• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1.1. Aspek Pemasaran Nata De Coco (Kajian Pustaka)

Produk kelapa yang biasanya dijual oleh masyarakat adalah kopra, minyak goreng, gula merah dan kelapa butiran. Padahal banyak sekali produk- produk yang bisa diturunkan dari buah kelapa. Salah satunya adalah nata de coco yang menggunakan bahan baku air kelapa. Kebutuhan kelapa dan produksi kelapa nasional mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari sisi permintaan, kebutuhan kelapa setara konsumsi kopra terus mengalami peningkatan. Dari peningkatan konsumsi tersebut mengindikasikan peningkatan supply air kelapa yang bisa dimanfaatkan dalam pembuatan nata de coco.

Di tengah situasi semakin maraknya konsumsi berbagai ragam minuman ringan dengan label 'minuman kesehatan' oleh masyarakat, nata de coco memiliki prospek yang cerah sebagai salah satu 'makanan kesehatan' yang alamiah dari air kelapa. Nata de coco merupakan 'makanan kesehatan' karena memiliki kandungan serat yang tinggi tetapi rendah kalori. Orang Jepang percaya bahwa produk ini mampu melindungi tubuh dari kanker dan baik bagi pencernaan.

Pasar dan pemasaran merupakan aspek yang penting dalam usaha nata de coco, selain aspek-aspek yang lain seperti pengelolaan, distribusi, lembaga keuangan, pasokan bahan lain, sumberdaya manusia, yang memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Pasar dalam usaha nata de coco terdiri dari pasar input dan pasar output. Pasar input nata de coco meliputi pasar bahan baku, tenaga kerja dan modal. Karakteristik pasar input nata de coco akan mempengaruhi pola produksi nata de coco. Seperti pada umumnya pasokan bahan baku produk-produk agribisnis, input nata de coco juga dipengaruhi oleh musim, meskipun tidak terlalu besar penyimpangannya.

Pasar kedua adalah pasar output nata de coco. Setelah output dihasilkan oleh perusahaan kemudian dipasarkan dengan tujuan akhir konsumen. Di pasar domestik, jalur pemasaran ke konsumen dapat melalui pedagang pengecer maupun pedagang besar. Sedangkan untuk pasar luar negeri, jalur pemasaran ke konsumen melalui eksportir. Untuk usaha nata de coco skala kecil biasanya hanya melayani konsumen domestik: lokal, luar daerah, luar pulau.

Produk nata de coco memiliki kandungan serat yang tinggi tetapi rendah kalori sehingga sangat cocok untuk orang yang sedang menjalankan diet. Produk nata de coco dapat dibagi menjadi dua yaitu nata de coco tawar (bentuk lembaran dan kubus

kecil-kecil: 1x1x1 cm3) dan nata de coco kemasan siap konsumsi. Produk nata de coco tawar biasanya diminta oleh produsen lain sebagai bahan baku pembuatan nata de coco kemasan siap konsumsi. Produk ini populer sebagai hidangan penutup (dessert).

Permintaan nata de coco seorang konsumen merupakan hasil interaksi antara variabel-variabel yang mempengaruhi seperti: harga nata de coco, harga barang-barang lain, selera, pendapatan, ekspektasi dan lain-lain. Seiring dengan perkembangan perekonomian konsumen maka kesadaran akan pentingnya kesehatan akan semakin meningkat dengan mengkonsumsi makanan-makanan yang sehat. Sehingga prospek nata de coco sebagai makanan kesehatan adalah cerah. Namun demikian, perlu diperhatikan perkembangan faktor-faktor lain, seperti produk pesaing, kejenuhan pasar dan lain-lain. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk produksi nata de coco mengingat Indonesia sebagai penghasil kelapa terbesar di dunia. Jumlah perusahaan baik perusahaan jenis I (penghasil nata de coco lembaran), perusahaan jenis II (penghasil nata de coco kemasan saja), maupun perusahaan jenis III (penghasil nata de coco lembaran dan kemasan sekaligus) cukup banyak. Perusahaan yang dapat mencapai skala ekonomi akan berproduksi secara kontinyu, sedang perusahaan yang tidak mencapai skala ekonomi hanya berproduksi secara sporadis melayani limpahan permintaan domestik pada hari-hari khusus seperti puasa, lebaran, tahun baru dan sebagainya.

Tidak terdapat hambatan legal (legal barriers) khusus untuk perusahaan baik pemerintah daerah maupun penguasaan input. Perusahaan formal hanya perlu mendapatkan izin usaha dari pemerintah daerah. Bahkan banyak yang informal karena merupakan usaha rumah tangga yang berproduksi secara sporadis. Pasokan nata de coco tidak tergantung dari musim mengingat pasokan kelapa yang bisa sepanjang tahun.

Tingkat persaingan usaha nata de coco sesuai dengan jenis yang dihasilkan dalam bentuk lembaran atau kemasan. Di Sumatera Selatan, banyak terdapat industri nata de coco, namun mayoritas masih berskala industri rumah tangga. Segmen pasarnya umumnya adalah pasar lokal, dan daerah sekitar. Persaingan antar home industri itu terjadi lebih ketat pada input karena rerata mengambil input air kelapa dari sumber yang relatif sama.

Pada faktor harga pasar, baik nata de coco lembaran maupun kemasan (gelas) harga relatif stabil dan terjangkau. Hal ini disebabkan oleh harga input utama air kelapa yang relatif sama. Persaingan dalam mendapatkan input serta sifat input yang mudah rusak merupakan faktor utama kestabilan harga air kelapa.

Nata de coco tawar dapat dipasarkan ke produsen-produsen nata de coco kemasan yang ada di daerah maupun luar daerah. Adanya perusahaan besar yang sekaligus membuat nata de coco tawar dan nata de coco kemasan siap konsumsi membuka kesempatan bagi produsen kecil nata de coco tawar untuk memasok bahan bakunya. Pasar produsen besar bahkan sudah menembus pasar ekspor. Sayangnya, sering kualitas dan standar nata de coco tawar tidak sesuai yang diharapkan produsen besar. Produsen besar menghadapi permasalahan standarisasi dan kualitas pada pasokan usaha kecil. Akibatnya, produsen besar tidak menerima nata de coco tawar dari usaha kecil. Produsen besar hanya bermitra dengan petani penyedia input air kelapa tidak dengan produsen nata de coco tawar.

Produsen kecil nata de coco tawar relatif lebih banyak bermitra dengan produsen menengah dan kecil nata de coco kemasan baik di daerah maupun luar daerah. Sayangnya, hubungan menguntungkan ini tidak terdapat kontrak sehingga kepastian keberlanjutan tidak terjamin. Produsen nata de coco tawar memproduksi berdasarkan permintaan produsen nata de coco kemasan. Nata de coco kemasan umumnya dapat dipasarkan dengan sistem konsinyasi yaitu titip jual di warung, toko, supermarket, swalayan dan lain-lain.

4.1.2. Aspek Produksi Nata De Coco (Kajian Pustaka)

Jenis produk nata de coco umumnya terbagi menjadi 3 jenis produk, yaitu : (1) produsen yang menghasilkan nata de coco lembaran, (2) produsen yang menggunakan nata de coco lembaran untuk diolah kembali menjadi nata de coco kemasan siap konsumsi dan (3) produsen yang menangani keduanya membuat nata de coco lembaran sekaligus membuat nata de coco kemasan. Input utama dari nata de coco adalah air kelapa.

Lokasi usaha untuk semua jenis usaha nata de coco tidak menuntut tempat khusus dan tidak harus dekat dengan sumber inputnya. Usaha nata de coco lembaran tidak harus dekat dengan sumber pasokan air kelapa mengingat air kelapa yang digunakan tidak harus air kelapa segar. Air kelapa bisa ditampung selama kurang lebih 5-6 hari sebelum memasuki proses produksi. Begitu juga usaha nata de coco kemasan tidak harus dekat dengan sumber nata de coco lembaran mengingat nata de coco lembaran dapat disimpan dengan teknologi yang sederhana yaitu, mengganti air rendaman dan perebusan.

Dalam proses pembuatan nata de coco, terdapat fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan. Usaha ini sangat membutuhkan fasilitas bangunan, sumber air dan pembuangan limbah cair. Peralatan usaha nata de coco sangat sederhana dan dapat

ditemukan dengan mudah di sekitar lokasi usaha. Berikut ini adalah fasilitas dan peralatan yang biasa digunakan:

Fasilitas :

1. Bangunan untuk proses produksi.

Proses produksi membutuhkan suhu kamar yang optimal, sehingga harus dilakukan dalam ruangan yang ada dalam bangunan.

2. Pompa air untuk memasok air dari sumur

3. Tandon air untuk tempat menyimpan cadangan air dalam proses pencucian 4. Tempat pembuangan limbah cair peralatan:

5. Botol bekas sirup untuk tempat menyiapkan starter atau bibit

6. Jerigen untuk mengumpulkan air kelapa dari sumber: petani kopra, pasar dll. 7. Hand refractometer untuk mengukur kandungan padatan air kelapa.

8. Ember untuk menampung air kelapa dan membersihkan lembaran nata de coco. 9. Penyaring digunakan untuk memisahkan material lain dari air kelapa.

10. Panci/Dandang Perebus sebaiknya terbuat dari stainless steel untuk menghindari reaksi dengan media maupun produk nata de coco yang dihasilkan. Panci ini digunakan untuk memasak air kelapa dan juga nata de coco.

11. Kompor (minyak atau gas) ataupun tungku (kayu bakar). Jenis kompor bisa dengan kompor spiral yang dilengkapi dengan selenoid.

12. Pengaduk sebaiknya dari kayu atau stainless steel.

13. Lori (kereta dorong) digunakan untuk sarana mengangkut/ memindahkan

14. Gayung plastik (gelas ukur/alat pengukur volume) digunakan untuk menuangkan bahan air kelapa yang sudah di masak ke dalam baki plastik.

15. Meja panjang untuk menempatkan baki/nampan fermentasi 16. Baki/nampan plastik digunakan untuk tempat media fermentasi

17. Kain saring atau kertas koran sebagai penutup baki/nampan selama proses fermentasi

18. Tali karet (elastik) untuk mengikat kain/koran penutup baki/nampan 19. Ember pencuci

20. Pisau dan talenan digunakan untuk mengiris nata de coco yang semula berbentuk lembaran agar menjadi bentuk kubus. Pisau mesin dapat digunakan standarisasi bentuk.

21. Rak untuk fermentasi dan pengeringan alat 22. Teko

24. Sepatu plastik 25. Sarung tangan 26. Timbangan 27. Mesin pres Bahan Baku :

Bahan-bahan yang digunakan meliputi bahan baku dan bahan pembantu. Bahan baku pembuatan nata de coco adalah air kelapa yang telah dibasikan/disimpan kurang lebih 5 sampai 6 hari. Bahan pembantu digunakan untuk mempercepat proses pertumbuhan bakteri (acetobacter xylinum) dan untuk mengatur kondisi air kelapa agar sesuai bagi pertumbuhan bakteri. Penggunaan bahan baku tersebut bervariasi tergantung dari produsen. Berikut ini adalah bahan tambahan yang biasa digunakan:

Untuk nata de coco lembaran: a. Air Kelapa

b. Gula pasir sebagai sumber karbohidrat

c. Asam cuka glasial/cuka untuk membantu mengatur tingkat keasaman (pH) d. Pupuk ZA sebagai sumber nitrogen

e. Garam inggris untuk membantu pembentukan lapisan nata de coco f. Asam sitrat (zitrun zuur)

g. Bibit nata de coco h. Air

i. Minyak tanah

Untuk nata de coco kemasan:

a.

Gula/syrup

b.

Pewarna

c.

Pewangi

d.

Pengawet

e.

Kemasan (gelas plastik, penutup, sendok plastik)

f.

Kardus

g.

Lakban

Produksi nata de coco tidak membutuhkan pendidikan formal atau pengetahuan khusus tetapi lebih memerlukan ketrampilan dan ketekunan. Kebutuhan tenaga dapat dipenuhi dari keluarga sendiri atau dari tetangga sekitar. Tenaga kerja biasanya ada yang tetap dan tidak tetap (borongan). Tenaga kerja tetap bekerja kurang lebih 8 jam per hari, sedangkan tenaga tidak tetap biasanya berdasarkan borongan. Misalnya untuk

membersihkan nata de coco lembaran tenaga kerja diupah Rp 50 per lempeng.

Teknologi produksi nata de coco adalah teknologi sederhana dan tepat guna. Untuk usaha nata de coco lembaran atau kemasan bisa dilakukan tanpa peralatan mekanis. Kalaupun menggunakan peralatan mekanis, peralatan tersebut dapat dirancang sendiri. Sebagai contoh, pisau/mesin pemotong nata lembaran menjadi kubus ukuran 1x1x1 cm3 dapat dirancang sendiri dan dipesan di pasar lokal. Namun demikian, terdapat beberapa mesin seperti mesin kemasan yang harus didatangkan dari luar daerah sebab memiliki disain khusus.

Proses pembuatan nata de coco terdiri dari enam tahap, yaitu: penyaringan; pemasakan dan pencampuran bahan pembantu; penempatan dalam nampan dan pendinginan; inokulasi (penanaman/penebaran) bibit (starter); pemeraman (fermentasi); panen dan pasca panen (pengolahan lanjut sampai setengah jadi atau siap konsumsi).

Pertama Penyaringan. Air kelapa bisa dibasikan selama kurang lebih 4 hari. Kemudian, air kelapa tersebut disaring dengan menggunakan penyaring lembut untuk memisahkan air kelapa dengan material-material atau kotoran- kotoran seperti: sabut, pecahan batok kelapa, cikal/buah kelapa dan lain- lain. Kandungan air kelapa yang masih segar berkisar antara 400-500 ml per butir. Buah kelapa yang berumur 4-5 bulan memiliki volume air yang maksimum. Namun demikian, kualitas air kelapa yang paling baik adalah ketika buah kelapa berumur kurang lebih 5 bulan dengan kandungan total padatan maksimal 6 gram per 100 ml. Kandungan gula terlarut biasa diukur dengan menggunakan hand refractometer (Sutardi 2004).

Kedua, Pemasakan dan Pencampuran Bahan Pembantu. Air kelapa yang sudah di saring selanjutnya dimasukkan ke dalam panci/dandang stainlessteel untuk dimasak sampai mendidih selama kurang lebih 30 menit. Selama mendidih bahan-bahan pembantu seperti: gula pasir; pupuk ZA; garam inggris, asam sitrat (zitrun zuur) ditambahkan. Sebelum pendidihan diakhiri, ditambahkan asam asetat glasial/cuka hingga mencapai pH kurang lebih 3,2 (Sutarminingsih, 2004). Tidak terdapat relevansi antara citarasa dengan pH.

Ketiga, Penempatan dalam baki/nampan plastik. Semua peralatan harus bersih dan steril. Nampan plastik yang digunakan harus terlebih dahulu dibersihkan dan disterilkan. Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara dicelup dalam air mendidih, dijemur, dibasahi dengan alkohol 70% atau spiritus. Media fermentasi (air kelapa dan bahan tambahan yang dididihkan) dituangkan dalam nampan dan selanjutnya segera ditutup rapat dengan koran dan diikat karet/elastik. Volume media fermentasi sebanyak 1,2 sampai 1,3 liter untuk setiap nampan tergantung ukurannya. Kemudian, media fermentasi tersebut dibiarkan sampai hangat-hangat kuku selama satu malam.

Keempat, Inokulasi Bibit (starter). Setiap nampan yang berisi fermentasi yang telah didinginkan selama satu malam tersebut ditambahkan bibit (starter) sebanyak dengan perbandingan 10% bibit (kurang lebih 13 ml) (Sutardi 2004). Inokulasi bibit dengan cara membuka sedikit tutup kain/koran dan segera ditutup kembali.

Kelima, Fermentasi. Media fermentasi yang sudah ditambahkan bibit selanjutnya diperam selama 6-7 hari. Kebersihan tempat pemeraman dengan suhu kamar (28o-31o) sangat mutlak diperlukan untuk menghindari kontaminasi dengan mikroba lain atau serangga yang dapat menggagalkan proses fermentasi (Sutardi, 2004). Keberhasilan proses fermentasi ini dapat dilihat dari ada tidaknya lapisan tipis pada permukaan media fermentasi setelah dua hari dan akan semakin bertambah tebal dari hari ke hari.

Ketujuh, Panen dan Pasca Penen. Setelah pemeraman selama 6-7 hari, lapisan nata de coco akan memiliki ketebalan 0,8-1,5 cm berbentuk lembaran-lembaran (slab) yang asam dalam bau, cita rasa dan pH-nya. Lembaran-lembaran ini kemudian diangkat dan lendirnya dibuang melalui pencucian.

Lembaran-lembaran ini siap untuk di jual atau mungkin harus di potong kecil-kecil berbentuk kubus, tergantung dari permintaan. Baik dalam bentuk lembaran ataupun potongan kubus harus direndam dalam air bersih selama 2-3 hari. Air rendaman setiap hari harus diganti agar bau dan rasa asam hilang. Kemudian, nata de coco dicuci kembali dan direbus untuk mengawetkan dan sekaligus menyempurnakan proses penghilangan bau dan rasa asam. Pencucian dan perebusan ini pada hakekatnya dilakukan hingga nata de coco menjadi tawar. Penyimpanan nata de coco tawar cukup dilakukan dengan merendamnya dalam air tawar yang harus sering diganti.

Di pasaran, nata de coco sering diminta dalam bentuk lembaran; bentuk kubus kecil-kecil tawar atau sudah dalam keadaan manis larutan gula atau syrup. Bentuk lembaran dan kubus-kubus kecil tawar biasanya diminta oleh produsen/pengusaha lain untuk diolah kembali. Dengan kata lain nata de coco lembaran dan kubus-kubus kecil tawar sebagai bahan baku proses produksi nata de coco dalam syrup. Bila nata de coco ingin dipasarkan dalam keadaan tawar maka, nata de coco tersebut direbus kembali dengan air bersih hingga mendidih dan dalam keadaan panas segera dilakukan pengemasan dalam kantung plastik dan diikat rapat dan didinginkan. Sedangkan nata de coco dalam syrup siap untuk dikonsumsi harus melalui beberapa proses: pembuatan syrup; pencampuran nata de coco dan bahan lain; pengemasan dan pengepakan.

Pertama, Pembuatan Syrup. Gula dituangkan ke dalam air dan dipanaskan sampai mendidih dan disaring beberapa kali sampai jernih. Tingkat kemanisan syrup disesuaikan dengan selera. Komposisi umum untuk 3 kg nata de coco dibutuhkan 2 kg gula pasir dan 4,5 liter air (Sutarminingsih 2004).

Kedua, Pencampuran. Nata de coco kubus kedl-kecil tawar dicampur dalam larutan syrup dan dididihkan selama 15 menit. Bisa ditambahkan: garam, cita rasa (flavour misal vanili, frambosen, cocopandan, rose, mangga) dan essence. Kemudian, nata de coco dibiarkan selama kurang lebih setengah hari dengan tujuan terjadi proses penyerapan gula dan cita rasa. Nata de coco direbus kembali dalam larutan syrup (gula) dan untuk mengawetkan bisa ditambah natrium benzoat 0,1 persen ke dalam larutan syrup perendam.

Ketiga, Pengemasan dan Pengepakan. Dalam keadaan panas, nata de coco dimasukkan ke dalam kemasan kantong/gelas plastik pengemas, ditutup rapat dan direbus dalam air mendidih selama 30 menit. Selanjutnya, kantong/gelas plastik diangkat dan disimpan dalam suhu kamar dalam posisi terbalik. Pengepakan dilakukan dan siap untuk dipasarkan. Namun jika berniat menjualnya dalam bentuk kemasan gelas (cup) seperti minuman mineral, maka anda membutuhkan bahan pengawet, gelas plastik, Mesin Cup Sealer plus sablon (harga sekitar 2 jutaan rupiah), kardus, dan juga bahaN JBMn pewarna (opsional). Untuk semakin menambah kepercayaan konsumen pada produk anda, maka ada baiknya mengajukan registrasi produk (izin) ke Badan Pengawas Obat Makanan.

Untuk produksi 20 liter air kelapa, Sutarminingsih (2004) menemukan komposisi bahan-bahan pembantu sebagai berikut:

a. 1 Kg gula pasir sebagai sumber energi/karbohidrat atau karbon

b. 20 ml (2 sendok makan) asam asetat glasial/cuka untuk membantu mengatur keasaman (pH)

c. 20 g (2 sendok makan) pupuk ZA sebagai sumber nitrogen

d. 10 g (1 sendok makan) garam inggris untuk membantu pembentukan lapisan nata de coco

e. 10 g (1 sendok makan) asam sitrat (zitrun zuur) f. 2 liter bibit nata de coco

Apabila proses pembuatan nata de coco berjalan optimal maka dari 20 liter air kelapa dapat dihasilkan 17-18 kg nata de coco tawar (rendemen 80-90 persen).

Kendala Produksi :

Kendala produksi utama yang dihadapi oleh produsen adalah cuaca yaitu musim penghujan. Selain pada musim penghujan input air kelapa mengalami penurunan supply, musim hujan juga akan mengganggu suhu udara yang bisa sangat mempengaruhi proses fermentasi. Kestabilan suhu kamar 28° - 31°C dibutuhkan dalam proses fermentasi.

4.1.3. Aspek Keuangan Usaha Nata De Coco (Kajian Pustaka) (a) Asumsi dan Parameter Perhitungan

Asumsi yang digunakan dalam analisis ini adalah:

- Analisis keuangan untuk usaha nata de coco ini dibuat dengan dua pola usaha, yaitu pola usaha skala rumah tangga, dan pola usaha skala pabrik.

- Bahan baku, bahan pembantu dan bahan pengemas tersedia secara kontinyu sepanjang tahun.

- Kapasitas alat atau mesin selama umur ekonomis tidak mengalami penurunan produksi.

- Harga dan biaya perhitungan kelayakan finansial adalah yang berlaku pada saat perhitungan.

- Suku bunga 18 %.

- Permintaan produk stabil, produk terjual habis setiap akhir tahun dan selama umur (b) Sumber Modal

Sumber modal dalam usaha nata de coco ini diasumsikan diasumsikan mengikuti pola usahanya, yaitu :

1. Pola usaha rumah tangga diasumsikan modal berasal drai milik sendiri

2. Pola usaha pabrik nata de coco diasumsikan diperoleh dari bank sebesar 40 % dari total modal dengan masa pengembalian 5 tahun dan 60% modal sendiri. (c) Biaya Investasi untuk Usaha Skala Rumah Tangga

Biaya investasi yang diperlukan untuk usaha nata de coco untuk skala rumah tangga dengan kapasitas produksi untuk bahan baku yang berasal dari 100 butir kelapa per periode produksi, disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13   Jenis dan biaya investasi untuk usaha nata de coco skala rumah tangga untuk kapasitas 100 butir kelapa per periode produksi

No Jenis Biaya Volume Harga Satuan Jumlah

1 Kompor 1 bh 100.000 100.000 2 Panci 1 bh 80.000 80.000 3 Baskom 1 bh 20.000 20.000 4 Saringan plastik 1 bh 3.000 3.000 5 Pengaduk kayu 1 bh 3.500 3.500 6 Pisau stainless 1 bh 5.000 5.000 7 Baki kotak 40 2.500 100.000 8 Botol kaca 10 200 2.000

9 Gelas ukur plastik 1 bh 2.500 2.500

(d) Biaya Investasi untuk Usaha Skala Pabrik

Hasil analisa ekonomi untuk mendirikan unit produksi nata de coco diperlukan modal investasi total sebesar Rp. 32.391.868,-. Biaya investasi ini terdiri atas modal tetap sebesar Rp. 29.447.125,-dan modal kerja sebesar Rp.4.417.100,-. Modal yang digunakan untuk mendirikan unit produksi nata de coco ini direncanakan 70% berasal dari modal sendiri yaitu sebesar Rp. 20.613.000,- dan 30% berupa pinjaman bank sebesar Rp. 8.834.146,- dengan masa angsuran 5 tahun dan bunga 18 %.

(e) Biaya Operasional untuk Usaha Skala Rumah Tangga

Biaya operasional usaha nata de coco merupakan biaya variabel (variabel cost) yang besarnya tergantung dengan jumlah nata de coco yang diproduksi. Dalam analisis keuangan ini analisis biaya operasional juga dibuat berdasarkan asumsi pola usaha.

Biaya operasional yang diperlukan untuk usaha nata de coco untuk skala rumah tangga dengan kapasitas produksi untuk bahan baku yang berasal dari 100 butir kelapa per periode produksi, disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14   Jenis dan biaya operasional untuk usaha nata de coco skala rumah tangga untuk kapasitas 100 butir kelapa per periode produksi

No Jenis Biaya Volume Harga Satuan

(Rp) Jumlah

Biaya variable

1 Air kelapa (100 butir) 50 ltr 100 5.000

2 Gula pasir 2,5 Kg 11.000 27.5000

3 Asa cuka glacial 1 ltr 25.000 25.000

4 Bibit nata - 5.000 5.000

5 Plastik kemasan 1 Kg 0,5 pak 5.000 2.500

6 Kertas Koran untuk penutup 1 kg 500 500

7 Minyak tanah 2 Kg 14.000 28.000

8 Tenaga kerja 1 org 20.000 20.000

Jumlah 102.000 Biaya Tetap

1 Penyusutan alat 6.583

Total 108.583

(f) Biaya Operasional untuk Usaha Skala Pabrik

Besarnya biaya operasional yang harus dikeluarkan usaha nata de coco untuk skala pabrik adalah sebesar Rp.88.196.398,-. Biaya operasional ini ini terdiri atas biaya pembuatan nata de coco sebesar Rp. 84.482.931, dan biaya pengeluaran umum Rp.3.713.467,-. Rincian biaya yang harus dikeluarkan untuk operasional penbuatan nata de coco ini disajikan secara rinci pada Tabel 15 berikut ini.

Tabel 15   Jenis dan biaya operasional untuk usaha nata de coco skala pabrik

No Jenis Biaya Jumlah

1 Biaya pembuatan nata de coco 84.482.931

1. biaya produksi langsung 80.550.938

2. biaya tetap 3.003.600

Dokumen terkait