• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK HUKUM PENGGABUNGAN PERUSAHAAN YANG DI LARANG MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT Safa’at h.Umar Syamsuddin Bacco Abdulkarim Uddin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ASPEK HUKUM PENGGABUNGAN PERUSAHAAN YANG DI LARANG MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT Safa’at h.Umar Syamsuddin Bacco Abdulkarim Uddin"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

691 ASPEK HUKUM PENGGABUNGAN PERUSAHAAN YANG DI LARANG

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA

TIDAK SEHAT

Safa’at h.Umar Syamsuddin Bacco Abdulkarim Uddin

Abstrak

Dalam penulisan yang berjudul “Aspek Hukum Penggabungan Perusahaan yang di Larang Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Di mana dalam hal ini permasalahan pokok yang hendak di kaji adalah, Bagaimanakah bentuk penggabungan perusahaan yang di larang dan apa akibat hukum dari penggabungan perusahaan yang melakukan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Dalam ketentuan Undang-Undang nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, di mana salah satu ketentuan di dalamnya mengatur tentang peroses penggabungan perusahaan yang mana bertujuan untuk mendukung kelembagaan perekonomian yang kokoh dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Namun seiring berkembangnya zaman dalam penggabungan perusahaan yang di lakukan ada kalanya persaingan usaha itu sehat dan juga tidak sehingga perlu adanya kepastian hukum yang memberi jaminan kepada perusahaan yang ingin atau sudah melakukan penggabungan perusahaan. Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Salah satu ketentuan di dalamnya menggatur tentang larangan penggabungan perusahaan. Di mana dalam pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Komisi Pengawas

Persaingan Usaha “KPPU”Adalah lembaga yang di bentuk untuk mengawasi pelaksanaan Undang-Undang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

Kata kunci : Penggabungan perusahaan, Monopoli dan Persaingan Usaha, dan Akibat Hukum.

I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Hukum dalam menjalankan kegiatan usaha.Salah satu peraturan yang mengaturnya adalah

(2)

692 kokoh dalam mewujudkan

kesejahteraan masyarakat1.

Untuk meningkatkan pembangunan perekonomian nasional dan sekaligus memberikan landasan yang kokoh bagi dunia usaha dalam menghadapi perkembangan perekonomian dunia dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi pada masa mendatang, perlu didukung oleh suatu undang-undang yang mengatur tentang perseroan terbatas

yang dapat menjamin

terselenggaranya iklim dunia usaha yang kondusif, sehingga diperlukan aturan hukum dalam menjalankan kegiatan usaha.

Hukum merupakan suatu bidang yang tidak lepas dalam kehidupan masyarakat, karena hukum ada dan dibuat oleh masyarakat. Dalam kehidupan perekonomian hukum juga memberikan arahan dan aturan dalam pelaksanaannya. Pelaku ekonomi yang diantaranya adalah pengusaha juga harus berpedoman pada

1

Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

(3)

693 Pengambilalihan, atau Pemisahan

wajib memperhatikan kepentingan: a) Perseroan, pemegang saham

minoritas, karyawan Perseroan;

b) Kreditor dan mitra usaha lainnya dari Perseroan; dan c) Masyarakat dan persaingan

sehat dalam melakukan usaha.

Menurut M. Yahya Harahap bahwa, syarat-syarat

tersebut bersifat “kumulatif”,

sehingga satu saja di antaranya dilanggar, mengakibatkan perbuatan hukum penggabungan tidak dapat dilaksanakan 2 . Pada hakikatnya orang menjalankan kegiatan usaha adalah untuk memperoleh keuntungan dan penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Tidak dipungkiri ada kalanya persaingan usaha antara pelaku usaha itu sehat (fair competition), dan dapat juga tidak sehat (unfair

2

M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, Hlm. 486

Dalam Undang-Undang Nomor. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat secara jelas mengatur mengenai larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat namun hal tersebut tidak menjamin bahwa larangan tersebut akan ditaati oleh pelaku usaha, kegiatan usaha yang berorientasi pada keuntungan mengakibatkan banyak pelaku usaha masih melakukan praktek monopoli yang dapat menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat serta yang dapat merugikan kepentingan umum.

Dalam perundang-undangan tersebut diatur hal hal apa saja yang boleh dan tidak diperbolehkan pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan

3

Hermansyah, Pokok Pokok Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta, 2009, Hlm. 9

4

(4)

694 usahanya di Indonesia. Hal tersebut

tercermin dalam Pasal 3 UU No 5 Tahun 1999 yang menegaskan bahwa pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan kegiatan usahanya berazakan demokrasi Ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan

umum“5

.

Untuk menegakan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 maka di bentuklah Komisi Pengawas

Persaingan Usaha “KPPU” adalah lembaga independen yang dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan Undang-Undang tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Terlepas dari pengaruh dan kekuasaan Pemerintah serta pihak lain, KPPU berfungsi menyusun peraturan pelaksanaan dan memeriksa berbagai pihak yang diduga melanggar Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 tersebut serta memberi putusan mengikat dan menjatuhkan sanksi terhadap para pelanggarnya.

5

Undang Undang No 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Pasal 3 ayat 5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, Maka adapun permasalahan yang dapat di rumuskan dalam penulisan ini adalah:

1. Bagaimanakah kegiatan penggabungan perusahaan yang di larang ?

2. Apakah akibat hukum dari penggabungann perusahaan yang melakukan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat?

II. PEMBAHASAN

A. Kegiatan Penggabungan

Perusahaan yang di Larang

(5)

695 yang bermaksud untuk mengekspansi

pasarnya.

Ini berarti harus ada suatu pedoman yang dapat dipakai oleh kalangan usaha dalam menilai apakah nantinya suatu tindakan merger akan dilakukan berdampak tidak baik pada persaingan usaha yang tidak sehat dan atau dapat menimbulkan praktek monopoli. Sebagai bentuk penguasaan pasar atas produk tertentu, monopoli dapat mengganggu sistem dan mekanisme perekonomian yang sedang berjalan sebagai akibat dari distorsi ekonomi seiring dengan semakin besarnya penguasaan atas pangsa pasar produk tertentu.6

Monopoli telah memberikan satu kesan bagi masyarakat luas yang secara konotatif tidak baik dan merugikan kepentingan banyak orang. Perkataan monopoli sering kali diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang atau sekelompok orang melakukan penguasaan atas suatu bidang kegiatan tertentu secara mutlak tanpa memberikan

6

Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, 1999, Seri Hukum Bisnis-Anti Monopoli, Rajawali Pers, Jakarta, Hlm.3.

kesempatan pada orang lain untuk turut serta mengaambil bagiaan. Dengan monopoli suatu bidang, maka berarti kesempatan untuk mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya.

Penggabungan perusahaan yang mengarah kepada anti-persaingan adalah Penggabungan yang dikhawatirkan oleh hukum persaingan. Karena secara langsung maupun tidak langsung, penggabungan tersebut dapat membawa pengaruh yang relatif besar terhadap kondisi persaingan di pasar yang bersangkutan.

Selain itu, larangan praktek monopoli juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha diatur dalam Pasal 28 :

Ayat (1) pelaku usaha dilarang melakukan

penggabungan atau peleburan badan usaha

yang dapat

mengakibatkan

(6)

696 monopoli dan atau

persaingan usaha tidak sehat.

Ayat (2) pelaku usaha dilarang melakukan

pengambilalihan saham perusahan lain, apabila tindakan tersebut dapat mengakibatkan

terjadinya praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat.

Dalam Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999,kegiatan yang dilarang diatur dalam pasal 17 sampai dengan pasal 24. Undang undang ini tidak memberikan defenisi kegiatan,seperti halnya perjanjian. Namun demikian, dari

kata “kegiatan” kita dapat

menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kegiatan disini adalah aktivitas,tindakan secara sepihak. Bila dalam perjanjian yang dilarang merupakan perbuatan hukum dua pihak maka dalam kegiatan yang dilarang adalah merupakan perbuatan hukum sepihak.

Adapun kegiatan kegiatan yang dilarang tersebut yaitu :

1. Monopoli

Adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha.

2. Monopsoni

Adalah situasi pasar dimana hanya ada satu pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha yang menguasai pangsa pasar yang besar yang bertindak sebagai pembeli tunggal,sementara pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha yang bertindak sebagai penjual jumlahnya banyak.

3. Penguasaan pasar

(7)

697 atau persaingan usaha tidak

sehat yaitu :

a. menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar yang bersangkutan;

b. menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya;

c. membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan atau jasa pada pasar bersangkutan;

d. melakukan praktik diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu.

4. Persekongkolan

Adalah bentuk kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud untuk menguasai pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol

(pasal 1 angka 8 Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999). 5. Posisi Dominan

Artinya pengaruhnya sangat kuat, dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menyebutkan posisi dominan merupakan suatu keadaan dimana pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang berarti di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa yang dikuasai atau pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi diantara pesaingnya di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pasokan, penjualan, serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan dan permintaan barang atau jasa tertentu

6. Jabatan Rangkap

(8)

698 direksi atau komisaris pada

perusahaan lain. 7. Pemilikan Saham

Berdasarkan Pasal 27 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dikatakan bahwa pelaku usaha dilarang memiliki saham mayoritas pada beberapa perusahaan sejenis, melakukan kegiatan usaha dalam bidang sama pada saat bersangkutan yang sama atau mendirikan beberapa perusahaan yang sama. 8. Penggabungan, peleburan, dan

pengambilalihan Dalam Pasal 28 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, mengatakan bahwa pelaku usaha yang berbadan hukum maupun yang bukan berbadan hukum yang menjalankan perusahaan bersifat tetap dan terus menerus dengan tujuan mencari keuntungan.

Undang-Undang Anti Monopoli No. 5 Tahun 1999 memberi arti kepada monopoli sebagai suatu penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang atau atas penggunaan jasa tertentu oleh suatu pelaku usaha atau

sekelompok pelaku usaha. Sementara

yang dimaksud dengan “praktek monopoli” adalah suatu pemusatan

(9)

699

“monopoli” sering kalih menghantui benak kita dengan suatu keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang melakukan penguasaan atas suatu bidang kegiatan tertentu secara mutlak tanpa memberikan kesempatan kepada orang lain untuk turut serta mengambil bagian.

Gunawan Widjaja

menambahkan ”secara umum,

monopoli sangat ditakuti terutama pada negara-negara yang baru mulai berkembang dan mencoba memasuki arena perdagangan dunia yang bebas, karena7 :

1) Monopoli dikhawatirkan akan dapat meninggikan harga dan membatasi jumlah produksi (output) dibanding dengan pasar dengan persaingan;

2) Monopoli dianganggap mempunyai kemampuan untuk berproduksi pada suatu tingkat jumlah yang keuntung annya paling besar dan ini berarti pendapatan dari monopolist

7

Gunawan Widjaja, Merger Dalam Perpektif Monopoli, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002

diperoleh dengan mengambil tenaga beli milik konsumen (masyarakat);

3) Monopoli dapat mencegah terciptanya alokasi sumber daya ekonomi yang optimal, karena monopolist akan berproduksi tidak pada tingkat di mana biaya rata-rata paling rendah (tidak efisien), berbeda dengan pasar persaingan sempurna;

4) Praktek monopoli menentukan harga jual sepihak, menghambat perbaikan teknologi, membatasi perusahaan masuk industri tersebut dan karena berkuasa dalam pasar, maka monopolist

bisa mempermainkan pasar”.

(10)

700 penyalahgunaan posisi dominan pun

akan semakin besar.

B. Akibat Hukum Penggabungan

Perusahaan Yang Melakukan

Praktik Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 memberikan pengertian penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua Perseroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu Perseroan baru yang karena hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari Perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada Perseroan yang menerima penggabungan.

Sedangkan mengenai

penggabungan, peleburan dan pengambil alihan dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 1 Tahun 1995 diatur dalam Bab VII dari Pasal 102 sampai Pasal 109

dibawah judul “penggabungan, peleburuan dan pengambilalihan”.

Sejalan dengan ketentuan Pasal 109 Undang-Undang Perseroan Terbatas, pada tanggal 24 februari 1998 telah

dikeluarkan peraturan pemerintah No. 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan perseroan terbatas. Jika kita baca rumusan yang ada pada Pasal-Pasal tersebut, dapat kita lihat bahwa ketentuan merger dan konsolidasi diatur dalam 6 Pasal, dan ketentuan mengenai akuisisi diatur dalam 4 Pasal.

Seperti dijelaskan sebelumnya diatas Undang-Undang Anti Monopoli No. 5 Tahun 1999, dan ditegaskan kembali dalam Pasal 3 dari Undang-Undang Anti Monopoli tersebut, bahwa Undang-Undang Anti Monopoli mengambil landasan kepada suatu demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Kristalisasinya adalah berupa menjaga keseimbangan antara kepentingan si pelaku usaha dengan kepentingan umum, dengan tujuan untuk ;8

1) Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan

8

(11)

701 efisiensi ekonomi serta

melindungi konsumen. 2) Menumbuhkan iklim usaha

yang kondusif melalui terciptanya persaingan usaha yang sehat, dan menjamin kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi setiap orang. 3) Mencegah praktek-praktek

monopoli dan atau

persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan pelaku usaha.

4) Menciptakan evektifitas dan evisiensi dalam kegiatan usaha dalam rangka meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Jika ditelusuri ketentuan dalam Undang-Undang Anti Monopoli No. 5 Tahun 1999, maka tindakan-tindakan yang berhubungan dengan pasar yang perlu diatur oleh anti monopoli yang sekaligus merupakan ruang lingkup dari hukum anti monopoli tersebut adalah sebagai berikut :

1) Perjanjian yang dilarang; 2) Kegiatan yang dilarang; 3) Penyalagunaan posisi

dominan;

4) Komisi Pengawasan Persaingan Usaha;

5) Tata cara penanganan perkara;

6) Sanksi-sanksi;

7) Perkecualian-perkecualian. Sedangkan hal yang dilarang oleh Undang-Undang Anti Monopoli adalah sebagai berikut:

1) Perjanjian-perjanjian tertentu yang berdampak tidak baik untuk persaingan pasar, yang terdiri dari:

a. Oligopoly; b. Penetapan harga; c. Pembagian wilaya; d. Pemboikotan; e. Kartel; f. Trust; g. Oligopsoni; h. Integrasi vertical; i. Perjanjian tertutup;

j. Perjanjian dengan pihak luar negeri.

(12)

702 persaingan pasar, yang meliputi

kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Monopoli; b. Monopsony; c. Penguasaan pasar; d. Persekongkolan.

3) Posisi dominan di pasar yang meliputi :

a. Pencegahan konsumen untuk memperoleh barang atau jasa yang bersaing; b. Pembatasan pasar dan

pengembagan teknologi; c. Menghambat pesaing

untuk bias masuk pasar; d. Jabatan rangkap;

e. Pemilikan saham;

f. Merger, akuisisi, dan konsolidasi.

Jika dilihat dari aspek Penegakan hukum persaingan merupakan instrumen ekonomi yang sering digunakan untuk memastikan bahwa persaingan antar pelaku usaha berlangsung dengan sehat dan hasilnya dapat terukur berupa peningkatan kesejahteraan masyarakat. 9 Maka diperlukan

9

Andi Fahmi Lubis, et al, ed, Andi Fahmi Lubis, Ningrum Natasya Sirait,

hukum dalam persaiangan usaha yang dikarenakan sebagai berikut :

a) Persaingan perlu adanya aturan main karena kadang-kadang tidak selamanya mekanisme pasar dapat bekerja dengan baik yang memungkinkan terjadinya market failure. Adanya informasi asimetris dan monopoli.

b) Dalam pasar tersebut terdapat usaha-usaha dari pelaku usaha untuk menghindari atau menghilangkan terjadinya persaingan diantara mereka. c) Berkurangnya atau

hilangnya persaingan memungkinkan pelaku usaha memperoleh laba yang jauh lebih besar.10 Indonesia dalam hal sebelum menerbitkan Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Hukum Persaingan Usaha Antara Teks Dan Konteks”, (Jakarta, ROV Creative Media : 2009), Hlm. 9.

10

(13)

703 Usaha Tidak Sehat yang mana dalam

undang-undang ini merupakan suatu peraturan yang bersifat khusus baik menyangkut hukum materiil maupun formil yang berkaitan dengan hukum persaingan usaha. Dalam undang-undang ini diatur tentang tata cara penanganan perkara dan menciptakan proses acara baru dalam peradilan di Indonesia yakni dibidang persaingan usaha. Hal formil dalam penyelesaian perkara di Komisi Pengawasan Persaingan Usaha ( KPPU) serta memberikan kewenangan kepada

KPPU untuk melakukan

pemerikasaan, penuntutan, konsultasi, mengadili dan memutus perkara. Konsep Kewenangan Tribunal yakni KPPU memegang peran sebagai investigator, penyidik, pemeriksa, penuntut, dan pemutus.11

Dengan kedudukan KPPU sebagai lembaga Extra auxiliary organs yang diberikan kewenangan

11 Fikri Hamadhani, “ Upaya Keberatan Dan Pemeriksaan Tambahan Didalam Proses Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ( Studi Kasus Putusan Perkara Kartel Minyak Goreng Nomor 3/KPPU/2010/PN.JKT.PST)”, ( Skripsi Universitas Indonesia, Jakarta,2012), Hlm.1.

untuk memutus suatu perkara persaingan usaha, maka dalam memutuskan suatu sengketa persaingan usaha KPPU juga harus memperhatikan asas keseimbangan kepentingan. Asas keseimbangan kepentingan merupakan salah satu elemen penting yang harus diterapkan dalam menyelesaikan perkara persaingan usaha oleh KPPU.12

Proses penanganan perkara persaingan usaha berdasarkan UU No.5 Tahun 1999 sebahagian berada dalam lingkup kewenangan penuh dari KPPU dan sebahagian lagi

berada di luar lingkup kewenangan KPPU. Proses penanganan perkara yang berada sepenuhnya berada

12 Richy Ardiansyah, “Analisis

Yuridis Tentang Penerapan Asas

Keseimbangan Kepentingan Dalam

(14)

704 dalam lingkup kewenangan KPPU

terdiri dari :

1. Tindak lanjut pelaporan Dalam hal ini UU tidak menyebutkan secara jelas bagaimana tindakan konkrit dari tindak lanjut laporan tersebut, akan tetapi dalam Pasal 38 ayat (4) diberikan wewenang kepada KPPU untuk mengatur lebih lanjut ketentuan pelaporan.

2. Pemeriksaan pendahuluan atas Laporan masyarakat baik yang tidak dirugikan secara langsung maupun laporan pelaku usaha yang dirugikan dan pemeriksaan atas inisiatif KPPU tanpa adanya laporan masyarakat.

3. Pemeriksaan Lanjutan. 4. Membuat Putusan.

Sedangkan proses penanganan perkara yang berada diluar lingkup adalah kewenangan penuh KPPU adalah :

a) Pemeriksaan upaya hukum keberatan;

b) Kasasi; dan

c) Eksekusi putusan.13

Jika dilihat dari beberapa peraturan yang mengatur mengenai merger dan persaingan usaha yang tidak sehat dapat diketahui secara procedural sudah dapat di pastikan menjamin adanya kepastian hukum. Namun jika dengan mengikuti perkembangan ekonomi serta dunia usaha bukan lagi dilihat secara nasional, namun para pengusaha dapat memperluas usahanya ke ranah internasional. Hal ini akan mengisyaratkan bahwa prodak undang-undang di Negara Indonesia mesti lebih progresif untuk mencegah dampak negative persaingan-persaingan usaha dari merger.

III. PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Melihat bentuk dan pelanggaran penggabungan dalam persaingan usaha bahwa kegiatan

13

(15)

705 penggabungan tersebut dapat

diketahui melalui Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat, larangan ini sangat bermacam-macam, mulai dari bentuk Monopoli, monopsoni,

penguasaan pasar,

persengkokolan, posisi dominan, jabatan rangkap, pemilikan saham, penggabungan dan pengambil alihan. sampai pada bentuk perjanjian yang dilakukan oleh perusahaan yang melakukan penggabungan. 2. Adapun akibat hukum Undang

Undang Nomor 5 Tahun 1999 memberikan kewenangan penuh pada KPPU. KPPU berwenang menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar Undang Undang Anti Monopoli. Apa saja yang termasuk dalam sanksi administratif diatur dalam Pasal 47 Ayat (2) Undang Undang Anti Monopoli. Meski KPPU hanya diberikan kewenangan

menjatuhkan sanksi

administratif, UU Anti Monopoli

juga mengatur mengenai sanksi pidana. Pasal 48 menyebutkan mengenai pidana pokok. Sementara pidana tambahan dijelaskan dalam Pasal 49 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Tetapi ada kemungkinanya juga akibat hukumnya juga berdampak pada pertanggungjawaban pidana seperti disebutkan dalam Pasal 382 KUHP tentang perbuatan curang.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan sebelumnya serta kesimpulan yang telah penulis uraikan diatas, maka saran dari penulis adalah ;

1. Negara Indonesia adalah Negara

hukum yang mana

(16)

kebijakan-706 kebijakan yang dapat

mendorong perkembangan ekonomi yang adil di masyarakat.

2. Mengingat masih kurangnya regulasi yang dapat menjangkau ruang lingkup dari perkembangan persaingan usaha dalam ekonomi baik itu nasional maupun internasional, agar kiranya pemerintah bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat membuat regulasi yang dapat menghimpun segala substansi maupun praktek-praktek pelanggaran dalam persaingan usaha dalam satu Undang-undang.

3. Pemerintah dengan instrumenya juga perlu memperhatikan pengusaha kecil maupun pengusaha yang baru memulai usahanya dalam perkembangan

(17)

707 DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, 1999, Seri Hukum Bisnis-Anti Monopoli, Rajawali Pers, Jakarta

Andi Fahmi Lubis, et al, ed, Andi Fahmi Lubis, Ningrum Natasya Sirait, 2009 Hukum Persaingan Usaha Antara Teks Dan Konteks”, ROV Creative Media, Jakarta

Ditha Wiradiputra, 2012, Materi Perkuliahan Hukum Persaingan Usaha, Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Galuh Puspaningrum, 2013, HukumPersaingan Usaha, AswajaPressindo, Yogyakarta

Gunawan Widjaja, 2002, Merger Dalam Perpektif Monopoli, Raja Grafindo Persada, Jakarta

Hermansyah, 2008, Pokok Pokok Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta

M. Yahya Harahap, 2003, Hukum Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, Jakarta Munir Fuady, 2009, Hukum Anti Monopoli Menyongsong Era Persaingan Sehat,

Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

C. Sumber lain

(18)

708

Richy Ardiansyah, “Analisis Yuridis Tentang Penerapan Asas Keseimbangan Kepentingan Dalam Penyelesaian Perkara Persaingan Usaha Oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) (Studi Kasus Tentang Putusan KPPU No 2/KPPU/-L/2005 Mengenai Kasus Antara PT

Carrefour Indonesia Dan Pemasok Barang)”,( Artikel Ilmiah Universitas Brawijaya, 2013), hlm. 7. Diunduh pada

http://hukum.ub.ac.id/wp-content/uploads/2013/01/Jurnal-Richy-Ardiansyah-0810113229.pdf diunduh pukul 10: 32 WIB tanggal 29

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pemasaran yang dilakukan pedagang sembako menggunakan beberapa strategi antara lain, (a) strategi pelayanan, tidak mudah putus asa

Hasil evaluasi pada tolok ukur panjang hipokotil produksi tahun 2009 dan 2010, menunjukkan bahwa antara vigor daya simpan benih cabai hibrida dan non hibrida tidak berbeda nyata,

Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 serta Peraturan Menteri

(2002) tutkimuksen mukaan masennus ja yksinäisyys pahenivat, kun internetissä käytetty aika kasvoi. Jatkotutkimuksessa tätä ei kuitenkaan enää huomattu, eikä

The theoretical calculation support an experimental results, since intramolecular insertion reaction of pyridylnitrene is considered to be suppressed by the lower

Pendidikan Jiwa (al-Tarbiyah al-Nafs) adalah Suatu upaya untuk membina, medidik, memelihara, menjaga, membimbing dan membersihkan sisi dalam diri manusia (Jiwa)

Aplikasi Youtube di Android dapat digunakan untuk mengunggah video dengan merekam video baru atau memilih video yang telah ada di galeri, berikut langkah- langkahnya:. ➢ Login