PROSEDUR PENDAFTARAN, PEMBUATAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) DENGAN APLIKASI
e-FAKTUR PADA PT. ABC
Oleh:
MARIA KRISTINA TUNGA NIM : 1306043006
PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
PROSEDUR PENDAFTARAN, PEMBUATAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) DENGAN APLIKASI
e-FAKTUR PADA PT. ABC
Oleh:
MARIA KRISTINA TUNGA NIM : 1306043006
Tugas akhir Studi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Perpajakan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Denpasar
i
Tugas Akhir Studi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing,
serta diuji pada tanggal : 01 Juni 2016
Tim Penguji: Tanda Tangan
1. Ketua : Dra. Ni Ketut Lely A. M, MSi.,Ak
2. Sekretaris : Ibu I Gst Ayu Eka Damayanthi, SE.,M.Si
Mengetahui,
Ketua Program Pembimbing
(Drs. I Komang Ardana, MM) (Dra. Ni Ketut Lely A.M,MSi.,Ak)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat-Nya,
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Studi (TAS) yang berjudul “Prosedur
Pendaftaran, Pembuatan dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
dengan Aplikasi e-Faktur pada PT. ABC”.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan
dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam
penyusunan Tugas Akhir ini. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih kepada :
1) Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
2) Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE.,M.S. selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
3) Bapak Drs. I Komang Ardana, MM selaku Ketua Program Diploma III Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
4) Ibu Dra. Ni Ketut Lely A. M, MSi.,Ak selaku pembimbing PKL yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dampai
dengan selesainya Tugas Akhir Studi ini.
5) Ibu I Gst Ayu Eka Damayanthi, SE.,M.Si selaku Pembimbing Akademik yang
selalu senantiasa selalu memberikan semangat, dorongan, pengarahan dan
nasehat kepada penulis saat melaksanakan studi di Program Studi Diploma III
i
6) Seluruh staf dosen yang telah banyak membimbing penulis selama mengikuti
kuliah pada Program Studi Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana.
7) Bapak I Gde Sentana selaku Pimpinan PT. Manasa Sistematika Indonesia yang
telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan PKL pada lembaga yang
beliau pimpin.
8) Kedua orang tua tercinta, Bapak Simon Seda dan Ibu Finaranda Nggedha yang
selalu memberi dukungan moral maupun material. Kakak Roberth Waka, Nus
Daso, Charles Du,dan adik Nonce beserta seluruh keluarga besar yang sudah
memberi dukungan dan nasihat.
9) Teman dan sahabat penulis di Program Diploma III Perpajakan yang tiada henti
memberi masukan dan semangat kepada penulis.
10) Semua pihak yang telah membantu menyumbangkan pikiran, saran dan kritik
secara langsung maupun tidak langsung sehingga menyelesaikan Tugas Akhir
ini.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir Studi ini,
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan yang disebabkan karena
keterbatasan kemampuan serta pengalaman penulis. Namun demikian Tugas Akhir
Studi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Denpasar, Juni 2016
Judul : Prosedur Pendaftaran, Pembuatan dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dengan Aplikasi e-Faktur pada PT. ABC
Nama : Maria Kristina Tunga NIM : 1306043006
ABSTRAK
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak yang dikenakan atas pertambahan nilai barang dan jasa yang dihasilkan Pengusaha Kena Pajak (PKP). Pada saat melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan atau Jasa Kena Pajak (JKP) ,PKP membuat bukti pungutan pajak yang disebut dengan faktur pajak. Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP atau penyerahan JKP. Menurut data Direktorat Jenderal Pajak sepanjang 2008-2013 terdapat beberapa kasus faktur pajak bodong yang merugikan negara sekitar Rp 1,5 triliun (Ortax.org.2016). Selain masalah tersebut di atas masih juga terdapat masalah lain dalam hal penyalahgunaan faktur pajak, faktur pajak terlambat diterbitkan, atau faktur pajak ganda dan juga karena beban administrasi yang begitu besar bagi pihak Direktorat Jenderal Pajak maupun PKP itu sendiri. Melihat masalah-masalah tersebut di atas Pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pajak mengeluarkan Peraturan Nomor PER-16/PJ/2014 tentang tata cara pembuatan dan pelaporan faktur pajak berbentuk elektronik. Penelitian ini dilakukan pada PT. ABC yang beralamat di Jln. Hang Tuah No.88, Sanur Kaja Denpasar.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai prosedur pendaftaran, pembuatan, dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai dengan aplikasi e-Faktur kepada Wajib Pajak. Langkah-langkah untuk membantu Wajib Pajak dalam mendaftar, membuat dan melapor PPN dengan aplikasi e-Faktur dan memperkenalkan kepada masyarakat yang belum mengetahui dengan jelas mengenai e-faktur.
Berdasarkan penelitian tersebut, dapat disimpulkan PT. ABC sudah melakukan Kewajiban Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dengan aplikasi e-Faktur sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak.
i DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK... ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 4
1.3 Kegunaan Penelitian... 4
1.4 Sistematika Penulisan ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 6
2.1.1 Pengertian Pajak ... 6
2.1.2 Fungsi Pajak ... 7
2.1.3 Pengelompokan Pajak ... 7
2.2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ... 8
2.2.1 Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ... 8
2.2.2 Fungsi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ... 11
2.2.3 Barang Kena Pajak (BKP) ... 13
2.2.4 Jasa Kena Pajak (JKP) ... 17
2.2.5 Unsur-unsur Dalam Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ... 20
2.2.6 Dasar Pengenaan Pajak (DPP) ... 25
2.2.7 Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ... 28
2.3 e-Faktur ... 29
2.3.2 Dasar Hukum Pembuatan e-Faktur……….... 30
2.3.3 Transaksi Yang dibuatkan e-Faktur ………... 31
2.3.4 Perbedaan faktur pajak kertas dan faktur pajak elektronik……. 33
2.3.5 Manfaat dan kendala dalam penerapan e-Faktur di Indonesia . 34 2.3.6 Surat Pemberitahuan ……… 36
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian ... 39
3.2 Obyek Penelitian ... 39
3.3 Identifikasi Variabel ... 39
3.4 Defenisi Operasional Variabel... 39
3.5 Jenis dan Sumber Data ... 40
3.5.1 Jenis Data ... 40
3.5.2 Sumber Data ... 40
3.6 Metode Pengumpulan Data ... 41
3.7 Teknik Analisis Data ... 42
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum/ Deskripsi Tempat Penelitian ... 43
4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan ... 43
4.1.2 Struktur Organisasi dan Uraian Jabatan ... 44
4.1.3 Bidang Usaha PT.ABC ... 47
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian. ... 48
BAB V SIMPULAN & SARAN 5.1 Simpulan ... 87
5.2 Saran ... 87
i
DAFTAR TABEL
No Tabel Halaman
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Halaman
4.1 Struktur Organisasi PT. ABC .………. 45
4.2 Login Aplikasi e-Nofa ... 51
4.3 Download Sertifikat Elektronik ... 52
4.4 Instalasi Sertifikat Elektronik ... 53
4.5 Tampilan proses instalasi ... 53
4.6 Proses instalasi Sertifikat Digital sukses ... 54
4.7 Tampilan menu options ... 55
4.8 Proses import Sertifikat Elektronik ... 55
4.9 Tampilan passphrase ... 56
4.10 Tampilan passphrase salah ... 55
4.11 Tampilan passphre benar ... 56
4.12 Halaman Aktivasi Akun e-Nofa ... 57
4.13 Informasi Aktivasi Akun E-Nofa Telah Berhasil ………… 57
4.14 Logout Web E-Nof ……… ………. 58
4.15 Notifikasi laporan SPT Masa PPN tidak lengkap ... 59
4.16 Tampilan permohonan NSFP ... 60
4.17 Pilih Tahun Pajak NSFP... 60
4.18 Konfirmasi Proses Permohonan NSFP ... 61
4.19 Download Surat Pemberian NSFP ... 61
4.20 Surat Pemberian NSFP... 62
4.21 File etaxinvoice ... 63
4.22 Tampilan Lokal Database ... 63
4.23 Register EtaxInvoice ... 64
4.24 Tampilan Sertifikat User ... 64
4.25 Tampilan Login user PKP ... 65
4.26 Tampilan Registrasi User ... 65
4.27 Tampilan Registrasi User berhasil ... 66
i
4.29 Tampilan menu Referensi Nomor Faktur ... 67
4.30 Tampilan Rekam Range Nomor Faktur ... 67
4.31 Tampilan Rekam Referensi Nomor Faktur ... 68
4.32 Range Faktur berhasil direkam ... 68
4.33 Tampilan EtaxInvoice ... 69
4.34 Tampilan Login EtaxInvoice ... 69
4.35 Tampilan Menu Faktur Pajak keluaran ... 70
4.36 Tampilan Daftar Faktur Pajak Keluaran ... 70
4.37 Tampilan menu Input Faktur ... 71
4.38 Tampilan menu Lawan Transaksi ... 71
4.39 Referensi Lawan Transksi ... 72
4.40 Detail Penyerahan Barang dan Jasa ... 72
4.41 Tampilan Simpan Lawan Transaksi ... 73
4.42 Tampilan Faktur Pajak siap diterbitkan ... 73
4.43 Upload Faktur ... 74
4.44 Tampilan untuk melihat Faktur Pajak Keluaran ... 74
4.45 Tampilan Start Uploader ... 75
4.46 Tampilan Login User PKP ... 75
4.47 Tampilan Status Approval... ... 76
4.48 Tampilan Menu PDF ... 76
4.49 Tampilan EtaxInvoice ... 77
4.50 Tampilan Login Etax Invoice ... 77
4.51 Tampilan Menu Faktur Pajak Masukan ... 78
4.52 Tampilan Daftar Faktur Pajak Keluaran ... 78
4.53 Tampilan Rekam Faktur Pajak Masukan ... 79
4.54 Tampilan Referensi Lawan Faktur ... 79
4.55 Tampilan Input Lawan Transaksi ... 80
4.56 Tampilan simpan lawan transaksi ... 80
4.58 Tampilan Start Uploader ... 81
4.59 Tampilan Login User PKP ... 82
i
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran
1. Surat Pemberitahuan Masa PPN Masa Pajak Februari 2016 2. Surat Permohonan Kode Aktivasi dan Password
3. Surat Pemberitahuan Kode Aktivasi
4. Surat Penolakan Pemberian Kode Aktivasi dan Password 5. Surat Permohonan Cetak Ulang Kode Aktivasi
6. Surat Permintaan Aktivasi Akun Pengusaha Kena Pajak 7. Surat Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak
8. Surat Pemberian Nomor Seri Faktur Pajak 9. Surat Pemberitahuan Nomor Seri Faktur Pajak 10. Surat Permintaan Sertifikat Elektronik
6 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak
Menurut Mardiasmo (2016:1) “Pajak adalah iuran rakyat ke kas Negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada memperoleh
jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.
Definisi pajak menurut Andriani (2001: 19) , menyatakan bahwa pajak adalah
iuran kepada Negara, yang dapat dipaksakan dan terhutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang
dapat ditunjukkan dan yang digunakan adalah untuk membiayai pengeluaran
umum yang berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan
pemerintah.
Definisi pajak menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP) adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan
definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak adalah iuran wajib
kepada kas Negara yang dapat dipaksakan pemungutannya berdasarkan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang pada prinsipnya tidak mendapat
7
pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas Negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan.
2.1.2 Fungsi Pajak
Pajak memiliki fungsi sebagai sumber pendapatan Negara, namun fungsi
tersebut bukanlah merupakan fungsi utama. Ada dua fungsi pajak yang paling
penting antara lain.
1) Fungsi penerimaan (budgetair) yaitu pajak sebagai sumber dana bagi
pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
2) Fungsi mengatur (regulerend) yaitu pajak sebagai alat untuk
melaksanakan atau mengatur kebijakan pemerintah dalam bidang
sosial dan ekonomi.
Menurut Anne Ahira (2012), pajak dirasa sangat penting bagi kelangsungan
hidup suatu negara. Negara memiliki target atas pemasukan pajak agar bisa
menentukan anggaran belanja negara. Dengan kata lain, besar kecilnya anggaran
belanja negara dipengaruhi oleh pendapatan pajak, selain pajak yang dipungut
negara.
2.1.3 Pengelompokkan Pajak
Menurut Waluyo (2010: 12) pajak dapat digolongkan menjadi tiga kelompok,
yaitu.
1) Menurut golongannya terdiri atas.
a. Pajak langsung, adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat
dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib
8
b. Pajak tak langsung, adalah pajak yang pembebanannya dapat
dilimpahkan kepada pihak lain.
2) Menurut sifat
Pembagian pajak menurut sifat dimaksudkan pembedaan dan
pembagian berdasarkan ciri-ciri prinsip, yaitu.
a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya, dalam arti memerhatikan keadaan subjeknya.
b. Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memerhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
3) Menurut pemungut dan pengelolanya, antara lain.
a. Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.
b. Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
2.2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
2.2.1 Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Undang-Undang yang mengatur pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) adalah
Undang-Undang Nomor 8 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 menyebutkan
bahwa “Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan
jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat disetiap jalur
9
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2009 tentang
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah Pasal 1, terdapat pengertian-pengertian yang menjadi dasar dalam
penerapan Pajak Pertambahan Nilai antara lain.
1) Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi
wilayah darat, perairan, dan ruang udara di atasnya, serta
tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang
di dalamnya berlaku Undang-Undang yang mengatur mengenai
kepabeanan.
2) Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya
dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang
tidak berwujud.
3) Perdagangan adalah kegiatan usaha membeli dan menjual, termasuk
kegiatan tukar-menukar barang, tanpa mengubah bentuk dan/atau
sifatnya.
4) Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, badan usaha miliki Negara atau badan usaha milik
daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi,
koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi masa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,
lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi
10
5) Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun
yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang,
mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha
perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah
Pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau
memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.
6) Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah harga jual, Penggantian, Nilai
Impor, Nilai Ekspor atau nilai lain yang dipakai sebagai dasar untuk
menghitung pajak yang terutang.
7) Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh
Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang kena
Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak.
8) Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya
sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang
Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak dan/atau
pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah
Pabean dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Derah
Pabean dan/atau impor Barang Kena Pajak.
9) Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib
dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang
Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud,
11
10) Pemungut Pajak Pertambahan Nilai adalah bendahara pemerintah,
badan, atau instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan untuk memungut, menyetor, dan melaporkan pajak yang
terutang oleh Pengusaha Kena Pajak atas penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak kepada bendahara pemerintah, badan
atau instansi pemerintah tersebut.
2.2.2 Fungsi Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Terdapat beberapa fungsi Pajak Pertambahan Nilai antara lain.
1) Penerimaan Negara
Salah satu fungsi pajak yang umum adalah untuk membiayai
pengeluaran pemerintah (fungsi Budgetair). Begitupula Pajak
Pertambahan Nilai sebagai pajak Negara, penghasilan yang diperoleh
dari pemungutan pajak dipergunakan sebagai sumber pembiayaan
Negara sebagaimana tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN). Sejak diterapkan Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai telah cukup berperan sebagai sumber penerimaan
utama yang semakin meningkat baik jumlah maupun jumlah
relatifnya apabila dibandingkan dengan penerimaan Negara lainnya.
2) Pemerataan Beban Pajak
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sering dikatakan sebagai tambahan
atau koreksi untuk Pajak Penghasilan (PPh) karena Pajak
Penghasilan (PPh) merupakan pengecualian subjek pajak, ada subjek
pajak yang dibebaskan dari pengenaan pajak. Dengan adanya PPN,
12
langsung menjadi penanggung pajak melalui konsumsi yang
dilakukannya. Dengan demikian, beban pajak akan terbebani pada
setiap orang, tanpa terkecuali. PPN dalam hal ini berperan sebagai
alat untuk meratakan beban pajak.
3) Mengatur Pola Konsumsi
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sering juga disebut sebagai pajak
atas konsumsi. Yang menjadi pemikul pajak ini adalah konsumen.
Oleh Karena itu, PPN dapat disajikan pula untuk membentuk pola
konsumsi, dengan mengenakan pajak atas barang-barang tertentu,
dan tidak mengenakan pajak atas barang lainnya sesuai dengan yang
diinginkan. Dengan demikian pola konsumsi masyarakat diharapkan
dapat diarahkan.
4) Mendorong Ekspor
Untuk mendorong dan meningkatkan daya saing barang ekspor di
pasaran luar negeri, tarif atas penyerahan ekspor ditetapkan sebesar
0%.
5) Mendorong Investasi
Pada sistem Pajak Pajak Pertambahan Nilai (PPN), pajak yang
dibayarkan atas perolehan atau impor barang modal,
dibebaskan/dapat diminta kembali. Pembebasan/pengembalian PPN
13 2.2.3 Barang Kena Pajak (BKP)
Mardiasmo (2016:333) menyebutkan barang adalah barang
berwujud yang menurut sifatnya atau hukumnya dapat berupa barang
bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud. Yang
dimaksud dengan “Barang Kena Pajak Tidak Berwujud” adalah.
1) Penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang
kesusastraan, kesenian atau karya ilmiah, paten, desain atau model,
rencana, formula atau proses rahasia, merek dagang, atau bentuk
hak kekayaan intelektual/industrial atau hak serupa lainnya.
2) Penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan
industrial, komersial atau ilmiah.
3) Pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknikal,
industrial atau komersial.
4) Pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan
penggunaan atau menggunakan hak, penggunaan atau hak
menggunakan peralatan/perlengkapan dan pemberian informasi
atau pengetahuan, berupa.
(1) Penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau
rekaman suara atau keduanya, yang disalurkan kepada
masyarakat melalui satelit, serat optik, atau teknologi yang
serupa.
(2) Penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar atau
14
radio yang disiarkan/dipancarkan melalui satelit, kabel,
serat optik, atau teknologi yang serupa.
(3) Penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau
seluruhan spektrum radio komunikasi.
5) Penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motion
picture films), film atau pita video untuk siaran televisi, atau pita
suara untuk siaran radio.
6) Pelepasan sepenuhnya atau sebagian hak yang berkenaan dengan
penggunaan atau pemberian hak kekayaan
intelektual/industrialisasi atau hak-hak lainnya yang disebutkan
diatas.
Pada dasarnya semua barang adalah BKP, kecuali Undang-Undang
menetapkan sebaliknya. Jenis barang yang tidak dikenakan PPN
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah didasarkan atas
kelompok-kelompok barang (Mardiasmo, 2016:334) sebagai berikut.
(1) Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil
langsung dari sumbernya. Barang hasil pertambangan tersebut
seperti.
- Minyak mentah,
- Gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap
dikonsumsi langsung oleh masyarakat,
- Panas bumi,
15
- Bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih nikel dan lain
sebagainya.
(2) Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah
makan, warung dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman
baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan
dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau catering.
(3) Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga (saham, obligasi
dan lainnya),
(4) Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh
rakyat banyak. Barang kebutuhan pokok tersebut berupa:
- beras, gabah, jagung,
- garam baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium,
- daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah
melalui proses disembelih, dikutui, dipotong, dibekukan,
diawetkan dengan cara lain,
- telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang
dibersihkan, diasinkan, atau dikemas,
- susu, yaitu susu peras baik yang telah melalui proses
didinginkan maupun dipanaskan, dan/atau dikemas atau tidak
dikemas,
- buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik
yang telah melalui proses dicuci, disortasi, dikupas, dipotong,
16
- sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci,
ditiriskan, dan/atau disimpan pada suhu rendah, termasuk
sayuran segar yang dicacah.
Menurut Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai yaitu UU No.
42 Tahun 2009 Pasal 1A Ayat (1) menyebutkan yang termasuk pengertian
penyerahan Barang Kena Pajak adalah.
1) Penyerahan hak atas Barang Kena Pajak (BKP) karena suatu
perjanjian,
2) Pengalihan BKP karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau
perjanjian sewa guna usaha (leasing),
3) Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru
lelang,
4) Pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas barang
kena pajak,
5) Barang Kena Pajak berupa persiadaan dan/atau aktiva yang
menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih
tersisa pada saat pembubaran perusahaan,
6) Penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau
sebaliknya dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang,
7) Penyerahan BKP oleh Pengusaha Kena Pajak dalam rangka
perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah,
yang penyerahannya dianggap langsung dari PKP kepada pihak
17
Sedangkan yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan
Barang Kena Pajak, antar lain.
(1) Penyerahan barang kena pajak kepada makelar sebagaimana
dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang,
(2) Penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang,
(3) Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau
penyerahan BKP antar cabang dalam hal PKP melakukan
pemusatan tempat pajak terutang,
(4) Pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengan syarat
pihak yang melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan
adalah PKP,
(5) BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran
perusahaan, dan yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak
dapat dikreditkan.
2.2.4 Jasa Kena Pajak (JKP)
Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu
perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas,
kemudahan, atau hak yang tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang
dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan
dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan.
Mardiasmo (2016:335) menyebutkan pada dasarnya semua jasa
18
Jenis jasa yang tidak dikenakan PPN ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah didasarkan atas kelompok-kelompok jasa sebagai berikut.
1) Jasa pelayanan kesehatan medis, meliputi.
(1) Jasa dokter umum, dokter spesialis dan dokter gigi
(2) Jasa kebidanan,
(3) Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan,
laboratorium,
(4) Jasa pengobatan alternatif, termasuk yang dilakukan oleh
paranormal.
2) Jasa di bidang pelayanan sosial, antara lain.
(1) Jasa pelayanan Panti Asuhan dan Panti Jompo.
(2) Jasa pemadam kebakaran.
(3) Jasa lembaga rehabilitasi.
(4) Jasa penyediaan rumah duka atau jasa pemakaman, termasuk
crematorium.
(5) Jasa di bidang olahraga kecuali yang bersifat komersial.
3) Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko.
4) Jasa keuangan, meliputi.
(1) Jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lain
yang dipersamakan dengan itu.
(2) Jasa menempatkan dana, meminjam dana, dan/atau
19
surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk,
cek, atau sarana lainnya.
(3) Jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip
syahriah berupa: sewa guna usaha dengan hak opsi, anjak
piutang, usaha kartu kredit dan/atau pembiayaan konsumen.
(4) Jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk
gadai syahriah dan fidusia.
(5) Jasa penjaminan.
5) Jasa asuransi, yaitu jasa pertanggungan yang meliputi asuransi
kerugian, asuransi jiwa dan reasuransi yang dilakukan oleh perusahaan
asuransi kepada pemegang polis asuransi, tidak termasuk jasa
penunjang asuransi seperti agen asuransi, penilai kerugian asuransi,
dan konsultan asuransi.
6) Jasa di bidang keagamaan, meliputi.
(1) Jasa pelayanan rumah ibadah.
(2) Jasa pemberian khotbah atau dakwah.
(3) Jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan.
(4) Jasa lain di bidang keagamaan.
7) Jasa pendidikan, meliputi.
(1) Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah.
(2) Jasa penyelenggaraan pendidikan di luar sekolah
20 8) Jasa perhotelan, meliputi.
(1) Jasa penyewaan kamar, termasuk tambahannya di hotel,
rumah penginapan, losmen, serta fasilitas yang terkait dengan
kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap.
(2) Jasa penyewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan
di hotel, rumah penginapan, motel, losmen dan hotel.
9) Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan
pemerintahan secara umum meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan
oleh instansi pemerintah, antara lain pemberian Izin Mendirikan
Bangunan, pemberian Izin Usaha Perdagangan, pemberian Nomor
Pokok Wajib Pajak.
10) Jasa kesenian dan hiburan meliputi semua jenis jasa yang dilakukan
oleh pekerja seni dan hiburan.
11) Jasa boga dan catering.
12) Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta.
2.2.5 Unsur-Unsur Dalam Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai No. 42
tahun 2009 terdapat 2 (dua) unsur penting dalam pajak pertambahan
nilai, yaitu.
1) Subjek Pajak Pertambahan Nilai
Siti Resmi (2016:5) menyebutkan Subjek Pajak dalam Pajak
21
(1) Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan
penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang dikenakan
pajak berdasarkan Undang-Undang PPN dan PPnBM, tidak
termasuk pengusaha kecil. Pengusaha dikatakan sebagai PKP
apabila melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP dengan
jumlah peredaran bruto usaha melebihi Rp 4.800.000.000
(empat miliar delapan ratus juta) dalam satu tahun. Termasuk
Pengusaha Kena Pajak antara lain:
- pabrikan atau produsen,
- importer dan indentor,
- pengusaha yang mempunyai hubungan istimewa
dengan pabrikan atau importer,
- agen utama dan penyalur utama pabrikan atau
importer,
- pemegang hak paten atau merek dagang BKP,
- pedagang besar (distributor),
- pengusaha yang melakukan hubungan penyerahan
barang,
- pedagang eceran.
Pengusaha Kena Pajak mempunyai kewajiban, antara
lain untuk.
a) Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi
22
b) Memungut PPN dan PPn BM yang terutang,
c) Menyetor PPN yang masih harus dibayar dalam hal
Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan
yang dapat dikreditkan serta menyetor Pajak Penjualan
atas Barang Mewah yang terutang,
d) Melaporkan penghitungan pajak.
2) Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Pengusaha Kecil adalah pengusaha yang melakukan
penyerahan BKP dan/atau JKP dengan jumlah peredaran
bruto dan/atau penerimaan bruto tidak lebih dari
Rp 4.800.000.000 (empat milir delapan ratus juta) dalam satu
tahun. Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan
sebagai PKP, selanjutnya wajib melaksanaknn kewajiban
sebagaimana halnya PM PKP.
3) Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan BKP tidak
berwujud dan atau JKP dari luar Daerah Pabean.
4) Orang Pribadi atau Badan yang melakukan pembangunan
rumahnya sendiri dengan persyaratan sebagai berikut.
- luas bangunan lebih atau sama dengan 200 (dua ratus)
meter persegi,
- bangunan diperuntukkan sebagai tempat tinggal atau
tempat usaha,
23
- tidak dibangun dalam lingkungan real estat,
- pembangunan yang dilakukan tidak dalam lingkungan
perusahaan atau pekerjaan oleh orang pribadi yang
hasilnya digunakan sendiri atau oleh pihak lain.
5) Pemungut pajak yang ditunjuk oleh Pemerintah terdiri dari
Kantor Perbendaharaan Negara, Bendahara Pemerintah Pusat
dan Daerah, termasuk Bendahara Proyek.
2) Objek Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Mardiasmo (2016:341) objek Pajak Pertambahan Nilai
dikenakan atas.
(1) Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh Pengusaha. Syarat-syarat penyerahan
BKP oleh pengusaha adalah.
- Barang berwujud yang diserahkan merupakan
BKP,
- barang yang tidak berwujud yang diserahkan
merupakan BKP tidak berwujud,
- penyerahan yang dilakukan di Daerah Pabean,
dan
- penyerahan yang dilakukan dalam reangka
kegiatan usaha atau pekerjaannya.
24
(3) Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh Pengusaha, dengan syarat-syarat
sebagai berikut.
- Jasa yang diserahkan merupakan JKP,
- penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean, dan
- penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha
atau pekerjaan.
(4) Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah
Pabean di dalam Daerah Pabean.
(5) Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean.
(6) Ekspor BKP Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.
(7) Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena
Pajak.
(8) Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak
dalam kegitan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi
atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau
digunakan pihak lain.
(9) Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan oleh PKP, kecuali
atas penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya tidak
25 2.2.6 Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
Menurut Siti Resmi (2016:25) menyebutkan dasar pengenaan
pajak merupakan jumlah tertentu sebagai dasar untuk menghitung Pajak
Pertambahan Nilai. Dasar pengenaan pajak terdiri atas harga jual, nilai
penggantian, nilai ekspor, nilai impor dan nilai lain yang sebagai Dasar
Pengenaan Pajak yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
1) Harga Jual adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena
penyerahan BKP, tidak ternasuk PPN dan potongan harga yang
dicantumkan dalam faktur pajak.
2) Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena
penyerahan JKP, tidak termasuk PPN dan potongan harga yang
dicantumkan dalam Faktur Pajak. Nilai penggantian merupakan
taksiran biaya untuk mengganti biaya yang dikeluarkan guna
mendapatkan profesi, keterampilan, dan pengalaman yang
memberikan kegiatan pelayanan dalam jasa tersebut. Jika harga
jual atau nilai penggantian menggunakan uang asing, maka harus
dikonversi ke dalam mata uang rupiah sesuai dengan Keputusan
Menteri Keuangan mengenai kurs yang berlaku saat itu.
3) Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar
penghitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang
dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalam peraturan
26
PPN yang dipungut berdasarkan undang-undang PPN. Penetuan
nilai impor BKP didasarkan pada undang-undang Pabean yang
menggunakan Dasar Pengenaan Bea Masuk, yaitu harga faktur
(cost), baiaya asuransi antar-Daerah Pabean (insurance), dan
freight ( ongkos angkut dan pengapalan antar-Daerah Pabean atau
disingkat dengan CIF. Rumus menghitung nilai impor sebagai
Dasar Pengenaan Pajak adalah.
Nilai Impor = CIF + Bea Masuk + Pungutan lain yang sah
4) Nilai ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh ekportir. Nilai ekspor
tercantum dalam dokumen tertentu yang dapat dijadikan sebagai
faktur pajak untuk ekspor, yaitu Pemberitahuan Ekspor Barang
(PEB), yang tidak difiatmuat oleh Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai. Berapa pun yang tercantum dalam dokumen ekspor (PEB),
tidak ada perhitungan PPN karena tarif PPN untuk barang ekspor
adalah 0% (nol persen) maka PKP dapat mengajukan permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran (restitusi) PPN dalam rangka
ekspor BKP.
5) Nilai lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak
Nilai lain adalah jumlah yang ditetapkan sebagai Dasar
Pengenaan Pajak. Nilai tersebut ditetapkan sebagai berikut.
(1) Untuk pemakaian sendiri BKP dan/atau JKP adalah harga jual
27
(2) Untuk peberian Cuma-Cuma BKP dan/atau JKP adalah harga
jual atau penggantian setelah dikurangi laba kotor.
(3) Untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah
perkiraan harga jual rata.
(4) Untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata
per judul film.
(5) Untuk persediaan BKP yang masih tersisa pada saat
pembubaran perusahaan sepanjang PPN atas perolehan aktiva
tersebut menurut ketentuan dapat dikreditkan adalah harga
wajar.
(6) Untuk aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan yang masih tersisa pada saat pembubaran
perusahaan adalah harga pasar wajar.
(7) Untuk kendaraan bermotor bekas adalah 10% (sepuluh persen)
dari harga jual.
(8) Untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata
adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau jumlah
yang seharusnya ditagih.
(9) Untuk jasa pengiriman paket adalah 10% (sepuluh persen) dari
jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih.
(10) Untuk jasa anjak piutang adalah 5% (lima persen) dari jumlah
seluruh imbalan yang diterima berupa service charge dan
28
(11) Untuk penyerahan BKP dan/atau JKP dari pusat ke cabang
atau sebaliknya dan penyerahan BKP dan/atau JKP
antarcabang adalah harga jual atau penggantian setelah
dikurangi laba kotor.
(12) Untuk penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau
melalui juru lelang adalah harga lelang.
2.2.7 Tarif Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Mardiasmo (2016:344) menyebutkan tarif PPN yang
berlaku saat ini adalah 10% (sepuluh persen). Sedangkan tarif PPN atas
ekspor BKP adalah 0% (nol persen). Pengenaan tarif 0% (nol persen)
bukan berarti pembebasan dari pengenaan PPN, tetapi Pajak Masukan
yang telah dibayar dari barang yang diekspor dapat dikreditkan.
Berdasarkan pertimbangan perkembangan ekonomi dan/atau
peningkatan kebutuhan dana untuk pembangunan, dengan Peraturan
Pemerintah tarif PPN dapat diubah serendah-rendahnya 5% (lima persen)
dan setinggi-tingginya 15% (lima belas persen) dengan tetap memakai
29 2.3 E-Faktur
2.3.1 Pengertian e-Faktur
Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak (PPN) yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan barang kena pajak (BKP) atau
jasa kena pajak (JKP). E-Faktur Pajak adalah aplikasi perpajakan yang dibuat
melalui sistem elektronik yang ditentukan dan/ atau disediakan oleh Direktorat
Jenderal Pajak. Pemberlakuan e-Faktur dimaksudkan untuk memberikan
kemudahan, kenyamanan bagi Pengusaha Kena Pajak dalam melaksanakan
kewajiban perpajakan khususnya pembuatan faktur pajak berdasarkan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. PKP yang diwajibkan membuat Faktur Pajak
berbentuk elektronik ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
Direktorat Jenderal pajak melalui keputusan No. KEP 136/PJ/2014 dan
PER-16/PJ/2014 telah menetapkan 45 Pengusaha Kena Pajak yang membuat e-Faktur
mulai 1 Juli 2014. Pada bulan Juli 2015 Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Jawa dan Bali wajib menggunakan e-Faktur,
sedangkan pemberlakuan e-Faktur secara nasional akan serentak dimulai tanggal 1
Juli 2016. Yang mendasari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) membuat aplikasi ini
adalah karena memerhatikan masih terdapat penyalahgunaan Faktur Pajak,
diantaranya wajib pajak non PKP yang menerbitkan faktur pajak padahal tidak
berhak menerbitkan faktur pajak, faktur pajak yang terlambat diterbitkan, faktur
pajak fiktif, atau faktur pajak ganda. Juga karena beban administrasi yang begitu
30 2.3.2 Dasar Hukum Pembuatan e-Faktur
1) Undang- undang PPN
a. Pasal 13 (8) UU PPN ( Tata Cara Pembuatan Faktur Pajak diatur
dengan atau berdasarkan PMK)
2) Peraturan Menteri Keuangan
a. Pasal 19 PMK 151/PMK.03/2013 (Tata Cara Pembuatan faktur pajak
elektronik lebih lanjut diatur dengan perdirjen)
3) Peraturan Direktorat jenderal Pajak
a. PER-16/PJ/2014 tentang tata cara pembuatan dan pelaporan faktur
pajak berbentuk elektronik.
b. PER- 17/PJ/2014 ( pemberian nomor seri faktur pajak dapat melalui:
petugas khusus di Kantor Pelayanan Pajak, website DJP/e NOFA
online. Wadah layanan perpajakan elektronik (akun PKP dan
sertifikat elektronik).
c. PER 17/PJ/2014 tentang perubahan kedua atas peraturan direktur
jenderal pajak nomor Per-24/Pj/2012 tentang bentuk, ukuran, tata
cara pengisian keterangan, prosedur pemberitahuan dalam rangka
pembuatan,tata cara pembetulan atau penggantian, dan tata cara
pembatalan faktur pajak
4) Keputusan Direktorat Pajak.
a. KEP-136/PJ/2014
Tahapan implementasi e-Faktur:
1Juli 2014 untuk PKP tertentu
31 1 Juli 2016 untuk seluruh PKP
b. KEP-125/PJ/2015 tentang penetapan pengusaha kena pajak yang
diwajibkan membuat faktur pajak berbentuk elektronik.
5) Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak
a. SE-21/PJ/2014 tentang Tata cara permintaan data faktur pajak ke
Direktorat Jenderal Pajak dalam hal data Pengusaha Kena Pajak hilang
b. SE-20/PJ/2014 tentang tata cara permohonan kode aktivasi dan
password, permintaan aktivasi akun pengusaha kena pajak dan
sertifikat elektronik, serta permintaan, pengembalian, dan pengawasan
nomor seri faktur pajak.
6) Pengumuman Direktorat Jenderal pajak
a. PENG-1/PJ.02/2015 tentang faktur pajak berbentuk elektronik
(e-Faktur).
b. PENG-3/PJ/02.2014 tentang syarat dan ketentuan pemberian sertifikat
elektronik.
c. PENG -6/ PJ.02/2015 tentang penegasan atas e-Faktur.
2.3.3 Transaksi Yang dibuatkan e-Faktur
1) Dibuat untuk setiap penyerahan barang kena pajak (BKP) (Pasal 4 ayat
(1) huruf a dan/atau Pasal 16D UU PPN) dan/atau penyerahan jasa kena
pajak (JKP) (Pasal 4 ayat (1) huruf c UU PPN).
2) Dibuat untuk setiap penyerahan barang kena pajak (BKP) (Pasal 4 ayat
(1) huruf a dan/atau Pasal 16D UU PPN) dan/atau penyerahan jasa kena
32
Kewajiban pembuatan e-Faktur yang dikecualikan atas penyerahan BKP dan JKP.
(1) Yang dilakukan oleh pedagang eceran sebagaimna dimaksud dalam Pasal
20 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012.
(2) Yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak Toko Retail kepada Orang
Pribadi pemegang paspor luar negeri
(3) Yang bukti pungutan Pajak Pertambahan Nilainya berupa dokumen
33
2.3.4 Perbedaan faktur pajak kertas dan faktur pajak elektronik
Sebelum Dirjen Pajak mengeluarkan Peraturan tentang e-Faktur, PKP
masih menggunakan faktur pajak berbentuk kertas. Banyak pihak yang dirugikan
oleh penyalahgunaan faktur pajak tersebut. Untuk mengatasi penyalahgunaan
faktur pajak tersebut, DJP meluncurkan elektronik faktur pajak atau yang
disingkat e-Faktur. Terdapat beberapa perbedaan faktur pajak kertas dan faktur
pajak elektronik seperti pada Tabel 2.1 berikut ini.
No Keterangan Faktur pajak kertas Faktur pajak elektronik
1 Format /lay out Bebas tidak ditentukan Ditentukan oleh
aplikasi/sistem yang
ditentukan dan atau
disediakan oleh DJP
(terlampir)
2 Tanda tangan Tangan tangan basah
diatas diatas faktur
pajak kertas
Tanda tangan elektronik
berbentuk QR Code (terlampir)
3 Bentuk dan lembar Diwajibkan berbentuk
kertas dan jumlah
lembar diatur
Tidak diwajibkan untuk
dicetak dalam bentuk
kertas
4 PKP yang membuat Seluruh PKP PKP yang ditetapkan
oleh Dirjen Pajak
5 Jenis transaksi Seluruh Penyerahan BKP/JKP
saja
6 Prosedur
lapor/upload dan
persetujuan DJP
- e-faktur dilaporkan de
DJP dengan cara upload
dan mendapatkan
persetujuan DJP
34
8 Pelaporan SPT PPN Menggunakan aplikasi
tersendiri
Menggunakan aplikasi
yang sama dengan
aplikasi pembuatan
e-faktur
Sumber : www.pajak.go.id
2.3.5 Manfaat dan kendala dalam penerapan e-Faktur di Indonesia 1) Manfaat penerapan e Faktur
(1) Manfaat bagi pengusaha kena pajak
b) Bagi Pengusaha kena pajak (PKP) penjual
- tanda tangan basah digantikan dengan tanda tangan elektronik,
- e-Faktur pajak tidak harus dicetak sehingga mengurangi biaya
kertas,biaya cetak dan biaya penyimpanan dokumen,
- aplikasi e-Faktur pajak juga membuat SPT PPN sehingga
pengusaha kena pajak tidak perlu lagi membuatnya,
- pengusaha kena pajak yang menggunakan e-Faktur pajak juga
dapat meminta nomor seri faktur pajak melalui situs pajak dan
tidak perlu ke Kantor Pelayanan Pajak.
c) Bagi pengusaha kena pajak (PKP) pembeli
- terlindungi dari penyalahgunaan faktur pajak yang tidak sah,
karena cetakan e-Faktur dilengkapi dengan pengaman berupa
QR code. QR code menampilkan informasi tentang transaksi
penyerahan nilai dasar pengenaan pajak dan pajak
35
- informasi dalam QR code dapat dilihat menggunakan aplikasi
QR code scanner yang terdapat si smartphone atau gadget
lainnya,
- apabila informasi yang terdapat dalam QR code tersebut
berbea dengan yang ada dalam cetakan e-Faktur pajak, maka
faktur pajak tersebut tidak valid.
(2) Manfaat dari aspek pemerintah
Bagi pemerintah penggunaan e-Faktur sangat berguna dalam.
(1) Kemudahan pengawasan dengan adanya proses validasi Pajak
Keluaran-Pajak Masukan (PK-PM) dan adanya data lengkap dari
setiap faktur pajak.
(2) Mempermudah pelayanan karena akan mempercepat proses
pemeriksaan, pelaporan, dan pemberian nomor seri faktur pajak.
(3) Sistem berbasis elektronik ini akan meminimalkan penyalahgunaan
penggunaan faktur pajak oleh perusahaan fiktif atau pihak yang tidak
bertanggung jawab sehingga potensi pajak yang hilang menjadi
sangat kecil.
2) Kendala penerapan e-Faktur
(1) Kendala geografis di Indonesia
Indonesia adalah negara kepulauan, dengan kondisi geografis sepert
ini tentu akan terjadi perbedaan pembangunan dan fasilitas dalam
penggunaan sistem elektronik atau internet. Tidak semua wilayah
36
menopang kinerja dari e-Faktur, sehingga ditakutkan di
daerah-daerah terpencil penerapan e-Faktur tidak berjalan secara maksimal.
(2) Kendala sumber daya manusia yang menggunakan e-Faktur dan
kendala dari aplikasi e-Faktur itu sendiri
Dengan kecanggihan dari e-Faktur harus melihat juga kemampuan
dari penggunanya. Kemampuan sumber daya manusia sangat penting
dalam penggunaan e-Faktur, sehingga perlu dilakukan pelatihan dan
sosialisasi menyeluruh ke seluruh wilayah di Indonesia sebelum
e-Faktur di terapkan di seluruh Indonesia e-e-Faktur sebagai sistem
elektronik, antara bahasa pemrograman yang digunakan tidak sama
dengan bahasa yang digunakan undang-undang. Hal ini
menyebabkan adanya kemungkinan ketidaksesuaian penerapan
aturan dengan pelaksanaan dari aplikasi e-Faktur itu sendiri.
2.3.6 Surat Pemberitahuan (SPT)
Surat pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak
digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang
terutang menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan.
1) Fungsi SPT bagi Wajib Pajak Pajak Pertambahan Nilai
Bagi Pengusaha Kena Pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah
sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan
penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai yang sebenarnya
terutang dan melaporkan tentang.
37
(2) Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan
sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak dan/atau melalui pihak
lain dalam satu Masa Pajak, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
2) Surat Pemberitahuan Masa
Menurut Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-99/PJ/2010 SPT Masa
PPN berlaku mulai Masa Pajak Januari 2011, sehingga dikenal 3
(tiga) jenis SPT Masa PPN yaitu.
(1) SPT Masa PPN Formulir 1111, yang digunakan oleh PKP
yang menggunakan mekanisme Pajak Masukan dan Pajak
Keluaran (Normal). SPT Masa PPN 1111 baik dalam bentuk
formulir kertas (hard copy) maupun dalam bentuk data
elektronik (e-SPT) dapat digunakan oleh PKP yang
menerbitkan dokumen (Faktur Pajak/Nota Retur/Nota
Pembatalan) dengan jumlah tidak lebih dari 25 (dua puluh
lima) dokumen dalam 1 (satu) Masa Pajak (Didik Pomadi,
2012).
(2) SPT Masa PPN Formulir 1111 DM, yang digunakan oleh
PKP yang menggunakan Pedoman Penghitungan
Pengkreditan Pajak Masukan (Deemed DM). PKP yang telah
menyampaikan SPT Masa PPN 1111 DM dalam bentuk data
elektronik (e-SPT), tidak diperbolehkan lagi untuk
menyampaikan SPT Masa PPN 1111 DM dalam bentuk
38
bentuk data elektronik (e-SPT) dapat digunakan oleh PKP
yang menerbitkan dokumen (Faktur Pajak/Nota Retur/Nota
Pembatalan) dengan jumlah tidak lebih dari 25 (dua puluh
lima) dokumen dalam 1 (satu) Masa Pajak.
(3) SPT Masa PPN Formulir 1107 PUT, yang digunakan oleh
Pemungut PPN.
Batas waktu penyampaian SPT Masa PPN adalah
disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah