• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pasal dalam Undang-Undang Narkoba yang Diterapkan/Dikenakan Kepolisian Resor Magelang terhadap Tersangka

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pasal dalam Undang-Undang Narkoba yang Diterapkan/Dikenakan Kepolisian Resor Magelang terhadap Tersangka

Pada sub bab ini akan dikemukakan hasil penelitian: (1) tentang pasal-pasal dalam undang-undang yang diterapkan atau digunakan oleh Kepolisian Resor Magelang dalam kaitannya dengan kasus narkoba yang ditanganinya atau yang disidiknya; dan (2)

Ancaman pidana terhadap pelanggaran pasal-pasal undang-undang yang

digunakan/diterapkan oleh Kepolisian Resor Magelang. Hasil penelitian dirangkum dalam sebuah tabel.

1. Pasal-Pasal dalam Undang-Undang yang Digunakan Kepolisian

Pasal-pasal yang digunakan oleh Kepolisian maksudnya adalah pasal-pasal dalam undang-undang yang dianggap dilanggar oleh orang yang menjadi tersangka dalam kasus narkoba. Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.31 Perlu dicatat bahwa tersangka belum tentu pelaku tindak pidana atau setidak-tidaknya belum dapat disalahkan atas tindak pidana yang dilakukannya. Untuk itu diperlukan pembuktian melalui proses hukum berikutnya (penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan) untuk membuktikan apakah dugaan kepolisian itu benar atau tidak. Apabila benar maka si tersangka akan dijatuhi pidana dan apabila tidak terbukti bersalah, maka tersangka harus dibebaskan dari hukuman. Tabel berikut ini akan menggambarkan pasal-pasal yang digunakan kepolisian untuk menjerat si tersangka dalam kasus narkoba.

Tabel Pasal UU Yang Digunakan Penyidik Terhadap Kasus Narkoba Kategori Pelaku Pasal Yg Disangkakan Tahun 2009

32 tersangka Tahun 2010 33 tersangka Tahun 2011 24 tersankga Tahun 2012, 8 tersangka hingga Maret 2012 Menanam, memelihara, mempunyai dlm persediaan, memiliki, menyimpan, menguasai narkotika gol. 1.

Pasal 78 (1) a UU No.22/1997 ttg

Narkotika 4

Memiliki, menyimpan dan/atau

membawa psikotropika Pasal 62 UU No. 5/1997 Ttg Psikotropika 16 3 3 Menyalurkan psikotropika Pasal 60 ayat (2) UU No. 5/1997

ttg Psikotropika 9 Mengedarkan sediaan farmasi

berupa dan atau alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan penandaan dan iformasi.

Pasal 82 ayat (1) Huruf D UU RI No. 23/1992 Tentang Kesehatan 2 Menggunakan, memproduksi

dan/atau menggunakan, mengedarkan, menyimpan, memiliki, membawa.

Pasal 59 ayat (1) huruf e UU No. 5/1997 ttg Psikotropika 1

menyediakan narkotika gol. 1 n 2 pasal: 111/132) Menawarkan utk dijual, menjual,

membeli, menerima, menjadi perantara dlm jual beli, menukar atau menyerahkan narkotika gol. 1

Pasal 114 UU No. 35/2009 ttg

Narkotika 3 3

Percobaan atau pemufakatan jahat utk melakukan tindak pidana narkotika

Pasal 132 UU No. 35/2009 ttg Narkotika

1 Menyelenggarakan kegiatan atau

proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan dalam keadaan yang tidak memenuhi persyaratan sanitasi, menggunakan bahan yang dilarang sbg bahan tambahan pangan, mengedarkan pangang yang dilarang, memperdagangkan pangan yg tidak memenuhi standar mutu yg diwajibkan

Pasal 55 UU No. 7/1996 ttg

Pangan 1 1

Memiliki, menyimpan, menguasai/ menyediakan narkotika gol. 1 bukan tanaman

Pasal 112 UU No. 35/2009 ttg

Narkotika 6 12 8

Melakukan praktek kefarmasian Pasal 198 UU No. 36/2009 ttg

Kesehatan 1

Menjual, menawarkan, menyerahkan atau membagi-bagikan barang yang diketahuinya membahayakan nyawa atau kesehatan

Pasal 204 KUHP 1 1

(dikenakan 2 pasal: 204/300) Menjual atau memberikan

minuman yang memabukan, membikin mabuh seorang anak yang belum berumur 16 th, memaksa orang minum minuman memabukan

Pasal 300 KUHP 1

Sumber: Data Ungkap Kasus TP Narkoba Kepolisian Republik Indonesia Daerah Jawa Tengah Resor Magelang

Berdasarkan kepada tabel di atas dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut:

Pertama, yang diterapkan adalah Pasal 78 (1) a UU No. 22/1997 Tentang Narkotika. Apabila dilihat dari kasus yang terjadi, tersangka yang diancam dengan pasal ini adalah sebanyak 4 orang, yaitu untuk kasus yang terjadi pada tahun 2009, sedangkan untuk kasus yang terjadi pada tahun 2010, 2011, dan 2012, tidak menggunakan UU No. 22 Tahun 1997. Penggunaan UU No. 22 Tahun 1997 bisa dipahami, karena pada saat itu UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika belum berlaku.

Kedua, yang disangkakan adalah Pasal 62 UU No. 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Jika dilihat dari kasus yang terjadi, Pasal 62 diterapkan untuk 16 kasus yang terjadi pada tahun 2009, 3 kasus untuk tahun 2010, 3 kasus untuk tahun 2011, dan untuk kasus tahun 2012 kosong atau tidak ada sama sekali.

Ketiga, yang disangkakan adalah Pasal 60 ayat (2) UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Jika dilihat dari kasus berdasarkan tahun, maka Pasal 60 ayat (2) hanya diterapkan untuk kasus yang terjadi pada tahun 2009, yaitu sebanyak 9 tersangka.

Keempat, ada 2 tersangka pada tahun 2009, yang diancam dengan Pasal 82 ayat (1) huruf D UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan. Perbuatannya adalah “mengedarkan sediaan farmasi berupa dan atau alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan penandaan dan informasi”.

Kelima, 1 orang pada tahun 2009, diancam dengan Pasal 59 ayat (1) huruf e UU No. 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika.

Keenam, sebanyak 17 kasus pada tahun 2010 dan 5 kasus untuk tahun 2011 dikenakan atau diancam tersangkanya dengan Pasal 111 UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Ketujuh, sebanyak 3 kasus pada tahun 2010 dan 3 kasus pada tahun 2011 dijadikan tersangka pelaku penyalahgunaan narkoba, yaitu diancam dengan Pasal 114 UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Kedelapan, ada 1 kasus pada tahun 2010 yang diancam dengan Pasal 132 UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Kesembilan, ada 1 kasus untuk tahun 2010 dan 1 kasus untuk tahun 2011 yang diancam dengan pasal 55 UU No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan. Perbuatannya dikategorikan: “Menyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan dalam keadaan yang tidak memenuhi persyaratan sanitasi, menggunakan bahan yang dilarang sbg bahan tambahan pangan, mengedarkan pangang yang dilarang, memperdagangkan pangan yg tidak memenuhi standar mutu yg diwajibkan”.

Kesepuluh, pasal yang diancamkan untuk pelaku narkoba adalah Pasal 112 UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Untuk tahun 2010 sebanyak 6 orang dijadikan tersangka melanggar pasal ini, 12 orang untuk tahun 2011, dan 8 orang untuk tahun 2012. Kesebelas, sebanyak 1 orang pada tahun 2010, diancam dengan pasal 198 UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Keduabelas, 1 orang pada tahun 2010, dan 1 orang pada tahun 2011, diancam dengan Pasal 204 KUHP.

Ketigabelas, 1 orang pada tahun 2011 diancam dengan Pasal 300 KUHP.

Hal yang penting untuk dijadikan perhatian adalah banyak undang-undang yang diterapkan oleh Kepolisian Resor Magelang untuk menjerat para pelaku/tersangka dalam kasus narkoba, diantaranya: UU Narkotika No. 22 Tahun 1997, UU Psikotropika No. 5 Tahun 1997, UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992, UU Pangan No. 7 Tahun 1996, KUHP, dan UU Narkotika No. 35 Tahun 2009.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan pembahasan dan analisa pada Bab IV, penulis menyimpulkan beberapa hal, yaitu:

Pertama, dalam menentukan kategori perbuatan pada umumnya penyelidik/penyidik sudah sejak awal mengarahkan seseorang yang melakukan penyalahgunaan narkoba sebagai tersangka pelaku tindak pidana. Konsekuensi dari sikap yang demikian itu dapat dibaca bahwa setiap orang yang melakukan penyalahgunaan narkoba sudah pasti akan dijatuhi pidana. Padahal dan tidaklah mustahil para penyalahgunaan narkoba diantaranya ada yang bisa dianggap sebagai korban dan ada yang benar-benar bisa dianggap sebagai pelaku tindak pidana. Oleh karena itu tidaklah tepat seorang korban diperlakukan sama sebagai seorang pelaku kejahatan atau tindak pidana. Mengapa hal ini perlu dibedakan? Karena perbedaan ini akan memberi konsekuensi yang berbeda pula dalam penerapan hukumnya. Seseorang yang dikatakan bersalah akan dikenakan/dijatuhi pidana dan seorang korban akan direhabilitasi. Apalagi undang-undang narkotika menganut asas: “pengayoman; kemanusiaan; dan perlindungan”.

Kedua, ada 95 kasus narkoba yang ditangani Kepolisian Resor Magelang sejak tahun

2009 hingga bulan Maret 2012. Jika dilihat pertahunnya rata-rata kasus narkoba di wilayah hukum kepolisian Resor Magelang terjadi sekitar 29 – 30 kasus per-tahun. Dengan angka ini dapat dikatakan tidak ada kecenderungan naiknya angka penyalahgunaan narkoba di Kepolisian Resor Magelang. Walaupun demikian kita harus tetap hati-hati dan waspada agar angka sedikit itu tidak terjadi peningkatan dan kapan perlu dikurangi.

penyalahgunaan narkoba, tidak satu pun pasal dalam undang-undang yang mengatur, bagaimana orang yang dapat disebut sebagai korban dari penyalahgunaan narkoba itu diarahkan untuk mendapatkan rehabilasi. Undang-Undang lebih cenderung untuk menjadi seseorang penyalahgunaan narkoba menjadi tersangka/terdakwa/terpidana.

B. Saran

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, penulis ingin menyampaikan saran:

Pertama, perlu ada aturan yang jelas dalam suatu undang-undang tentang Narkoba yang

mengatur bahwa orang yang menjadi korban penyalahgunaan sejak awal penyidikan dapat ditetapkan sebagai orang yang berhak mendapatkan rehabiltasi bukan orang yang didudukan sebagai tersangka.

Kedua, hendaknya penyelidik/penyidik betul-betul secara sungguh-sungguh melakukan identifikasi terhadap kasus narkoba yang ditanganinya. Sehingga dengan demikian sejak awal penyidikan sudah dapat ditentukan mana orang penyalahgunaan narkoba yang dapat dijadikan tersangka dan mana yang berhak mendapatkan rerhabilatasi.

Daftar Pustaka

Republika, Senin, 14 Mei 2012

Sumber: rethacuaemlive.blogspot.com, 2009, Artikel: Jumlah Pengguna Narkoba di

Indonesia, di unduh dari http://dunia-narkoba.blogspot.com/2009/03/jumlah-pengguna-narkoba-diindonesia.html

Disampaikan dalam acara Studiun General Fak. Hukum UMM, Februari 2012. Hadiman, 1999. Narkoba: Menguak Misteri Maraknya Narkoba di Indonesia, Primer Koperasi Mitra Usaha SBIMMAS POLRI:Jakarta.

Sudikno Mertokusumo. 1991. Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Liberty Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, diakses tgl. 10 Juni 2012.

Hari Sasangka, 2003. Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana Untuk Mahasiswa

dan Praktisi serta Penyuluh Masalah Narkoba, Bandung: Mandar Maju, hal. 4.

Sumber : www.bnn.go.id, diakses, 5 September 2012.

UU No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

Dokumen terkait