• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNDANG-UNDANG JASA KONSTRUKSI, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA, DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN

1.

Lingkup pengaturan undang-undang jasa konstruksi meliputi : Usaha jasa konstruksi; Pengikatan pekerjaan konstruksi; Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi; Kegagalan bangunan; Peran masyarakat; Pembinaan; Penyelesaian sengketa; Sanksi; Ketentuan peralihan; dan Ketentuan penutup;

2.

Pengaturan jasa konstruksi bertujuan untuk : Memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi untuk mewujudkan struktur usaha yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas; Mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang menjamin kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa dalam hak dan kewajiban, serta meningkatkan kepatuhan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; Mewujudkan peningkatan peran masyarakat di bidang jasa konstruksi.

3.

Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan serta pengawasan yang mencakup pekerjaan :  Arsitektural;

 Sipil;  Mekanikal;  Elektrikal; dan  Tata lingkungan.

4. Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi meliputi beberapa yakni dimulai dari tahap perencanaan yang meliputi : prastudi kelayakan, studi kelayakan, perencanaan umum, dan perencanan teknik dan selanjutnya diikuti dengan tahap pelaksanaan beserta pengawasannya yang meliputi : pelaksanaan fisik, pengawasan, uji coba, dan penyerahan bangunan. Masing-masing tahap penyelenggaraan pekerjaan konstruksi tersebut dilaksanakan melalui kegiatan penyiapan, pengerjaan, dan pengakhiran. 5. Penyedia jasa wajib mengganti atau memperbaiki kegagalan pekerjaan konstruksi

yang disebabkan kesalahan penyedia jasa atas biaya sendiri.

6. Sesuai ketentuan Pasal 1 uu no.18/1999, kegagalan bangunan adalah keadaan bangunan yang setelah diserahterimakan oleh penyedia jasa kepada pengguna jasa, menjadi tidak berfungsi baik secara keseluruhan maupun sebagian dan/atau tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak kerja konstruksi atau

pemanfaatannya yang menyimpang sebagai akibat kesalahan penyedia jasa dan/atau pengguna jasa,

7. Jangka waktu pertanggungjawaban atas kegagalan bangunan ditentukan sesuai dengan umur konstruksi yang direncanakan dengan paling lama 10 tahun sejak penyerahan akhir pekerjaan konstruksi.

8. Pertanggungjawaban atas kegagalan bangunan untuk perencana konstruksi mengikuti kaidah teknik perencanaan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Selama masa tanggungan atas kegagalan bangunan di bawah 10 (sepuluh) tahun berlaku ketentuan sanksi profesi dan ganti rugi;

b. Untuk kegagalan bangunan lewat dari masa tanggungan dikenakan sanksi profesi.

9. Standar klasifikasi dan kualifikasi keterampilan kerja dan keahlian kerja adalah pengakuan tingkat keterampilan kerja dan keahlian kerja di bidang jasa konstruksi ataupun yang bekerja orang perseorangan. Pengakuan tersebut diperoleh melalui ujian yang dilakukan oleh badan/lembaga yang ditugasi untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut. Proses untuk mendapatkan pengakuan tersebut dilakukan melalui kegiatan registrasi yang meliputi : klasifikasi, kualifikasi, dan sertifikasi. Dengan demikian hanya orang perseorangan yang memiliki sertifikat tersebut yang diizinkan untuk bekerja di bidang usaha jasa konstruksi. Standardisasi klasifikasi dan kualifikasi keterampilan dan keahlian kerja bertujuan untuk terwujudnya standar produktivitas kerja dan mutu hasil kerja dengan memperhatikan standar imbal jasa, serta kode etik profesi untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya tanggung jawab profesional. 10. Dalam usaha menghindarkan serta memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan

atau panyakit akibat kerja, maka para pekerja perlu dilengkapi dengan pakaian kerja serta perlengkapan yang sesuai dengan persyaratan dan peralatan yang berlaku.Perlengkapan keselamatan kerja yang wajib dipakai dalam lokasi kerja meliputi jenis alat perlindung diri (APD), dan masalah-masalah berkaitan dengan APD. 11. Standar prosedur kerja mencakup:

a. Pencegahan terhadap kebakaran dan alat pemadam kebakaran b. Alat pemanas (heating appliances)

c. Bahan-bahan yang mudah terbakar d. Cairan yang mudah terbakar e. Inspeksi dan pengawasan f. Perlengkapan peringatan

g. Perlindungan terhadap benda-benda jatuh dan bagian bangunan yang roboh.

h. Perlindungan agar orang tidak jatuh/terali pengaman dan pinggir pengaman.

i. Lantai terbuka, lubang pada lantai j. Lubang pada dinding

k. Tempat-tempat kerja yang tinggi

l. Pencegahan terhadap bahaya jatuh ke dalam air. m. Kebisingan dan getaran (vibrasi).

n. Penghindaran terhadap orang yang tidak berwenang. o. Struktur bangunan dan peralatan konstruksi bangunan. p. Pemeriksaan dan pengujian pemeliharaan

q. Pertolongan pertama pada kecelakaan (pppk) r. Kesiapan menangani keadaan darurat s. Kesiapan menangani keadaan darurat t. Pengawasan

u. Pemantauan

v. Pencatatan data dan pelaporan

11. Dalam rangka mencegah terjadinya kecelakaan kerja maka dalam daerah kerja harus dipasang tanda peringatan dan papan informasi seperti: bendera atau tanda bahaya pada batas ”daerah yang berbahaya/dilarang masuk”; papan pengumuman mengenai keharusan memakai topi pengaman bagi semua orang yang masuk daerah kerja konstruksi; papan pengumuman “utamakan keselamatan”; “hati-hati keluar masuk kendaraan proyek”; “dilarang merokok” dan “awas mudah terbakar”; papan petunjuk mengenai lokasi pintu darurat, pemadam api, alarm tanda bahaya dan kebakaran, tempat berkumpul serta rute dan cara evakuasi; papan informasi mengenai nomor telepon dan alamat dinas pemadam kebakaran terdekat; papan “dilarang masuk kecuali petugas” pada lokasi-lokasi yang hanya boleh dimasuki petugas yang berhak; dan papan pengumuman “hati-hati ada pekerjaan konstruksi” pada lokasi pekerjaan konstruksi;

12. Konstruksi pendukung pada pekerjaan jembatan meliputi: perancah dan tangga sementara, dan jembatan sementara.

13. Pemantauan lingkungan yang merupakan bagian dari pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu dalam melakukan pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup, sehingga pelestarian potensi sumber daya alam dapat tetap dipertahankan, dan pencemaran atau kerusakan lingkungan dapat dicegah.

Dampak ini timbul karena pengoperasian alat-alat berat untuk pekerjaan konstruksi seperti saat pembersihan dan pematangan lahan pekerjaan tanah, pengangkutan tanah dan material bangunan, pekerjaan pondasi khususnya tiang pancang, pekerjaan badan jalan dan perkerasan jalan, serta pekerjaan struktur bangunan.

Indikator dampak yang timbul dapat mengacu pada ketentuan baku mutu udara atau adanya tanggapan dan keluhan masyarakat akan timbulnya dampak tersebut.

14. Upaya penanganan dampak dapat dilakukan langsung pada sumber dampak itu sendiri atau pengelolaan terhadap lingkungan yang terkena dampak.

LAMPIRAN 1: DAFTAR SIMAK PENERAPAN KESELAMATAN DAN

Dokumen terkait