• Tidak ada hasil yang ditemukan

8) Jasa perhotelan, meliputi.

(1) Jasa penyewaan kamar, termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, losmen, serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap.

(2) Jasa penyewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah penginapan, motel, losmen dan hotel.

9) Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah, antara lain pemberian Izin Mendirikan Bangunan, pemberian Izin Usaha Perdagangan, pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak.

10) Jasa kesenian dan hiburan meliputi semua jenis jasa yang dilakukan oleh pekerja seni dan hiburan.

11) Jasa boga dan catering.

12) Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta.

2.2.5 Unsur-Unsur Dalam Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai No. 42 tahun 2009 terdapat 2 (dua) unsur penting dalam pajak pertambahan nilai, yaitu.

1) Subjek Pajak Pertambahan Nilai

Siti Resmi (2016:5) menyebutkan Subjek Pajak dalam Pajak Pertambahan Nilai terdiri atas.

21

(1) Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang PPN dan PPnBM, tidak termasuk pengusaha kecil. Pengusaha dikatakan sebagai PKP apabila melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP dengan jumlah peredaran bruto usaha melebihi Rp 4.800.000.000 (empat miliar delapan ratus juta) dalam satu tahun. Termasuk Pengusaha Kena Pajak antara lain:

- pabrikan atau produsen, - importer dan indentor,

- pengusaha yang mempunyai hubungan istimewa dengan pabrikan atau importer,

- agen utama dan penyalur utama pabrikan atau importer,

- pemegang hak paten atau merek dagang BKP, - pedagang besar (distributor),

- pengusaha yang melakukan hubungan penyerahan barang,

- pedagang eceran.

Pengusaha Kena Pajak mempunyai kewajiban, antara lain untuk.

a) Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak,

22

b) Memungut PPN dan PPn BM yang terutang,

c) Menyetor PPN yang masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan serta menyetor Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang,

d) Melaporkan penghitungan pajak.

2) Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).

Pengusaha Kecil adalah pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP dengan jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto tidak lebih dari

Rp 4.800.000.000 (empat milir delapan ratus juta) dalam satu tahun. Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP, selanjutnya wajib melaksanaknn kewajiban sebagaimana halnya PM PKP.

3) Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan BKP tidak berwujud dan atau JKP dari luar Daerah Pabean.

4) Orang Pribadi atau Badan yang melakukan pembangunan rumahnya sendiri dengan persyaratan sebagai berikut.

- luas bangunan lebih atau sama dengan 200 (dua ratus) meter persegi,

- bangunan diperuntukkan sebagai tempat tinggal atau tempat usaha,

23

- tidak dibangun dalam lingkungan real estat,

- pembangunan yang dilakukan tidak dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaan oleh orang pribadi yang hasilnya digunakan sendiri atau oleh pihak lain.

5) Pemungut pajak yang ditunjuk oleh Pemerintah terdiri dari Kantor Perbendaharaan Negara, Bendahara Pemerintah Pusat dan Daerah, termasuk Bendahara Proyek.

2) Objek Pajak Pertambahan Nilai

Menurut Mardiasmo (2016:341) objek Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas.

(1) Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha. Syarat-syarat penyerahan BKP oleh pengusaha adalah.

- Barang berwujud yang diserahkan merupakan BKP,

- barang yang tidak berwujud yang diserahkan merupakan BKP tidak berwujud,

- penyerahan yang dilakukan di Daerah Pabean, dan

- penyerahan yang dilakukan dalam reangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.

24

(3) Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha, dengan syarat-syarat sebagai berikut.

- Jasa yang diserahkan merupakan JKP,

- penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean, dan - penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha

atau pekerjaan.

(4) Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

(5) Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

(6) Ekspor BKP Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak. (7) Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena

Pajak.

(8) Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegitan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.

(9) Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh PKP, kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan.

25 2.2.6 Dasar Pengenaan Pajak (DPP)

Menurut Siti Resmi (2016:25) menyebutkan dasar pengenaan pajak merupakan jumlah tertentu sebagai dasar untuk menghitung Pajak Pertambahan Nilai. Dasar pengenaan pajak terdiri atas harga jual, nilai penggantian, nilai ekspor, nilai impor dan nilai lain yang sebagai Dasar Pengenaan Pajak yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

1) Harga Jual adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan BKP, tidak ternasuk PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.

2) Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan JKP, tidak termasuk PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak. Nilai penggantian merupakan taksiran biaya untuk mengganti biaya yang dikeluarkan guna mendapatkan profesi, keterampilan, dan pengalaman yang memberikan kegiatan pelayanan dalam jasa tersebut. Jika harga jual atau nilai penggantian menggunakan uang asing, maka harus dikonversi ke dalam mata uang rupiah sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan mengenai kurs yang berlaku saat itu.

3) Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan Pabean untuk impor BKP, tidak termasuk

26

PPN yang dipungut berdasarkan undang-undang PPN. Penetuan nilai impor BKP didasarkan pada undang-undang Pabean yang menggunakan Dasar Pengenaan Bea Masuk, yaitu harga faktur

(cost), baiaya asuransi antar-Daerah Pabean (insurance), dan

freight ( ongkos angkut dan pengapalan antar-Daerah Pabean atau

disingkat dengan CIF. Rumus menghitung nilai impor sebagai Dasar Pengenaan Pajak adalah.

Nilai Impor = CIF + Bea Masuk + Pungutan lain yang sah 4) Nilai ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang

diminta atau seharusnya diminta oleh ekportir. Nilai ekspor tercantum dalam dokumen tertentu yang dapat dijadikan sebagai faktur pajak untuk ekspor, yaitu Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB), yang tidak difiatmuat oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Berapa pun yang tercantum dalam dokumen ekspor (PEB), tidak ada perhitungan PPN karena tarif PPN untuk barang ekspor adalah 0% (nol persen) maka PKP dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran (restitusi) PPN dalam rangka ekspor BKP.

5) Nilai lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak

Nilai lain adalah jumlah yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak. Nilai tersebut ditetapkan sebagai berikut.

(1) Untuk pemakaian sendiri BKP dan/atau JKP adalah harga jual atau penggantian setelah dikurangi laba kotor.

27

(2) Untuk peberian Cuma-Cuma BKP dan/atau JKP adalah harga jual atau penggantian setelah dikurangi laba kotor.

(3) Untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga jual rata.

(4) Untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film.

(5) Untuk persediaan BKP yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan sepanjang PPN atas perolehan aktiva tersebut menurut ketentuan dapat dikreditkan adalah harga wajar.

(6) Untuk aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan adalah harga pasar wajar.

(7) Untuk kendaraan bermotor bekas adalah 10% (sepuluh persen) dari harga jual.

(8) Untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih.

(9) Untuk jasa pengiriman paket adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih.

(10) Untuk jasa anjak piutang adalah 5% (lima persen) dari jumlah seluruh imbalan yang diterima berupa service charge dan diskon.

Dokumen terkait