• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

D. Pesan Dakwah 1. Pengertian Pesan

2. Unsur Intrinsik Dalam Novel

Unsur intrinsik dalam novel adalah unsur-unsur yang (sacara langsung) turut membangun cerita, kepaduan antara berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebah novel terwujud. Unsur yang dimaksud antara lain plot, tokoh dan penokohan, latar atau setting, sudut pandang. Sedangkan unsur ekstrinstik adalah unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi hubungan atau sistem organisme karya sastra unsur-unsur tersebut menurut Wellek dan Warren, sebagaimana di kutip Burhan Nurgiantoro, adalah antara lain keadaan subjektivitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan dan pandangan hidup yang kesemuanya itu akan dipengaruhi karya yang ditulis.25

Berikut secara rinci beberapa unsur intrinsik dalam novel atau kara sastra:

a. Tema

Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra disebut tema. Atau gampangnya, tema adalah sesuatu ang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita.26

Tema merupakan jiwa dari seluruh bagian cerita. Kerena itu,

25

Burhan Nugiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajahmada University Perss, 1995), cet. Ke-1, h. 23

26

Burhan Nugiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajahmada University Perss, 1995), cet. Ke-1, h.66

tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita. Tema dalam banyak hal bersifat “mengikat” kehadiran atau ketidakhadiran cerita, konflik serta situasi tertentu, termasuk pula berbagai unsur intrinsik yang lain. b. Amanat

Ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Sebagaimana tema, amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang terjaddi pada tokoh menjelang cerita berakhir, dan dapat pula disampaikan secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, atau larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita. c. Plot

Plot merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak sedikit orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting diantara berbagai unsur fiksi lannya.27

Secara teoritis, plot dapat dibedakan menjadi dua kategori. Pertama, plot Progresif atau plot lurus, yaitu jika peristiwa-peristiwa yang di kisahkan bersifat kronologis, peristiwa pertama diikuti boleh (atau: menyebabkan terjadinya) peristiwa-peristiwa yang kemudan. Atau secara runtut cerita dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimaks), dan akhir (penyelesaian). Kedua, plot regresif atau alur sorot

27

Burhan Nugiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajahmada University Perss, 1995), cet. Ke-1, h.110

balik (flash-back), yakni peristiwa yang dikisahkan tidak bersifat kronologis. Cerita tidak dimuala dari tahap awal melainkan mungkin dari tahap tengah atau bahkan tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan.28

d. Tokoh dan Penokohan

Daya tarik sebuah novel terpancar lewat imajinasi lewat si pengarang. Lewat imajinasi pengarang itulah pembaja dapat berkenalan dengan sejumlah variasi tipe manusia berikut masalahnya. Unsur perwatakan ini mengandung dua makna. Arti pertama, perwatakan sebagai dramatic pesona yang menunjukan pada pribadi yang mengambil bagian didalamnya. Kedua, menunjukan kualitas khas perwatakan tersebut pada pribadi tertentu.

Seseorang yang membaca sebuah novel biasanya tertarik akan persepsi, penafsiran dan pemahaman tokoh-tokoh yang dihadirkan pengarang. Sedangkan tokoh sendiri dapat dibedakan menjadi lima, diantaranya adalah tokoh utama, protagonis, antagonis, tritagonis, dan tokoh pembantu.

1) Tokoh Utama, adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam sebuah novel. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik secara pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian, termaksud, konflik sehingga tokoh tersebut mempengaruhi perkembangan plot.

28

Burhan Nugiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajahmada University Perss, 1995), cet. Ke-1, h. 154-157

2) Tokoh pratagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan positif atau penyampaikan nilai-nilai positif. Biasanya tokoh ini diperankan oleh tokoh utama yang digambarkan selalu bersifat baik, sabar dan nyaris sempurna.

3) Tokoh antagonis adalah tokoh atau pelaku yang menantang dalam tokoh protagonis sehingga terjadi konflik dalam cerita.29

4) Tokoh tritagonis adalah tokoh yang menjadi penengah antara pelaku protagonist dan antagonis

5) Tokoh pembantu dan tambahan adalah pelaku bertugas membantu pelaku utama dalam rangkaian mata rantai cerita pelaku pembantu, mungkin berperan sebagai pahlawan, mungkin juga sebagai penenang atau sebagai penenang jika terjadi konflik.

e. Setting atau Latar

Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, suasana, dan situasi terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok:30

1) Latar tempat, yaitu mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi

2) Latar waktu, berhubungan dengan masalah ‘kapan’ terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

29

Burhan Nugiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajahmada University Perss, 1995), cet. Ke-1, h. 180

30

Najid Mohammad, Mengenal Apresiasi Prosa Fiksi, (Surabaya: University Perss, 2003), h. 25

3) Latar sosial, mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan prilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial bisa mencangkup kebiasaan hidup, agama dan kebudayaan.

f. Point of View atau sudut pandang

Dalam hal ini, masalah sudut pandang memang lebih banyak muncul dalam fiksi daripada dalam drama. Dan yang di maksud dengan sudut pandang adalah hubungan yang terdapat antara sang pengarang dengan alam fiktif ceritanya, ataupun antara sang pengarang dengan pikiran dan perasaan para pembacanya. Sang pengarang haruslah dapat menjelaskan kepada para pembaca bahwa ia selaku narator atau pencerita mempunyai tempat berpijak tertentu dalam hubungannya dengan cerita itu.31

g. Gaya Bahasa

Adalah teknik pengolahan bahasa oleh pengarang dalam upaya menghasilkan karya sastra yang hidup dan indah. Pengolahan bahasa harus didukung oleh diksi (pemilihan kata) yang tepat. Namun, diksi bukanlah satu-satunya hal yang bisa membentuk gaya bahasa

Gaya bahasa dapat menciptakan suasana yang berbeda-beda: berterus terang, satiris, simpatik, menjengkelkan, emosional, dan sebagainya. Bahasa dapat menciptakan suasana yang tepat bagi adegan seram, adegan cinta, adegan peperangan dan lain-lain.

31

Dokumen terkait