• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unsur Turunan ( derivation )

Dalam dokumen Buku morfologi Bahasa Indonesia (Halaman 88-94)

IDENTIFIKASI KATA MAJEMUK A Pengantar

C. Kategori Kata Majemuk

2) Unsur Turunan ( derivation )

Ditinjau sebagai sebuah kata, kata majemuk atau komposisi dapat diderivasikan ke bentuk lain dengan menggunakan bentuk yang ada dan kemudian diberi afiks. Derivasi di sini adalah membuat bentuk turunan dari kata yang sudah ada dengan melalui proses afiksasi. Berdasarkan ketentuan itu, konstruksi role model, latar belakang, naik turun, jual beli, titik tekan, dapat diderivasikan dengan bentuk afiks {me-kan} sebagaimana tampak pada kalimat (16), (17) dan (18) berikut ini:

(16) Kita perlu merolemodelkan seorang presiden yang berasal dari kalangan pengusaha.

(17) Salam Dua Jari dan Salam Tiga jari

melatarbelakangkan munculnya ungkapan Salam Gigit Jari yang muncul beberapa hari setelah sidang paripurna di Senayan, Jakarta, kamis dini hari, 2 Oktober 2014.

(18) Truk barang itu sedang menaikturunkan barang elektronik

(19) Para pedagang komputer menjualbelikan gejet model baru pada Indonesia Expo Diecast 2014.

(20) Banda Naira menjadi wilayah yang diprioritaskan dalam pembangunan dengan menitiktekankan pada aspek pariwisata.

Atas dasar itu, diketahui bahwa komposisi atau kata majemuk role model, latar belakang, naik turun, jual beli, titik tekan dapat diderivasikan masing-masing dengan imbuhan {meN-kan}. Namun, kalimat nomor (16) – (17) tidak mungkin diubah menjadi:

(16a*) Kita perlu merolekan model seorang presiden yang berasal dari kalangan pengusaha.

(17a*) Salam Dua Jari dan Salam Tiga jari melatarkan belakang munculnya ungkapan Salam Gigit Jari yang muncul beberapa hari setelah sidang paripurna di Senayan, Jakarta, kamis dini hari, 2 Oktober 2014.

(18a*) Truk barang itu sedang menaikkan turun barang elektronik

(19a*) Para pedagang komputer menjualkan beli gejet model baru pada Indonesia Expo Diecast 2014.

(20a*) Banda Naira menjadi wilayah yang diprioritaskan dalam pembangunan dengan menitikkan tekan pada aspek pariwisata.

Hal itu akan berbeda dengan konstruksi tidak makan, tenaga manusia, tenaga hewan; latar rumah, latar waktu, latar tempat, sebagai frase. Sekiranya frase, tidak makan, tenaga manusia, tenaga hewan, latar rumah, latar waktu, latar tempat diberi afiks {meN-kan} sebagaimana kata majemuk di atas tentu prosesnya akan berbeda, tidak mungkin menjadi

menidakmakanan, menidakkerjakan, menidakbarukan, ketenagamanusiaan, ketenagahewanan, dilatarrumahkan, melatarwaktui, sebagaimana contoh berikut:

(21a*) Karyawan itu menidakerjakan tugas perusahaan.

(22a*) Ketenagahewanan seperti kuda memiliki banyak kontribusi untuk manusia.

(23a*) Kami sering bercengkerama dengan keluarga di latar rumahan.

Akan tetapi yang benar adalah:

(21a) Karyawan itu tidak mengerjakan tugas perusahaan.

(22a) Tenaga dari hewan seperti kuda memiliki banyak kontribusi untuk manusia

(23a) Kami sering bercengkerama dengan keluarga dipelataran rumah.

Selain diderivasikan dengan {meN-kan}, kata majemuk tipe

titik tekan dapat juga diderivasikan dengan afiks {di-kan}; dan afiks {peN-an}, seperti ditemukan pada kalimat berikut ini:

(24) Perawatan metode kanguru dapat dititikberatkan

pada dua car.a yaitu intermitten dan kontinu

(25) Undangan pernikahan anaknya sudah

disebarluaskan sejak kemarin.

(26) Tidak hanya menghangatkan tubuh, sweater warna pastel keluaran Pramod ini dipadupadankan dengan pakaian Anda.

(27) Berbagai tanaman hias ditumbuhkembangkan oleh para ibu-ibu majlis taklim Al-Hidayah di desa ini.

(28) Para petani itu terus mengembangbiakkan tanaman jamur merang yang layak jual.

(29) Kata-kata penting yang terdapat dalam kalimat itu

dicetaktebalkan oleh penulisnya.

(30) Para dosen yang telah mendarmabaktikan diri mengajar mulai dari 10 sampai 30 tahun menerima penghargaan satya lencana dari pemerintah.

(31) Setiap orang dianjurkan untuk mencetakbirukan setiap harapan dan cita-citanya.

Memperhatikan kata-kata yang bercetak tebal pada kalimat (24) sampai (30) dapat ditemukan konstruksi dasar afiksasi yaitu konstruksi titik berat, sebar luas, padu padan, tumbuh kembang, kembang biak, cetak tebal, darma bakti, merupakan kata majemuk atau komposisi titik tekan. Dengan demikian dapat diketahui perbedaan antara komposisi atau kata majemuk dengan frase. Perbedaan itu ialah:

i. Pembubuhan afiks pada kata majemuk terjadi pada semua unsur pembentuk kata majemuk itu; cetak miring

menjadi dicetakmiringkan; blue print menjadi

diblueprintkan

ii. Pembubuhan afiks pada frase hanya terjadi pada salah satu dari unsur pembentuk frase, contoh rasa takut

menjadi perasaan takut; kedip mata menjadi

mengedipkan mata.

3) Perluasan atau Pembatasan

Perhatikan contoh kalimat (31) dan (32) berikut ini: (31) Rumah mimpi yang baru dibangun itu, cocok untuk

digunakan sebagai pusat pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia.

(32) Gegap gempita yang mengiringi kreasi seni yang ditampilkan di Taman Gitananda kini semakin marak dikunjungi banyak orang.

(33) Setiap perumahan harus memiliki tata letak yang sesuai aturan.

Komponen pada kalimat (31) sampai (33) peluas yang baru, yang mengiringi, yang sesuai aturan, yang memberikan keterangan perluasan bagi kata majemuk rumah mimpi, kreasi seni dan tata letak tidak hanya dipakai memperluas kata rumah mimpi, kreasi seni dan tata letak saja pada kalimat (31), (32) dan (33). Sebabnya ialah bahwa pemakai bahasa tidak akan pernah mengatakan sebagai berikut ini:

(31a*) Rumah yang baru mimpi dibangun itu, cocok untuk digunakan sebagai pusat pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia.

atau

(31b*) Rumah yang baru dari mimpi dia yang dibangun itu, cocok untuk digunakan sebagai pusat pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia.

dan

(32a*) Gegap tentang gempita yang mengiringi kreasi seni yang ditampilkan di Taman Gitananda kini semakin marak dikunjungi banyak orang.

atau

(32b*) Gegap setiap gempita yang mengiringi kreasi seni yang ditampilkan di Taman Gitananda kini semakin marak dikunjungi banyak orang.

dan

(33a*) Setiap perumahan harus memiliki tata yang sesuai aturan letak aturan.

atau

(33b*) Setiap perumahan harus memiliki tata yang tepat

letak yang sesuai aturan.

Satu-satunya unsur yang dapat diterima oleh para pemakai bahasa ialah bahwa unsur: yang baru, yang mengiringi, yang sesuai aturan sebagai komponen peluas hanya akan menerangkan atau memberi perluasan bagi konstruksi rumah mimpi, gegap gempita dan tata letak periksa kalimat (31), (32) dan kalimat (33). Hal itu tentu berlainan dengan frase rumah ayah pada kalimat berikut ini:

(34) Buku perpustakaan yang baru dibeli itu memerlukan biaya sebesar Rp 12.000.000.

Unsur yang baru sebagai komponen penjelas atau peluas pada kalimat (34) dapat ditafsirkan hanya menerangkan atau menjelaskan pada kata buku saja atau perpustakaan saja. Hal itu sangat mungkin terjadi. Akibatnya pemakai bahasa dapat saja mengatakan:

(34a) Buku yang baru dibeli itu memerlukan banyak biaya.

atau

(34b) Buku baru kepunyaan perpustakaan perguruan tinggi itu memerlukan banyak biaya.

Kedua kalimat (34a) dan (34b) tetap gramatik dan diterima oleh para penutur dan pemakai bahasa. Jadi, komponen yang baru

pada kalimat (34a) hanya menerangkan buku saja dan

perguruan tinggi itu kalimat (34b) hanya menerangkan

perpustakaan saja. Konstituen yang baru dapat juga dipakai sebagai pembatas untuk membedakan dengan yang robek, yang berdebu, yang rusak, yang hilang atau yang bagus. Dalam pada itu, konstituen yang baru pada kalimat (31) berfungsi untuk membatasi atau menerangkan satu kesatuan kata yang membentuk konstruksi kata majemuk rumah mimpi menjadi

rumah mimpi yang baru. Juga konstituen yang mengiringi pada kalimat (32) berfungsi untuk membatasi atau menerangkan satu kesatuan kata yang membentuk konstruksi kata majemuk gegap gempita menjadi gegap gempita yang mengiringi. Jadi konstituen yang baru yang mengikuti kata majemuk rumah mimpi berfungsi sebagai penjelas atau pembatas untuk membedakan dengan rumah mimpi yang lama, yang rusak, yang terbengkalai, yang dikunjungi. Sementara itu, konstituen

yang mengiringi yang mengikuti konstituen gegap gempita berfungsi sebagai pembatas atau penjelas untuk membedakan dengan gegap gempita yang ramai, gegap gempita yang gaduh dan ricuh.

Demikian pula, kalimat (34a) dan (34b). Konstituen yang baru pada kalimat (34a) membatasi atau menjelaskan kata buku untuk membedakannya dari frase buku yang robek, atau

buku yang berdebu, atau buku yang rusak, atau buku yang hilang atau buku yang bagus. Konstituen perguruan tinggi itu pada kalimat (34b) membatasi atau menjelaskan kata

perpustakaan untuk membedakan perpustakaan sekolah, atau

perpustakaan masjid, atau perpustakaan pusat, atau

perpustakaan umum.

Selanjutnya dapat disimak, kalimat (35) dan (36) berikut ini:

(35) Tempat rehat yang mewah itu sudah diresmikan oleh walikota Manado pada tahun 2014.

atau

(36) Tempat rekreasi yang indah dan sejuk itu banyak dikunjungi para pelancong dari berbagai wilayah di Indonesia.

Konstituen yang mewah pada kalimat (35) memberi keterangan pada kata majemuk tempat rehat. Adapun konstituen yang indah pada kalimat (36) hanya memberi keterangan perluasan kata tempat pada konstruksi frase tempat rekreasi yang indah. Jadi yang mewah itu, adalah tempat rehat yang sudah diresmikan oleh walikota Manado pada tahun 2014 untuk membedakan dari tempat rehat yang berada di tempat lain pada kalimat (35); yang indah dan sejuk pada kalimat (36) adalah

tempat rekreasi yang indah dan sejuk untuk membedakan

tempat hiburan, tempat penjualan, tempat peristirahatan, tempat perhentian yang indah dan sejuk.

Dengan demikian, dapat diketahui dengan jelas perbedaan antara kata majemuk dengan frase. Baik kata majemuk maupun frase kedua dapat diperluas. Yang perlu diperhatikan adalah komponen peluas bagi kata majemuk dikenakan pada semua unsur pembentuknya sebagai satu kesatuan kata majemuk yang membentuk konstruksi kata majemuk. Berbeda dengan frase, komponen peluas itu hanya dikenakan untuk salah satu unsur pembentuknya saja.

Dalam dokumen Buku morfologi Bahasa Indonesia (Halaman 88-94)

Dokumen terkait