• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Beberapa Peraturan Perundang-Undangan Dalam Bidang

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, Tentang

Berikut diuraikan beberapa peraturan perundang-undangan dibidang hukum ekonomi/investasi, yang terkait degan permasalahan perselisihan hubungan industrial. Adapun beberapa undang-undang yang terkait seperti dimaksud diatas dapat diketahui, yakni sebagai berikut :

Penjelasan Umum Undang-Undang Penanaman Modal. Paragraf Kedua menyatakan bahwa, penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing.102

Telah jelas disebutkan diatas, bahwa penanaman modal merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Namun usaha pemerintah dimaksud harus didukung oleh kepastian dalam peraturan

101 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,

Tinjauan Ekonomi Keuangan, Redaksi, Volume 1 Nomor 3, Jakarta, 2011. hal. 2

102

Lihat Republik Indonesia, Undang-Undang No. 25 Tahun 2007, tentang Penanaman Modal, Vide Penjelasan Umum, Paragraf Kedua.

perundang-undangan lain yang terkait langsung dengan aktifitas investasi, termasuk berbagai peraturan tentang transaksi bisnis internasional.

Kita harus mawas diri bahwa ternyata beberapa persoalan yang muncul sebenarnya berasal dari perbuatan kita dimasa lampau. Kurangnya penegakan hukum dan kontrol sosial terhadap kekuasaan dan penguasa juga telah menjerumuskan bangsa, akibatnya adalah kerusakan yang cukup besar dalam berbagai dimensi kehidupan berbangsa termasuk pengelola negara, dunia usaha, dan sektor keuangan, dan investasi negara kita. Dalamnya, tidak hanya dirasakan di bidang ekonomi, namun juga diseluruh sendi kehidupan masyarakat Indonesia.103

Horikawa Shuji, salah seorang pengusaha asal Jepang menjelaskan pertimbangan investasi sebagai aliran air. Air selalu mengalir dari tempat yang paling tinggi ke tempat yang paling rendah. Apapun alasannya, pelaku bisnis selalu mencari itu, sebab pengusaha itu butuh ketenangan berusaha, berharap mendapat insentif yang Salah satu perbuatan dimasa lampau yang berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi dalam bentuk penanaman modal adalah dengan didundangkannya Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2007, untuk menggantikan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri karena dipandang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan percepatan perkembangan perekonomian dan pembangunan huku m nasional, khususnya di bidang penanaman modal.

103

Mas Achmad Daniri, Good Corporate Governance Konsep Dan Penerapannya Dalam Konteks Indonesia, PT Ray Indonesia, Jakarta, Ed. Kedua, 2006, hal.1

memadai dari pemerintah dimana ia berinvestasi dan memperoleh peluang untuk berkembang dengan lingkungannya, dengan karyawannya dan dengan mitranya secara baik. Tanpa itu, sulit bagi pelaku bisnis untuk berkembang.104

Apa yang bisa membuat investor merasa tenang dalam berusaha adalah adanya kepastian hukum, karena dengan kepastian hukum investor dapat melakukan sejumlah prediksi terhadap rencana usaha yang dilakukannya. Setidaknya dengan adanya Undang-Undang tentang Penanaman Modal ini akan memberkan suatu kepastian hukum dalam menjaga iklim usaha yang kondusif dan mengundang minat investor, baik dalam negeri maupun investor asing.

Upaya penciptaan penanaman modal baru ataupun optimalisasi kontribusi dari penanaman modal yang sudah ada di daerah sebelumnya, senantiasa menjadi salah satu objek pendapatan daerah. Bahkan dari aspek eksternal masing-masing daerah senantiasa berusaha untuk lebih menarik penanaman modal asing agar bersama-sama dengan swasta domestik dapat lebih mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

104

2. Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007, tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan Dibidang Penanaman Modal ; dan Perauran Presiden Nomor 77 Tahun 2007, tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, tentang Penanaman Modal menyebutkan bahwa pemerintah wajib menetapkan bidang usaha yang dicadangkan untuk usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi serta bidang usaha yang terbuka untuk usaha besar dengan syarat harus bekerja sama dengan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi.105

Dua hal pokok diatas yang menjadi peraturan pelaksana dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, tentang penanaman modal. Yang dimaksud dengan penanaman modal pada Peraturan Presiden ialah : “segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri, maupun penanam modal asing utuk melakukan usaha diwilayah Republik Indonesia.

Selanjutnya pada Pasal 12 ayat (4), menyebutkan secara tegas bahwa kriteria dan syarat bidang usaha tertutup dan terbuka dengan segala persyaratannya serta daftar bidang usaha tertutup maupun bidang usaha terbuka, dengan persyaratannya masing-masing, akan diatur dengan Peraturan Presiden.

106

105

Lihat Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007, tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan Dibidang Penanaman Modal. Preambule Menimbang : paragraf pertama, baris ke-dua.

106

Lihat Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007, tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan Dibidang Penanaman Modal. Pasal 1 angka (1).

Diterbitkannya peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nonor. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal maksudnya tak lain guna mendorong pertumbuhan investasi di negeri ini. Perpres Nomor. 76 adalah menyangkut tentang kriteria dan persyaratan penyusunan bidang usaha yang tertutup dan terbuka atau lebih dikenal Daftar Negatif Investasi (DNI). Sedangkan Perpres No. 77 adalah mengenai daftar bidang usaha yang bersangkutan. Kedua peraturan ini dibuat tidak lain adalah untuk menjaring investor baik lokal maupun luar negeri. Boleh jadi kita semua masih ingat sejak pergantian Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia, secara makro perekonomian Indonesia mengalami kemerosotan. Pembangunan di segala bidang macet dan terhenti. Pertumbuhan sektor riil tidak berjalan sebagaimana mestinya. Selain itu, sektor perbankan yang seharusnya mem-back up pelaku usaha takut mengucurkan kredit. Akibatnya dunia usaha pun collapse.107

Perpres No. 77 Tahun 2007 menegaskan investor asing dapat menguasai saham sebesar 75 (tujuh puluh lima) persen dari saham yang ditanamkan. Berbeda dengan peraturan sebelumnya yakni Kepres No. 96 Tahun 2000, yang memperkenankan posisi saham asing sebesar 100 (seratus) persen. Dari segi pelaku usaha asing, adanya perubahan komposisi saham ini tentu kurang menguntungkan, karena tidak dapat menguasai keseluruhan saham dari perusahaan yang didirikan. Lebih-lebih bilamana komposisi saham lokal dan asing yang diperkenankan adalah masing-masing 50 (lima puluh) persen.

107

Budiman Ginting, Kepastian Hukum Dan Implikasinya Terhadap Pertumbuhan Investasi di Indonesia, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Hukum Investasi pada Fakultas Hukum USU, Medan, 2008, hal. 18.

Keadaan ini sangat menyulitkan posisi hukum masing-masing bilamana terjadi sengketa antara dua pihak. Karena kedua pihak mempunyai kedudukan hukum yang sangat kuat. Tidak jarang dalam suatu RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) dari suatu PT (Perseroan Terbatas) PMA yang didirikan, suatu perseroan tidak dapat mengambil suatu keputusan/kebijakan karena salah satu pihak tidak hadir dalam suatu rapat yang diadakan, sehingga tidak mencapai kuorum untuk diadakannya suatu rapat. Konsekuensinya adalah merugikan suatu perusahaan.108

Oleh karenanya dalam Kepres No. 77 Tahun 2007, tentang Daftar Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, memberikan batasan tekait masing-masing jenis usaha tertentu, yaitu sebagai berikut :

109

No

Tabel 1

Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Untuk Penanaman Modal

Bidang Usaha Sektor

1. 2.

3.

4.

Perjudian/Kasino

Peninggalan sejarah dan purba kala (candi, keraton, prasasti, petilasan, bangunan kuno, temuan bawah laut, dsb)

Pemanfaatan (pengambilan koral alam)

Penagkapan Spesies Ikan yang tercantum dalam appendix 1 CITES.

Kebudayaan dan Parawisata --sda--

Kehutanan

Kelautan dan Perikanan

108

Ibid hal 19 109

Lihat Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007, tentang Daftar Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Lampiran I-II

5. 6. 7. 8. 9. 10.

Manajemen dan penyelenggaraan stasiun monitoring Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit. Lembaga Penyiaran Publik (LPP), Radio dan Televisi

Penyedian dan Penyelenggaraan Terminal.

Pemasangan dan Pemeliharan Perlengkapan Jalan

Industri bahan kimia yang dapat merusak lingkungan, seperti : Penta Chlorophenol, Dichloro Diphenyl Trichloro Elhane (DDT), Dieldrin, Chlordane, Carbon Tetra Chloride, Chloro Fluoro Carbon (CFC), Methyl Broride, Methyl Chloroform, Halon, dan lainnya.

Industri Minuman mengandung Alkohol (minuman keras, anggur dan minuman mengandung malt)

Komunikasi dan Informatika

--sda--

Perhubungan

--sda--

Perindustrian

--sda--

Lampiran I Kepres No. 77 Tahun 2007

Penjelasan : Bidang usaha yang tertutup dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan non komersil seperti, penelitia dan pengembanagan dan mendapat persetujuan dari sektor yang bertanggung jawab atas pembinaan bidang usaha tersebut.

Selanjutnya dalam bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan, diklasifikasi kembali dalam berbagai bentuk dan kegiatan usaha, yaitu : Bidang Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi (UMKMK) ; berdasarkan bidang usaha

Kemitraan ; Kepemilikan Modal ; Lokasi Tertentu ; Perizinan Khusus ; Modal Dalam Negeri ; Kepemilikan Modal Serta Lokasi ; Perizinan Khusus dan Kepemilikan Modal ; Modal dalam Negeri dan Perizinan Khusus.

Adapun klasifikasi seperti dimaksud diatas, beberapa diantaranya dapat dibagi atas beberapa bagian kelompok, yakni seperti uraian dalam tabel dibawah ini :

Tabel 2

Daftar Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Bidang Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi (UMKMK)

No. Bidang Usaha Sektor

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Pembangkit tenaga listrik skala kecil (s/d 10 mw)

Agen perjalanan wisata Sanggar seni

Pengusahaan hutan tanaman lainnya (aren, kemiri, biji asam, bahan baku arang, kayu manis, dll)

Pengusahaan sarang burung walet di alam

Industri kayu gergajian (kapasitas produksi sampai dengan

2000m3/tahun)

Usaha pengolahan hasil perikanan (UPI), peragian, fermentasi, pereduksian/pengekstaksian, pengolahan surimi dan jelly ikan Perusahaan jasa kurir/jasa titipan: - kirim mengirim barang cetakan - surat kabar

- bungkusan kecil

Energi dan sumber daya mineral

Kebudayaan dan parawisata --sda--

Kehutanan

--sda--

--sda--

Kelauatan dan perikanan

9. 10. 11. 12. 13. 15. - paket - pengiriman uang (golongan kecil)

Jasa telekomunikasi meliputi: - Warung telekomunikasi - Warung internet

- Instalasi kabel ke rumah dan gedung

Jasa konstruksi (jasa pelaksana konstruksi) golongan kecil

Industri pewarnaan benang dari serat alam maupun serat buatan menjadi benang bermotif/celup, ikat, dengan alat yang digerakan tangan

Industri batik tulis

Industri perkakas tangan yang di proses secara manual atau semi mekanik untuk pertukangan dan pemotongan

---dsb---

(disesuaikan bid. usahanya)

--sda-- Pekerjaan umum Perindustrian --sda-- --sda-- ---dsb---

(sesuai sektor UMKMK)

Lampiran II huruf (a) Kepres No. 77 Tahun 2007

Keterangan : Bahwa dalam bidang usaha seperti tersebut diatas dicadangkan untuk UMKMK, dan pada tabel diatas tidak semua jenis usaha diuraikan, seperti pada Lampiran II Kepres No. 77 Tahun 2007. selanjutnya pada Persyaratan beroperasi/berproduksi komersial dapat diperoleh pada sektor yang terkait dengan Bidang Usaha yang bersangkutan.

Sebagai perbandingan dalam menentukan besar-kecilnya jumlah kepemilikan saham (modal), maka dalam Keputusan Presiden ini, ditemukan juga beberapa masing-masing perbedaan antara investor dalam negeri dan investor asing (luar

negeri) berdasarkan jenis dan kegiatan usahanya. Perbedaan mana, akan diuraikan di dalam tabel dibawah ini, yakni :

Tabel 3

Daftar Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan Kepemilikan Modal

No Bidang Usaha Batasan

Kepemilikan Modal Asing

Sektor

1.

2.

Jasa pengeboran minyak dan gas bumi di lepas pantai di luar kawasan Indonesia Bagian Timur & di darat Pembangkit tenaga listrik

Maksimal 95% --sda-- Energi dan Sumber Daya Mineral --sda-- 3. 4. 5. 6.

Galeri seni dan jenis kegiatan seni lain Hotel (Bintang 1-2)

Bar/Café/Singing Room (Karaoke) Usaha rekreasi dan hiburan (taman rekreasi, gelanggang renang, pemandian alam, kolam memancing, gelanggang permainan, gelanggang bowling, rumah bilyard, kelab malam, diskotik, panti pijat, panti mandi uap)

50% --sda-- Kebudayaan & Pariwisata --sda-- 7. 8.

Pengusahaan pariwisata alam berupa pengusahaan sarana, kegiatan dan jasa ekowisata di dalam kawasan hutan Hospital services/pelayanan kesehatan rumah sakit swasta (spesialistik/sub spesialistik)

Maksimal 25%

Maksimal 65%

Kehutanan

9. 10.

Sewa guna usaha (leasing) Perusahaan Pialang Asuransi

Maksimal 85% Maksimal 80% Keuangan --sda-- 11. 12. Bank devisa

Bank non devisa

Maksimal 99% --sda-- Bank Indonesia --sda-- 13. Penyelengaaraan jaringan telekomunikasi : - Penyelengaraan jaringantetap

- Lokal berbasis kabel, dengan teknologi circuit switched atau packet switched

- Berbasis radio, dengan teknologi circuit switched atau packet switched

- Penyelenggaraan jaringan tetap tertutup.

- Penyelenggaran jaringan bergerak - Seluler - Satelit Maksimal 49% Maksimal 65% --sda-- Komunikasi & Informatika --sda--

14. Jasa kontruksi (jasa pelaksana kontruksi) golongan non kecil

Maksimal 55 % Pekerjaan Umum 15. Angkutan barang umum, peti kemas,

dan jenis angkutan lainnya.

Maksimal 49% Perhubungan

Lampiran II huruf (c) Kepres No. 77 Tahun 2007

Keterangan : Pada tabel diatas tidak semua jenis usaha seperti lampiran asli Kepres No. 77 Tahun 2007 dan dikelompokkan berdasarkan batasan kepemilikan modal asing dan sektor usaha. Selanjutnya selain persyaratan jenis usaha pada lampiran diatas, masih ada beberapa syarat yang terkait yakni : harus sesuai dengan lokasi usaha (tidak bertentangan dengan perda), mendapat rekomendasi sesuai bidang usaha oleh Menteri terkait, dan tidak bertentangan dengan Peraturan Perundang-Undangan lainnya.

3. Undang-Undang 40 Tahun 2007, tentang Perseroan Terbatas

Mengenai Undang-Undang Perseoan Terbatas ialah penjelmaan atas perubahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, yang telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, maksudnya ialah sesuai dengan pernyataan Freidmann yang diuraikan dalam teori sistem hukum dalam penelitian ini dimana disebutnya bahwa elemen suatu sistem hukum terus berubah sesuai dengan pola yang dibutuhkan dalam suatu masyarakat

Perseroan Terbatas merupakan perusahaan yang oleh Undang-undang dinyatakan sebagai perusahaan yang berbadan hukum. Dengan status yang demikian itu, Perseroan Terbatas (PT) memiliki kedudukan mandiri (persona standi in judicio) yang tidak tergantung pada pemegang sahamnya. Dalam perseroan terbatas hanya organ yang dapat mewakili perseroan terbatas atau perseroan yang dapat menjalankan perusahaan. Hal ini berarti perseroan terbatas dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum seperti seorang manusia dan dapat pula mempunyai kekayaan atau utang (perseroan terbatas bertindak dengan perantaraan pengurusnya).110

Perseroan Terbatas merupakan suatu wadah untuk menjalankan kegiatan usaha, yang membatasi tangung jawab pemilik modal, yaitu sebesar jumlah saham

110

Lihat Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Pasal 1 ayat (2) yakni Organ Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi, dan Dewan Komisaris; ayat (4) Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah Organ Persroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar; ayat (5) Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar; ayat (6) Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi.

yang dimiliki sehingga bentuk usaha seperti ini banyak diminati, terutama bagi perusahaan dengan jumlah modal yang besar. Kemudahan untuk menarik dana dari masyarakat dengan jalan penjualan saham merupakan satu alasan untuk mendirikan suatu badan usaha berbentuk Perseroan Terbatas.111

Namun hal tersebut harus sesuai dengan aturan sebagaimana termuat dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroran Terbatas, yang menyatakan bahwa pembangunan perekonomian nasional yang diselanggarakan berdasarkan demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi yang berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.112

Adapun hubungan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, tentang Perseroan Terbatas ini dengan perselisihan hubungan industrial atau dengan hukum ketenagakerjaan ialah pada waktu tertentu, diamana perseroan terbatas dimaksud,

Yang bertujuan menjamin iklim usaha yang kondusif, maksudnya ialah adanya tatanan hukum dalam aturan/Undang- Undang tersebut yang berguna mendorong, menggerakkan dan mengendalikan berbagai kegiatan pembangunan dibidang ekonomi yang akhirnya mengundang minat investor untuk menjadi pemodal, atau dalam hal ini disebut sebagai pemegang saham dalam suatu perusahaan.

111

Peran Komisaris Independen dalam Mewujudkan Good Corporate Governance di Tubuh Perusahaan Publik , diakses Tanggal 28 April 2012.<http://www.hukumonline

112

melakukan upaya restrukturisasi seperti “merger”, “akuisisi” dan “konsolidasi”113. Hal-hal seperti dimaksud yang jika terjadi dalam suatu perseroan terbatas akan berdampak dengan hukum perselisahan hubungan industrial dan hukum ketenagakerjaan.114

Para pekerja tidak dilibatkan dalam penetuan policy (kebijakan) maupun operasional perusahaan. Para pekerja dalam perusahaan yang akan melakukan restrukturisasi baik dalam merger, akuisisi maupun konsolidasi merupakan salah satu Dalam hal ini dimaksud bahwa kedudukan pihak tersebut dalam struktur pembagian wewenang dari suatu perusahaan sangat lemah dibandingkan dengan kedudukan pihak lainnya. Sebagai contoh menurut hukum positif, dari segi Corporate Law, kedudukan para pekerja di perusahaan lebih lemah dibandingkan kedudukan pihak lain seperti pemegang saham, direktur atau komisaris.

113

Penggabungan (merger), dari tindakan hukum ini terdapat satu Perusahaan yang eksistensinya tetap ada dan hidup, sedang Perusahaan yang lainnya lenyap menggabungkan diri dalam Perusahaan yang eksis ; Pengambilalihan (akuisisi), dari tindakan hukum ini eksistensi kedua perusahaan tetap ada dan hidup, tidak ada satupun yang bubar, hanya saja saham dari perusahaan yang satu dikuasai oleh pemegang saham perusahaan yang lain, maka secara manajemennya dapat dikatakan terjadi satu kesatuan manajemen ; dan Peleburan (consolidasi), dari tindakan hukum ini semua perusahaan yang pernah ada menjadi bubar dan meleburkan diri menjadi satu Perusahaan yang baru; Bandingkan dengan Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Pasal 1 ayat (9); (10); dan (11), lihat juga Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 Tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas.

114

Lihat Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Pasal 126, selanjutnya menyatakan bahwa :

(1) Perbuatan hukum Penggabungan, Peleburan, Pengambialihan atau Pemisahan wajib memperhatikan kepentingan :

a. Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan perseroan; b. kreditor dan mitra usaha lainnya dari Perseroan;

c. masyrakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha.

(2) Pemegang saham yang tidak setuju terhadap keputusan RUPS mengenai Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan atau Pemisahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62.

(3) Pelaksanaan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak menghentikan proses pelaksanaan Penggabungan, Peleburan, Pengambialihan atau Pemisahaan.

pihak yang mesti sangat diperhatikan dan dipertimbangkan sebelum restrukturisasi dimaksud dilakukan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan para pekerja ini dalam restrukturiasi perseroan terbatas adalah sebagai berikut :115

1. prinsip-prinsip umum mengenai kebijakan, kesejahteraan sosial yang akan diterapkan setelah merger. (salah satu upaya restrukturisasi)

2. waktu yang pantas untuk berkonsultasi dengan organisasi pekerja.

3. cara dan saat untuk menginformasikan merger kepada pekerja.

4. cara-cara untuk mencegah atau setidak-tidaknya mengeleminir kemungkinan materil.

5. aktifitas khusus dari organisasi pekerja dalam perusahaan.

6. suatu garansi terhadap keamanan dan ketersediaan pekerja setelah merger. (salah satu cara dalam merestrukturisasi)

Kasus restrukturisasi yang memakai metode merger, seringkali dengan alasan peningkatan efisiensi dan perampingan usaha, pihak perusahaan pengelola setelah melakukan upaya merger sebagai pekerja diputuskan untuk di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Pihak pekerja menurut sistem hukum kita hampir tidak mempunyai upaya hukum apapun untuk menolak PHK.

Oleh karenanya, guna mendukung pembangunan perekonomian tersebut pemerintah melakukan suatu usaha dengan membuat materi hukum atau ketentuan- ketentuan di bidang perseroan terbatas yang dapat mengkondisikan segala aspek

115

permasalahan yang timbul karenanya. Dengan ketentuan-ketentuan tersebut, diharapkan perseroan terbatas sebagai badan usaha dapat berperan menjadi salah satu pilar pembangunan ekonomi nasional yang berdasarkan kekeluargaan menurut dasar- dasar demokrasi ekonomi sebagai pengejawantahan dari pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.116

116

Pembaharuan Undang-Undang Perseroan Terbatas menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, diakses tanggal 5 Januari 2011 <http://www.legalitas.org>

Undang-Undang Perseroan Terbatas ini, dalam hal terjadi perselisihan yang menyangkut restrukturisasi atau menyangkut seputar permasalahan perusahaan, maka dalam pelaksanaan penyelesaiannya cenderung menggunakan lembaga penyelesaian yang disebut dengan Arbitrase. Hal ini dapat dibuktikan dalam penjelasan undang- undang tersebut, yakni pada Pasal 104 yang menyebutkan :

“Bahwa, untuk membuktikan kesalahan atau kelalaian Direksi, maka dalam hal ini dapat diajukan gugatan ke Kepaniteraan Pengadilan Niaga atau sesuai dengan ketentuan dalam PerUndang-Undangan yang berlaku dan/atau dalam hal ini Undang-Undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Undang-Undang Kepailitan dan PKPU)”.

Halmana juga diperkuat oleh penjelasan Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiaban Pembayaran Utang seperti disebut diatas, yakni bahwa sebelum diselesaikan dalam ranah pengadilan niaga (yang berada dibawah Pengadilan Negeri) setempat sesuai domisili pelaku, maka dalam Undang-Undang ini terlebih dahulu ditegaskan bahwa penyelesaian dilaksanakan dengan cara musyawarah mufakat, baik dengan mediasi maupun arbitrase.

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) ialah sebagai lembaga persaingan (competition authority) di tanah air, KPPU lahir dalam konteks, sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, dalam hal ini KKPU dengan sendirinya ikut serta dalam menciptakan iklim investasi. Setidaknya, investasi yang berpotensi menimbulkan perilaku persaingan curang dalam dunia usaha yang sudah diantisipasi sejak dini.

Setiap negara membutuhkan modal untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya, baik negara maju maupun berkembang. Namun arus modal masuk melalui investasi membutuhkan lingkungan atau iklim yang mendukung agar investasi memberi keuntungan. Hal ini memancing terciptanya sistem perdagangan baru di mana hampir setiap negara berlomba-lomba untuk menarik investasi dari

Dokumen terkait