• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

E. Kajian Mengenai Komik

4. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Komik

Komik merupakan suatu bentuk karya seni yang memilik unsur dalam

penciptaannya. Unsur-unsur yang terdapat dalam komik adalah unsur intrinsik dan

unsur ekstrinsik.

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu

turut serta membangun cerita. Unsur intrinsik dalam sebuah komik meliputi tema,

alur, latar, penokohan, sudut pandang, dan lain-lain.

a. Tema

Tema adalah pokok pikiran atau persoalan yang hendak disampaikan oleh

pengarang kepada pembaca melalui jalinan sebuah cerita yang dibuatnya

(Aminuddin, 2000: 88). Kata tema sering disamakan dengan pengertian topik,

padahal kedua istilah tersebut mengandung pengertian yang berbeda. Topik dalam

suatu tulisan atau karangan berarti pokok pembicaraan, sedangkan tema itu

tercakup persoalan dan tujuan atau amanat pengarang kepada pembaca. Tema pada

komik terbagi menjadi 3 kelompok (Gumelar, 2011: 46), yaitu:

1) Fiction Story

Fiksi, imajinasi, dan fantasi, membuat cerita khayalan tidak selalu bercerita

tentang hal masa depan atau tentang kecanggihan teknologi, tetapi cerita sehari-hari

pun apabila dibuat berdasarkan imajinasi dan tidak berdasarkan kisah yang terjadi

secara nyata, ini juga disebut kisah imajinasi.

2) Hybrid Story

Cerita kejadian asli, namun laporannya ditulis dalam bahasa sastra dan ada

ceritanya sehingga berkesan kejadian sesungguhnya menjadi lebih indah. Contoh

cerita model seperti ini di masa lalu disebut epic, dimana kejadian sejarah

3) Non Fiction Story/Report

Memfokuskan untuk edukasi, proposal, laporan, penelitian, tulisan non-fiksi

lainnya, dan untuk berita (news).

Tema cerita komik dalam penelitian ini adalah cerita anak. Cerita ini

merupakan cerita fiksi. Oleh karena itu, genre dari komik yang dikembangkan

termasuk dalam kategori Fiction Story.

b. Alur

Alur atau plot adalah jalan cerita yang berupa peristiwa-peristiwa yang

disusun satu persatu dan saling berkaitan menurut hukum sebab akibat dari awal

sampai akhir (Aminuddin, 2000: 89). Alur atau plot merupakan suatu rangkaian

kejadian dalam cerita yang disusun untuk menandai urutan bagian-bagian dalam

keseluruhan fiksi. Dengan demikian alur itu merupakan perpaduan unsur-unsur

yang membangun cerita sehingga merupakan kerangka utama cerita. Pada

umumnya alur pada cerita prosa fiksi disusun berdasarkan urutan sebagai berikut:

1) Perkenalan, pada bagian ini pengarang menggambarkan situasi dan

memperkenalkan tokoh-tokohnya.

2) Pertikaian, pada bagian ini pengarang mulai menampilkan pertikaian yang

dialami sang tokoh.

3) Perumitan, pada bagian ini pertikaian semakin hebat.

4) Klimaks, pada bagian ini puncak perumitan mulai muncul.

Menurut susunannya, alur terbagi dalam dua jenis yaitu alur maju dan alur

mundur. Alur maju adalah alur yang susunannya mulai dari peristiwa pertama,

peristiwa kedua, ketiga dan seterusnya sampai cerita itu berakhir. Sedangkan alur

mundur adalah alur yang susunannya dimulai dari peristiwa terakhir kemudian

kembali ke peristiwa pertama (Aminuddin, 2000: 90).

c. Latar

Latar atau setting adalah penggambaran situasi, tempat, dan waktu serta

suasana terjadinya peristiwa (Aminuddin, 2000: 94). Latar atau setting yang disebut

juga sebagai landasan tempat, hubungan, waktu, dan lingkungan sosial tempat

terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgyantoro, 1995:

216).

d. Penokohan

Penokohan adalah bagaimana pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam

ceritanya dan bagaimana tokoh-tokoh tersebut (Aminuddin, 2000: 92). Tokoh

dalam karya fiksi tidak hanya berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga

berperan untuk menyampaikan ide, motif, plot dan tema, tokoh juga menepati posisi

strategis sebagai pembawa dan menyampaikan pesan, amanat, moral atau sesuatu

yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Ada beberapa penokohan yang

biasa diterapkan pada gambar yang dibuat (Gumelar, 2011: 71), yaitu:

1) Good Character (protagonsis)

Sifat yang baik (good personality) merupakan karakter yang bersifat baik,

munafik, dan lain-lain. Selain itu juga bersifat sederhana, berwibawa, disegani

lawan bukan karena takut dengannya tetapi karena menghormatinya dan menyukai

sifat tokoh utamanya yang peduli pada yang lain, tidak mudah marah dan sifat-sifat

positif lainnya.

2) Bad Character (antagonis)

Sifat yang buruk (bad personality) merupakan karakter yang mempunyai

sifat negative thinking, prasangka buruk, mudah menghakimi orang lain tanpa

melihat masalah lebih lanjut, mudah mengasumsikan orang lain dengan pendapat

pribadi. Karakter yang ignorant, tidak mau tahu dan tidak peduli.

3) Wise Character (netralis)

Sifat netral (naturalism personality) merupakan karakter yang memiliki

sifat netral, tidak memihak, cenderung sebagai pengawas saja, melihat semuanya

harus terjadi agar semuanya mendapatkan pelajaran dan memetik moral agar naik

level kebijaksanaan ke level yang lebih tinggi.

Ketiga sifat karakter di atas ada dalam cerita komik yang dikembangkan.

Namun yang lebih mendominasi adalah karakter protagonis. Karakter protagonis

contohnya Alya, Adi, Ibu Robi, Ibu Adi, dan Pak Sigit. Karakter antagonis misalnya

Robi. Sedangkan karakter netralis yaitu Ibu Guru, Pak Kepala Sekolah, dan

Yayasan.

e. Sudut Pandang

Sudut pandang adalah kedudukan atau posisi pengarang dalam cerita

dirinya dalam cerita tersebut, dari titik pandang ini pulalah pembaca mengikuti

jalan ceritanya dan memahami temanya. Terdapat beberapa jenis sudut pandang,

yaitu:

1) Pengarang sebagai tokoh utama. Sering juga posisi yang demikian disebut

sudut pandang orang pertama aktif. Disini pengarang menuturkan dirinya

sendiri.

2) Pengarang sebagai tokoh bawahan atau sampingan. Pengarang ikut

melibatkan diri dalam cerita, akan tetapi ia mengangkat tokoh utama. Dalam

posisi yang demikian itu sering disebut sudut pandang orang pertama pasif.

3) Pengarang hanya sebagai pengamat yang berada diluar cerita. Pengarang

menceritakan orang lain dalam segala hal.

Adapun unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada diluar karya sastra itu,

tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organism karya

sastra (Nurgiyantoro, 1995: 23). Unsur ekstrinsik merupakan unsur luar sastra yang

mempengaruhi penciptaan karya sastra. Unsur tersebut meliputi latar belakang

pengarang, keyakinan dan pandangan hidup pengarang, adat istiadat yang berlaku,

situasi politik, persoalan sejarah, ekonomi dan pengetahuan agama. Unsur

ekstrinsik untuk setiap karya sastra sama (Nurgiyantoro, 1995: 23).

Unsur ini mencakup berbagai aspek kehidupan sosial yang tampaknya

menjadi latar belakang penyampaian amanat dan tema. Selain unsur-unsur yang

datang dari luar diri pengarang, hal-hal yang sudah ada dan melekat pada kehidupan

Dokumen terkait