• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hukum Terhadap Pembelian Kembali Saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private Perusahaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Hukum Terhadap Pembelian Kembali Saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private Perusahaan"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUKUM TERHADAP PEMBELIAN KEMBALI

SAHAM SEBAGAI BENTUK PENGAMBILALIHAN

PERSEROAN TERBUKA DAN

GO PRIVATE PERUSAHAAN

TESIS

FITRI WAHYUNI 0770050097/HK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS HUKUM TERHADAP PEMBELIAN KEMBALI SAHAM SEBAGAI BENTUK PENGAMBILALIHAN PERSEROAN TERBUKA

DAN GO PRIVATE PERUSAHAAN

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora

dalam Program Studi Ilmu Hukum pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

FITRI WAHYUNI 077005097/HK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS HUKUM TERHADAP PEMBELIAN KEMBALI SAHAM SEBAGAI

BENTUK PENGAMBILALIHAN

PERSEROAN TERBUKA DAN GO PRIVATE PERUSAHAAN

Nama Mahasiswa : Fitri Wahyuni

Nomor Pokok : 077005097

Program Studi : Ilmu Hukum

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait SH, MLI) K e t u a

(Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum) (Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum) A n g g o t a A n g g o t a

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 26 Agustus 2009

____________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua

: Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait SH, MLI

Anggota

: 1. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum

2. Dr. Mahmul Siregar SH, M.Hum

3. Prof. Dr. Tan Kamelo, Sh, MS

(5)

ABSTRAK

Buyback atau pembelian kembali saham adalah pembelian kembali

saham-saham yang telah diterbitkan oleh suatu perusahaan dan dimiliki oleh perseroan untuk jangka waktu tertentu yaitu maksimum selama 3 tahun. Buyback merupakan bentuk tanggung jawab dari perseroan yang dilakukan oleh perseroan dengan tujuan untuk memberikan perlindungan atas modal dan kekayaan perseroan. Go private sendiri berarti perubahan status sebuah perseroan yang semula merupakan perseroan tercatat atau perseroan terbuka menjadi perseroan tertutup. Buyback dan go private adalah sebuah aksi korporasi yang kerap dilakukan oleh perseroan untuk meningkatkan kondisi perseroan atau bahkan untuk menyelamatkan perseroan dari hal terburuk.

Berangkat dari latar belakang tersebut, penelitian ini berusahaa untuk memaparkan beberapa pertanyaan seperti bagaimanakah pengaturan mengenai

buyback saham perseroan terbatas di Indonesia, bagaimanakah pengaturan mengenai go private bagi perseroan terbatas terbuka dan bagaimana konsekuensi yuridis dari buyback saham perseroan dan proses go private suatu perseroan terbuka.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif. Metode penelitian hukum normatif disebut juga sebagai penelitian doktrinal yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis di dalam buku maupun hukum yang diputus oleh hakim melalui proses pengadilan. Sumber penelitian yang digunakan berupa sumber hukum primer, sekunder dan tersier dan teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara studi kepustakaan. Pengaturan mengenai buyback terdapat didalam Undang-Undang No. 40

Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Bapepam No.XI.B.2 Tanggal 14 Agustus 1998 Tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik dan Peraturan Bapepam No.XI.B.3 Tanggal 9 Oktober 2008 Tentang Pembelian Kembali Saham Emiten Atau Perusahaan Publik Dalam Kondisi Pasar Yang Berpotensi Krisis. Sedangkan pengaturan mengenai go private terdapat pada Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Bapepam Tentang Benturan Kepentingan, Peraturan Bapepam Tentang Penawaran Tender, Surat Bapepam No.2432/PM/2005 Perihal Rencana Go Private PT. Komatsu Indonesia Tbk dan Peraturan Bursa Efek Jakarta No. 1-1 Tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) Dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham Di Bursa. Buyback dan go private menjadi berkaitan karena buyback dapat menyebabkan sebuah perseroan menjadi tidak lagi memenuhi persyaratan untuk menjadi perusahaan tercatat apabila buyback dilakukan secara berlebihan. Apabila buyback dilakukan hingga akhirnya mengakibatkan jumlah pemegang saham dibawah 300 orang maka perseroan tersebut tidak lagi memenuhi persyaratan dan dapat berakibat terjadinya

delisting terhadap perseroan tersebut.

Kata kunci : Pembelian Kembali Saham, Pengambilalihan Perseroan Terbuka, Go

(6)

ABSTRACT

Buy back or to buy back the shares issued by a company and owned by the share holders for a maximum period of 3 (three) years is a form of responsibility of a company and done by a company to protect the capital an property of the company it self. Go private means that a company changes its status from a registered company or open company into closed company. Buy back and go private are the action of corporation which are practiced by a company to improve the condition of the company or even to save the company from the worst.

The purpose of this normative legal or doctrinal study is to look at how the buyback of the share owned by the limited liability company in Indonesia is regulated to find out how the go private for an open limited liability company is regulated, and to analyze the juridical consequences resulted from the buyback oh the shares owned by the limited liability company and the process of the go private for an open limited liability company.

The data for this study were primary, secondary and tertiary legal materials in the form of written laws and the decisions decided by the judges in the court of law obtained through library research.

The regulation on buyback is stated in Law No. 40/2007 on Limited Liability Company, the Regulation of Bapepam No. XI.B.2 dated August 14, 1998 on Buyback of Shares Issued by Emiter or Public Company and the Regulation of Bapepam No. XI.B.3 dated October 9,2008 on Buyback of Shares Issued by Emiter or Public Company in Critical Market Condition. The regulation on go private is stated in Law No.40/2007 on Limited Liability Company, The Regulation of Bapepam on Conflict of Interest, The Regulation of Bapepam on Bid Offer, The Letter of Bapepam No. 2432/PM/2005 on The Go Private Plan Of PT.Komatsu Indonesia Tbk and The Regulation of Jakarta Stock Exchanges No.1-1 on Delisting and Relisting Shares in Stock Exchanges. Buyback and go private are related to wach other because buyback can make a company illegitimate to be alistid company if the buyback is too much done. If the buyback done causes the number of the share holders to be less than 300 persons, the company becomes illegitimate and can be delisted

(7)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis memanjatkan puji syukur kepada ALLAH SWT atas

segala karunia-Nya, rahmat dan hidayah-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan

dengan baik dan te[at pada waktunya.

Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk mencapai gelar

Magister Humaniora pada Program Studi Ilmu Hukum, Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Adapun judul tesis ini adalah :”Analisis Hukum Terhadap Pembelian

Kembali Saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go

Private Perusahaan”

Di dalam menyelesaikan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan baik

berupa pengajaran, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Perkenankanlah

penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam

penyelesaian studi ini, yaitu kepada:

1. Prof. Chairuddin P. Lubis DTM&H, Sp.A(K) selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Ibu Prof. Dr. Ir. T.

Chairun Nisa B, M.Sc, atas kesempatan yang diberikan untuk menjadi

mahasiswi Program Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution SH, MH sebagai Ketua Program Studi

Magister Ilmu Hukum atas ilmu dan bimbingan yang telah diberikan selama

masa perkuliahan.

4. Ibu Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait SH, MLI sebagai Ketua Komisi

Pembimbing penulis yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing

penulis dalam penulisan tesis ini serta dorongan dan masukan yang

(8)

5. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum sebagai Anggota Komisi

Pembimbing yang telah memberikan pengarahan, dorongan dan bimbingan

kepada penulis.

6. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum sebagai Anggota Komisi

Pembimbing yang telah memberikan pengarahan, dorongan, bimbingan dan

saran kepada penulis.

7. Kedua orang tua yang penulis sayangi Drs. H. Hasbi Budiman M.Si dan Hj.

Rahmawati yang telah mendidik dengan penuh kasih sayang, menanamkan

budi pekerti dan mengajarkan kebaikan.

8. Saudaraku, Kakak, Abang dan Adik atas dorongan semangatnya kepada

penulis

9. Teman-teman di Sekolah Pascasarjana dan teman lain yang tidak mungkin

disebutkan satu persatu

Semoga Allah SWT membalas jasa, amal dan budi baik tersebut dengan

pahala dan kebaikan yang berlipat ganda.

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat dan

menyampaikan permintaa maaf yang tulus jika seandainya dalam penulisan ini

terdapat kekurangan dan kekeliruan, penulis juga menerima kritik dan saran yang

bertujuan serta bersifat membangun untuk menyempurnakan penulisan tesis ini.

Medan, Agustus 2009

Penulis,

(9)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Fitri Wahyuni

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 23 Juni 1985

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : - Sekolah Dasar Negeri 060818, Medan

(Lulus Tahun 1997)

- Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

Negeri 3, Medan (Lulus Tahun 2000)

- Sekolah Menengah Umum Negeri 10,

Medan (Lulus Tahun 2003)

- Universitas Islam Sumatera Utara

(Lulus Tahun 2007)

- Program Studi Magister Ilmu Hukum

Sekolah Pascasarjana Universitas

(10)

DAFTAR ISI

BAB II : PENGATURAN BUY BACK SAHAM PERSEROAN TERBATAS ……….. 33

B. Pengaturan Mengenai Buy Back Saham Pada Perseroan Terbatas ……… 56

1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas ………. 57

(11)

Yang Dikeluarkan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik Dalam Kondisi Pasar Yang Berpotensi

Krisis ………... 64

C. Ketentuan Pembelian Kembali Dan Penjualan Kembali Di Bursa Efek ……….. 69

D. Alasan Perseroan Terbatas Melakukan Buy Back Saham………. 74

BAB III : PENGATURAN MENGENAI GO PRIVATE BAGI PERSEROAN TERBUKA DI INDONESIA ……… 81

A. Pengaturan Go Private Perseroan Terbatas Terbuka ……… 81

1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas ……… 84

2. Peraturan Bapepam Tentang Benturan Kepentingan … 86 3. Peraturan Bapepam Tentang Penawaran Tender ……. 92

4. Surat Bapepam No.2432/PM/2005 Perihal Rencana Go Private PT. Komatsu Indonesia Tbk ……… 93

5. Peraturan Bursa Efek Jakarta No.I-I Tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) Dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham Di Bursa …… 94

B. Alasan Pelaksanaan Dan Konsekuensi Go Private Pada Perseroan Terbatas Terbuka ………. 95

1. Alasan Pelaksanaan Go Private Perseroan Terbuka .. 95

2. Konsekuensi Go Private Perseroan Terbuka………. 106

C. Mekanisme Pelaksanaan Go Private Perseroan Terbuka….. 109

BAB IV : KONSEKUENSI YURIDIS DARI BUY BACK SAHAM PERSEROAN DAN PROSES GO PRIVATE PERSEROAN TERBUKA ………. 124

A. Buy Back Sebagai Penyebab Go Private Perseroan ……… 124

(12)

DAFTAR ISTILAH

Buy back : pembelian kembali

Cash out merger : penggabungan dimana dalam arti luas dapat juga meliputi konsolidasi atau peleburan dan akuisisi atau pengambilalihan

Capital gain : keuntungan yang diperoleh investor atau perusahaan ketika menjual sahamnya dengan harga yang lebih tinggi dari harga beli direksi dan dapat memberikan suara atas kebijakan perusahaan.

Delisting : penghapusan efek dari daftar efek yang tercatat di bursa. Penghapusan ini dapat terjadi karena permohonan penghapusan pencatatan saham yang diajukan oleh perusahaan tercatat yang bersangkutan dan karena dihapus pencatatan sahamnya oleh bursa sesuai dengan peraturan bursa

Disclosure : pemberian informasi oleh emiten, baik yang bersifat positif ataupun negatif yang mungkin berpengaruh terhadap keputusan pemodal

Dividen : pembagian sebagian laba perusahaan

kepada para pemegang saham, penentuan pembagian dividen ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham

Earning per share : laba bersih periode tertentu dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Employee Stock Option Plan : rencana terorganisir untuk

(13)

Forced delisting : penghapusan pencatatan saham secara paksa oleh pihak bursa karena melanggar atau tidak memenuhi peraturan yang berlaku sesuai ketentuan Bapepam tentang penawaran saham

Go private : perubahan status sebuah perseroan yang semula perusahaan terbuka atau perusahaan tercatat menjadi perseroan tertutup

Idle : saham yang dikeluarkan oleh

perusahaan, akan tetapi tidak dimiliki oleh siapapun

Leverage : jumlah utang yang digunakan untuk membiayai atau membeli asset-asset perusahaan. Leverage juga dapat berarti penggunaan berbagai macam instrumen keuangan atau modal pinjaman untuk meningkatkan hasil potensial suatu investasi.

Negative covenants : persetujuan atau janji untuk tidak melakukan sesuatu sesuai dengan yang diperjanjikan

Preemptive right : hak yang dimiliki pemegang saham saat ini untuk membeli saham baru yang dikeluarkan perusahaan. Hak tersebut diberikan untuk menghindari terjadinya penurunan persentase kepemilikan atau dilusi

Preference stock : saham yang memberikan hak untuk mendapatkan deviden dan atau bagian harta kekayaan pada saat pembubaran perseroan lebih dulu dari saham biasa Return on equity : pengembalian atas kekayaan bersih,

yaitu hubungan laba tahunan setelah pajak terhadap ekuitas pemegang saham yang tercatat. Rasio ini digunakan sebagai ukuran efektivitas dana pemegang saham yang telah diinvestasikan

(14)

sehingga harga saham akan meningkat sesuai dengan rasio penggabungan. Umumnya hal ini dilakukan jika harga saham sudah terlalu murah.

Solvabilitas : kemampuan perusahaan untuk

membayar semua hutangnya

Tender offer : proses penawaran pembelian kembali saham publik setelah suatu pihak melakukan pengambilalihan suatu perusahaan yaitu dengan jalan membeli sejumlah persentase saham dan menyebabkan perubahan pengendalian atas perusahaan tersebut Treasury stock : saham yang dibeli kembali oleh

perseroan

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada akhir tahun 2008 yang lalu, dunia perekonomian dan perbankan

dikejutkan dengan adanya krisis finansial yang melanda Amerika Serikat yang pada

akhirnya juga melanda seluruh dunia. Berbagai perseroan yang selama ini dianggap

berdiri kokoh dan tahan terhadap guncangan perekonomian ternyata harus menyerah

kalah dalam menghadapi krisis tersebut1.

Goncangnya perekonomian Amerika Serikat benar-benar membawa pengaruh

negatif yang tidak dapat disepelekan oleh negara lain termasuk juga

negara-negara di Asia dan Indonesia tentunya. Pada dasarnya krisis yang terjadi pada

perekonomian Amerika Serikat yang tercermin dengan hancurnya pasar modal

Amerika Serikat tidak membawa pengaruh yang terlalu hebat bagi Indonesia

walaupun memang sedikit banyak membawa pengaruh yang tidak baik terhadap

dunia perekonomian dan pasar modal2.

Kehidupan pasar modal Amerika Serikat memang sangat berbeda dengan

pasar modal Indonesia. Hampir sebagian besar masyarakat Amerika Serikat dan juga

negara-negara Eropa menggantungkan hidupnya pada kegiatan pasar modal, baik

1

Program Buy Back Saham Ditangani Securitas Pelat Merah, dikutip dari:

http”//www.detikfinance.com/read/2008/10/11/172331/1018626/6/program-buy-back-ditangani-sekuritas-pelat merah.html, diakses pada tanggal 3 Maret 2009 2

(16)

secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu jika terjadi sesuatu pada

kegiatan pasar modal maka masyarakat akan langsung terpengaruh. Sedangkan di

Indonesia, kegiatan pasar modal hanya diikuti oleh segelintir orang atau kalangan

saja. Hal ini terjadi karena dunia pasar modal merupakan sebuah kegiatan yang

dianggap hanya dapat dilakukan oleh orang-orang tertentu saja yang memiliki basis

keuangan yang memadai3.

Dalam menghadapi kondisi yang tidak stabil tersebut, pasar modal tanah air

pada saat itu dapat dikatakan sedang dilanda “demam”. Demam tersebut adalah

demam buy back. Yang dimaksud dengan buy back (pada pembahasan berikutnya

pembelian kembali saham ini akan menggunakan kata “buy back” sebab

penggunaannya lebih familiar walaupun merupakan bahasa asing) adalah pembelian

kembali saham-saham yang telah diterbitkan oleh suatu perseroan dan dimiliki oleh

perseroan untuk jangka waktu tertentu, maksimum selama 3 tahun. Pada dasarnya buy

back saham merupakan bentuk tanggung jawab dari perseroan yang dilakukan oleh

perseroan dengan tujuan untuk memberikan perlindungan atas modal dan kekayaan

perseroan4. Buy back saham dapat dilakukan oleh perseroan apabila terjadi suatu

keadaan dimana terdapat sejumlah saham yang telah dikeluarkan oleh perseroan,

3

Bagi masyarakat Indonesia, kegiatan pasar modal adalah kegiatan yang sangat beresiko karena bersifat spekulatif. Keadaan bursa yang dapat aja berubah sewaktu-waktu dan dengan sifat kedinamisan yang sangat tinggi membuat masyarakat pada umumnya berfikir bahwa untuk ikut terjun kedalam pasar modal adalah hal yang akan merugikan kecuali sudah memiliki dasar pendidikan yang sangat memadai mengenai pasar modal itu sendiri. Hal inilah yang menjadi salah satu penghambat kemajuan pasar modal di Indonesia.

4

Demam Buy Back Di Indonesia, dikutip dari:

(17)

namun saham tersebut dalam status idle. Artinya tidak dimiliki atau dibeli oleh

siapapun untuk jangka waktu tertentu5. Kemudian untuk mengamankan modal dan kekayaan perseroan, maka saham tersebut akhirnya dibeli kembali oleh perseroan.

Karena apabila tidak dibeli kembali oleh perseroan, maka harus dilakukan koreksi

atau penurunan dari total nominal modal disetor dan modal ditempatkan perseroan6. Pada akhir tahun 2008 yang lalu dunia usaha Indonesia memang benar-benar

terserang demam buy back ini. Ini merupakan demam yang membuat emiten atau

perseroan publik berhasrat untuk membeli kembali sahamnya karena harganya sudah

murah. Kondisi pasar yang tengah memburuk memang membuka peluang bagi

perseroan untuk membeli kembali sahamnya. Bagaimana tidak karena pada saat itu

harga saham perseroan mereka jauh dibawah valuasi wajar. Jadi hal itu dianggap

sebagai suatu kesempatan untuk mengakumulasi lagi saham-saham yang dulu dijual

ke publik atau masyarakat, tentunya dengan harga yang lebih murah7.

Krisis finansial global yang melanda dunia membuat banyak perseroan kuat

menjadi ikut terguncang. Misalnya saham PT. Bumi Resources Tbk (BUMI) yang

sebelumnya merupakan investor darling dan menjadi penentu arah pasar, pada saat

5

Buy Back Berdasarkan Undang-Undang Perseroan Terbatas no 40 Tahun 2007, dikutip dari: http://www.irmadevita.com/2008/060240buy back-saham-berdasarkanuupt-no-402007.html, diakses pada tanggal 3 Maret 2009

6

Andy Porman Tambunan, Menilai Harga Saham Wajar, (Jakarta: PT. Elex MediaComputindo, 2008), hal. 39

7

(18)

itu dapat dibeli dibawah harga Rp. 2.200, sangat jauh bila dibandingkan dengan harga

tertingginya pada medio Juni yang berada di atas Rp. 8.8008.

Tak jauh berbeda, saham PT. Aneka Tambang Tbk kini dijual banting harga

di kisaran Rp. 1.000 bahkan sempat Rp.900. Investor juga bisa mendapatkan saham

PT. Adhi Karya Tbk dengan potongan harga 80%9. Benar bahwa koreksi pada saham-saham tersebut dipengaruhi sentiment yang berdampak pada ekspektasi

kinerja perseroan. BUMI misalnya, yang tertekan setelah harga batu bara belakangan

terus menurun. Atau PT. Adhi yang mulai dijauhi investor karena ketidakjelasan

proyek monorel10.

Namun dalam keadaan normal, faktor-faktor itu tidak akan membuat harga

saham terkoreksi hingga lebih dari 50%. Kejatuhan drastis saham-saham di Bursa

Efek Indonesia disebabkan kepanikan di luar nalar seperti halnya terjadi di bursa

global. Sebuah resiko yang tidak bisa dianalisa melalui pendekatan fundamental

maupun teknikal karena yang lebih berperan adalah faktor psikologis, pemerintah

bersama otoritas kemudian mengambil langkah-langkah yang mungkin dapat

menenangkan dan mengembalikan kepercayaan pasar11.

8

Demam Buy Back Di Indonesia, dikutip dari :

http://www.economy.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/10/16/279/154475/demam-buy-back.html, diakses pada tanggal 3 Maret 2009 9

Ibid. 10

Nasib Perusahaan Indonesia, dikutip dari :

http://www.economy.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/10/17/287/165457/nasib-perusahaan-indonesia.html, diakses pada tanggal 3 Maret 2009 11

(19)

Langkah yang diambil antara lain adalah seruan kepada emiten Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) untuk melakukan buy back. Dengan aksi ini, saham-saham

“plat merah” diharapkan bisa naik dan memancing investor untuk masuk lagi ke

pasar12. Seruan ini ditindaklanjuti oleh Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) dengan menerbitkan Peraturan Bapepam-LK No. XI. B.

3 tentang Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Emiten Atau Perseroan

Publik Dalam Kondisi Pasar Yang Berpotensi Krisis. Peraturan yang bersifat

insidentil ini memberi sejumlah kelonggaran, terutama batas pembelian kembali

saham yang dinaikkan menjadi 20% serta tidak perlu meminta persetujuan Rapat

Umum Pemegang Saham13.

Disinilah kehebohan mengenai buy back dimulai. Sebab sang regulator

menegaskan bahwa peraturan tersebut berlaku bagi semua perseroan yang tercatat di

bursa, tidak hanya emiten BUMN. Akhirnya emiten beramai-ramai mengajukan

permohonan buy back termasuk yang sebelumnya tidak punya agenda membeli

kembali sahamnya. Pembelian kembali saham atau buy back pada dasarnya adalah

aksi korporasi yang wajar. Langkah buy back dilakukan biasanya dengan

pertimbangan memberi nilai tambah bagi perseroan dan pemegang saham. Buy back

secara teknis membuat laba per saham naik sehingga kemungkinan deviden per

saham ikut naik. Pada perusahaan-perusahaan BUMN, pemerintah sendiri baru akan

12

Demam Buy Back Di Indonesia, dikutip dari :

http://www.economy.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/10/16/279/154475/demam-buy-back.html, diakses pada tanggal 3 Maret 2009 13

(20)

melakukan buy back apabila memiliki nilai strategis yang tinggi bagi pemerintah, dan

perusahaan tersebut tidak boleh dalam keadaam merugi. Artinya jika BUMN tersebut

sudah mempunyai cash flow yang kuat barulah pemerintah akan dapat melakukan buy

back14.

Dalam kondisi normal, perseroan yang berniat melakukan buy back harus

menggelar RUPS15. Dalam rapat tersebut, pemegang saham akan menentukan boleh tidaknya buy back dilaksanakan. Seandainya disetujui, berapa banyak saham yang

akan dibeli kembali, bagaimana pendanaannya, berapa lama jangka waktu dan siapa

pelaksana buy back tersebut. Intinya perseroan yang berniat buy back harus melalui

beberapa proses yang memakan waktu sekitar dua atau tiga bulan. Dan masih ada

peluang rencana buy back tidak disetujui karena pemegang saham menilai perseroan

tidak memiliki dana, atau dengan alasan yang lain. Karena itu terbitnya aturan

insidental mengenai buy back pada kondisi krisis langsung disambut antusias. Hal ini

terjadi karena emiten tidak perlu meminta persetujuan RUPS, namun cukup hanya

dengan melakukan paparan publik. Aturan tersebut memang memberi kemudahan

dan efektif16.

Akan tetapi aturan ini menyisakan celah yang dapat disalahgunakan. Idealnya

buy back dilakukan jika perseroan memang memiliki kas internal lebih sehingga tidak

mengganggu keuangan dan rencana bisnis. Namun dengan adanya kemudahan aturan,

14

Mulai Dari Menjaga Likuiditas Hingga Tindakan Hukum, dikutip dari : http://www.hukumonline.com/detail.asp?id=20262&cl=Berita.html, diakses pada tanggal 6 Maret 2009

15

Munir Fuady, Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 200), hal. 40

16

(21)

prinsip tersebut berpeluang dilanggar. Tanpa persetujuan pemegang saham bisa saja

sebuah perseroan mencari pinjaman untuk mendanai buy back karena terbayang

keuntungan di masa depan. DPR sendiri telah menyetujui rencana pengalokasian dana

sebesar 4 triliun yang selama ini dikelola Pusat Investasi Pemerintah (PIP) untuk

membeli kembali saham-saham emiten BUMN17.

Selain dipakai PIP, dana ini dapat dipinjamkan kepada BUMN yang tidak

punya uang untuk membeli kembali sahamnya. Dengan fasilitas ini, tentunya semua

pihak tergiur untuk melakukan buy back. Diluar BUMN, emiten swasta juga ada yang

berniat melakukan buy back menggunakan utang18.

Bursa Efek Indonesia (BEI) menegaskan bahwa buy back tidak boleh

menggunakan dana pinjaman. Namun ini menjadi polemik karena menurut Bapepam,

dari segi regulasi tidak ada pasal yang mengatur boleh tidaknya buy back didanai oleh

utang. Terlepas dari masalah regulasi, akan lebih baik jika buy back dilakukan tanpa

memaksakan diri karena dikhawatirkan akan mengganggu solvabilitas. Oleh karena

itu seorang analis pasar modal, Adler Manurung bahkan mengatakan bahwa buy back

17

Pembelian Kembali Saham BUMN ,dikutip dari : http”//www.indofinanz,comv92/new_forumviewpost.inz?ID=8942.html, diakses pada tanggal 2 Maret 2009

18

Akuisisi Sebagai Salah Satu Aksi Korporasi, dikutip dari : http://www.bocah

(22)

seharusnya tidak diberlakukan oleh swasta pada situasi tertentu (krisis yang dialami

perekonomian akhir tahun 2008 lalu)19.

Selain maraknya buy back, hal lain yang juga menjadi semakin sering terjadi

dan semakin semarak dalam dunia usaha sejak terjadinya krisis finansial yang

melanda dunia adalah terjadinya go private perseroan terbuka menjadi perseroan

tertutup20. Yang dimaksud dengan go private adalah dimana sebuah perseroan terbuka yang berubah menjadi sebuah perseroan tertutup. Akhir-akhir ini ada

kecenderungan bagi perseroan publik yang selama ini tercatat di bursa namun

kemudian mengajukan permintaan untuk go private dan hal ini menjadi perhatian

pemerintah. Setiap ada perseroan publik yang memutuskan untuk melangkah go

private itu menjadi persoalan khusus bagi pemerintah. Pemerintah sendiri berasumsi

hal ini terjadi karena mungkin saja perseroan publik yang mengajukan diri untuk go

private merasa tidak ada lagi manfaatnya untuk terus berada di bursa.

Bapepam dan Bursa Efek seharusnya memperhatikan alasan mengapa

perseroan tersebut ingin merubah status menjadi perseroan tertutup. Perseroan publik

yang menjadi perseroan tertutup dapat terjadi dengan alasan sukarela (voluntary

delisting) atau karena didelisting21 akibat menyalahi aturan yang ada. Jika perseroan

19

Buy Back Tanpa Melanggar Undang-Undang, , dikutip dari : http://www.kompas.com,/read/xml/2008/10/09/12182363/pengamat.buy.back.tanpa.langgar.uu.html diakses pada tanggal 3 Maret 2009

20

Boleh Buy Back Asalkan…., dikutip dari : http://www.kontan.co.idindex.php/Investasi/news/2146/buy-back-oke-asalkan.html, diakses pada tanggal 4 Maret 2009

21

(23)

perusahaan-tersebut menjadi perseroan tertutup akibat didelisting karena tidak mampu mencapai

kinerja atau aturan yang telah disepakati, maka hal itu bukanlah suatu permasalahan.

Akan tetapi go private ini menjadi serius apabila perseroan-perseroan terbuka

tersebut mengajukan diri secara sukarela untuk delisting karena menganggap tidak

ada lagi manfaatnya sebagai perseroan terbuka atau perseroan publik akibat lebih

banyaknya biaya yang harus dikeluarkan daripada keuntungan yang didapatkan

(akses pendanaan). Dengan keikutsertaan sebuah perseroan terbuka dalam pasar

modal, secara otomatis ada biaya-biaya tertentu yang harus dikeluarkan, dimana

biaya tersebut tidak harus dikeluarkan oleh perseroan tertutup. Contoh biaya tersebut

adalah pada saat kembali kepada perhitungan akuntansi yang konservatif, maka

pembayaran pajaknya akan menjadi lebih rendah, selain itu tidak perlu menyiapkan

surat-surat yang diwajibkan oleh Badan Otoritas Pasar Modal, serta tidak terlalu

wajib atau diperlukan untuk melakukan investasi modal yang spekulatif.

Sebelumnya ada beberapa perseroan yang mengajukan diri untuk go private.

Belum lama ini Sari Husada memutuskan untuk go private22, kemudian ada Makindo lalu diikuti oleh permohonan Mulialand juga ingin mengajukan diri untuk go private.

PT. Darya Varia juga pernah mengajukan permohonan untuk mengajukan go private,

namun akhirnya dibatalkan karena tidak adanya kesepakatan dengan pemegang

perusahaan yang sudah terdaftar di bursa efek karena perusahaan tersebut tidak mematuhi aturan-aturan yang berlaku atau keadaan keuangannya jauh dibawah standar yang berlaku atau keadaan keuangannya jauh dibawah standar yang berlaku secara umum.

22

(24)

saham. Hal utama yang harus diperhatikan dalam go private adalah perlindungan

terhadap investor publik. Memang terdapat keuntungan-keuntungan tersendiri jika

perseroan itu merupakan perseroan yang tertutup, namun sebuah perseroan yang

awalnya adalah perseroan terbuka namun berubah status menjadi perseroan tertutup,

tentu akan memiliki resiko tersendiri. Misalnya berkurangnya atau bahkan hilangnya

kepercayaan pasar atau konsumen terhadap perseroan tersebut. Padahal yang yang

menjadi modal utama dalam menjalin suatu hubungan hukum dengan pihak lain

adalah kepercayaan.

Baik buy back ataupun go private adalah dua hal dari sedemikian banyak

kegiatan yang dapat dilakukan oleh sebuah perseroan. Hanya saja jika buy back dapat

dilakukan oleh perseroan terbuka dan tertutup, maka go private hanya dapat

dilakukan oleh perseroan terbuka. Dari kedua kegiatan perseroan tersebut yang harus

disadari adalah bahwa keduanya saling berkaitan. Buy back merupakan salah satu

bentuk pengambilalihan pada suatu perseroan dan go private merupakan suatu akibat

yang dapat terjadi pada suatu perseroan terbuka jika saham-saham perseroan tersebut

akhirnya bertumpu pada perseroan atau hanya segelintir orang saja sehingga tidak

memenuhi syarat-syarat sebagai perusahaan terbuka. Buy back dan go private adalah

dua kegiatan yang saling bertolak belakang namun memiliki hubungan sebab akibat

yang sangat terkait satu sama lain 23.

23

Emiten Yang Mengajukan Go Private Menjadi Perhatian Pemerintah, dikutip dari :

(25)

Dalam hal pengambilalihan pada perseroan, Undang-Undang Perseroan

Terbatas menyatakan bahwa pengambilalihan perseroan dapat dilakukan, baik oleh

suatu badan hukum maupun orang perseorangan. Pengambilalihan tersebut dapat

dilakukan melalui pengambilalihan dari seluruh maupun sebagian besar saham, yang

mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan24.

Dari kedua rumusan tersebut dapat dikatakan bahwa dalam ketentuan UUPT

ini yang diatur adalah pengambilalihan saham-saham dalam suatu perseroan terbatas,

dimana pengambilalihan tersebut dapat dilakukan oleh suatu badan hukum, baik yang

berupa suatu perseroan terbatas atau badan-badan hukum lainnya dan orang

perseorangan. Ini berarti UUPT mengakui dan mengatur pengambilalihan perseroan

terbatas oleh setiap objek hukum lainnya selain perseroan terbatas itu sendiri

termasuk yang dilakukan orang perseorangan.

Ada beberapa jenis pengambilalihan yang dapat dilakukan sebuah perseroan,

antara lain25:

a. Akuisisi saham

Akuisisi saham adalah akuisisi yang dilakukan dengan cara membeli saham

suatu perusahaan oleh perusahaan yang lainnya. Akuisisi seperti ini

dimaksudkan hanya membeli sejumlah saham atau perusahaan yang

bersangkutan berada dibawah kepemilikan perorangan atau suatu perusahaan

yang membeli saham perusahaan yang bersangkutan.

24

Lihat pasal 1 ayat 11 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 25

(26)

b. Akuisisi asset

Akuisisi asset adalah akuisisi dengan cara membeli asset dari perusahaan yang

diakuisisi. Akuisisi asset ini hanya melakukan pembelian terhadap asset

perusahaan yang berupa aktiva atau pasiva perusahaan yang akan diakuisisi

yang merupakan harta kekayaan perusahaan sehingga pada akhirnya asset-aset

tertentu dari perusahaan menjadi milik perusahaan yang mengakuisisi, dan

asset tersebut berada dibawah penguasaan perusahaan yang mengakuisisi,

sehingga perusahaan mempunyai akses pada perusahaan yang diakuisisinya

Ada banyak hal lagi yang dapat dijabarkan berkaitan dengan buy back,

pengambilalihan dan juga proses go private perseroan. Hal inilah yang

melatarbelakangi penulis untuk membahas masalah buy back sebagai bentuk

pengambilalihan perseroan terbuka dan go private perusahaan. Karena mengingat

konektifitas antara buy back jika dilakukan pada sebuah perseroan terbuka dan akibat

yang akan ditimbulkan jika hal itu terjadi juga mengenai pengambilalihan persero itu

sendiri. Apalagi jika mengingat beberapa bulan yang lalu ketika krisis finansial itu

mulai terdengar, buy back merupakan hal yang sangat baru untuk dibahas karena

(27)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaturan buy back saham perseroan terbatas?

2. Bagaimanakah pengaturan go private bagi perseroan terbatas terbuka?

3. Bagaimanakah konsekuensi yuridis dari buy back saham perseroan dan proses

go private suatu perseroan terbuka?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian yang terdapat pada rumusan masalah diatas, maka yang

menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaturan buy back saham perseroan terbatas.

2. Mengetahui pengaturan go private bagi perseroan terbatas terbuka.

3. Mengetahui konsekuensi yuridis dari buy back saham perseroan dengan

proses go private suatu perseroan terbuka.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang dilakukan ini dibedakan ke dalam dua sudut

(28)

1. Manfaat teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa:

a. Memberikan sumbangan pemikiran pada ilmu pengetahuan hukum,

khususnya dalam ilmu hukum bisnis, lebih khusus lagi dalam ilmu hukum

perseroan yang membahah tentang pengalihan saham dan pembelian

kembali saham (buy back).

b. Memberikan tambahan wawasan pemikiran kepada kalangan yang

berminat pada hukum bisnis, khususnya bagi pihak-pihak yang

berhubungan langsung dengan dunia usaha atau perseroan.

2. Manfaat Praktis

Adapun yang menjadi manfaat praktis dari penelitian ini antara lain:

a. Kepada masyarakat atau pihak-pihak yang bersinggungan dengan dunia

usaha atau hukum perusahaan mengetahui bagaimana proses

pengambilalihan suatu perseroan.

b. Kepada masyarakat khususnya investor atau pihak-pihak yang ingin

melakukan pembelian kembali atas saham-saham perseroan agar

benar-benar mengetahui proses pembelian kembali (buy back), mengingat

terjadi perubahan-perubahan mekanisme terhadap pembelian kembali

saham perseroan sejak terjadinya krisis finansial global yang juga

membawa pengaruh terhadap dunia perbankan dan dunia usaha di

(29)

c. Kepada para pemegang saham dan perseroan yang ingin melakukan buy

back terhadap saham perseroan mereka agar benar-benar memperhatikan

pengaruh buy back terhadap perseroan mereka.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelitian kepustakaan yang dilakukan penulis, diketahui bahwa

belum ada penelitian yang membahas tentang “Analisis Hukum Terhadap Pembelian

Kembali Saham Sebagai Bentuk Pengambilalihan Perseroan Terbuka Dan Go Private

Perusahaan”, meskipun mungkin di dalam bentuk makalah, kertas kerja pada

seminar-seminar, semiloka, diskusi panel sudah pernah dilakukan penelitian atau

pembahasan. Maka untuk itu, penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan penulis

keasliannya, dan sesuai dengan asas-asas keilmuan yaitu jujur, rasional, obyektif dan

terbuka atas masukan serta saran-saran yang membangun sehubungan dengan

pendekatan dan perumusan masalah.

F. Kerangka Teori Dan Konsep

1. Kerangka Teori

Salah satu bentuk badan hukum yang sering dikenal adalah Perseroan

Terbatas atau PT. Perseroan terbatas menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2007, seperti yang terdapat pada pasal 1 ayat 1 adalah:

(30)

yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang serta peraturan pelaksananya”

Dari batasan yang diberika tersebut diatas ada lima hal pokok yang dapat

dikemukakan disini, antara lain26:

a. Perseroan terbatas merupakan suatu badan hukum

b. Didirikan berdasarkan suatu perjanjian.

c. Menjalankan suatu usaha tertentu

d. Memiliki modal yang terbagi dalam saham-saham

e. Memenuhi persyaratan undang-undang

Sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, bahwa perjanjian sebagai proses

awal berdirinya suatu perseroan terbatas harus dibuat dihadapan notaris (pejabat

berwenang), dengan ketentuan bahwa setiap pendiri perseroan wajib mengambil

bagian saham pada saat perseroan tersebut didirikan.

Perseroan terbatas yang ada di Indonesia dapat dibedakan dalam 2 bentuk

yaitu:

1. Perseroan terbatas tertutup

Yang dimaksud dengan perseroan terbatas tertutup adalah suatu perseroan

terbatas yang saham-sahamnya masih dipegang oleh beberapa

orang/perusahaan saja, sehingga jual beli sahamnya dilakukan dengan

cara-cara yang ditentukan dan diatur oleh anggaran dasar perseroan, yang pada

26

(31)

umumnya diserahkan kepada kebijaksanaan pemegang saham yang

bersangkutan27.

2. Perseroan terbatas terbuka

Suatu perseroan terbatas yang modal dan sahamnya telah memenuhi

syarat-syarat tertentu, dimana saham-sahamnya dipegang oleh banyak orang atau

banyak perusahaan, yang penawaran sahamnya dilakukan kepada

publik/masyarakat sehingga jual beli sahamnya dilakukan melalui pasar

modal28.

Ilmu hukum mengenal dua macam subjek hukum yaitu subjek hukum pribadi

(orang perorangan) dan subjek hukum berupa badan hukum. Terhadap

masing-masing subjek hukum tersebut berlaku ketentuan hukum yang berbeda satu dengan

yang lainnya, meskipun dalam hal-hal tertentu terhadap keduanya dapat diterapkan

suatu aturan yang berlaku umum. Salah satu cirri khas yang membedakan subjek

hukum pribadi dengan subjek hukum berupa badan hukum adalah saat lahirnya

subjek hukum tersebut, yang pada akhirnya akan menentukan saat lahirnya hak-hak

dan kewajiban bagi masing-masing subjek hukum tersebut. Pada subjek pribadi,

status subjek hukum dianggap telah ada bahkan pada saat pribadi orang perseorangan

tersebut berada dalam kandungan29. Sedangkan pada badan hukum, keberadaan status badan hukumnya baru diperoleh setelah ia memperoleh pengesahan pejabat yang

27

Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002), hal. 51 28

Ibid 29

(32)

berwenang, yang memberikan hak-hak, kewajiban dan harta kekayaan sendiri bagi

badan hukum tersebut, terlepas dari hak-hak, kewajiban dan harta kekayaan para

pendiri, pemegang saham maupun pengurusnya.

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tidak satupun pasal yang

menyatakan bahwa perseroan adalah badan hukum, tetapi dalam Undang-Undang

Perseroan Terbatas secara tegas dinyatakan bahwa perseroan adalah badan hukum30. Ini berarti perseroan tersebut memenuhi syarat keilmuan sebagai pendukung

kewajiban dan hak, antara lain memiliki harta kekayaan sendiri terpisah dari harta

kekayaan pendiri atau pengurusnya.

Sebagai badan hukum, perseroan memenuhi unsur-unsur badan hukum seperti

yang telah ditentukan dalam UUPT, unsur-unsur tersebut adalah:

a. Organisasi yang teratur

Organisasi yang teratur ini dapat kita lihat dari adanya organ perseroan yang

terdiri atas rapat umum pemegang saham, direksi dan komisaris31. Keteraturan organisasi perseroan dapat diketahui melalui ketentuan UUPT,

anggaran dasar perseroan, keputusan rapat umum pemegang saham,

keputusan dewan direksi, keputusan dewan komisaris dan peraturan-peraturan

perseroan lainnya yang dapat dikeluarkan sewaktu-waktu.

30

Lihat pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas 31

(33)

b. Harta kekayaan sendiri

Harta kekayaan sendiri ini berupa modal dasar yang terdiri atas seluruh nilai

nominal saham.

c. Melakukan hubungan hukum sendiri

Sebagai badan hukum, perseroan melakukan sendiri hubungan hukum dengan

pihak ketiga yang diwakili oleh pengurus yang disebut dengan direksi dan

komisaris. Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan

untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di

dalam maupun di luar pengadilan. Dalam melaksanakan kegiatannya tersebut,

direksi berada dalam pengawasan dewan komisaris, yang dalam hal-hal

tertentu membantu direksi dalam menjalankan tugasnya tersebut.

d. Mempunyai tujuan sendiri

Tujuan tersebut ditentukan dalam anggaran dasar perseroan. Karena perseroan

menjalankan perusahaan maka tujuan utama perusahaan adalah memperoleh

keuntungan atau laba

Dalam usaha untuk menjalankan perusahaan dan mencapai keuntungan yang

sebesar-besarnya bagi perusahaan, maka direksi melakukan usaha-usaha yang dapat

mendorong tercapainya tujuan perusahaan antara lain menjual sahamnya kepada

masyarakat (dalam usaha go public), melakukan penggabungan, pemisahan,

pengambilalihan, melakukan pembelian kembali saham atau bahkan mengubah status

(34)

ini memungkinkan karena sudah cukup mapannya kondisi permodalan perseroan.

Direksi sebagai pengemban asas duty of loyality dan duty of care harus melakukan

segala sesuatu yang terbaik bagi perseroan. Adanya doktrin bussines judgement rule

dan good corporate governance membuat direksi bisa lebih leluasa dalam melakukan

aksi-aksi korporasi guna kemajuan perusahaan32.

Seperti yang dikemukakan diatas bahwa ada banyak cara yang dapat

dilakukan untuk mengembangkan sebuah perseroan salah satunya adalah dengan

melakukan penjualan saham perseroan dan hal ini diatur dalam undang-undang. Pasal

55 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 mewajibkan setiap

anggaran dasar perseroan memuat ketentuan mengenai tata cara pemindahan hak atas

saham yang wajib disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Undang-Undang menentukan bahwa setiap pemindahan hak saham atas nama

dilakukan dengan akta pemindahan hak dan pemindahan hak saham atas atas tunjuk

cukup dilakukan dengan penyerahan surat saham tersebut. Ketentuan ini pada

dasarnya merupakan pengulangan dari aturan mengenai peralihan kebendaan tak

bertubuh atas nama maupun atas tunjuk, sebagaimana diatur dalam pasal 612

KUHPerdata

Tidak ada satupun aturan umum mengenai formalitas dan bentuk akta

pemindahan hak yang diperlukan bagi pemindahan hak atas saham atas nama, hanya

saja akta pemindahan hak tersebut atau salinannya harus disampaikan secara tertulis

32

(35)

kepada perseroan, untuk dicatat tanggal dan hari pemindahan hak tersebut dalam

Daftar Pemegang Saham atau Daftar Khusus yang disediakan untuk itu.

Undang-undang memberikan keleluasaan kepada para pihak baik pendiri atau

pemegang saham untuk mengatur anggaran dasar perseroan tentang

ketentuan-ketentuan pembatasan pemindahan hak atas saham yaitu berupa33:

1. Keharusan menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham dengan

klsifikasi tertentu atau pemegang saham lainnya;

2. Keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari organ perseroan;

dan/atau

3. Keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari instansi yang

berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam hal hak-hak istimewa tersebut diberikan maka setiap pelaksanaan dan

pengecualian terhadap ketentuan tersebut hanya dapat dilakukan berdasarkan

katentuan yang diberikan dalam pasal 5834 dan pasal 59 UUPT35 ini. UUPT juga

33

Buy Back Saham Boleh Tanpa Persetujuan RUPS, dikutip dari : http://kompas.com/read/xml/2008/1//09/2090620/buy.back.saham.boleh.tanpa .persetujuan.rups,html, diakses pada tanggal 4 Maret 2008.

34

Pasal 58 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas berbunyi:

1. Dalam hal anggaran dasar mengharuskan pemegang saham penjual menawarkan terlebih dahulu sahamnya kepada pemegang saham klasifikasi tertentu atau pemegang saham lain, dan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal penawaran dilakukan ternyata pemegang saham tersebut tidak membeli, pemegang saham penjual dapat menawarkan dan menjual sahamnya kepada pihak ketiga.

2. Setiap pemegang saham penjual yang diharuskan menawarkan sahamnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhak menarik kembali penawaran tersebut, setelah lewatnya jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

(36)

memungkinkan perseroan terbatas untuk membeli kembali saham perseroan. Hak

untuk membeli kembali ini hanya diperkenankan dalam hal kedaan yang memaksa

dimana perseroan berkewajiban/diwajibkan untuk membeli kembali sahamnya atas

permintaan pemegang saham yang merasa dirugikan atas tindakan perseroan terhadap

perubahan anggaran dasar yang bersifat sangat pokok, atas pengalihan atau

penjaminan sebagian besar atau seluruh harta kekayaan perseroan, serta dalam hal

terjadinya penggabungan, peleburan atau pengambilalihan perseroan.

Ketentuan ini pun ternyata dibatasi hingga sampai pada kepemilikan

sebanyak-banyaknya hingga mencapai jumlah sepuluh persen dari jumlah saham

yang dikeluarkan oleh perseroan, dengan ketentuan bahwa pembelian tersebut harus

dibayar dari laba bersih perseroan selama hal tersebut tidak akan menyebabkan

kekayaan bersih perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan

ditambah dengan cadangan yang diwajibkan oleh UUPT.

Setiap pembelian saham oleh perseroan yang baik secara langsung maupun

tidak langsung terjadi bukan sebagai akibat keadaan yang memaksa seperti tersebut

diatas, harus dianggap batal demi hukum dan seluruh pembayaran yang telah diterima

35

Pasal 59 Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas berbunyi:

1. Pemberian persetujuan pemindahan hak atas saham yang memerlukan persetujuan Organ Perseroan atau penolakannya harus diberikan secara tertulis dalam jangka wamtu paling lama 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal Organ perseroan menerima permintaan persetujuan pemindahan hak tersebut.

2. Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Organ Perseroan tidak memberikan pernyataan tertulis, Organ Perseroan dianggap menyetujui pemindahan hak atas saham tersebut.

(37)

oleh pemegang saham dari perseroanharus dikembalikan. Jika terjadi kerugian yang

diderita oleh pemegang saham sebagai akibat kebatalan tersebut maka direksi

perseroan bertanggung jawab sepenuhnya atas akibat hukum dari kebatalan tersebut,

kecuali dapat membuktikan dan melakukan pembelaan sesuai pasal 97 ayat 5

UUPT36.

Memungkinkannya perseroan terbatas untuk memiliki sahamnya sendiri

berarti memberikan keleluasaan kepada direksi perseroan selaku yang berhak dan

berwenang untuk bertindak atas nama perseroan, untuk bertindak seluas-luasnya

tanpa dapat dikontrol. Dengan terwujudnya kepemilikan saham sendiri oleh

perseroan, berarti suara mayoritas jika diadakan RUPS di perseroan telah dikuasai

oleh direksi perseroan lewat kepemilikan saham perseroan itu sendiri. Sehingga

praktis organ rapat umum pemegang saham dalam perseroan tidak dapat berfungsi

dengan baik, yang pada akhirnya akan merugikan pemegang saham minoritas.

Selanjutnya pada UUPT yang lama yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1995 dan UUPT yang sedang berlaku sekarang yaitu Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2007 sebagai perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham secara

36

Pasal 97 ayat 5 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas berbunyi:

“Anggota direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat 3 apabila dapat membuktikan:

a. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya

b. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan

c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan

(38)

keseluruhan, maka pembelian saham kembali saham tersebut dan pengalihan lebih

lanjut hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS). Keputusan RUPS tersebut hanya sah jika memenuhi kourum kehadiran dan

ketentuan tentang persyaratan pengambilan keputusan RUPS37.

Selain dengan cara melakukan merger,take over dan akuisisi, usaha lain

yang juga dapat dilakukan oleh direksi dalam usaha memajukan atau

mengembangkan keuntungan perseroan adalah mengubah sebuah perseroan yang

semula perseroan terbuka menjadi sebuah perseroan tertutup. Sekilas pasti akan

berpikir bahwa langkah ini merupakan pertanda kemunduran dari perseroan. Padahal

ada banyak keuntungan yang didapat jika sebuah perseroan memiliki status sebagai

perusahaan tertutup38. Antara lain perseroan tidak perlu melakukan tindakan yang harus didasari oleh harga saham, mendapat pajak yang lebih kecil karena

menggunakan perhitungan akuntansi yang konservatif dan yang terpenting adalah

penguasaan kendali atas perseroan bagi pihak yang khawatir akan kehilangan

kekuasaannya apabila kepemilikan saham mayoritas berada di tangan publik. Masih

ada beberapa keuntungan lain yang didapat apabila sebuah perseroan tetap pada

37

Pasal 125 ayat 4 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 berbunyi:

“Pengambilalihan yang dilakukan oleh badan hukum berbentuk perseroan, direksi sebelum melakukan perbuatan hukum pengambilalihan harus berdasarkan keputusan RUPS yang memenuhi kuorum kehadiran dan ketentuan tentang persyaratan pengambilan keputusan RUPS sebagaimana dalam pasal 89”

38

(39)

statusnya sebagai perseroan tertutup, walaupun tentu saja tetap memiliki

kelemahan-kelemahan39.

Pada akhirnya memang sudah merupakan kewajiban dan tugas dari

Direksi untuk melakukan tindakan-tindakan yang dapat memajukan perseroan,baik

bagi keuntungan pemegang saham, keuntungan perseroan, direksi dan bahkan untuk

kebaikan keryawan perseroan tersebut. Dalam usaha melakukan mendapatkan

kemajuan tersebut, buy back dan go private pada kondisi tertentu merupakan salah

satu solusi terbaik. Jika hal ini dilakukan dengan itikad baik maka direksi dapat

dikatakan sudah menjalankan kewajibannya terlepas apakah kemudian upaya buy

back atau go private tersebut berjalan lancar sesuai prediksi direksi atau tidak. Hal ini

terkait dengan teori Perseroan Terbatas sebagai entitas hukum yang memiliki legal

personality, yang bermaksud bahwa perseroan memiliki tujuan sendiri dan memiliki

organ perseroan yang wajib melakukan usaha yang terbaik demi kepentingan

perseroan. Teori lain yang juga terkait adealah teori corporate opportunity,40 teori ini merupakan suatu teori yang mengajarkan bayhwa seorang direktur, komisaris atau

pegawai perseroan lainnya ataupun pemegang saham utama tidak diperkenankan

mengambil kesempatan untuk mencari keuntungan pribadi manakala tindakan yang

39

Gunawan Widjaja dan Wulandari Risnamanitis, Go Public Dan Go Private Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 34

40

(40)

dilakukannya tersebut sebenarnya merupakan perbuatan yang semestinya dilakukan

oleh perseroan dalam menjalankan bisnisnya itu41.

2. Konsep

Konseptual adalah merupakan definisi dari operasional dari berbagai istilah

yang dipergunakan dalam tulisan ini. Sebagaimana dikemukakan M. Solly Lubis

bahwa kerangka konsep adalah merupakan konstruksi konsep secara internal pada

pembaca yang mendapat stimulasi dan dorongan konseptual dari bacaan dan tinjauan

pustaka.42. Kerangka konseptual ini dibuat untuk menghindari pemahaman dan penafsiran yang keliru dan memberikan arah dalam penelitian ini, maka dirasa perlu

untuk memberikan batasan judul penelitian yaitu sebagai berikut

Pembelian kembali saham atau buy back adalah pembelian kembali

saham-saham yang telah diterbitkan suatu perseroan dan dimiliki perseroan untuk jangka

waktu tertentu, maksimum selama 3 tahun. Pada dasarnya buyback saham merupakan

bentuk tanggung jawab dari perseroan yang dilakukan oleh perseroan dengan tujuan

untuk memberikan perlindungan atas modal dan kekayaan perseroan.43.

Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum

atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham perseroan yang mengakibatkan

beralihnya kepemilikan saham tersebut

41 Ibid 42

M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu Dan Penelitian, (Bandung: Mandar Maju, 1994), hal. 80 43

(41)

Perseroan terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,

didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang

seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam

undang-undang serta pelaksanaannya.44

Perseroan terbuka adalah perseroan publik atau perseroan yang melakukan

penawaran umum saham, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di

bidang pasar modal.45

Go private adalah perusahaan yang sahamnya semula dimiliki oleh publik

atau perusahaan terbuka, berubah kembali menjadi perusahaan tertutup yang dimiliki

oleh segelintir pemegang saham saja.46

G. Metode Penelitian

Metode penelitian digunakan dalam suatu penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah

adalah penalaran yang mengikuti suatu alur berpikir atau logika yang tertentu dan

yang menggabungkan metode induksi (empiris), karena penelitian ilmiah selalu

menuntut pengujian dan pembuktian empiris yang disusun secara deduktif47. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif. Metode

penelitian hukum normatif disebut juga sebagai penelitian doktrinal yaitu suatu

penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis di dalam buku maupun hukum

44

Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 45

Pasal 1 ayat 7 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 46

Gunawan Widjaja dan Wulandari Risnamanitis D, Go Public Dan Go Private Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 32

47

(42)

yang diputus oleh hakim melalui proses pengadilan48. Penelitian hukum normatif berdasarkan data sekunder dan menekankan pada langkah-langkah analisis normatif

kualitatif49

Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu “method” yang berarti jalan.

Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja,

yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang

bersangkutan.Sedangkan penelitian secara harfiah diadopsi dari literatur bahasa

Inggris yaitu “research”, jadi metode penelitian dapat diartikan sebagai suatu cara

yang dilakukan untuk memahami suatu objek yang diteliti untuk membuktikan

kebenarannya.

1. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis. Tujuan penelitian deskriptif adalah

menggambarkan secara tepat sifat individu, suatu gejala, keadaan atau kelompok

tertentu50. Deskriptif analitis berarti bahwa penelitian ini menggambarkan suatu peraturan hukum dalam konteks teori-teori hukum dan pelaksanaannya serta

menganalisis fakta secara cermat tentang penggunaan peraturan perundang-undangan

dalam hal pembelian kembali saham sebagai bentuk pengambilalihan dan proses go

private perusahaan.

48

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Grafiti Press, 2006), hal. 118

49

J. Suprapto, Metode Penelitian Hukum Dan Statistik, (Jakarta: Pranadya Paramitha, 2003), hal. 3

50

(43)

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan perundang-undangan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan tersebut karena yang akan diteliti adalah

berbagai aturan hukum yang akan menjadi fokus suatu penelitian51. Analisis hukum yang dihasilkan oleh suatu penelitian hukum normatif yang menggunakan pendekatan

perundang-undangan akan menghasilkan suatu penelitian yang akurat. Pendekatan

tersebut melakukan pengkajian peraturan perundang-undangan yang berhubungan

dengan pembelian saham kembali (buy back) sebagai bentuk pengambilalihan dan go

private perusahaan.

3. Sumber Data Penelitian

Sumber-sumber penelitian dapat dibedakan menjadi sumber-sumber

penelitian yang berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan

hukum tersier. Bahan-bahan tersebut antara lain:

a. Bahan atau sumber hukum primer, yaitu bahan pustaka yang berisi

pengetahuan ilmiah yang terbaru ataupun pengertian yang baru tentang

fakta yang diketahui maupun mengenai studi gagasan dalam bentuk

Undang-Undang dan Yurisprudensi. Bahan atau sumber hukum primer

yang sesuai dengan kebutuhan tesis ini meliputi: Undang-Undang Nomor

40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Nomor 8

51

(44)

Tahun 1995 Tentang Pasar Modal dan peraturan perundang-undangan

lain yang berhubungan dengan pembelian kembali (buy back) saham dan

perseroan terbatas, baik dalam bentuk Keputusan Presiden, Keputusan

Menteri Keuangan, BAPEPAM-LK,Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek

Surabaya, KUHPerdata maupun internet.

b. Bahan atau sumber hukum sekunder, yaitu bahan kepustakaan yang

berisikan informasi tentang bahan prmer yang berupa hasil-hasil

penelitian, karya ilmiah dari kalangan hukum serta yang relevan dengan

penulisan ini.

c. Bahan atau sumber hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder yang

berupa kamus, ensiklopedia, majalah, surat kabar, jurnal-jurnal ilmiah52 dan lain sebagainya sepanjang masih erat kaitannya dengan penelitian

ini53.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan untuk

mengumpulkan data sekunder melalui pengkajian terhadap peraturan

52

Petter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Pranadya Paramitha, 2005), hal. 141 53

(45)

undangan, literatur –literatur, tulisan-tulisan para pakar hukum, bahan kuliah dan

putusan-putusan pengadilan yang berkaitan dengan penelitian ini54.

5. Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan

dengan mengumpulkan bahan-bahan baik itu berupa peraturan perundang-undangan

maupun bahan kepustakaan lainnya yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

6. Analisis Data

Pengolahan, analisis dan konstruksi data penelitian hukum normatif dapat

dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap kaidah hukum dan kemudian

konstruksi dilakukan dengan cara memasukkan pasal-pasal ke dalam kategori atas

dasar pengertian-pengertian dasar dari sistem hukum tersebut. Data yang diperoleh

melalui studi kepustakaan, peraturan perundang-undangan, putusan-putusan

pengadilan dan dianalisis berdasarkan metode kualitatif, yaitu dengan melakukan:55 a. Menemukan konsep-konsep yang terkandung dalam bahan-bahan hukum

yang dilakukan dengan cara memberikan interpretasi terhadap bahan hukum

tersebut.

b. Mengelompokkan konsep-konsep yang terkandung atau peraturan-peraturan

yang sejenis atau berkaitan.

54

Riduan, Metode Dan Teknik Menyusun Tesis, (Bandung: Bina Cipta, 2004), hal. 97 55

(46)

c. Menemukan hubungan diantara berbagai kategori atau peraturan, lalu

kemudian diolah.

d. Menjelaskan dan menguraikan hubungan diantara berbagai kategori atau

peraturan perundang-undangan, kemudian dianalisis secara deskriptif

kualitatif, sehingga mengungkapkan hasil yang diharapkan dan kesimpulan

(47)

B A B I I

PENGATURAN BUY BACK SAHAM PERSEROAN TERBATAS

A. Perseroan Terbatas

Diundangkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan

Terbatas merupakan suatu kebutuhan yang dirasa perlu oleh kalangan pengusaha

sebagai pelaku usaha maupun pemerintah sebagai pihak regulator dibidang usaha,

karena undang-undang yang selama ini berlaku yaitu Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas sedah dianggap tidak relevan lagi dengan

perkembangan dunia usaha56. UUPT No 1 Tahun 1995 dipandang tidak lagi sesuai dalam memenuhi perkembangan hukum dan perkembangan masyarakat karena

keadaan ekonomi serta kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi yang

sudah berkembang begitu pesatnya khususnya di era globalisasi. Disamping itu,

meningkatnya tuntutan masyarakat akan layanan yang cepat, kepastian hukum serta

tuntutan akan pengembangan dunia usaha yang sesuai dengan prinsip pengelolaan

perusahaan yang baik sehingga menuntut penyempurnaan peraturan.

Pengaturan tentang Perseroan Terbatas dapat ditemukan dalam

Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang menggantikan

berlakunya Undang-Undang No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan

56

(48)

Terbatas.57Perseroan Terbatas (PT), dulu disebut juga Naamloze Vennootschaap (NV), adalah suatu persekutuan untuk menjalankan usaha yang memiliki modal

terdiri dari saham, yang pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang

dimilikinya. Karena modalnya terdiri dari saham-saham yang dapat diperjualbelikan,

perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu membubarkan

perusahaan.

Perseroan terbatas merupakan badan usaha dan besarnya modal perseroan

tercantum dalam anggaran dasar. Kekayaan perusahaan terpisah dari kekayaan

pribadi pemilik perusahaan sehingga memiliki harta kekayaan sendiri. Setiap orang

dapat memiliki lebih dari satu saham yang menjadi bukti pemilikan perusahaan.

Pemilik saham mempunyai tanggung jawab yang terbatas, yaitu sebanyak saham

yang dimiliki. Apabila utang perusahaan melebihi kekayaan perusahaan, maka

kelebihan utang tersebut tidak menjadi tanggung jawab para pemegang saham. Akan

tetapi, apakah pertanggungjawaban demikian berlaku mutlak? Hal ini timbul terutama

jika sebuah badan hukum dijadikan sebagai kendaraan untuk maksud-maksud yang

menyimpang dari norma hukum. Oleh karena itu, timbul suatu prinsip yakni piercing

the corporate veil yang secara sederhana dapat dikatakan bahwa tanggung jawab

terbatas pemegang saham, direksi dan atau komisaris dalam hal-hal tertentu dapat

57

(49)

menjadi tidak terbatas58. Berkaitan dengan doktrin piercing the corporate veil ini, dapat dikemukakan pendapat Henry Campbell Black yang menyatakan59:

“Menyingkap tabir perseroan. Proses hukum yang dilaksanakan pengadilan biasanya dengan mengabaikan kekebalan hukum pejabat perusahaan atau pihak tertentu perusahaan dari tanggung jawab aktivitas perusahaan, misalnya ketika dalam perusahaan dengan sengaja melakukan kejahatan. Doktrin yang ada berpendapat bahwa struktur perusahaan dengan adanya tanggung jawab terbatas pemegang saham, pejabat perusahaan dan direktur perusahaan. Pengadilan dalam masalah tersebut akan memandang perusahaan hanya dari sisi kegagalan pembelaan atas tindak kejahatan atau kesalahan atau pemberian sanksi hukuman”.

Chatamarrasjid menyebutkan antara lain, apabila terbukti bahwa telah terjadi

perbauran harta kekayaan pribadi pemegang saham dan harta kekayaan perseroan,

sehingga perseroan didirikan semata-mata sebagai alat yang dipergunakan pemegang

saham untuk memenuhi tujuan pribadinya60. Dengan demikian maka para pemegang saham, direksi dan komisaris yang telah melakukan perbuatan tersebut yang

bersangkutan berdasarkan prinsip diatas harus bertanggung jawab sampai dengan

harta pribadinya dan atau tanggung jawab pribadinya sendiri, baik pidana maupun

perdata peralihan tanggung jawab pemegang saham, komisaris dan direksi perseroan

dari semula terbatas menjadi tidak terbatas karena prinsip ini. Oleh karena itu pula

apabila perusahaan mendapat keuntungan maka keuntungan tersebut dibagikan sesuai

dengan ketentuan yang ditetapkan. Pemilik saham akan memperoleh bagian

58 Try Widiyono, Direksi Perseroan Terbatas; Keberadaan, Tugas, Wewenang Dan Tanggung Jawab, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2005), hal. 30.

59

Ibid, hal. 31 60

(50)

keuntungan yang disebut dividen yang besarnya tergantung pada besar-kecilnya

keuntungan yang diperoleh perseroan terbatas.

Selain berasal dari saham, modal PT dapat pula berasal dari obligasi.

Keuntungan yang diperoleh para pemilik obligasi adalah mereka mendapatkan bunga

tetap tanpa menghiraukan untung atau ruginya perseroan terbatas tersebut.

1. Mekanisme Pendirian Perseroan Terbatas

Perkembangan perseroan terbatas sebagai pengumpul capital sangat pesat dan

menjadikan peran perseroan terbatas menjadi sangat penting terutama dalam rangka

pembangunan perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasarkan demokrasi

ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi yang berkeadilan, berkelanjutan,

berwawasan lingkungan, kemandirian serta menjaga keseimbangan kemajuan dan

kesatuan ekonomi nasional yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan

masyarakat61.Untuk mendirikan perseroan terbatas, harus dengan menggunakan akta resmi (akta yang dibuat oleh notaris) yang di dalamnya dicantumkan nama lain dari

perseroan terbatas, modal, bidang usaha, alamat perusahaan dan lain-lain. Akta ini

harus disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

(dahulu Menteri Kehakiman). Untuk mendapat izin dari menteri kehakiman, harus

memenuhi syarat sebagai berikut:

61

Referensi

Dokumen terkait

Emiten, Perusahaan Publik, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan Efek, Penasihat Investasi, Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara

Ketentuan mengenai saham yang sebagai benda yang dapat dimiliki dipertegas kembali dalam rumusan pasal 60 Undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

dikeluarkan peraturan pemerintah No. 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan perseroan terbatas. Jika kita baca rumusan yang ada pada

Masa Pembelian Kembali Saham IV akan dilakukan Perseroan terhitung satu hari setelah berakhirnya Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan, yaitu pada tanggal 20 Mei 2011 Pembelian