BAB II
LATAR BELAKANG DILAKSANAKANNYA TINDAKAN PEMBELIAN KEMBALI (BUYBACK) SAHAM YANG BEREDAR DI PASAR MODAL
A. Pengertian Pembelian Kembali (Buyback) Saham
Pembelian kembali (buyback) saham adalah
Buyback43
a. The purchase of a long position to offset a short position.
b. A corporation's repurchase of stock or bonds it has issued. In the case of stocks, this reduces the number of shares outstanding, giving each remaining shareholder a larger percentage ownership of the company. This is usually considered a sign that the company's management is optimistic about the future and believes that the current share price is undervalued. Reasons for buybacks include putting unused cash to use, raising earnings per share, increasing internal control of the company, and obtaining stock for employee stock option plans or pension plans. When a company's shareholders vote to authorize a buyback, they aren't obliged to actually undertake the buyback. also called corporate repurchase.
(a. Pembelian posisi yang panjang (permanen) untuk mengimbangi posisi
pendek (temporer).
b. Pembelian perusahaan atas saham atau obligasi yang diterbitkannya
sendiri. Dalam kasus saham, hal ini menurunkan jumlah saham yang
beredar, dan memberikan sisa pemegang saham memperoleh persentase
kepemilikan saham yang lebih besar di perusahaan. Hal tersebut biasanya
dianggap sebagai tanda bahwa managemen perusahaan optimis akan masa
depan dan berkeyakinan bahwa harga saham saat ini dihargai terlalu
rendah. Alasan dari dilakukannya pembelian kembali adalah untuk
menggunakan kas (uang tunai) yang tidak terpakai, meningkatkan
43
pendapatan per saham, meningkatkan pengawasan internal perusahaan,
dan memperoleh saham untuk program pilihan saham untuk karyawan atau
program pensiun. Ketika pemegang saham perusahaan memilih untuk
melakukan pembelian kembali, mereka tidak diwajibkan untuk melakukan
pembelian kembali tersebut. Hal ini disebut juga sebagai hak membeli
kembali perusahaan.)
Lebih lanjut pengertian buyback adalah:44
The repurchase of outstanding shares (repurchase) by a company in order to reduce the number of shares on the market. Companies will buy back shares either to increase the value of shares still available (reducing supply), or to eliminate any threats by shareholders who may be looking for a controlling stake.
A buyback allows companies to invest in themselves. By reducing the number of shares outstanding on the market, buybacks increase the proportion of shares a company owns. Buybacks can be carried out in two ways:
a. Shareholders may be presented with a tender offer whereby they have the option to submit (or tender) a portion or all of their shares within a certain time frame and at a premium to the current market price. This premium compensates investors for tendering their shares rather than holding on to them.
b. Companies buy back shares on the open market over an extended period of time.
( Membeli kembali saham yang beredar (membeli kembali) oleh
perusahaan dalam rangka untuk mengurangi jumlah saham di pasar. Perusahaan
akan membeli kembali saham baik untuk meningkatkan harga saham yang masih
tersedia (mengurangi pasokan), atau untuk menghilangkan segala macam
ancaman oleh pemegang saham yang mungkin ingin mengontrol atau mengambil
alih saham.
44
Pembelian kembali saham memperbolehkan perusahaan-perusahaan untuk
berinvestasi di dalam perusahaannya sendiri. Dengan melakukan pengurangan
jumlah saham yang beredar di pasar, pembelian kembali saham dapat
meningkatkan jumlah saham yang dimiliki oleh perusahaan. Pembelian kembali
saham dapat dilaksanakan dengan 2 (dua) cara:
a. Pemegang saham dapat ditawarkan dengan tender offer dimana mereka mempunyai pilihan untuk mengajukan (atau tender) sebagian atau
seluruh saham mereka dalam jangka waktu tertentu dan pada premi
untuk harga saham saat ini. Premi atau iuran inilah yang digunakan
untuk mengkompensasi para investor yang melakukan tender atas
saham mereka.
b. Perusahaan yang membeli kembali saham di pasar terbuka dilakukan
dalam jangka waktu tententu.)
Sedangkan menurut Weston, Mitchel, dan Mulherin (2004:484)
mendefinisikan buyback saham atau share repurchase sebagai suatu tindakan perusahaan publik yang membeli sahamnya sendiri baik melalui proses tender offer, open market atau melakukan negosiasi pembelian kembali dari
blockholder.45
B. Dasar Hukum Pembelian Kembali (Buyback) Saham
Dasar hukum pembelian kembali (buyback) saham, sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
45
Pembelian kembali (buyback) saham sebelum diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 ini, diatur dalam Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1995 Tentang Perseroan Terbatas dalam diatur dalam Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas dalam Pasal 30 sampai dengan Pasal 33,
Bagian Kedua tentang Perlindungan Modal dan Kekayaan Perseroan dari Bab
ketiga Undang-Undang ini yang membahas tentang Modal dan Saham. Setelah
Undang-Undang tersebut mengalami perubahan, pembelian kembali (buyback) saham ini tetap diatur pada bagian perlinndungan modal dan kekayaan perseroan,
tepatnya diatur dalam Pasal 37 sampai dengan Pasal 40, Bagian Kedua tentang
Perlindungan Modal dan Kekayaan Perseroan dari Bab ketiga Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas yang membahas tentang
Modal dan Saham.
Pengaturan mengenai pembelian kembali (buyback) saham ini sebelum dan sesudah perubahan Undang-Undang diatur dalam bab yang sama. Meskipun
demikian, terdapat beberapa peraturan yang telah mengalami perubahan.
Ketentuan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 ini merupakan
perbaikan dari Pasal 30 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas. Di dalam Pasal 30 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1995 tersebut menyebutkan dimiliki oleh anak perusahaan, dimana frase tersebut
Perseroan Terbatas. Disamping itu, pasal ini memberikan pengecualian apabila
diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal. 46
Dalam Pasal 30 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 juga menyatakan
bahwa pembelian kembali saham harus dibayar dari laba bersih, dan jumlah nilai
nominal saham yang dimiliki Perseroan dan anak perusahaan tidak boleh melebihi
10% (sepuluh perseratus) dari jumlah modal yang ditempatkan. Pasal 30 ini tidak
terdapat pembatasan berapa lama saham yang dibeli kembali tersebut boleh
dikuasai perseroan. Berbeda dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, pada
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tidak terdapat kewajiban untuk
menggunakan laba bersih sebagai sumber dana pembelian kembali.47
Selanjutnya, Pasal 31 UU PT Tahun 1995 menyatakan bahwa pembelian
kembali saham atau pengalihannya lebih lanjut hanya dapat dilakukan
berdasarkan keputusan RUPS. Berbeda dengan UU PT Tahun 1995, pada UU PT
2007 tidak terdapat kewajiban untuk menggunakan laba bersih sebagai sumber
dana pembelian kembali. Sehubungan dengan pembatasan periode penguasaan
saham yang diperoleh kembali, Pasal 37 UU PT Tahun 2007 memberikan batasan
bahwa saham yang dibeli kembali oleh Perseroan hanya boleh dikuasai paling
lama 3 (tiga) tahun. Dalam penjelasan pasal 37 tersebut disebutkan bahwa jangka
waktu 3 (tiga) tahun dimaksudkan agar Perseroan dapat menentukan apakah
saham tersebut akan dijual atau ditarik kembali dengan cara pengurangan modal.48
46
I Made B. Tirthayatra, “Beberapa Perbedaan Antara UU PT Tahun 2007 dengan UU PT Tahun 1995”, http://made-tirthayatra.blogspot.com/2009/06/beberapa-perbedaan-antara-uu-pt-tahun.html (diakses pada tanggal 22 Maret 2014)
47
Jamin Ginting, Hukum Perseroan Terbatas, Cet. Pertama, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2007), hlm. 8.
48
Sehubungan dengan perlunya persetujuan RUPS untuk membeli kembali
saham atau pengalihannya lebih lanjut, dan adanya pembatasan pembelian
kembali saham untuk tidak melebihi 10% dari jumlah modal ditempatkan, dalam
Undang-Undang Perseroan Terbatas tahun 2007 dinyatakan bahwa persetujuan
RUPS dan pembatasan tersebut diwajibkan sepanjang tidak ditentukan lain dalam
peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.49
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
Pembelian kembali (buyback) saham tidak ada diatur secara tersurat dalam Undang-Undang Pasar Modal. Pada dasarnya tindakan pembelian kembali
(buyback) sahamini tidak boleh dilaksanakan dalam kondisi yang normal karena merupakan sebuah tindakan yang melanggar Undang-Undang Pasar Modal. Hal
tersebut secara tersirat dapat kita lihat dalam ketentuan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 02/POJK.04/2013 tentang pembelian kembali saham dalam
kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan yang menentukan bahwa emiten
dapat melakukan pembelian kembali (buyback) saham sepanjang tidak bertentangan dengan Pasal 91, Pasal 92, Pasal 95, dan Pasal 96 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.50
3. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 02/POJK.04/2013 Tentang
Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten Atau
Perusahaan Publik Dalam Kondisi Pasar Yang Berfluktuasi Secara
Signifikan
49
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab III, Bagian Kedua, Pasal 38, Angka 1.
50
Untuk mengurangi dampak pasar yang berfluktuasi secara signifikan yang
menyebabkan terjadi tekanan bursa saham domestik, maka Otoritas Jasa
Keuangan memberikan kemudahan bagi Emiten atau Perusahaan Publik untuk
melakukan pembelian kembali (buyback) saham dengan menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan
oleh Emiten atau Perusahaan Publik Dalam Kondisi Pasar Yang Berfluktuasi
Secara Signifikan. Dalam kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan
Perseroan diperbolehkan melakukan pembelian kembali (buyback) saham tanpa rapat umum pemegang saham.51
C. Latar Belakang Dilaksanakannya Pembelian Kembali (Buyback) Saham Di Pasar Modal
Pembelian kembali sebagian saham yang telah dilepas ke publik atau
sering disebut dengan istilah stock buyback merupakan salah satu bentuk tindakan korporasi yang dilakukan emiten dan merupakan strategi dalam investasi saham.
Pembelian kembali (buyback) saham dilakukan oleh emiten atau perusahaan publik sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kembali harga sahamnya yang
telah jatuh di pasar. Biasanya pembelian kembali (buyback) saham dilakukan ketika harga saham sudah dibawah harga riilnya. Selain itu, fungsi lain dari
pembelian kembali (buyback) saham adalah untuk meningkatkan kembali laba perseroan per saham / Earn per Share (EPS) dan Return on Equity (ROE) secara berkelanjutan yang dapat menaikkan harga saham, terutama saat Perseroan sedang
51
menghadapi issue mengenai penurunan kinerja Perseroan yang berpotensi menurunkan harga saham Perseroan tersebut.52
Pembelian kembali (buyback) saham dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif yang dapat dipakai oleh emiten untuk meningkatkan kembali harga
sahamnya yang telah jatuh di pasar. Dengan dilakukannya pembelian kembali
(buyback) saham, maka berakibat pada naiknya laba per saham / Earning per Share (EPS) dan Return on Equity / ROE secara berkelanjutan yang dapat berakibat menaikkan harga saham di pasar.53 Sebenarnya peningkatan laba per
saham Perseroan karena pembelian kembali (buyback) saham bukanlah peningkatan laba Perseroan secara murni. Bagi Perseroan, peningkatan laba per
saham / Earn per Share (EPS) melalui pembelian kembali (buyback) saham tidak murni karena pembeli adalah Perseroan itu sendiri, walaupun dari segi
penghitungan laba Earn per Share terjadi peningkatan.54 Dengan kata lain, kenaikan harga saham emiten yang melakukan stock buyback bukan diakibatkan dari peningkatan kinerja fundamental, namun hanya dari mekanisme permintaan
dan penawaran pasar yang berubah.55
Salah satu faktor dilaksanakannya pembelian kembali (buyback) saham adalah untuk menjaga nilai nominal dari total modal disetor dan ditempatkan, jika
sebagian dari modal tersebut tidak dimiliki atau dibeli oleh siapapun di pasar
dalam jangka waktu tertentu. Artinya, pembelian kembali saham dapat dilakukan
52
Hendy M. Fakhruddin, Go Publik: Strategi Pendanaan, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008), hlm. 235.
53
Ibid.
54
Blogspot, “Pembelian kembali saham (Buy Back Share)”, http://getsolvedfriend.blogspot.com/2010/07/pembelian-kembali-saham-buy-back-share.html,
(diakses pada tanggal 5 April 2014)
55
oleh Perseroan apabila terjadi suatu keadaan dimana terdapat sejumlah saham
yang telah dikeluarkan oleh perseroan, namun saham tersebut dalam status idle.
Jadi, untuk mengamankan modal dan kekayaan Perseroan, maka saham tersebut
kemudian dibeli kembali oleh Perseroan. Karena apabila saham tersebut tidak
dibeli kembali oleh Perseroan, maka harus dilakukan koreksi atau penurunan dari
total nonimal modal disetor dan modal ditempatkan perseroan. 56Saham yang
dapat dibeli kembali oleh Perseroan juga terbatas, yaitu tidak melebihi 10%
(sepuluh perseratus) dari jumlah modal yang ditempatkan dalam Perseroan.57
Pembelian kembali ini hanya boleh dilakukan berdasarkan persetujuan rapat
umum pemegang saham.58 Saham yang telah dibeli kembali oleh Perseroan hanya
boleh dikuasai Perseroan paling lama tiga tahun.59
Salah satu tujuan dilaksanakannya pembelian kembali saham merupakan
bentuk tugas dan tanggung jawab perseroan untuk melindungi kekayaan dan
modal perseroan. Undang-Undang Perseroan Terbatas baik Undang-Undang
Nomor 1 tahun 1995 maupun Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007
memasukkan ketentuan tentang pembelian kembali saham pada bagian
perlindungan modal dan kekayaan perseroan, dari hal tersebut sudah dapat dilihat
bahwa salah satu tujuan tindakan pembelian kembali (buyback) saham adalah untuk melindungi harta dan kekayaan perseroan.
56
Bimoprasetio, “Buyback Saham Di Tengah Ancaman Anjloknya Harga Saham”, http://strategihukum.net/buy-back-saham-di-tengah-ancaman-anjloknya-harga-saham (diakses pada tanggal 2 April 2014)
57
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab III, Bagian Kedua, Pasal 37, Angka 1, Huruf b.
58
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab III, Bagian Kedua, Pasal 38, Angka 1.
59
Menurut wikipedia.com pembelian kembali (buyback) saham dapat mendistribusikan cash kepada pemegang saham yang ada sebagai ganti dari saham yang beredar yang dipegang oleh pemegang saham. Pembelian kembali
(buyback) saham merupakan salah satu cara pemanfaatan sisa profit yang ditahan. Ketika perusahaan membeli kembali sahamnya, hal tersebut akan mengurangi
jumlah saham beredar yang dipegang oleh publik, sehingga walaupun profit yang
dihasilkan tetap sama, tetapi Earning per Share akan meningkat. Jadi, pembelian kembali (buyback) saham khususnya ketika harga saham perusahaan undervalue
akan memberikan return on investment yang menguntungkan.
Beberapa alasan yang menjadi dasar bagi emiten untuk membeli kembali
sahamnya yang ada di publik, yaitu sebagai berikut:60
1. Untuk menjaga kewajaran harga sahamnya.
Di pasar modal, harga saham suatu perusahaan dapat dijadikan sebagai salah
satu tolok ukur baik tidaknya kinerja keuangan perusahaan tersebut, sehingga
dapat dikatakan dalam kondisi yang wajar dan normal. Semakin baik kinerja
keuangan suatu perusahaan, maka harga sahamnya juga semakin membaik /
meningkat. Pembelian kembali (buyback) saham dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif yang dapat dipakai oleh emiten untuk meningkatkan kembali
harga sahamnya yang telah jatuh di pasar. Dengan dilakukannya pembelian
kembali (buyback) saham, maka berakibat pada naiknya laba per saham (earning per share / EPS) dan Return on Equity / ROE secara berkelanjutan yang dapat berakibat menaikkan harga saham di pasar. Di samping itu, dengan
60
pembelian kembali (buyback) saham, saham yang dimiliki oleh masyarakat akan berkurang (supply berkurang), akibatnya adalah harga saham akan naik (dengan asumsi jumlah permintaan terhadap saham tersebut tetap).
Namun perlu dicatat, bahwa alasan emiten untuk melakukan pembelian
kembali (buyback) saham adalah untuk meningkatkan Earning per Share
perusahaan, karena naiknya laba per saham tersebut bukan diakibatkan oleh
peningkatan pendapatan atau laba perusahaan, namun lebih disebabkan jumlah
saham beredar yang semakin berkurang sehingga rasio laba per saham atau
Earning per Share menjadi meningkat. Atau dengan kata lain, kenaikan harga saham emiten yang melakukan stock buyback bukan diakibatkan dari peningkatan kinerja fundamental, namun hanya dari mekanisme permintaan
dan penawaran pasar yang berubah.
2. Sinyal Psikologis ke pasar.
Pengumuman pembelian kembali (buyback) saham diharapkan mampu menularkan sinyal positif ke pasar bahwa harga saham mungkin sudah
undervalued, dengan demikian investor atau pasar diharapkan bereaksi positif untuk melakukan pembelian pada saham tersebut sehingga pada gilirannya
harga saham kembali ke tingkat yang diharapkan emiten.
Ketika terjadi crash di pasar modal Amerika pada tahun 1987, banyak perusahaan besar mengumumkan akan melakukan pembelian kembali
(buyback) saham. Hal tersebut dilakukan dengan motivasi agar pasar mendapat sinyal positif dan segera beraksi positif sehingga harga-harga saham
3. Melakukan pembelian kembali saham untuk dijual kembali.
Emiten yang telah melakukan pembelian kembali saham dapat menjual
kembali sahamnya di Bursa. Jika saham yang telah dibeli kembali ini dapat
dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi dari harga perolehannya, maka
selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian kembali saham tersebut
di tambahkan sebagai Tambahan Modal Disetor. Hal ini akan memperbaiki
struktur permodalan emiten tersebut.
4. Melakukan pembelian kembali saham untuk dibagikan kepada karyawan
(ESOP).
Beberapa perusahaan melakukan pembelian kembali saham dengan tujuan
saham yang telah dibeli kembali akan dibagikan kepada karyawan sebagai
insentif agar karyawan tersebut dapat terus bekerja di perusahaan tersebut.
Insentif seperti ini biasa disebut Employee Stock Option Plan yaitu semacam program insentif bagi karywan untuk memiliki saham perusahaan dimana
karyawan tersebut bekerja. Banyak hal yang dapat dihasilkan dari program
ESOP ini, diantaranya adalah karyawan akan semakin betah dalam waktu
yang lama (mengurangi tingkat turnover atau keluar masuknya karyawan di perusahaan tersebut).
5. Untuk menghindarkan diri dari akuisisi oleh perusahaan yang lain karena
memiliki dana kas yang melimpah.
Perusahaan yang memiliki prospek yang bagus di masa depan terutama
perusahaan yang sedang memiliki dana kas yang melimpah merupakan salah
pertahanan diri agar tidak diakuisisi, perusahaan tersebut dapat menggunakan
dana kas yang dimilikinya untuk membeli kembali sahamnya.
Di bursa saham yang sudah maju, seperti New York Stock Exchange (NYSE), pembelian kembali (buyback) sering dilakukan sebagai strategi pertahanan untuk menggagalkan upaya takeover atau pengambilalihan dari perusahaan
lain yang tidak disukai emiten. Biasanya emiten yang memiliki saldo kas yang
besar dalam neraca sering kali menjadi target yang menarik untuk akuisisi.
Maka emiten yang menjadi sasaran menggunakan kas untuk membeli kembali
saham mereka sendiri agar membuat mereka kurang menarik untuk dijadikan
target akuisisi.
6. Pertimbangan pajak.
Pelaksanaan pembelian kembali (buyback) saham yang dilandasi oleh pertimbangan pajak sering kali terjadi, khususnya di negara-negara maju,
karena ketika seorang investor mendapatkan pembagian dividen maka investor
tersebut akan dikenakan sejumlah pajak atas penghasilan dari dividen tersebut.
Artinya, return yang diberikan oleh emiten kepada pemegang menjadi berkurang karena adanya pajak atas dividen. Hal tersebut menjadi semakin
krusial ketika tingkat pajak yang dikenakan atas pendapatan dividen relatif
besar.
Untuk alasan demikian, maka emiten memilih melakukan pembelian kembali
yang lebih riil atau return yang memang diharapkan investor. Investor tentu akan bersedia membeli pada harga yang lebih tinggi dibanding harga pasar.
7. Faktor Fleksibilitas bagi emiten
Keputusan untuk membagikan dividen kepada pemegang saham merupakan
keputusan yang direncanakan secara matang baik menyangkut timing, dana yang tersedia, dan pertimbangan kondisi keuangan perusahaan lainnya. Hal
tersebut berbeda dengan keputusan dividen, karena manajemen emiten
memiliki keleluasaan untuk mengatur kapan dan berapa besar transaksi yang
akan dilakukan dalam pembelian kembali (buyback) saham. 8. Sebagai upaya penghematan dividen
Pembelian kembali (buyback) saham dapat mengurangi jumlah saham yang beredar di masyarakat, sehingga perusahaan dapat banyak menghemat
pembagian dividen jika melakukan pembagian dividen saham, karena saham