• Tidak ada hasil yang ditemukan

Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

BAB III FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG PERDAGANGAN ORANG

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI

B. Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak merupakan perubahan dari Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Dasar pembentukan undang-undang ini adalah dalam rangka memberikan perlindungan hukum terhadap anak. Bahwa anak merupakan sebagai tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa memiliki peran strategis, ciri dan sifat khusus sehingga wajib dilindungi dari segala bentuk perlakuaan tidak manusiawi yang mengakibatkan terjadinya pelanggaran hak asasi manusia.

Banyaknya kasus kekerasan anak yang terjadi di Indonesia diangap sebagai salah satu indikator buruknya kualitas perlindungan anak. Keberadaan Anak yang belum mampu untuk hidup mandiri tentunya sangat membutuhkan orang-orang sebagai tempat berlindung. Fenomea tindak kekerasan yang terjadi pada anak-anak di Indonesia mulai menuai sorotan keras dari berbagai kalangan pada saat banyak stasiun televisi menayangkannya secara vulgar pada program kriminal, seperti : kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh keluarga korban atau

52

orang-orang dekat korban, kasus sodomi, perdagangan anak untuk dieksploitasi menjadi pekerja seks komersil hingga pembunuhan.53

Rendahnya kualitas perlindungan anak di Indonesia banyak menuai kritik dari berbagai elemen masyarakat. Pertanyaan yang sering terlontar adalah sejauh mana pemerintah telah berupaya memberikan perlindungan hukum kepada anak sehingga anak dapat memperoleh jaminan atas kelangsungan hidup dan penghidupannya sebagai bagian dari hak asasi manusia. Pada hal yang berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak adalah negara, pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, keluarga dan orang tua/wali.54

Perlindungan anak adalah segala bentuk kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.55

Anak sebagai korban tindak pidana perdagangan orang memiliki hak-hak khusus termasuk hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dan kedudukan hukum sebagai korban tindak pidana. Ketentuan tersebut terdapat pada Pasal 59 ayat (1) undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak :

Perlindungan khusus kepada Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada :

53

Dikdik M.Arief Mansyur & Elisatris Gultom, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan, (Jakarta, Raja Grafindo, 2007) Hal aman 122

54

Pasal 20 undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

55

Pasal 1 point 2 Undang-undang Nomor 35 tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak tentang Perlindungan Anak

a. Anak dalam situasi darurat;

b. Anak yang berhadapan dengan hukum; c. Anak dari kelompok minoritas dan terisolasi;

d. Anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual;

e. Anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, da zat adiktif lainnya;

f. Anak yang menajadi korban pornografi; g. Anak dengan HIV/AIDS;

h. Anak korban penculikan, penjualan, dan/atau perdagangan; i. Anak korban kekerasan fisik dan/atau psikis;

j. Anak korban kejahatan seksual; k. Anak korban jaringan terorisme l. Anak penyandang Disabilitas;

m.Anak korban perlakuan salah dan penelantaran; n. Anak dengan perilaku sosial menyimpang; dan

o. Anak yang menjadi korban stigmatisasi dari pelabelan terkait dengan kondisi orangtuanya

Sementara itu, perlindungan khusus bagi anak yang menjadi korban tindak pidana dilaksanakan melalui :

a. Upaya rehabilitasi, baik dalam lembaga maupun luar lembaga;

b. Upaya perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massa dan untuk menghindari labelisasi;

c. Pemberian jaminan keselamatan bagi saksi korban dan saksi ahli, baik fisik, menal maupun sosial; dan

d. Pemberian aksesibilitas untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan perkara.

Perlindungan khusus bagi anak yang menjadi korban tindak pidana perdagangan orang adalah tertulis dalam ketentuan Pasal 68 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak yaitu :

“Perlindungan khusus bagi Anak korban penculikan, penjualan, dan/atau perdagangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2) huruf (f) dilakukan melalui upaya pengawasan, perlindungan, pencegahan, perawatan, dan rehabilitasi.”

Untuk anak-anak korban perdagangan manusia, mengingat karakteristik kejahatannya sangat khas, perlu diberikan perlindungan khusus, antara lain sebagai berikut.56

a. Perlindungan berkaitan dengan identitas korban, terutama selama proses persidangan

Tujuannya perlindungan ini adalah agar korban terhindar dari berbagai ancaman atau intimidasi dari pelaku yang mungkin terjadi selama proses persidangan berlangsung.

b. Jaminan keselamatan dari aparat berwenang.

Korban harus diperlakukan dengan hati-hati oleh aparat penegak hukum agar keselamatannya terjamin sehingga dapat memberikan kesaksian.

c. Bantuan medis, psikologis, hukum, dan sosial, terutama untuk mengembalikan kepercayaan pada dirinya serta mengembalikan kepada keluarga, dan komunitasnya.

d. Kompensasi dan restitusi.

Korban memperoleh kompensasi dan restitusi karena penderitaan korban juga merupakan tanggung jawab negara

56

Ketentuan Pidana Pelaku Perdagangan anak terdapat dalam Pasal 76F dan Pasal 83 undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Pasal 76F Yaitu :

“Setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan penculikan, penjualan, dan/atau perdagangan Anak”.

Pasal 83 undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Yaitu :

“Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76F dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp.60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)”.

Upaya perlindungan hukum terhadap anak perlu secara terus menerus diupayakan demi tetap terpeliharanya kesejahteraan anak mengingat anak merupakan salah satu aset berharga dari kemajuan suatu bangsa di kemudian hari. Kualitas Perlindungan terhadap anak hendaknya memiliki derajat/tingkat yang sama dengan perlindungan terhadap orang-orang berusia dewasa mengingat setiap orang memiliki kedudukan yang sama di hadapan hukum (equality before the la w).57

C. undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perubahan atas