• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL THE TOKYO

2.4 Unsur-Unsur Detektif

2.4.1 Unsur Kejahatan

Dalam www.supartobrata.com dikatakan bahwa, salah satu kekhasan dari novel detektif adalah hadirnya sebuah tragedi kematian yang dilanjutkan dengan penemuan-penemuan untuk menyelesaikan masalah, siapa detektifnya, siapa yang melakukan pembunuhan dan apa motifnya sehingga terjadi kasus pembunuhan tersebut.

Kejahatan merupakan salah satu komponen yang utama roman detektif. Itulah sebabnya Teeuw (1983:20, 1984:101-102) menyebutkan konvensi roman detektif yang pertama harus ada mayat. Mayat itu ada karena tindak kejahatan. Menurut Kartini Kartono (1981:147-148) secara yuridis formal, kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan (immoral), merugikan masyarakat, asosiasi sifatnya dan melanggar hukum serta undang- undang pidana. Secara sosiologis, kejahatan adalah semua bentuk ucapan, perbuatan dan tingkah laku yang secara ekonomis, politis dan sosial-psikologis sangat merugikan masyarakat, melanggar norma-norma susila, dan menyerang keselamatan warga masyarakat (baik yang tercakup dalam undang-undang, maupun yang belum tercantum dalam undang-undang pidana). (Sukapiring, 1987: 135-136)

Kemudian Kartini Kartono dalam Sukapiring (1987:136) menyebutkan bahwa, yang dapat dimasukkan dalam perbuatan kejahatan ialah: 1. Pembunuhan, penyembelihan, pencekikan sampai mati, pengracunan sampai mati; 2. Perampasan, perampokan, penyerangan, penggarongan; 3. Pelanggaran seks dan pemerkosaan; 4. Maling, mencuri; 5. Pengancaman, intimidasi, pemerasan; 6. Pemalsuan, penggelapan; 7. Korupsi, penyogokan, penyuapan; 8. Pelanggaran ekonomi; 9. Penggunaan senjata api dan perdagangan senjata-senjata api; 10. Pelanggaran sumpah; 11. Bigami (kawin rangkap pada satu saat); 12. Kejahatan- kejahatan politik; 13. Penculikan; 14. Perdagangan dan penyalahgunaan narkotika.

Jadi kejahatan itu bisa jadi berupa pembunuhan dan dapat berupa perbuatan yang bukan pembunuhan, yaitu perbuatan yang melanggar hukum.

Dari beberapa penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kejahatan ialah hal-hal yang berhubungan dengan tindakan yang dapat merugikan

masyarakat luas. Dalam novel The Tokyo Zodiac Murders ini peneliti akan

mengungkapkan kejahatan-kejahatan para pelaku dalam novel tersebut yang berupa pembunuhan.

2.4.2 Unsur Misteri

Misteri merupakan salah satu komponen utama roman detektif, merupakan komponen yang dideteksi, yang harus dipecahkan. Karena misteri merupakan salah satu komponen yang utama, kehadiran mayat seperti dikemukakan Teeuw dalam Sukapiring (1987:136-137) itu tidak penting, kehadiran mayat sesungguhnya hanya merupakan alat bagi kehadiran misteri itu. Selain mayat,

terdapat pula alat-alat lainnya, seperti yang dikemukakan oleh Kartini Kartono sebelumnya. Yang penting semuanya itu harus misterius, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan, seperti siapakah pembunuhnya, siapakah pencurinya, siapakah penculiknya dan lain-lainnya. Pertanyaan-pertanyaan itulah yang akan melahirkan sebuah usaha pencari jawaban. Usaha pencarian jawaban ini oleh Faruk dalam Sukapiring (1987:136-137) disebut deteksi dan pencarian jawaban detektif.

Selanjutnya, pencarian-pencarian jawaban itu akan menimbulkan ketegangan bagi pembaca, seperti yang dikemukakan oleh Teeuw dalam Putra (2009:16) mengatakan, ketegangan itu merupakan hal yang penting dalam sebuah roman detektif. Ini menunjukkan bahwa rasa tegang itu selalu diharapkan oleh pembaca roman detektif. Pembaca selalu dibuat ragu-ragu oleh sesuatu hal, apakah hal itu penting ataukah tidak dalam perkembangan alurnya. Sudjiman dalam Putra (2009:16) merumuskan istilah tegangan sebagai ketidakpastian yang berkelanjutan atas suasana yang makin mendebarkan yang diakibatkan jalinan alur dalam cerita rekaan atau lakon. Tegangan ini menopang keingintahuan pembaca akan kelanjutan cerita. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengungkapkan misteri yang berupa hal-hal yang menimbulkan pertanyaan yang terdapat dalam novel The Tokyo Zodiac Murders.

2.4.3 Unsur Detektif

Menurut Teeuw dalam Sukapiring (1987:137) unsur detektif merupakan kedua yang harus ada dalam roman detektif. Dialah yang membuka misteri dalam cerita. Detektif dibedakan atas detektif swasta atau bukan, anggota organisasi detektif atau aparat pemerintah. Ada juga detektif yang bekerja sebagai detektif tanpa dibantu detektif lain, kecuali polisi.

Proses pengungkapan misteri kejahatan yang dilakukan detektif dalam cerita detektif, pada dasarnya mengandalkan kecerdasan detektif. Detektif dalam menjalankan tugas sering menyamar sebagai tokoh yang berprofesi lain.

Dalam www.wikipedia_bahasa_indonesia.ensiklopedi.org dijelaskan

detektif adalah seseorang yang melakukan penyelidikan suatu kejahatan, baik sebagai detektif polisi maupun sebagai detektif swasta. Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa detektif adalah seorang yang bekerja untuk memecahkan suatu masalah dengan memecahkan lika-liku kejahatan melalui kumpulan tafsiran-tafsiran. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengungkapkan mengenai detektif swasta yang menyelesaikan kasus pembunuhan tersebut dalam

novel The Tokyo Zodiac Murders.

2.4.4 Unsur Pemecahan Masalah yang Tidak Terduga pada Akhir Cerita

Menurut Teeuw dalam Sukapiring (1987:137), unsur pemecahan yang tidak terduga pada akhir cerita merupakan komponen ketiga yang harus ada dalam cerita detektif. Cerita detektif biasanya melibatkan banyak sekali tokoh yang dapat

dicurigai sebagai pelaku kejahatan misterius yang dideteksi itu. Semua tokoh itu diberi latar belakang tertentu, perilaku tertentu, yang membuat pembaca menduga bahwa satu di antaranya nanti terbukti sebagai pelaku kegiatan misterius itu. Di dalam cerita detektif, informasi-informasi itu biasanya menggiring pembaca ke arah dugaan yang salah. Kecenderungan semacam inilah yang oleh Roland

Barthes dalam Sukapiring (1987:32) disebut sebagai snare “perangkap”. Karena

menampilkan pemecahan yang tidak terduga pada akhir cerita. (Sukapiring, 1987: 137-138)

Jadi dalam penelitian ini, peneliti akan mengungkapkan mengenai dugaan

yang salah yang terdapat dalam novel The Tokyo Zodiac Murders.

2.5 Biografi Pengarang

Soji Shimada lahir pada tanggal 12 Oktober 1984 di kota Fuyukuma,

Prefektur Hiroshima, Jepang. Ia lulus dari Seishikan High School di kota

Fuyukuma dan kemudian Musashino Art University sebagai seni komersial desain utama. Setelah menghabiskan bertahun-tahun sebagai pengemudi truk sampah, penulis bebas dan musisi, ia melakukan debut sebagai penulis misteri pada tahun

1981 ketika The Tokyo Zodiac Murders ditetapkan sebagai finalis di penghargaan

Edogawa Rampo. Karyanya yang paling terkenal termasuk Detective Mitarai

Series dan Detective Yoshiki Series.

Adapun serial dari Detective Mitarai Series sendiri sudah memiliki banyak

judul, di antaranya: The Tokyo Zodiac Murders, Murder In The Crooked Mansion,

Vertigo, The Ryugatei Murders, Hollywood Certificate, Phantom Russian Warship dan masih banyak lainnya.

Karya-karyanya sering melibatkan tema-tema seperti hukuman mati, Nihonjinron (teorinya pada orang Jepang), Jepang dan budaya internasional. Dia

adalah pendukung kuat dari amatir Honkaku (otentik, ortodoks) penulis misteri.

Mengikuti tren Sekolah Sosial Fiksi kejahatan yang dipimpin oleh Seicho

Matsumoto, ia adalah pelopor “Shin-Honkaku” (ortodoks baru) genre misteri

logika. Dia dibesarkan penulis seperti Yukito Ayatsuji, Rintaro Norizuki dan

Shogo Utano, dan ia booming sebagai pemimpin misteri dari akhir 1980-an.

Sebagai ayah dari “Shin-Honkaku”, Shimada kadang-kadang disebut sebagai

“The Godfather of Shin-Honkaku”.

Meskipun seorang kritikus serius dan penulis, Shimada bukanlah orang yang keras. Banyak yang membayangkan bahwa dia adalah orang yang suram, tapi pada kenyataannya, dia cukup ramah secara pribadi. Sesekali karakter

humornya bisa didapat di kisah misterinya, seperti di Soseki and The London

Mummy Murders dan Let There Be Murder, Any Kind of Murder. Novel ini, terutama yang terakhir, melibatkan trik misteri mewah serta unsur sindiran, kebingungan, pemuda dan kelangsungan hidup. Tema yang bermacam-macam membuat novelnya menjadi sukses besar dan dibuat menjadi seri pendek.

Dalam beberapa tahun terakhir, ia telah memulai tantangan baru, sebuah

serial animasi yang disebut “Taiga Novels”, berkolaborasi dengan ilustrator

terkenal Masamune Shirow. Setelah dimulai pada bulan Januari 2008, ia dan Shirow berencana untuk menciptakan dua belas buku melalui penerbit Kodansha

BOX. Di atas BOX, Shimada memegang kolom di majalah terkenal, Shinco Weekly. Dia juga memimpin dua kontes baru novel misteri amatir, yang pertama,

“The City of Roses Fukuyama Mystery Award” untuk penulis amatir di Jepang,

dan “The Soji Shimada Mystery Award” di Taiwan, yang disponsori oleh Crown

Publishing Company. Bahkan melewati usia enam puluh, semangat menulis telah

menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Ia benar-benar maestro dari misteri Shin-

BAB III

UNSUR-UNSUR DETEKTIF DALAM NOVEL THE TOKYO ZODIAC MURDERS KARYA SOJI SHIMADA

3.1 Sinopsis Novel

Novel The Tokyo Zodiac Murders dibuka dengan surat tulisan tangan

berisi pesan dan wasiat terakhir dari Heikichi Umezawa pada 21 Februari 1936. Di dalam surat itu, dia menuliskan bagaimana dirinya sejak kecil. Ia mengaku bahwa dia dirasuki iblis, roh jahat yang bertindak di luar kehendaknyan sejak kecil. Dia mengatakan bahwa iblis itu memainkan tipuan padanya, dan dirinya hanyalah sekadar boneka. Iblis itu sering menguasi dirinya bahkan sampai dirinya sendiri tidak bisa melawannya. Teman-temannya menganggapnya gila, hingga dia berusaha untuk mengeluarkan iblis itu dari tubuhnya dengan caranya sendiri. Di dalam surat itu Heikichi juga menceritakan bahwa dia sering bermimpi aneh di malam hari dan dia juga mengakui kekagumannnya terhadap wanita.

Saat dia merasa iblis mempermainkannya seperti boneka, di saat itulah dia bermimpi tentang sang wanita sempurna. Ia terpesona oleh kecantikannya, kemampuan psikisnya, kekuatannya, dia sendiri sadar bahwa dia tidak bisa melukiskannya di kanvas. Ia kemudian memberi nama Azoth kepada wanita sempurna yang ada di dalam mimpinya tersebut. Yang artinya “dari A ke Z”. Wanita itu memenuhi impiannya sepenuhnya.

Berdasarkan pemahamannya mengenai tubuh manusia, ada enam bagian tubuh yang utama: kepala, dada, perut, pinggul, paha dan kaki. Ia juga

menjelaskan bahwa dalam ilmu astrologi, tubuh manusia—sebuah objek yang

berbentuk kantong—merupakan cerminan miniatur alam semesta. Masing-masing

bagian tubuh memiliki planetnya sendiri yang mengatur, melindungi dan memberdayakannya.

Kepala dilindungi dan dikuasai Mars, planet penguasa untuk Aries, yang juga diberdayakan oleh Mars. Dada merupakan wilayah Gemini dan Leo, dilindungi Merkurius dan juga Matahari. Jika dia mengganti dada dengan payudara wanita, maka mereka berada di bawah naungan Cancer. Perut adalah untuk Virgo, dikuasai Merkurius. Pinggul diserahkan kepada Libra, dikuasai Venus. Namun dirinya menyebut bahwa ia mengganti pinggul dengan rahim, Scorpio yang menaunginya. Paha berada dalam wilayah Sagitarius yang dikuasai Jupiter. Kaki adalah Aquarius, dikuasai Uranus.

Ia menyebutkan bahwa masing-masing dari tubuh seseorang, diberi kekuatan oleh planet penguasanya. Dan identitas astrologi seseorang ditentukan oleh persejajaran matahari dengan planet-planet saat dia lahir. Lambang serta bagian tubuh yang berkaitan menentukan jati diri orang tersebut. Ia sadar bahwa tidak ada orang yang sempurna, karena semua orang mendapatkan anugerah dari planet yang menguasainya. Jadi dia berpikir; jika dia bisa memperoleh kepala yang sempurna, payudara yang sempurna, dan kaki yang sempurna, kemudian menyatukannya menjadi tubuh seorang wanita, maka dia akan mendapatkan sang wanita sempurna. Dan jika dia menyatukan enam bagian tubuh yang masih

perawan, kecantikan gabungan yang tercipta tak akan tertandingi. Ia mengakui bahwa sejak saat itu, fokusnya hanyalah sang dewi itu. Dan secara tak terduga, ia menyadari bahwa enam perawan dengan lambang zodiak yang berbeda hidup di dekatnya, yaitu putri-putrinya serta para keponakannya. Keenam wanita itu memenuhi lambang-lambang zodiak yang ia cari. Dan setelahnya, ia mengaku bahwa iblis menyuruhnya untuk mengorbankan gadis-gadis itu. Ia kemudian berencana untuk mengambil kepala dari Tokiko, dada dari Yukiko dan perut dari Reiko. Pinggul akan diambil dari Akiko, paha dari Nobuyo dan kaki dari Tomoko. Kemudian dia akan menyusun bagian-bagian itu menjadi satu untuk menciptakan seorang wanita.

Setelahnya, ia memikirkan cara penguburan untuk keenam wanita itu berdasarkan ilmu alkimia. Ia menuliskan bahwa Tokiko, yang memberikan kepalanya, adalah seorang Aries, maka ia akan dibuang ke tempat yang menghasilkan besi. Yukiko seorang Cancer, maka ia akan dibuang ke tempat yang menghasilkan perak. Reiko seorang Virgo di tempat yang menghasilkan merkuri. Akiko seorang Scorpio di tempat yang menghasilkan besi. Nobuyo seorang Sagitarius di tempat yang menghasilkan timah. Tomoko seorang Aquarius di tempat yang menghasilkan timbel. Setelahnya gadis-gadis itu dikuburkan, ia mengatakan bahwa Azoth akan muncul dengan kekuatan tertinggi.

Tak sampai di sana, di dalam surat itu juga tertulis di mana Heikichi akan menyembunyikan Azoth-nya. Dengan pemahaman ilmu geografinya, ia mengatakan bahwa Azoth harus ditempatkan di pusat negeri Jepang. Ia

menjelaskan pusat-pusat kota dan pulau-pulau di Jepang. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk menempatkan Azoth di pusat angka 13.

Empat puluh tahun kemudian, dokumen-dokumen tentang rencana pembunuhan itu sampai di tangan Kiyoshi Mitarai, seorang detektif yang baru sembuh dari depresinya. Temannya, Kazumi Ishioka yang memberikannya. Pembunuhan keenam gadis tersebut terlaksana sesuai dengan surat yang sudah dituliskan oleh Heikichi Umezawa, tetapi anehnya, Heikichi Umezawa sendiri telah ditemukan tewas sebelum pembunuhan terhadap enam gadis tersebut dimulai. Pembunuhan tersebut menjadi sebuah misteri yang tak terpecahkan selama 40 tahun lamanya.

Kiyoshi sebenarnya tak tertarik dengan kasus pembunuhan tersebut, tetapi Kazumi terus memaksa Kiyoshi untuk memecahkan kasusnya. Kazumi pun secara bertahap menceritakan tentang kasus pembunuhan tersebut. Bahwa pembunuhan tersebut terdiri atas tiga kasus, yang pertama adalah pembunuhan Heikichi Umezawa, yang kedua pembunuhan Kazue yang adalah putri tiri Umezawa dan yang ketiga adalah pembunuhan ganda gadis-gadis tersebut berdasarkan catatan Heikichi yang ditemukan di studionya saat mayatnya ditemukan.

Dalam penjelasannya, Kazumi menjelaskan apa-apa saja yang menjadi bukti dari kasus-kasus pembunuhan tersebut, termasuk surat yang ditemukan di dalam studio milik Heikichi Umezawa saat dia ditemukan tewas. Beberapa nama kemudian disebutkan oleh Kazumi yang kemudian mereka curigai sebagai tersangka atau terlibat dalam pembunuhan tersebut. Hingga kemudian, muncul

bukti baru yang diberikan oleh Mrs. Iida, anak dari polisi yang mengaku terlibat dalam pembunuhan tersebut.

Mrs. Iida menemui detektif Kiyoshi dan memberikan surat yang dia temukan di rak ayahnya setelah ayahnya meninggal. Surat itu kemudian dia berikan pada Kiyoshi untuk menunjang penyelidikan mereka. Dalam surat itu, polisi itu, yang bernama Bunjiro Takegoshi, menuliskan bahwa suatu hari ketika selesai bertugas, ia bertemu dengan seorang wanita di jalan. Wanita itu kesakitan dan meminta padanya untuk diantarkan pulang. Setelah diantar pulang, wanita itu kemudian membisikkan sesuatu padanya. Wanita itu terus berkata bahwa ia kesepian. Hingga kemudian, polisi itu berhubungan intim dengan wanita tersebut. Beberapa hari kemudian, dia membaca di surat kabar tentang pembunuhan wanita yang berhubungan seks dengannya tersebut, dan wanita itu adalah salah satu dari keluarga Umezawa, Kazue Kanemoto. Dijelaskan bahwa waktu pembunuhan berlangsung tak lama setelah Bunjiro meninggalkan wanita itu. Dugaan awal para polisi waktu itu adalah ia telah dirampok dan diperkosa, lalu Bunjiro merasa harus waspada.

Beberapa hari kemudian, Bunjiro mendapatkan surat kilat dari orang yang mengaku agen rahasia. Di dalam surat itu, orang itu menyuruh Bunjiro untuk menguburkan enam mayat wanita yang berada di gudang rumah Kazue. Orang itu mengatakan bahwa mayat-mayat itu adalah mata-mata Cina, jadi mereka dibunuh untuk menghindari perang. Orang itu menyuruh Bunjiro untuk menguburkan mayat-mayat tersebut sesuai dengan tempat-tempat yang disebutkannya. Untuk memastikan Bunjiro melaksanakan tugasnya, orang tersebut mengatakan bahwa

Bunjiro adalah polisi yang sudah melakukan tindak kejahatan pada Kazue. Bunjiro takut karena ada yang mengetahui perjumpaannya dengan Kazue. Kemudian, Bunjiro pun melakukan tugasnya tersebut tanpa diketahui orang-orang.

Berbekal bukti tambahan tersebut, Kiyoshi akhirnya benar-benar ingin memecahkan kasus tersebut. Ia kemudian berjanji pada anak lelaki Bujiro bahwa dia akan menyelesaikan kasus itu dalam waktu seminggu. Dan kemudian, ia bersama Kazumi pergi ke Kyoto, mencari orang-orang yang secara tidak langsung terlibat dan menyelidiki mereka masing-masing. Beberapa saksi ada yang sudah meninggal dan ada juga yang sudah tua, jadi mereka agak sulit ketika ditanya mengenai pembunuhan 40 tahun silam tersebut.

Dalam perjalanannya, Kiyoshi kemudian menyadari suatu hal dalam kasus ini, yaitu digunakan trik sulap dalam pembunuhan ini. Kiyoshi kemudian menemui seorang wanita yang bernama Taeko Sudo, wanita yang melakukan pembunuhan tersebut menurut Kiyoshi. Kiyoshi mendapatkan pencerahan tentang pembunuhan ketika dirinya dan Kazumi menerima kembalian uang Yen yang diselotip. Dari sana, ia menyadari bagaimana pembunuhan itu dibuat sedemikian rupa dengan menggunakan trik sulap. Taeko Sudo adalah Tokiko Umezawa. Ia mengubah namanya dan hidup di Kyoto setelah melakukan pembunuhan dan membuat dirinya seolah-olah telah mati. Kemudian Kiyoshi menjelaskan bagaimana trik pembunuhan sebenarnya pada Kazumi.

Di bagian akhir, terdapat surat yang ditulis oleh Taeko atau Tokiko. Ia melakukan bunuh diri tak lama setelah Kiyoshi menemukannya. Di dalam surat itu, Tokiko menjelaskan alasan mengapa ia membunuh ayahnya dan saudara-

saudara tirinya. Ia menyebutkan, bahwa Masako, ibu tirinya, dan putri-putrinya sangat kejam padanya. Ia membunuh ayahnya karena kesal karena ayahnya mendepak ibunya, Tae, sewaktu usianya masih berumur satu bulan. Tae ingin mendapatkan hak asuh atas dirinya, tapi ayahnya menolak dengan alasan fisik Tae terlalu lemah. Namun Tokiko berpikir, jika memang begitu, kenapa ayahnya tega mendepak ibunya jika memang fisiknya lemah? Tak lama setelah ibunya pergi, ayahnya menikah dengan Masako, ibu tirinya. Wanita itu sangat jahat. Masako tidak pernah membelikan Tokiko apapun dan tidak pernah memberinya uang saku. Semua pakaian, mainan dan bukunya adalah lungsuran dari Tomoko dan Akiko, saudara tirinya. Masako tidak menyukai Tokiko, tapi dia tetap menahannya di rumahnya untuk memanfaatkan Tokiko menjadi pelayannya. Tokiko kemudian mendapatkan pekerjaan sampingan untuk membantu ibu kandungnya yang hidupnya sangat menderita. Tapi jika akan pergi, Masako dan putri-putrinya selalu melakukan kejailan padanya.

Tokiko bekerja di rumah sakit universitas. Di sana, dia belajar banyak hal. Pada suatu hari, dia mendatangi departemen farmasi dan seorang rekan menunjukkan padanya sebotol arsenik. Saat itu, ia memutuskan untuk bunuh diri. Pada suatu hari, Kazue datang ke rumah besar Umezawa, dia adalah ratu protes. Pada satu kesempatan Kazue mengeluhkan bahwa kursi yang didudukinya tidak seimbang dan Masako menyuruh Kazue untuk mengganjal kaki kursi itu dengan pundi-pundi milik ibu Tokiko yang entah dari mana dia dapatkan. Kejadian itu membuatnya marah dan bertekad untuk membalas dendam pada mereka semua untuk ibunya. Dan akhirnya, ia memutuskan untuk membunuh mereka semua. Di

akhir surat, Tokiko juga menjelaskan bahwa surat yang ditemukan polisi di studio milik Heikichi Umezawa adalah tulisannya. Heikichi begitu baik padanya. Dia hanya memiliki sedikit teman, karena itu Heikichi banyak menceritakan tentang dirinya pada Tokiko. Tulisan tangan mereka mirip, karena itu Tokiko memutuskan untuk membuat surat seperti itu sebagai bagian dari rencananya. Tapi, dia juga harus membunuh ayahnya sendiri.

3.2 Unsur-Unsur Detektif dalam Novel The Tokyo Zodiac Murders

Berikut akan dibahas mengenai unsur-unsur detektif yang terdapat dalam

novel The Tokyo Zodiac Murders berdasarkan dari pendapat yang dikemukakan

oleh Sukapiring.

1. Unsur Kejahatan

Unsur kejahatan akan menjadi unsur pertama yang akan dibahas dalam novel ini. Unsur kejahatan ini akan terfokus pada tindak pembunuhan.

Cuplikan 1 (hal 46)

Hal yang paling mengerikan dan sulit dimengerti dalam kasus Zodiak adalah bahwa keenam wanita muda tersebut dibunuh tepat seperti yang digambarkan dalam catatan Heikichi.

Yang aneh adalah, Heikichi dibunuh sebelum kematian wanita-wanita muda itu, yang, sebenarnya, adalah para putri dan keponakannya. Dia menyebut-nyebut nama sejumlah orang, tetapi mereka punya alibi. Tentu

saja, semua alibi itu diperiksa dengan seksama, tetapi semua tersangka telah terbukti tidak bersalah. Heikichi sendiri tampaknya merupakan satu- satunya orang yang memiliki motif kuat, tetapi dia sudah mati ketika pembunuhan terjadi, sehingga dia tidak mungkin dicurigai.

Analisis:

Pada cuplikan di atas, dijelaskan oleh Kazumi Ishioka bahwa benar adanya telah terjadi pembunuhan pada keenam gadis seperti yang dituliskan oleh Heikichi Umezawa di dalam catatannya. Hal ini menjadi mengerikan dan sangat tidak masuk akal mengingat Heikichi Umezawa sendiri sudah dibunuh sebelum pembunuhan itu terjadi. Dalam cuplikan ini, disebutkan bahwa Heikichi sudah mati dibunuh sebelum pembunuhan gadis-gadis lainnya. Dari cuplikan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa telah terjadi tindak kejahatan yang berbentuk pembunuhan di dalam novel ini. Pada cuplikan ini, fokus korban pembunuhan adalah Heikichi Umezawa sendiri.

Dengan adanya cuplikan di atas, menunjukkan indeksikal adanya unsur kejahatan yang berbentuk pembunuhan. Hal ini membenarkan pendapatkan Sukapiring (1987:135), bahwa kejahatan merupakan salah satu komponen yang utama dalam roman detektif.

“Kazue dibunuh di rumahnya di Kaminoge, Subdistrik Setagaya, yang cukup jauh dari rumah keluarga Umezawa dan studio Heikichi di Ohara,

Dokumen terkait