• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unsur Pelengkap Timbunan Causeway

Bagian pada konstruksi causeway ini tidak hanya timbunan tanah granular non-kohesif. Konstruksi ini memerlukan unsur pelengkap lainnya sehingga dapat menopang kebutuhan serta dapat bertahan sesuai dengan tujuan dibangunnya konstruksi ini. Unsur pelengkap konstruksi causeway ini mencangkup perkerasan,

geotextile, armour layer, dan plat injak.

2.2.5.1 Lapisan Tanah Laterit

Konstruksi causeway ini adalah akses penghubung antara dermaga jetty dan tepi pantai sehingga timbunan ini akan dilewati oleh truk pengangkut barang dan hasil tambang keluar masuk dermaga. Oleh karena itu diperlukannya perkerasan di atas timbunan ini sehingga mobilisasi di dermaga tersebut bisa dilakukan.

Sumber :http://arisudev.wordpress.com

Contoh tanah laterit yang berada dilapangan

               

Perkerasan di atas timbunan ini digantikan oleh tanah laterit. Tanah laterit adalah sejenis lempung yang mengandung sejumlah kwarsa, kaya akan besi dan alumunium. Dikarenakan kandungannya, tanah laterit ini mudah mengeras karena kelembaban diantara partikel-partikel lempungnya menguap dan membentuk struktur yang kaku.

Lokasi pelaksanaan konstruksi berada dipulau terpencil dan bagian dari wilayah Indonesia Timur yang tertinggal, sehingga tidak mungkin timbunan tersebut memakai perkerasan lentur ataupun perkerasan kaku. Hal inilah yang menyebabkan pemakaian tanah laterit sebagai perkerasan untuk kendaraan yang berkebutuhan memobilisasi barang tambang yang ada dipulau obi tersebut, ditambah lagi dengan karakteristik tanah laterit yang mendukung untuk menggantikan fungsi perkerasan. Tanah laterit ini memiliki tebal rencana 1.5 m seperti yang terlihat pada gambar 3.33, dan seluruh permukaan teratas dari konstruksi causeway akan ditutupi oleh lapisan tanah laterit ini.

Gambar 2.33 Lapisan tanah laterit dengan tebal 1.5m

2.2.5.2 Geotextile Non Woven

Geotextile adalah sejenis geosintetik yang terbuat dari anyaman ataupun

rajutan yang menyerupai bahan textile yang memiliki banyak fungsi dan salah satunya adalah sebagai separator. Geosintetik adalah bahan sintetis yang pada umumnya terbuat dari bahan plastic yang digunakan untuk aplikasi teknik sipil dalam lingkungan tanah. Bahan geosintetis mulai dikenal dan digunakan di dunia pada awal tahun 1970-an, lalu mulai dipergunakan di Indonesia tahun 1990-an. Bahan geosintetis sekarang ini telah banyak digunakan di Indonesia.

               

Tanah laterit yang digunakan untuk perkerasan berada langsung di atas tanah timbunan granular non-kohesif yang seluruh gradasinya memiliki ukuran butir > 2 mm, sedangkan tanah laterit sendiri adalah jenis tanah lempung yang memiliki ukuran butir < 0.002 mm. Kondisi tersebut sudah dapat dipastikan akan menyebabkan tanah laterit akan terbawa aliran air ketika air ada di atasnya dan masuk kedalam pori-pori dari tanah timbunan yang ada di bawahnya. Ditambah lagi dengan kemungkinan terjadinya kerusakan oleh beban kendaraan di atas tanah laterit yang akan menyebabkan tanah laterit tertekan dan mengisi celah yang terdapat pada tanah timbunan yang berada di bawahnya. Oleh karena itu diperlukannya perlindungan atau pembatas tanah laterit tersebut, dan pembatas yang akan digunakan adalah geotextile non woven.

Sumber :http://geotextile.web.id

Gambar 2.34 Geotextile non woven

Geotextile non woven adalah geotextile yang biasa dipergunakan untuk separator atau pembatas antara lapisan tanah. Geotextile non woven diletakkan

diantara lapisan tanah laterit yang berada diatasnya dan lapisan tanah timbunan yang berada dibawahnya seperti yang terlihat pada gambar 2.35. Peletakkan tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya pengikisan tanah laterit oleh air sehingga masuk ke dalam lapisan tanah timbunan, dan itu akan menyebabkan perkerasan tidak dapat digunakan. Geotextil non woven ini akan diletakkan diseluruh permukaan timbunan causeway sebagai pembatas tanah laterit.

               

Gambar 2.35 Penempatan geotextil non woven pada causeway 2.2.5.3 Armour Layer (Rivertment)

Armour layer adalah lapisan batuan yang berfungsi sebagai pelindung

lereng timbunan yang bersentuhan langsung dengan tekanan dari gelombang air laut. Batuan ini digunakan untuk melindungi timbunan konstruksi causeway sehingga tidak lepas kelaut bebas akibat serangan gelombang dan arus. Lapisan ini adalah lapisan yang dibentuk oleh batu armor, maupun material lain yang dapat melindungi lereng seperti beton.

Sumber :http://www.panoramio.com

Gambar 2.36 Contoh lapisan pelindung yang dibuat dari beton precast

               

Lapisan pelindung lereng yang digunakan untuk timbunan konstruksi

causeway dalam tugas akhir ini adalah lapisan dari batu armor. Lapisan ini di

desain dengan tebal 50 cm serta tinggi +6 mLWS yang didasarkan pada muka air pasang yang berada di elevasi +1.6 mLWS sehingga permukaan lereng akan aman. Lapisan pelindung ini berada diseluruh keliling dari timbunan causeway seperti yang terlihat pada gambar 2.37 dan gambar 2.38.

Gambar 2.37 Batu armor melindungi keseluruhan lereng timbunan

Gambar 2.38 Batu armor yang berada pada potongan melintang dari timbunan causeway

Persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung dari berat armour yang akan digunakan adalah persamaan Hudson Formula :

W =

(

2-38)

W = berat Armour (ton)

r = berat jenis Armour (1,50 ton/m3) Hs = tinggi gelombang significant (m)

Kd = koefisien kerusakan, kerusakan yang dapat diterima berkisar 0 - 5 %. D = berat jenis relatif batu = (r-w)/w

w = berat jenis air laut (1.025 ton/ m3) = sudut kemiringan tanggul                

2.2.5.4 Plat Injak

Plat injak adalah plat yang digunakan sebagai penghubung anatara dermaga apung dan timbunan konstruksi causeway. Plat injak ini diaplikasikan dengan maksud untuk mengantisipasi apabila terjadi penurunan konstruksi yaitu konstruksi timbunan causeway ataupun konstruksi jetty. Sehingga ketika terjadinya penurunan pada salah satu elemen dermaga tersebut dan menyebabkan terjadinya beda elevasi antara timbunan dan jetty, plat injak tetap dapat menghubungkan konstruksi keduanya. Desain plat injak dalam tugas akhir ini adalah memiliki lebar B= 6 m dan panjang 12.4 m seperti dapat dilihat pada

gambar 2.39 dan 2.40. desain ini didasarkan dari dimensi kendaraan yang akan melewati plat injak tersebut.

Gambar 2.39 Tampak samping plat injak

Tampak atas plat injak

               

Dokumen terkait