• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : PENGATURAN BUY BACK SAHAM PERSEROAN

B. Pengaturan Mengenai Buy Back Saham Pada

1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

24

Lihat pasal 1 ayat 11 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 25

Habib Adjie, Penggabungan, Peleburan Dan Pengambilalihan Dalam Perseroan Terbatas, (Bandung: Penerbit Mandar Maju, 2003), hal. 16

b. Akuisisi asset

Akuisisi asset adalah akuisisi dengan cara membeli asset dari perusahaan yang diakuisisi. Akuisisi asset ini hanya melakukan pembelian terhadap asset perusahaan yang berupa aktiva atau pasiva perusahaan yang akan diakuisisi yang merupakan harta kekayaan perusahaan sehingga pada akhirnya asset-aset tertentu dari perusahaan menjadi milik perusahaan yang mengakuisisi, dan asset tersebut berada dibawah penguasaan perusahaan yang mengakuisisi, sehingga perusahaan mempunyai akses pada perusahaan yang diakuisisinya

Ada banyak hal lagi yang dapat dijabarkan berkaitan dengan buy back, pengambilalihan dan juga proses go private perseroan. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk membahas masalah buy back sebagai bentuk pengambilalihan perseroan terbuka dan go private perusahaan. Karena mengingat konektifitas antara buy back jika dilakukan pada sebuah perseroan terbuka dan akibat yang akan ditimbulkan jika hal itu terjadi juga mengenai pengambilalihan persero itu sendiri. Apalagi jika mengingat beberapa bulan yang lalu ketika krisis finansial itu mulai terdengar, buy back merupakan hal yang sangat baru untuk dibahas karena adanya perubahan-perubahan regulasi yang dilakukan oleh pemerintah.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaturan buy back saham perseroan terbatas?

2. Bagaimanakah pengaturan go private bagi perseroan terbatas terbuka?

3. Bagaimanakah konsekuensi yuridis dari buy back saham perseroan dan proses

go private suatu perseroan terbuka?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian yang terdapat pada rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaturan buy back saham perseroan terbatas.

2. Mengetahui pengaturan go private bagi perseroan terbatas terbuka.

3. Mengetahui konsekuensi yuridis dari buy back saham perseroan dengan proses go private suatu perseroan terbuka.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang dilakukan ini dibedakan ke dalam dua sudut pandang yaitu:

1. Manfaat teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa: a. Memberikan sumbangan pemikiran pada ilmu pengetahuan hukum,

khususnya dalam ilmu hukum bisnis, lebih khusus lagi dalam ilmu hukum perseroan yang membahah tentang pengalihan saham dan pembelian kembali saham (buy back).

b. Memberikan tambahan wawasan pemikiran kepada kalangan yang berminat pada hukum bisnis, khususnya bagi pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan dunia usaha atau perseroan.

2. Manfaat Praktis

Adapun yang menjadi manfaat praktis dari penelitian ini antara lain:

a. Kepada masyarakat atau pihak-pihak yang bersinggungan dengan dunia usaha atau hukum perusahaan mengetahui bagaimana proses pengambilalihan suatu perseroan.

b. Kepada masyarakat khususnya investor atau pihak-pihak yang ingin melakukan pembelian kembali atas saham-saham perseroan agar benar-benar mengetahui proses pembelian kembali (buy back), mengingat terjadi perubahan-perubahan mekanisme terhadap pembelian kembali saham perseroan sejak terjadinya krisis finansial global yang juga membawa pengaruh terhadap dunia perbankan dan dunia usaha di Indonesia.

c. Kepada para pemegang saham dan perseroan yang ingin melakukan buy

back terhadap saham perseroan mereka agar benar-benar memperhatikan

pengaruh buy back terhadap perseroan mereka.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelitian kepustakaan yang dilakukan penulis, diketahui bahwa belum ada penelitian yang membahas tentang “Analisis Hukum Terhadap Pembelian Kembali Saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private Perusahaan”, meskipun mungkin di dalam bentuk makalah, kertas kerja pada seminar-seminar, semiloka, diskusi panel sudah pernah dilakukan penelitian atau pembahasan. Maka untuk itu, penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan penulis keasliannya, dan sesuai dengan asas-asas keilmuan yaitu jujur, rasional, obyektif dan terbuka atas masukan serta saran-saran yang membangun sehubungan dengan pendekatan dan perumusan masalah.

F. Kerangka Teori Dan Konsep 1. Kerangka Teori

Salah satu bentuk badan hukum yang sering dikenal adalah Perseroan Terbatas atau PT. Perseroan terbatas menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, seperti yang terdapat pada pasal 1 ayat 1 adalah:

“Badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar

yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang serta peraturan pelaksananya”

Dari batasan yang diberika tersebut diatas ada lima hal pokok yang dapat dikemukakan disini, antara lain26:

a. Perseroan terbatas merupakan suatu badan hukum b. Didirikan berdasarkan suatu perjanjian.

c. Menjalankan suatu usaha tertentu

d. Memiliki modal yang terbagi dalam saham-saham e. Memenuhi persyaratan undang-undang

Sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, bahwa perjanjian sebagai proses awal berdirinya suatu perseroan terbatas harus dibuat dihadapan notaris (pejabat berwenang), dengan ketentuan bahwa setiap pendiri perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat perseroan tersebut didirikan.

Perseroan terbatas yang ada di Indonesia dapat dibedakan dalam 2 bentuk yaitu:

1. Perseroan terbatas tertutup

Yang dimaksud dengan perseroan terbatas tertutup adalah suatu perseroan terbatas yang saham-sahamnya masih dipegang oleh beberapa orang/perusahaan saja, sehingga jual beli sahamnya dilakukan dengan cara-cara yang ditentukan dan diatur oleh anggaran dasar perseroan, yang pada

26

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 7

umumnya diserahkan kepada kebijaksanaan pemegang saham yang bersangkutan27.

2. Perseroan terbatas terbuka

Suatu perseroan terbatas yang modal dan sahamnya telah memenuhi syarat-syarat tertentu, dimana saham-sahamnya dipegang oleh banyak orang atau banyak perusahaan, yang penawaran sahamnya dilakukan kepada publik/masyarakat sehingga jual beli sahamnya dilakukan melalui pasar modal28.

Ilmu hukum mengenal dua macam subjek hukum yaitu subjek hukum pribadi (orang perorangan) dan subjek hukum berupa badan hukum. Terhadap masing-masing subjek hukum tersebut berlaku ketentuan hukum yang berbeda satu dengan yang lainnya, meskipun dalam hal-hal tertentu terhadap keduanya dapat diterapkan suatu aturan yang berlaku umum. Salah satu cirri khas yang membedakan subjek hukum pribadi dengan subjek hukum berupa badan hukum adalah saat lahirnya subjek hukum tersebut, yang pada akhirnya akan menentukan saat lahirnya hak-hak dan kewajiban bagi masing-masing subjek hukum tersebut. Pada subjek pribadi, status subjek hukum dianggap telah ada bahkan pada saat pribadi orang perseorangan tersebut berada dalam kandungan29. Sedangkan pada badan hukum, keberadaan status badan hukumnya baru diperoleh setelah ia memperoleh pengesahan pejabat yang

27

Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002), hal. 51 28

Ibid 29

berwenang, yang memberikan hak-hak, kewajiban dan harta kekayaan sendiri bagi badan hukum tersebut, terlepas dari hak-hak, kewajiban dan harta kekayaan para pendiri, pemegang saham maupun pengurusnya.

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tidak satupun pasal yang menyatakan bahwa perseroan adalah badan hukum, tetapi dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas secara tegas dinyatakan bahwa perseroan adalah badan hukum30. Ini berarti perseroan tersebut memenuhi syarat keilmuan sebagai pendukung kewajiban dan hak, antara lain memiliki harta kekayaan sendiri terpisah dari harta kekayaan pendiri atau pengurusnya.

Sebagai badan hukum, perseroan memenuhi unsur-unsur badan hukum seperti yang telah ditentukan dalam UUPT, unsur-unsur tersebut adalah:

a. Organisasi yang teratur

Organisasi yang teratur ini dapat kita lihat dari adanya organ perseroan yang terdiri atas rapat umum pemegang saham, direksi dan komisaris31. Keteraturan organisasi perseroan dapat diketahui melalui ketentuan UUPT, anggaran dasar perseroan, keputusan rapat umum pemegang saham, keputusan dewan direksi, keputusan dewan komisaris dan peraturan-peraturan perseroan lainnya yang dapat dikeluarkan sewaktu-waktu.

30

Lihat pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas 31

b. Harta kekayaan sendiri

Harta kekayaan sendiri ini berupa modal dasar yang terdiri atas seluruh nilai nominal saham.

c. Melakukan hubungan hukum sendiri

Sebagai badan hukum, perseroan melakukan sendiri hubungan hukum dengan pihak ketiga yang diwakili oleh pengurus yang disebut dengan direksi dan komisaris. Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Dalam melaksanakan kegiatannya tersebut, direksi berada dalam pengawasan dewan komisaris, yang dalam hal-hal tertentu membantu direksi dalam menjalankan tugasnya tersebut.

d. Mempunyai tujuan sendiri

Tujuan tersebut ditentukan dalam anggaran dasar perseroan. Karena perseroan menjalankan perusahaan maka tujuan utama perusahaan adalah memperoleh keuntungan atau laba

Dalam usaha untuk menjalankan perusahaan dan mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya bagi perusahaan, maka direksi melakukan usaha-usaha yang dapat mendorong tercapainya tujuan perusahaan antara lain menjual sahamnya kepada masyarakat (dalam usaha go public), melakukan penggabungan, pemisahan, pengambilalihan, melakukan pembelian kembali saham atau bahkan mengubah status perseroan yang semula perseroan terbuka menjadi perseroan tertutup jika memang hal

ini memungkinkan karena sudah cukup mapannya kondisi permodalan perseroan. Direksi sebagai pengemban asas duty of loyality dan duty of care harus melakukan segala sesuatu yang terbaik bagi perseroan. Adanya doktrin bussines judgement rule dan good corporate governance membuat direksi bisa lebih leluasa dalam melakukan aksi-aksi korporasi guna kemajuan perusahaan32.

Seperti yang dikemukakan diatas bahwa ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan sebuah perseroan salah satunya adalah dengan melakukan penjualan saham perseroan dan hal ini diatur dalam undang-undang. Pasal 55 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 mewajibkan setiap anggaran dasar perseroan memuat ketentuan mengenai tata cara pemindahan hak atas saham yang wajib disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Undang-Undang menentukan bahwa setiap pemindahan hak saham atas nama dilakukan dengan akta pemindahan hak dan pemindahan hak saham atas atas tunjuk cukup dilakukan dengan penyerahan surat saham tersebut. Ketentuan ini pada dasarnya merupakan pengulangan dari aturan mengenai peralihan kebendaan tak bertubuh atas nama maupun atas tunjuk, sebagaimana diatur dalam pasal 612 KUHPerdata

Tidak ada satupun aturan umum mengenai formalitas dan bentuk akta pemindahan hak yang diperlukan bagi pemindahan hak atas saham atas nama, hanya saja akta pemindahan hak tersebut atau salinannya harus disampaikan secara tertulis

32

Tanggung Jawab Pengurus Perseroan, dikutip dari : http:// www.irmadevita.com2007/06280 tanggung-jawab-pengurus-perseroan, diakses pada tanggal 3 Maret 2009

kepada perseroan, untuk dicatat tanggal dan hari pemindahan hak tersebut dalam Daftar Pemegang Saham atau Daftar Khusus yang disediakan untuk itu.

Undang-undang memberikan keleluasaan kepada para pihak baik pendiri atau pemegang saham untuk mengatur anggaran dasar perseroan tentang ketentuan-ketentuan pembatasan pemindahan hak atas saham yaitu berupa33:

1. Keharusan menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham dengan klsifikasi tertentu atau pemegang saham lainnya;

2. Keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari organ perseroan; dan/atau

3. Keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam hal hak-hak istimewa tersebut diberikan maka setiap pelaksanaan dan pengecualian terhadap ketentuan tersebut hanya dapat dilakukan berdasarkan katentuan yang diberikan dalam pasal 5834 dan pasal 59 UUPT35 ini. UUPT juga

33

Buy Back Saham Boleh Tanpa Persetujuan RUPS, dikutip dari : http://kompas.com/read/xml/2008/1//09/2090620/buy.back.saham.boleh.tanpa .persetujuan.rups,html, diakses pada tanggal 4 Maret 2008.

34

Pasal 58 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas berbunyi:

1. Dalam hal anggaran dasar mengharuskan pemegang saham penjual menawarkan terlebih dahulu sahamnya kepada pemegang saham klasifikasi tertentu atau pemegang saham lain, dan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal penawaran dilakukan ternyata pemegang saham tersebut tidak membeli, pemegang saham penjual dapat menawarkan dan menjual sahamnya kepada pihak ketiga.

2. Setiap pemegang saham penjual yang diharuskan menawarkan sahamnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhak menarik kembali penawaran tersebut, setelah lewatnya jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

3. Kewajiban menawarkan kepada pemegang saham klasifikasi tertentu atau pemegang saham lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berlaku 1 (satu) kali.

memungkinkan perseroan terbatas untuk membeli kembali saham perseroan. Hak untuk membeli kembali ini hanya diperkenankan dalam hal kedaan yang memaksa dimana perseroan berkewajiban/diwajibkan untuk membeli kembali sahamnya atas permintaan pemegang saham yang merasa dirugikan atas tindakan perseroan terhadap perubahan anggaran dasar yang bersifat sangat pokok, atas pengalihan atau penjaminan sebagian besar atau seluruh harta kekayaan perseroan, serta dalam hal terjadinya penggabungan, peleburan atau pengambilalihan perseroan.

Ketentuan ini pun ternyata dibatasi hingga sampai pada kepemilikan sebanyak-banyaknya hingga mencapai jumlah sepuluh persen dari jumlah saham yang dikeluarkan oleh perseroan, dengan ketentuan bahwa pembelian tersebut harus dibayar dari laba bersih perseroan selama hal tersebut tidak akan menyebabkan kekayaan bersih perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah dengan cadangan yang diwajibkan oleh UUPT.

Setiap pembelian saham oleh perseroan yang baik secara langsung maupun tidak langsung terjadi bukan sebagai akibat keadaan yang memaksa seperti tersebut diatas, harus dianggap batal demi hukum dan seluruh pembayaran yang telah diterima

35

Pasal 59 Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas berbunyi:

1. Pemberian persetujuan pemindahan hak atas saham yang memerlukan persetujuan Organ Perseroan atau penolakannya harus diberikan secara tertulis dalam jangka wamtu paling lama 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal Organ perseroan menerima permintaan persetujuan pemindahan hak tersebut.

2. Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Organ Perseroan tidak memberikan pernyataan tertulis, Organ Perseroan dianggap menyetujui pemindahan hak atas saham tersebut.

3. Dalam hal pemindahan hak atas saham disetujui oleh Organ Perseroan, pemindahan hak harus dilakukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 56 dan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan diberikan.

oleh pemegang saham dari perseroanharus dikembalikan. Jika terjadi kerugian yang diderita oleh pemegang saham sebagai akibat kebatalan tersebut maka direksi perseroan bertanggung jawab sepenuhnya atas akibat hukum dari kebatalan tersebut, kecuali dapat membuktikan dan melakukan pembelaan sesuai pasal 97 ayat 5 UUPT36.

Memungkinkannya perseroan terbatas untuk memiliki sahamnya sendiri berarti memberikan keleluasaan kepada direksi perseroan selaku yang berhak dan berwenang untuk bertindak atas nama perseroan, untuk bertindak seluas-luasnya tanpa dapat dikontrol. Dengan terwujudnya kepemilikan saham sendiri oleh perseroan, berarti suara mayoritas jika diadakan RUPS di perseroan telah dikuasai oleh direksi perseroan lewat kepemilikan saham perseroan itu sendiri. Sehingga praktis organ rapat umum pemegang saham dalam perseroan tidak dapat berfungsi dengan baik, yang pada akhirnya akan merugikan pemegang saham minoritas.

Selanjutnya pada UUPT yang lama yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 dan UUPT yang sedang berlaku sekarang yaitu Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 sebagai perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham secara

36

Pasal 97 ayat 5 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas berbunyi:

“Anggota direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat 3 apabila dapat membuktikan:

a. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya

b. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan

c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan

d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.”

keseluruhan, maka pembelian saham kembali saham tersebut dan pengalihan lebih lanjut hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Keputusan RUPS tersebut hanya sah jika memenuhi kourum kehadiran dan ketentuan tentang persyaratan pengambilan keputusan RUPS37.

Selain dengan cara melakukan merger,take over dan akuisisi, usaha lain yang juga dapat dilakukan oleh direksi dalam usaha memajukan atau mengembangkan keuntungan perseroan adalah mengubah sebuah perseroan yang semula perseroan terbuka menjadi sebuah perseroan tertutup. Sekilas pasti akan berpikir bahwa langkah ini merupakan pertanda kemunduran dari perseroan. Padahal ada banyak keuntungan yang didapat jika sebuah perseroan memiliki status sebagai perusahaan tertutup38. Antara lain perseroan tidak perlu melakukan tindakan yang harus didasari oleh harga saham, mendapat pajak yang lebih kecil karena menggunakan perhitungan akuntansi yang konservatif dan yang terpenting adalah penguasaan kendali atas perseroan bagi pihak yang khawatir akan kehilangan kekuasaannya apabila kepemilikan saham mayoritas berada di tangan publik. Masih ada beberapa keuntungan lain yang didapat apabila sebuah perseroan tetap pada

37

Pasal 125 ayat 4 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 berbunyi:

“Pengambilalihan yang dilakukan oleh badan hukum berbentuk perseroan, direksi sebelum melakukan perbuatan hukum pengambilalihan harus berdasarkan keputusan RUPS yang memenuhi kuorum kehadiran dan ketentuan tentang persyaratan pengambilan keputusan RUPS sebagaimana dalam pasal 89”

38

Pengambilalihan Saham Menurut Undang-Undang, dikutip dari : http://www.rechttheory.blogspot.com/2008/11/pengambilalihan-saham-menurut-uu..html, diakses pada tanggal 5 Maret 2009

statusnya sebagai perseroan tertutup, walaupun tentu saja tetap memiliki kelemahan-kelemahan39.

Pada akhirnya memang sudah merupakan kewajiban dan tugas dari Direksi untuk melakukan tindakan-tindakan yang dapat memajukan perseroan,baik bagi keuntungan pemegang saham, keuntungan perseroan, direksi dan bahkan untuk kebaikan keryawan perseroan tersebut. Dalam usaha melakukan mendapatkan kemajuan tersebut, buy back dan go private pada kondisi tertentu merupakan salah satu solusi terbaik. Jika hal ini dilakukan dengan itikad baik maka direksi dapat dikatakan sudah menjalankan kewajibannya terlepas apakah kemudian upaya buy

back atau go private tersebut berjalan lancar sesuai prediksi direksi atau tidak. Hal ini

terkait dengan teori Perseroan Terbatas sebagai entitas hukum yang memiliki legal

personality, yang bermaksud bahwa perseroan memiliki tujuan sendiri dan memiliki

organ perseroan yang wajib melakukan usaha yang terbaik demi kepentingan perseroan. Teori lain yang juga terkait adealah teori corporate opportunity,40 teori ini merupakan suatu teori yang mengajarkan bayhwa seorang direktur, komisaris atau pegawai perseroan lainnya ataupun pemegang saham utama tidak diperkenankan mengambil kesempatan untuk mencari keuntungan pribadi manakala tindakan yang

39

Gunawan Widjaja dan Wulandari Risnamanitis, Go Public Dan Go Private Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 34

40

Munir Fuady, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law Dan Eksistensinya Dalam Hukum Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002), hal.224

dilakukannya tersebut sebenarnya merupakan perbuatan yang semestinya dilakukan oleh perseroan dalam menjalankan bisnisnya itu41.

2. Konsep

Konseptual adalah merupakan definisi dari operasional dari berbagai istilah yang dipergunakan dalam tulisan ini. Sebagaimana dikemukakan M. Solly Lubis bahwa kerangka konsep adalah merupakan konstruksi konsep secara internal pada pembaca yang mendapat stimulasi dan dorongan konseptual dari bacaan dan tinjauan pustaka.42. Kerangka konseptual ini dibuat untuk menghindari pemahaman dan penafsiran yang keliru dan memberikan arah dalam penelitian ini, maka dirasa perlu untuk memberikan batasan judul penelitian yaitu sebagai berikut

Pembelian kembali saham atau buy back adalah pembelian kembali saham-saham yang telah diterbitkan suatu perseroan dan dimiliki perseroan untuk jangka waktu tertentu, maksimum selama 3 tahun. Pada dasarnya buyback saham merupakan bentuk tanggung jawab dari perseroan yang dilakukan oleh perseroan dengan tujuan untuk memberikan perlindungan atas modal dan kekayaan perseroan.43.

Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham perseroan yang mengakibatkan beralihnya kepemilikan saham tersebut

41 Ibid 42

M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu Dan Penelitian, (Bandung: Mandar Maju, 1994), hal. 80 43

Munir Fuady, Hukum Perusahaan dalam Paradigma Hukum Bisnis, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002), hal. 40

Perseroan terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang serta pelaksanaannya.44

Perseroan terbuka adalah perseroan publik atau perseroan yang melakukan penawaran umum saham, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.45

Go private adalah perusahaan yang sahamnya semula dimiliki oleh publik

atau perusahaan terbuka, berubah kembali menjadi perusahaan tertutup yang dimiliki oleh segelintir pemegang saham saja.46

G. Metode Penelitian

Metode penelitian digunakan dalam suatu penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah adalah penalaran yang mengikuti suatu alur berpikir atau logika yang tertentu dan yang menggabungkan metode induksi (empiris), karena penelitian ilmiah selalu menuntut pengujian dan pembuktian empiris yang disusun secara deduktif47. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif. Metode penelitian hukum normatif disebut juga sebagai penelitian doktrinal yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis di dalam buku maupun hukum

44

Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 45

Pasal 1 ayat 7 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 46

Gunawan Widjaja dan Wulandari Risnamanitis D, Go Public Dan Go Private Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 32

47

Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad Ke 20, (Bandung,: Rineka Cipta, 1994), hal. 105

yang diputus oleh hakim melalui proses pengadilan48. Penelitian hukum normatif

Dokumen terkait