62.65

Total Seluruh Sektor 64.50 70.43 67.61 73.14 67.12 69.50 68.65 69.31 69.39 69.65 67.74 68.01

2011 2012

2010

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha - KPw BI Wilayah VI Ekspektasi Inflasi

Masyarakat Jawa Barat mengekspektasikan adanya kenaikan harga pada 3 hingga 6 bulan ke depan. Hal ini tercermin dari hasil survei Bank Indonesia terhadap konsumen di wilayah Jawa Barat (Bandung, Cirebon, dan Tasikmalaya) yang menunjukkan membaiknya kenaikan indeks hasil survei atas

Grafik 2.17. Kapasitas Terpakai Industri Pengolahan

ekspektasi konsumen (Survei Konsumen) yang cenderung meningkat pada akhir periode laporan (Grafik 2.20 dan 2.21).

Grafik 2.18. Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa 3 Bulan Ke Depan

Sumber: SK KPw BI Wilayah Jawa Barat

Keterangan: SK = Ekspektasi konsumen terhadap harga pada bulan tsb, menurut SK 3 bulan sebelumnya

Grafik 2.19. Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa 6 Bulan Ke Depan

Sumber: SK KPw BI Wilayah Jawa Barat

Keterangan: SK = Ekspektasi konsumen terhadap harga pada bulan tsb, menurut SK 6 bulan sebelumnya

Eksternal

Tekanan sisi eksternal turut menyumbangkan penurunan laju inflasi Jawa Barat pada periode laporan. Harga emas di pasar internasional turun dari USD1.745,69 troy/ons menjadi 1.685,84 troy/ons (Grafik 2.22). Selain itu, nilai tukar rupiah masih mengalami depresiasi pada periode laporan menjadi rata-rata Rp9.670/USD (Grafik 2.23). Begitu pula harga minyak bumi yang lebih rendah dibandingkan dengan kuartal III-2012 yaitu dari USD 94,66/barrel menjadi USD 88,15/barrel.

Grafik 2.20. Perkembangan Harga Emas dan Minyak Dunia di Pasar Internasional

Sumber: Bloomberg

Grafik 2.22. Perkembangan Kurs Rupiah

BOKS 3

UPAYA PENGENDALIAN INFLASI PADA AKHIR TAHUN 2012

1. Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi (FKPI) Jawa Barat melakukan pertemuan tim teknis pada tanggal 29 Oktober 2012 untuk menyikapi tingginya tekanan inflasi di Jawa Barat khususnya Kota Bandung. Lebih tingginya inflasi Jawa Barat dibandingkan dengan Nasional terutama terjadi pada beberapa bulan, yakni Januari, Juli dan Agustus 2012 pada komoditas daging ayam ras, telur ayam ras, dan beras.

Dalam pertemuan tersebut telah dirumuskan rekomendasi upaya pengendalian inflasi, yakni sebagai berikut :

 Meningkatkan pengawasan terhadap penyaluran raskin kepada masyarakat

 Melakukan operasi pasar beras dengan menggunakan cadangan beras Bulog sebesar 10.000 ton  Menyelenggarakan pasar murah dengan pembiayaan APBD Provinsi dan CSR dari pasar modern

dan Pemerintah Kota Bandung.

 Meningkatkan komunikasi dan koordinasi dengan TPID di 7 kota khususnya di kota-kota konsumen seperti Bekasi, Depok, dan Bogor.

 Mengantisipasi kenaikan tarif dasar listrik pada industri.

2. Selain itu, FKPI Jawa Barat melakukan pertemuan tingkat tinggi serta koordinasi wilayah Jawa Barat yang juga dihadiri oleh pejabat FKPI 7 kota pada tanggal 6 November 2012 untuk menyikapi tingginya tekanan inflasi di Jawa Barat khususnya Kota Bandung. Dalam pertemuan tersebut disepakati hal-hal sebagai berikut :

 Meningkatkan intensitas komunikasi FKPI antar kota

 Menghimbau kota-kota produsen di sekitar 7 kota untuk memperlancar distribusi seperti sistem resi gudang (yg telah dibangun) bisa digunakan dan untuk menyerap beras-beras yg ada di kota-kota produsen sekitarnya.

 Melakukan Operasi Pasar Beras untuk dua bulan terakhir serta menyelenggarakan pasar lelang komoditas beras pada tanggal 20 November.

masing-masing walikota dan bupati di masing-masing kota agar dapat disebarkan ke para pedagang dan masyarakat umum serta diseminasi melalui media massa untuk mengarahkan ekspektasi inflasi.

 Membatasi perkembangan properti yang merupakan penyumbang inflasi terbesar di Jawa Barat.  Menyampaikan papan informasi harga elektronik (running text) guna menunjukkan benchmark

harga komoditas di wilayah masing-masing.

 TPID Bekasi akan mempertemukan APINDO dan Serikat Pekerja dalam satu forum informal agar tercapai suatu kesepakatan, serta mengeluarkan dana hibah untuk membantu menurunkan inflasi dua bulan kedepan.

3. FKPI Jawa Barat bersama dengan FKPI Kota Tasikmalaya dan Cirebon menyelenggarakan diskusi terbatas dengan BPS provinsi serta 7 kota pada tanggal 8-10 November 2012 di Kuningan. Dalam pertemuan dimaksud, dipaparkan perkembangan inflasi di masing-masing kota serta diidentifikasi komoditas-komoditas penyumbang inflasi. Pada akhir pertemuan tersebut dilakukan perumusan upaya pengendalian inflasi di masing-masing kota sebagai langkah aksi di akhir tahun.

4. Dalam rangka meningkatkan monitoring harga di Jawa Barat, maka FKPI Jawa Barat menyelenggarakan diskusi terbatas dengan BPS Jawa Barat tanggal 23 November 2012. Dalam pertemuan tersebut diperoleh informasi bahwa tekanan harga bulan November relatif minimal dan Jawa Barat diperkirakan mengalami deflasi. Beberapa potensi tekanan inflasi pada bulan Desember 2012 diantaranya adalah kenaikan harga beras, cabe merah, bawang merah, dan sayur-sayuran. 5. Bersama dengan TPID DKI Jakarta dan Banten, telah diselenggarakan rapat koordinasi wilayah TPID

Jakarta – Jabar – Banten pada tanggal 21 November 2012 di Kota Bogor. Adapun, hasil pertemuan dimaksud adalah sebagai berikut :

 Memperkuat koordinasi antara Pemerintah baik di pusat dan daerah bersama dengan Bank Indonesia dalam mendukung stabilisasi harga pangan. Dalam kaitan ini, TPID dapat lebih berperan untuk meningkatkan koordinasi dan memfasilitasi kerjasama yang lebih erat antar daerah yang selama ini telah dilakukan oleh Badan Kerjasama Pembangunan (BKSP). Dalam pelaksanaanya, kerjasama antar daerah tersebut dilakukan dengan memperkuat peran Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ataupun melalui Kamar Dagang Indonesia Daerah (Kadinda).  Terkait dengan pengembangan Sistem Resi Gudang (SRG) perlu mendorong peran koperasi dan

peningkatan kesiapan daerah untuk dapat mengimplementasikan SRG secara optimal.

 Mengoptimalkan sistem informasi perdagangan antar daerah untuk mendukung berbagai program kerjasama perdagangan antar daerah. Selain itu, pengembangan pusat distribusi pangan perlu mempertimbangkan kesiapan multi moda transportasi dan partisipasi aktif pelaku usaha.

 Mengawal berbagai kesepakatan terkait langkah-langkah yang diperlukan untuk mendorong kerjasama perdagangan antar daerah, termasuk merumuskan berbagai kendala yang perlu diselesaikan baik di tingkat pusat maupun daerah.

BAB 3.PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BAB 3

PERKEMBANGAN

PERBANKAN DAERAH DAN

Dokumen terkait