• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unit Pengolahan Limbah Polietilena

Dalam dokumen MAKALAH ETILEN&POLIETILEN KEL 4.pdf (Halaman 70-76)

BAB VI PENGOLAHAN LIMBAH

6.2 Unit Pengolahan Limbah Polietilena

3) Limbah Gas

Limbah gas dari pabrik etilen berasal dari flue gas dari boiler, boil off gas pada proses pengapalan, dan arus proses yang harus dibuang saat ada kerusakan alat. Limbah flue gas dari boiler langsung dibuang ke atmosfer melalui sebuah stack.

Pada proses pengisian etilen dalam tangki kapal akan terjadi proses flashing yang mana gas hasil hasil flashing ini akan meningkatkan tekanan dalam tangki kapal, sehingga jika terlalu banyak gas terbentuk maka tekanan akan semakin tinggi sehingga berbahaya terhadap keselamatan. Sehingga, gas dari hasil flashing ini langsung dibuang ke marine flare system. Jika ada alat yang rusak maka alat tersebut tidak dapat menerima arus proses secara optimal karena jika dipaksakan untuk menerima arus dengan kapasitas yang maksimal, maka akan berbahaya terhadap keselamatan proses dan kerja sehingga sebagian harus dibuang ke dalam flare.

6.2 Unit Pengolahan Limbah Polietilena

Penggunaan polietilena yang sangat luas menjadi masalah lingkungan yang amat serius. Polietilena dikategorikan sebagai sampah yang sulit didegradasi oleh alam, membutuhkan waktu ratusan tahun bagi alam untuk mendegradasinya secara efisien.

Secara umum penanganan limbah dari industri polietilena terbagi menjadi tiga, yakni

1. Landfill

Limbah diletakkan pada lokasi cekung, kemudian limbah dihamparkan hingga lalu dipadatkan untuk kemudian dilapisi dengan tanah penutup harian setiap hari akhir operasi dan dipadatkan kembali setebal 10% - 15% dari ketebalan lapisan limbah untuk mencegah berkembangnya vektor penyakit, penyebaran debu dan limbah ringan yang dapat mencemari lingkungan sekitarnya. Lalu pada bagian atas timbunan tanah penutup harian tersebut dapat dihamparkan lagi limbah yang kemudian ditimbun lagi dengan tanah penutup harian. Demikian seterusnya hingga terbentuk lapisan-lapisan limbah dan tanah. Bagian dasar konstruksi sanitary landfill dibuat lapisan kedap air yang dilengkapi dengan pipa pengumpul dan penyalur air lindi (leachate) yang

65

terbentuk dari proses penguraian limbah organik. Terdapat juga saluran penyalur gas untuk mengolah gas metan yang dihasilkan dari proses degradasi limbah organik. Metode ini merupakan cara yang ideal namun memerlukan biaya investasi dan operasional yang tinggi.

2. Insinerasi

Insinerasi adalah metode pengolahan limbah dengan cara membakar limbah pada suatu tungku pembakaran. Teknologi insinerasi merupakan teknologi yang mengkonversi materi padat menjadi materi gas (gas buang), serta materi padatan yang sulit terbakar, yaitu abu (bottom ash) dan debu (fly ash). Panas yang dihasilkan dari proses insinerasi juga dapat dimanfaatkan untuk mengkonversi suatu materi menjadi materi lain dan energi, misalnya untuk pembangkitan listrik dan air panas. Di beberapa negara maju, teknologi insinerasi sudah diterapkan dengan kapasitas besar (skala kota). Teknologi insinerator skala besar terus berkembang, khususnya dengan banyaknya penolakan akan teknologi ini yang dianggap bermasalah dalam sudut pencemaran udara.

Salah satu kelebihan yang dikembangkan terus dalam teknologi terbaru dari insinerator ini adalah pemanfaatan enersi, sehingga nama insinerator cenderung berubah seperti waste-to-energy, thermal converter Insinerasi merupakan proses pengolahan buangan dengan cara pembakaran pada temperatur yang sangat tinggi (>800ºC) untuk mereduksi limbah yang tergolong mudah terbakar (combustible), yang sudah tidak dapat didaurulang lagi Sasaran insinerasi adalah untuk mereduksi massa dan volume buangan, membunuh bakteri dan virus dan meredukdi materi kimia toksik, serta memudahkan penanganan limbah selanjutnya. Insinerasi dapat mengurangi volume buangan padat domestik sampai 85-95 % dan pengurangan berat sampai 70-80%.

Teknologi insinerasi mempunyai beberapa sasaran, yaitu: a. Mengurangi massa / volume

Proses insinerasi adalah proses oksidasi (dengan oksigen atau udara) limbah combustible pada temperatur tinggi. Akan dikeluarkan abu, gas, limbah sisa pembakaran dan abu, dan diperoleh pula enersi panas. Bila pembakaran sempurna, akan tambah sedikit limbah tersisa dan gas yang belum sempurna

66

terbakar (seperti CO). Panas yang tersedia dari pembakaran limbah sebelumnya akan berpengaruh terhadap jumlah bahan bakar yang dipasok. Insinerator yang bekerja terus menerus akan menghemat bahan bakar b. Mendestruksi komponen berbahaya

Insinerator tidak hanya untuk membakar limbah kota. Sudah diterapkan untuk limbah non-domestik, seperti dari industri (termasuk limbah B3), dari kegiatan medis (untuk limbah infectious). Insinerator tidak hanya untuk membakar limbah padat. Sudah digunakan untuk limbah non-padat, seperti sludge dan limbah cair yang sulit terdegradasi. Teknologi ini merupakan sarana standar untuk menangani limbah medis dari rumah sakit. Sasaran utamanya adalah mendestruksi patogen yang berbahaya seperti kuman penyakit menular. Syarat utamanya adalah panas yang tinggi (dioperasikan di atas 800 oC). Dalam hal ini limbah tidak harus combustible, sehingga dibutuhkan subsidi bahan bakar dari luar

c. Menghasilkan energi yang dapat dimanfaatkan

Faktor penting yang harus diperhatikan adalah kuantitas dan kontinuitas limbah yang akan dipasok. Kuantitas harus cukup untuk menghasilkan enersi secara kontinu agar suplai enersi tidak terputus.

Teknologi ini mampu melakukan reduksi volume limbah namun teknologi insinerasi membutuhkan biaya investasi, operasi, dan pemeliharaan yang cukup tinggi. Fasilitas pembakaran ini dianjurkan hanya digunakan untuk memusnahkan/membakar limbah yang tidak bisa didaur ulang, ataupun tidak layak untuk diurug. Alat ini harus dilengkapi dengan sistem pengendalian dan kontrol untuk memenuhi batas-batas emisi partikel dan gas-buang sehingga dipastikan asap yang keluar dari tempat pembakaran limbah merupakan asap/gas yang sudah netral. Selain kedua teknik pengolahan limbah di atas, pada bulan Mei tahun 2008, Daniel Burd, remaja Kanada berusia 16 tahun, memenangkan Canada-Wide Science Fair di Ottawa setelah menemukan Sphingomonas, tipe bakteri yang mampu mendegradasi polietilena. Bersama bakteri Pseudomonas, bakteri itu mampu mendegradasi lebih cepat.

67

Pengolahan Limbah Industri Pada PT. Titan Chemicals

Limbah yang ada di PT. TITAN Petrokimia Nusantara terbagi menjadi dua, yaitu: limbah cair, dan limbah padat. Limbah cair dapat berupa sisa-sisa bahan kimia (catalyst residue slurry), oily water, foul water dan storm water.

Gambar 5.10 Skema Pengolahan Limbah Industri Pada PT. Titan Chemicals

1. Neutralization Unit

Unit ini digunakan untuk menetralkan catalyst residue slurry yang berasal dari unit persiapan katalis dan mengurangi kandungan COD/BOD. Catalyst residue slurry ini mengandung BOD/COD sebesar 11.200 ppm selanjutnya dimasukkan ke neutralization pit. Dewatering area ini berfungsi untuk menghilangkan kandungan air yang tercampur dengan catalyst residue slurry. Setelah kering catalyst residue slurry akan berubah menjadi powder yang kemudian di pak dalam drum dan dikirim ke Pusat Pengendaliaan Limbah Industri (PPLI). 2. CPI (Cornugated Plate Interceptor) Separator

CPI Separator merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan oli dengan air dari oily water yang berasal dari central oily water pit. Oli yang terpisah dari oily water ditampung dalam slop on tank. Di slop on tank terjadi pemisahan air

68

dengan oli berdasarkan pebedaan massa jenis karena oli yang masuk ke tangki masih mengandung sedikit air. Oli yang terpisah dalam slop on tank akan ditransfer ke inecerator untuk dibakar, sedangkan airnya dipompa kembali ke central oily water pit. Air dari CPI separator akan ditransfer ke aerated lagoon sebelum dibuang ke laut.

3. Aerated Lagoon

Aerated lagoon adalah tempat pengolahan limbah cair yang terakhir sebelum dibuang ke laut bersama dengan sea water return. Air limbah di aerated lagoon ini berasal dari CPI Separator dan foul water treatment. Pada aerated lagoon terjadi proses aerasi dengan menggunakan bantuan 2 buah lagoon aerator berfungsi untuk mengambil oksigen dari udara luar sebagai makanan bakteri aerob (Aerobacter sp, Saccharomyces C, Bacillus sp). Air olahan dari aerated lagoon dibuang ke laut dengan kapasitas 51,7 m3/hari pada musim kemarau dan 121,6 m3/hari pada musim hujan.

Karakteristik air limbah yang memenuhi standar kualitas adalah seperti pada tabel berikut

Tabel 5.3 Karakteristik Air Limbah yang Aman bagi Lingkungan

Parameter Kualitas pH 6 – 8 BOD 30 ppm COD 60 ppm Suspensi Padat 100 ppm Oli 5 ppm Mg 200 ppm Ti < 0,1 ppm Al < 0,1 ppm Logam < 1 ppm 4. Incinerator Unit

Incinerator adalah alat yang berfungsi sebagai tempat pengolahan atau pembakaran limbah padat. Incenerator di desain untuk membakar 125 kg/jam material padat dan biasanya dioperasikan 8 jam/hari.

69

Umpan yang masuk ke incinerator adalah sebagai berikut Tabel 5.4 Umpan Incinerator

Jenis Komponen Jumlah per Tahun

Oil Separator Sludge 30

Polietilen Sisa 20

Biological Treatment Sludge 50

Sampah Anorganik 300

70 BAB VII

Dalam dokumen MAKALAH ETILEN&POLIETILEN KEL 4.pdf (Halaman 70-76)

Dokumen terkait