• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSEDUR PENDAFTARAN, PEMBUATAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) DENGAN APLIKASI e-FAKTUR PT. ABC.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROSEDUR PENDAFTARAN, PEMBUATAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) DENGAN APLIKASI e-FAKTUR PT. ABC."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PROSEDUR PENDAFTARAN, PEMBUATAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) DENGAN APLIKASI

e-FAKTUR PADA PT. ABC

Oleh:

MARIA KRISTINA TUNGA NIM : 1306043006

PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

(2)

PROSEDUR PENDAFTARAN, PEMBUATAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) DENGAN APLIKASI

e-FAKTUR PADA PT. ABC

Oleh:

MARIA KRISTINA TUNGA NIM : 1306043006

Tugas akhir Studi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Perpajakan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Denpasar

(3)

i

Tugas Akhir Studi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing,

serta diuji pada tanggal : 01 Juni 2016

Tim Penguji: Tanda Tangan

1. Ketua : Dra. Ni Ketut Lely A. M, MSi.,Ak

2. Sekretaris : Ibu I Gst Ayu Eka Damayanthi, SE.,M.Si

Mengetahui,

Ketua Program Pembimbing

(Drs. I Komang Ardana, MM) (Dra. Ni Ketut Lely A.M,MSi.,Ak)

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat-Nya,

penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Studi (TAS) yang berjudul “Prosedur

Pendaftaran, Pembuatan dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

dengan Aplikasi e-Faktur pada PT. ABC”.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan

dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam

penyusunan Tugas Akhir ini. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima

kasih kepada :

1) Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2) Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE.,M.S. selaku Pembantu Dekan I

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3) Bapak Drs. I Komang Ardana, MM selaku Ketua Program Diploma III Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4) Ibu Dra. Ni Ketut Lely A. M, MSi.,Ak selaku pembimbing PKL yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dampai

dengan selesainya Tugas Akhir Studi ini.

5) Ibu I Gst Ayu Eka Damayanthi, SE.,M.Si selaku Pembimbing Akademik yang

selalu senantiasa selalu memberikan semangat, dorongan, pengarahan dan

nasehat kepada penulis saat melaksanakan studi di Program Studi Diploma III

(5)

i

6) Seluruh staf dosen yang telah banyak membimbing penulis selama mengikuti

kuliah pada Program Studi Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana.

7) Bapak I Gde Sentana selaku Pimpinan PT. Manasa Sistematika Indonesia yang

telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan PKL pada lembaga yang

beliau pimpin.

8) Kedua orang tua tercinta, Bapak Simon Seda dan Ibu Finaranda Nggedha yang

selalu memberi dukungan moral maupun material. Kakak Roberth Waka, Nus

Daso, Charles Du,dan adik Nonce beserta seluruh keluarga besar yang sudah

memberi dukungan dan nasihat.

9) Teman dan sahabat penulis di Program Diploma III Perpajakan yang tiada henti

memberi masukan dan semangat kepada penulis.

10) Semua pihak yang telah membantu menyumbangkan pikiran, saran dan kritik

secara langsung maupun tidak langsung sehingga menyelesaikan Tugas Akhir

ini.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir Studi ini,

masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan yang disebabkan karena

keterbatasan kemampuan serta pengalaman penulis. Namun demikian Tugas Akhir

Studi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan.

Denpasar, Juni 2016

(6)

Judul : Prosedur Pendaftaran, Pembuatan dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dengan Aplikasi e-Faktur pada PT. ABC

Nama : Maria Kristina Tunga NIM : 1306043006

ABSTRAK

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak yang dikenakan atas pertambahan nilai barang dan jasa yang dihasilkan Pengusaha Kena Pajak (PKP). Pada saat melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan atau Jasa Kena Pajak (JKP) ,PKP membuat bukti pungutan pajak yang disebut dengan faktur pajak. Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP atau penyerahan JKP. Menurut data Direktorat Jenderal Pajak sepanjang 2008-2013 terdapat beberapa kasus faktur pajak bodong yang merugikan negara sekitar Rp 1,5 triliun (Ortax.org.2016). Selain masalah tersebut di atas masih juga terdapat masalah lain dalam hal penyalahgunaan faktur pajak, faktur pajak terlambat diterbitkan, atau faktur pajak ganda dan juga karena beban administrasi yang begitu besar bagi pihak Direktorat Jenderal Pajak maupun PKP itu sendiri. Melihat masalah-masalah tersebut di atas Pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pajak mengeluarkan Peraturan Nomor PER-16/PJ/2014 tentang tata cara pembuatan dan pelaporan faktur pajak berbentuk elektronik. Penelitian ini dilakukan pada PT. ABC yang beralamat di Jln. Hang Tuah No.88, Sanur Kaja Denpasar.

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai prosedur pendaftaran, pembuatan, dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai dengan aplikasi e-Faktur kepada Wajib Pajak. Langkah-langkah untuk membantu Wajib Pajak dalam mendaftar, membuat dan melapor PPN dengan aplikasi e-Faktur dan memperkenalkan kepada masyarakat yang belum mengetahui dengan jelas mengenai e-faktur.

Berdasarkan penelitian tersebut, dapat disimpulkan PT. ABC sudah melakukan Kewajiban Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dengan aplikasi e-Faktur sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak.

(7)

i DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK... ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Kegunaan Penelitian... 4

1.4 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 6

2.1.1 Pengertian Pajak ... 6

2.1.2 Fungsi Pajak ... 7

2.1.3 Pengelompokan Pajak ... 7

2.2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ... 8

2.2.1 Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ... 8

2.2.2 Fungsi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ... 11

2.2.3 Barang Kena Pajak (BKP) ... 13

2.2.4 Jasa Kena Pajak (JKP) ... 17

2.2.5 Unsur-unsur Dalam Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ... 20

2.2.6 Dasar Pengenaan Pajak (DPP) ... 25

2.2.7 Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ... 28

2.3 e-Faktur ... 29

(8)

2.3.2 Dasar Hukum Pembuatan e-Faktur……….... 30

2.3.3 Transaksi Yang dibuatkan e-Faktur ………... 31

2.3.4 Perbedaan faktur pajak kertas dan faktur pajak elektronik……. 33

2.3.5 Manfaat dan kendala dalam penerapan e-Faktur di Indonesia . 34 2.3.6 Surat Pemberitahuan ……… 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian ... 39

3.2 Obyek Penelitian ... 39

3.3 Identifikasi Variabel ... 39

3.4 Defenisi Operasional Variabel... 39

3.5 Jenis dan Sumber Data ... 40

3.5.1 Jenis Data ... 40

3.5.2 Sumber Data ... 40

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 41

3.7 Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum/ Deskripsi Tempat Penelitian ... 43

4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan ... 43

4.1.2 Struktur Organisasi dan Uraian Jabatan ... 44

4.1.3 Bidang Usaha PT.ABC ... 47

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian. ... 48

BAB V SIMPULAN & SARAN 5.1 Simpulan ... 87

5.2 Saran ... 87

(9)

i

DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman

(10)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

4.1 Struktur Organisasi PT. ABC .………. 45

4.2 Login Aplikasi e-Nofa ... 51

4.3 Download Sertifikat Elektronik ... 52

4.4 Instalasi Sertifikat Elektronik ... 53

4.5 Tampilan proses instalasi ... 53

4.6 Proses instalasi Sertifikat Digital sukses ... 54

4.7 Tampilan menu options ... 55

4.8 Proses import Sertifikat Elektronik ... 55

4.9 Tampilan passphrase ... 56

4.10 Tampilan passphrase salah ... 55

4.11 Tampilan passphre benar ... 56

4.12 Halaman Aktivasi Akun e-Nofa ... 57

4.13 Informasi Aktivasi Akun E-Nofa Telah Berhasil ………… 57

4.14 Logout Web E-Nof ……… ………. 58

4.15 Notifikasi laporan SPT Masa PPN tidak lengkap ... 59

4.16 Tampilan permohonan NSFP ... 60

4.17 Pilih Tahun Pajak NSFP... 60

4.18 Konfirmasi Proses Permohonan NSFP ... 61

4.19 Download Surat Pemberian NSFP ... 61

4.20 Surat Pemberian NSFP... 62

4.21 File etaxinvoice ... 63

4.22 Tampilan Lokal Database ... 63

4.23 Register EtaxInvoice ... 64

4.24 Tampilan Sertifikat User ... 64

4.25 Tampilan Login user PKP ... 65

4.26 Tampilan Registrasi User ... 65

4.27 Tampilan Registrasi User berhasil ... 66

(11)

i

4.29 Tampilan menu Referensi Nomor Faktur ... 67

4.30 Tampilan Rekam Range Nomor Faktur ... 67

4.31 Tampilan Rekam Referensi Nomor Faktur ... 68

4.32 Range Faktur berhasil direkam ... 68

4.33 Tampilan EtaxInvoice ... 69

4.34 Tampilan Login EtaxInvoice ... 69

4.35 Tampilan Menu Faktur Pajak keluaran ... 70

4.36 Tampilan Daftar Faktur Pajak Keluaran ... 70

4.37 Tampilan menu Input Faktur ... 71

4.38 Tampilan menu Lawan Transaksi ... 71

4.39 Referensi Lawan Transksi ... 72

4.40 Detail Penyerahan Barang dan Jasa ... 72

4.41 Tampilan Simpan Lawan Transaksi ... 73

4.42 Tampilan Faktur Pajak siap diterbitkan ... 73

4.43 Upload Faktur ... 74

4.44 Tampilan untuk melihat Faktur Pajak Keluaran ... 74

4.45 Tampilan Start Uploader ... 75

4.46 Tampilan Login User PKP ... 75

4.47 Tampilan Status Approval... ... 76

4.48 Tampilan Menu PDF ... 76

4.49 Tampilan EtaxInvoice ... 77

4.50 Tampilan Login Etax Invoice ... 77

4.51 Tampilan Menu Faktur Pajak Masukan ... 78

4.52 Tampilan Daftar Faktur Pajak Keluaran ... 78

4.53 Tampilan Rekam Faktur Pajak Masukan ... 79

4.54 Tampilan Referensi Lawan Faktur ... 79

4.55 Tampilan Input Lawan Transaksi ... 80

4.56 Tampilan simpan lawan transaksi ... 80

(12)

4.58 Tampilan Start Uploader ... 81

4.59 Tampilan Login User PKP ... 82

(13)

i

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran

1. Surat Pemberitahuan Masa PPN Masa Pajak Februari 2016 2. Surat Permohonan Kode Aktivasi dan Password

3. Surat Pemberitahuan Kode Aktivasi

4. Surat Penolakan Pemberian Kode Aktivasi dan Password 5. Surat Permohonan Cetak Ulang Kode Aktivasi

6. Surat Permintaan Aktivasi Akun Pengusaha Kena Pajak 7. Surat Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak

8. Surat Pemberian Nomor Seri Faktur Pajak 9. Surat Pemberitahuan Nomor Seri Faktur Pajak 10. Surat Permintaan Sertifikat Elektronik

(14)
(15)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak

Menurut Mardiasmo (2016:1) “Pajak adalah iuran rakyat ke kas Negara

berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada memperoleh

jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan

untuk membayar pengeluaran umum.

Definisi pajak menurut Andriani (2001: 19) , menyatakan bahwa pajak adalah

iuran kepada Negara, yang dapat dipaksakan dan terhutang oleh yang wajib

membayarnya menurut peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang

dapat ditunjukkan dan yang digunakan adalah untuk membiayai pengeluaran

umum yang berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan

pemerintah.

Definisi pajak menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan (KUP) adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh

orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan

definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak adalah iuran wajib

kepada kas Negara yang dapat dipaksakan pemungutannya berdasarkan peraturan

perundang-undangan perpajakan yang pada prinsipnya tidak mendapat

(16)

7

pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas Negara untuk

menyelenggarakan pemerintahan.

2.1.2 Fungsi Pajak

Pajak memiliki fungsi sebagai sumber pendapatan Negara, namun fungsi

tersebut bukanlah merupakan fungsi utama. Ada dua fungsi pajak yang paling

penting antara lain.

1) Fungsi penerimaan (budgetair) yaitu pajak sebagai sumber dana bagi

pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

2) Fungsi mengatur (regulerend) yaitu pajak sebagai alat untuk

melaksanakan atau mengatur kebijakan pemerintah dalam bidang

sosial dan ekonomi.

Menurut Anne Ahira (2012), pajak dirasa sangat penting bagi kelangsungan

hidup suatu negara. Negara memiliki target atas pemasukan pajak agar bisa

menentukan anggaran belanja negara. Dengan kata lain, besar kecilnya anggaran

belanja negara dipengaruhi oleh pendapatan pajak, selain pajak yang dipungut

negara.

2.1.3 Pengelompokkan Pajak

Menurut Waluyo (2010: 12) pajak dapat digolongkan menjadi tiga kelompok,

yaitu.

1) Menurut golongannya terdiri atas.

a. Pajak langsung, adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat

dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib

(17)

8

b. Pajak tak langsung, adalah pajak yang pembebanannya dapat

dilimpahkan kepada pihak lain.

2) Menurut sifat

Pembagian pajak menurut sifat dimaksudkan pembedaan dan

pembagian berdasarkan ciri-ciri prinsip, yaitu.

a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subjeknya, dalam arti memerhatikan keadaan subjeknya.

b. Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa

memerhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

3) Menurut pemungut dan pengelolanya, antara lain.

a. Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.

b. Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah

dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

2.2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

2.2.1 Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Undang-Undang yang mengatur pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) adalah

Undang-Undang Nomor 8 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan

Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang telah beberapa kali diubah

terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 menyebutkan

bahwa “Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan

jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat disetiap jalur

(18)

9

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2009 tentang

Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah Pasal 1, terdapat pengertian-pengertian yang menjadi dasar dalam

penerapan Pajak Pertambahan Nilai antara lain.

1) Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi

wilayah darat, perairan, dan ruang udara di atasnya, serta

tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang

di dalamnya berlaku Undang-Undang yang mengatur mengenai

kepabeanan.

2) Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya

dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang

tidak berwujud.

3) Perdagangan adalah kegiatan usaha membeli dan menjual, termasuk

kegiatan tukar-menukar barang, tanpa mengubah bentuk dan/atau

sifatnya.

4) Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan

kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan

usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,

perseroan lainnya, badan usaha miliki Negara atau badan usaha milik

daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi,

koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,

organisasi masa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,

lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi

(19)

10

5) Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun

yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang,

mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha

perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah

Pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau

memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.

6) Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah harga jual, Penggantian, Nilai

Impor, Nilai Ekspor atau nilai lain yang dipakai sebagai dasar untuk

menghitung pajak yang terutang.

7) Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh

Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang kena

Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak.

8) Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya

sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang

Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak dan/atau

pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah

Pabean dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Derah

Pabean dan/atau impor Barang Kena Pajak.

9) Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib

dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan

Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang

Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud,

(20)

11

10) Pemungut Pajak Pertambahan Nilai adalah bendahara pemerintah,

badan, atau instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri

Keuangan untuk memungut, menyetor, dan melaporkan pajak yang

terutang oleh Pengusaha Kena Pajak atas penyerahan Barang Kena

Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak kepada bendahara pemerintah, badan

atau instansi pemerintah tersebut.

2.2.2 Fungsi Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Terdapat beberapa fungsi Pajak Pertambahan Nilai antara lain.

1) Penerimaan Negara

Salah satu fungsi pajak yang umum adalah untuk membiayai

pengeluaran pemerintah (fungsi Budgetair). Begitupula Pajak

Pertambahan Nilai sebagai pajak Negara, penghasilan yang diperoleh

dari pemungutan pajak dipergunakan sebagai sumber pembiayaan

Negara sebagaimana tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN). Sejak diterapkan Undang-Undang Pajak

Pertambahan Nilai telah cukup berperan sebagai sumber penerimaan

utama yang semakin meningkat baik jumlah maupun jumlah

relatifnya apabila dibandingkan dengan penerimaan Negara lainnya.

2) Pemerataan Beban Pajak

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sering dikatakan sebagai tambahan

atau koreksi untuk Pajak Penghasilan (PPh) karena Pajak

Penghasilan (PPh) merupakan pengecualian subjek pajak, ada subjek

pajak yang dibebaskan dari pengenaan pajak. Dengan adanya PPN,

(21)

12

langsung menjadi penanggung pajak melalui konsumsi yang

dilakukannya. Dengan demikian, beban pajak akan terbebani pada

setiap orang, tanpa terkecuali. PPN dalam hal ini berperan sebagai

alat untuk meratakan beban pajak.

3) Mengatur Pola Konsumsi

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sering juga disebut sebagai pajak

atas konsumsi. Yang menjadi pemikul pajak ini adalah konsumen.

Oleh Karena itu, PPN dapat disajikan pula untuk membentuk pola

konsumsi, dengan mengenakan pajak atas barang-barang tertentu,

dan tidak mengenakan pajak atas barang lainnya sesuai dengan yang

diinginkan. Dengan demikian pola konsumsi masyarakat diharapkan

dapat diarahkan.

4) Mendorong Ekspor

Untuk mendorong dan meningkatkan daya saing barang ekspor di

pasaran luar negeri, tarif atas penyerahan ekspor ditetapkan sebesar

0%.

5) Mendorong Investasi

Pada sistem Pajak Pajak Pertambahan Nilai (PPN), pajak yang

dibayarkan atas perolehan atau impor barang modal,

dibebaskan/dapat diminta kembali. Pembebasan/pengembalian PPN

(22)

13 2.2.3 Barang Kena Pajak (BKP)

Mardiasmo (2016:333) menyebutkan barang adalah barang

berwujud yang menurut sifatnya atau hukumnya dapat berupa barang

bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud. Yang

dimaksud dengan “Barang Kena Pajak Tidak Berwujud” adalah.

1) Penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang

kesusastraan, kesenian atau karya ilmiah, paten, desain atau model,

rencana, formula atau proses rahasia, merek dagang, atau bentuk

hak kekayaan intelektual/industrial atau hak serupa lainnya.

2) Penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan

industrial, komersial atau ilmiah.

3) Pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknikal,

industrial atau komersial.

4) Pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan

penggunaan atau menggunakan hak, penggunaan atau hak

menggunakan peralatan/perlengkapan dan pemberian informasi

atau pengetahuan, berupa.

(1) Penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau

rekaman suara atau keduanya, yang disalurkan kepada

masyarakat melalui satelit, serat optik, atau teknologi yang

serupa.

(2) Penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar atau

(23)

14

radio yang disiarkan/dipancarkan melalui satelit, kabel,

serat optik, atau teknologi yang serupa.

(3) Penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau

seluruhan spektrum radio komunikasi.

5) Penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motion

picture films), film atau pita video untuk siaran televisi, atau pita

suara untuk siaran radio.

6) Pelepasan sepenuhnya atau sebagian hak yang berkenaan dengan

penggunaan atau pemberian hak kekayaan

intelektual/industrialisasi atau hak-hak lainnya yang disebutkan

diatas.

Pada dasarnya semua barang adalah BKP, kecuali Undang-Undang

menetapkan sebaliknya. Jenis barang yang tidak dikenakan PPN

ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah didasarkan atas

kelompok-kelompok barang (Mardiasmo, 2016:334) sebagai berikut.

(1) Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil

langsung dari sumbernya. Barang hasil pertambangan tersebut

seperti.

- Minyak mentah,

- Gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap

dikonsumsi langsung oleh masyarakat,

- Panas bumi,

(24)

15

- Bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih nikel dan lain

sebagainya.

(2) Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah

makan, warung dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman

baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan

dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau catering.

(3) Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga (saham, obligasi

dan lainnya),

(4) Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh

rakyat banyak. Barang kebutuhan pokok tersebut berupa:

- beras, gabah, jagung,

- garam baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium,

- daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah

melalui proses disembelih, dikutui, dipotong, dibekukan,

diawetkan dengan cara lain,

- telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang

dibersihkan, diasinkan, atau dikemas,

- susu, yaitu susu peras baik yang telah melalui proses

didinginkan maupun dipanaskan, dan/atau dikemas atau tidak

dikemas,

- buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik

yang telah melalui proses dicuci, disortasi, dikupas, dipotong,

(25)

16

- sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci,

ditiriskan, dan/atau disimpan pada suhu rendah, termasuk

sayuran segar yang dicacah.

Menurut Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai yaitu UU No.

42 Tahun 2009 Pasal 1A Ayat (1) menyebutkan yang termasuk pengertian

penyerahan Barang Kena Pajak adalah.

1) Penyerahan hak atas Barang Kena Pajak (BKP) karena suatu

perjanjian,

2) Pengalihan BKP karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau

perjanjian sewa guna usaha (leasing),

3) Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru

lelang,

4) Pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas barang

kena pajak,

5) Barang Kena Pajak berupa persiadaan dan/atau aktiva yang

menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih

tersisa pada saat pembubaran perusahaan,

6) Penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau

sebaliknya dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang,

7) Penyerahan BKP oleh Pengusaha Kena Pajak dalam rangka

perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah,

yang penyerahannya dianggap langsung dari PKP kepada pihak

(26)

17

Sedangkan yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan

Barang Kena Pajak, antar lain.

(1) Penyerahan barang kena pajak kepada makelar sebagaimana

dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang,

(2) Penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang,

(3) Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau

penyerahan BKP antar cabang dalam hal PKP melakukan

pemusatan tempat pajak terutang,

(4) Pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, peleburan,

pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengan syarat

pihak yang melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan

adalah PKP,

(5) BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk

diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran

perusahaan, dan yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak

dapat dikreditkan.

2.2.4 Jasa Kena Pajak (JKP)

Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu

perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas,

kemudahan, atau hak yang tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang

dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan

dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan.

Mardiasmo (2016:335) menyebutkan pada dasarnya semua jasa

(27)

18

Jenis jasa yang tidak dikenakan PPN ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah didasarkan atas kelompok-kelompok jasa sebagai berikut.

1) Jasa pelayanan kesehatan medis, meliputi.

(1) Jasa dokter umum, dokter spesialis dan dokter gigi

(2) Jasa kebidanan,

(3) Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan,

laboratorium,

(4) Jasa pengobatan alternatif, termasuk yang dilakukan oleh

paranormal.

2) Jasa di bidang pelayanan sosial, antara lain.

(1) Jasa pelayanan Panti Asuhan dan Panti Jompo.

(2) Jasa pemadam kebakaran.

(3) Jasa lembaga rehabilitasi.

(4) Jasa penyediaan rumah duka atau jasa pemakaman, termasuk

crematorium.

(5) Jasa di bidang olahraga kecuali yang bersifat komersial.

3) Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko.

4) Jasa keuangan, meliputi.

(1) Jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito

berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lain

yang dipersamakan dengan itu.

(2) Jasa menempatkan dana, meminjam dana, dan/atau

(28)

19

surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk,

cek, atau sarana lainnya.

(3) Jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip

syahriah berupa: sewa guna usaha dengan hak opsi, anjak

piutang, usaha kartu kredit dan/atau pembiayaan konsumen.

(4) Jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk

gadai syahriah dan fidusia.

(5) Jasa penjaminan.

5) Jasa asuransi, yaitu jasa pertanggungan yang meliputi asuransi

kerugian, asuransi jiwa dan reasuransi yang dilakukan oleh perusahaan

asuransi kepada pemegang polis asuransi, tidak termasuk jasa

penunjang asuransi seperti agen asuransi, penilai kerugian asuransi,

dan konsultan asuransi.

6) Jasa di bidang keagamaan, meliputi.

(1) Jasa pelayanan rumah ibadah.

(2) Jasa pemberian khotbah atau dakwah.

(3) Jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan.

(4) Jasa lain di bidang keagamaan.

7) Jasa pendidikan, meliputi.

(1) Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah.

(2) Jasa penyelenggaraan pendidikan di luar sekolah

(29)

20 8) Jasa perhotelan, meliputi.

(1) Jasa penyewaan kamar, termasuk tambahannya di hotel,

rumah penginapan, losmen, serta fasilitas yang terkait dengan

kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap.

(2) Jasa penyewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan

di hotel, rumah penginapan, motel, losmen dan hotel.

9) Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan

pemerintahan secara umum meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan

oleh instansi pemerintah, antara lain pemberian Izin Mendirikan

Bangunan, pemberian Izin Usaha Perdagangan, pemberian Nomor

Pokok Wajib Pajak.

10) Jasa kesenian dan hiburan meliputi semua jenis jasa yang dilakukan

oleh pekerja seni dan hiburan.

11) Jasa boga dan catering.

12) Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam yang

diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta.

2.2.5 Unsur-Unsur Dalam Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai No. 42

tahun 2009 terdapat 2 (dua) unsur penting dalam pajak pertambahan

nilai, yaitu.

1) Subjek Pajak Pertambahan Nilai

Siti Resmi (2016:5) menyebutkan Subjek Pajak dalam Pajak

(30)

21

(1) Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan

penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang dikenakan

pajak berdasarkan Undang-Undang PPN dan PPnBM, tidak

termasuk pengusaha kecil. Pengusaha dikatakan sebagai PKP

apabila melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP dengan

jumlah peredaran bruto usaha melebihi Rp 4.800.000.000

(empat miliar delapan ratus juta) dalam satu tahun. Termasuk

Pengusaha Kena Pajak antara lain:

- pabrikan atau produsen,

- importer dan indentor,

- pengusaha yang mempunyai hubungan istimewa

dengan pabrikan atau importer,

- agen utama dan penyalur utama pabrikan atau

importer,

- pemegang hak paten atau merek dagang BKP,

- pedagang besar (distributor),

- pengusaha yang melakukan hubungan penyerahan

barang,

- pedagang eceran.

Pengusaha Kena Pajak mempunyai kewajiban, antara

lain untuk.

a) Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi

(31)

22

b) Memungut PPN dan PPn BM yang terutang,

c) Menyetor PPN yang masih harus dibayar dalam hal

Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan

yang dapat dikreditkan serta menyetor Pajak Penjualan

atas Barang Mewah yang terutang,

d) Melaporkan penghitungan pajak.

2) Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai

Pengusaha Kena Pajak (PKP).

Pengusaha Kecil adalah pengusaha yang melakukan

penyerahan BKP dan/atau JKP dengan jumlah peredaran

bruto dan/atau penerimaan bruto tidak lebih dari

Rp 4.800.000.000 (empat milir delapan ratus juta) dalam satu

tahun. Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan

sebagai PKP, selanjutnya wajib melaksanaknn kewajiban

sebagaimana halnya PM PKP.

3) Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan BKP tidak

berwujud dan atau JKP dari luar Daerah Pabean.

4) Orang Pribadi atau Badan yang melakukan pembangunan

rumahnya sendiri dengan persyaratan sebagai berikut.

- luas bangunan lebih atau sama dengan 200 (dua ratus)

meter persegi,

- bangunan diperuntukkan sebagai tempat tinggal atau

tempat usaha,

(32)

23

- tidak dibangun dalam lingkungan real estat,

- pembangunan yang dilakukan tidak dalam lingkungan

perusahaan atau pekerjaan oleh orang pribadi yang

hasilnya digunakan sendiri atau oleh pihak lain.

5) Pemungut pajak yang ditunjuk oleh Pemerintah terdiri dari

Kantor Perbendaharaan Negara, Bendahara Pemerintah Pusat

dan Daerah, termasuk Bendahara Proyek.

2) Objek Pajak Pertambahan Nilai

Menurut Mardiasmo (2016:341) objek Pajak Pertambahan Nilai

dikenakan atas.

(1) Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang

dilakukan oleh Pengusaha. Syarat-syarat penyerahan

BKP oleh pengusaha adalah.

- Barang berwujud yang diserahkan merupakan

BKP,

- barang yang tidak berwujud yang diserahkan

merupakan BKP tidak berwujud,

- penyerahan yang dilakukan di Daerah Pabean,

dan

- penyerahan yang dilakukan dalam reangka

kegiatan usaha atau pekerjaannya.

(33)

24

(3) Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang

dilakukan oleh Pengusaha, dengan syarat-syarat

sebagai berikut.

- Jasa yang diserahkan merupakan JKP,

- penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean, dan

- penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha

atau pekerjaan.

(4) Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah

Pabean di dalam Daerah Pabean.

(5) Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam

Daerah Pabean.

(6) Ekspor BKP Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.

(7) Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena

Pajak.

(8) Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak

dalam kegitan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi

atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau

digunakan pihak lain.

(9) Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan

semula tidak untuk diperjualbelikan oleh PKP, kecuali

atas penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya tidak

(34)

25 2.2.6 Dasar Pengenaan Pajak (DPP)

Menurut Siti Resmi (2016:25) menyebutkan dasar pengenaan

pajak merupakan jumlah tertentu sebagai dasar untuk menghitung Pajak

Pertambahan Nilai. Dasar pengenaan pajak terdiri atas harga jual, nilai

penggantian, nilai ekspor, nilai impor dan nilai lain yang sebagai Dasar

Pengenaan Pajak yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

1) Harga Jual adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang

diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena

penyerahan BKP, tidak ternasuk PPN dan potongan harga yang

dicantumkan dalam faktur pajak.

2) Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang

diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena

penyerahan JKP, tidak termasuk PPN dan potongan harga yang

dicantumkan dalam Faktur Pajak. Nilai penggantian merupakan

taksiran biaya untuk mengganti biaya yang dikeluarkan guna

mendapatkan profesi, keterampilan, dan pengalaman yang

memberikan kegiatan pelayanan dalam jasa tersebut. Jika harga

jual atau nilai penggantian menggunakan uang asing, maka harus

dikonversi ke dalam mata uang rupiah sesuai dengan Keputusan

Menteri Keuangan mengenai kurs yang berlaku saat itu.

3) Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar

penghitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang

dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalam peraturan

(35)

26

PPN yang dipungut berdasarkan undang-undang PPN. Penetuan

nilai impor BKP didasarkan pada undang-undang Pabean yang

menggunakan Dasar Pengenaan Bea Masuk, yaitu harga faktur

(cost), baiaya asuransi antar-Daerah Pabean (insurance), dan

freight ( ongkos angkut dan pengapalan antar-Daerah Pabean atau

disingkat dengan CIF. Rumus menghitung nilai impor sebagai

Dasar Pengenaan Pajak adalah.

Nilai Impor = CIF + Bea Masuk + Pungutan lain yang sah

4) Nilai ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang

diminta atau seharusnya diminta oleh ekportir. Nilai ekspor

tercantum dalam dokumen tertentu yang dapat dijadikan sebagai

faktur pajak untuk ekspor, yaitu Pemberitahuan Ekspor Barang

(PEB), yang tidak difiatmuat oleh Direktorat Jenderal Bea dan

Cukai. Berapa pun yang tercantum dalam dokumen ekspor (PEB),

tidak ada perhitungan PPN karena tarif PPN untuk barang ekspor

adalah 0% (nol persen) maka PKP dapat mengajukan permohonan

pengembalian kelebihan pembayaran (restitusi) PPN dalam rangka

ekspor BKP.

5) Nilai lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak

Nilai lain adalah jumlah yang ditetapkan sebagai Dasar

Pengenaan Pajak. Nilai tersebut ditetapkan sebagai berikut.

(1) Untuk pemakaian sendiri BKP dan/atau JKP adalah harga jual

(36)

27

(2) Untuk peberian Cuma-Cuma BKP dan/atau JKP adalah harga

jual atau penggantian setelah dikurangi laba kotor.

(3) Untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah

perkiraan harga jual rata.

(4) Untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata

per judul film.

(5) Untuk persediaan BKP yang masih tersisa pada saat

pembubaran perusahaan sepanjang PPN atas perolehan aktiva

tersebut menurut ketentuan dapat dikreditkan adalah harga

wajar.

(6) Untuk aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk

diperjualbelikan yang masih tersisa pada saat pembubaran

perusahaan adalah harga pasar wajar.

(7) Untuk kendaraan bermotor bekas adalah 10% (sepuluh persen)

dari harga jual.

(8) Untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata

adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau jumlah

yang seharusnya ditagih.

(9) Untuk jasa pengiriman paket adalah 10% (sepuluh persen) dari

jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih.

(10) Untuk jasa anjak piutang adalah 5% (lima persen) dari jumlah

seluruh imbalan yang diterima berupa service charge dan

(37)

28

(11) Untuk penyerahan BKP dan/atau JKP dari pusat ke cabang

atau sebaliknya dan penyerahan BKP dan/atau JKP

antarcabang adalah harga jual atau penggantian setelah

dikurangi laba kotor.

(12) Untuk penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau

melalui juru lelang adalah harga lelang.

2.2.7 Tarif Pajak Pertambahan Nilai

Menurut Mardiasmo (2016:344) menyebutkan tarif PPN yang

berlaku saat ini adalah 10% (sepuluh persen). Sedangkan tarif PPN atas

ekspor BKP adalah 0% (nol persen). Pengenaan tarif 0% (nol persen)

bukan berarti pembebasan dari pengenaan PPN, tetapi Pajak Masukan

yang telah dibayar dari barang yang diekspor dapat dikreditkan.

Berdasarkan pertimbangan perkembangan ekonomi dan/atau

peningkatan kebutuhan dana untuk pembangunan, dengan Peraturan

Pemerintah tarif PPN dapat diubah serendah-rendahnya 5% (lima persen)

dan setinggi-tingginya 15% (lima belas persen) dengan tetap memakai

(38)

29 2.3 E-Faktur

2.3.1 Pengertian e-Faktur

Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak (PPN) yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan barang kena pajak (BKP) atau

jasa kena pajak (JKP). E-Faktur Pajak adalah aplikasi perpajakan yang dibuat

melalui sistem elektronik yang ditentukan dan/ atau disediakan oleh Direktorat

Jenderal Pajak. Pemberlakuan e-Faktur dimaksudkan untuk memberikan

kemudahan, kenyamanan bagi Pengusaha Kena Pajak dalam melaksanakan

kewajiban perpajakan khususnya pembuatan faktur pajak berdasarkan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku. PKP yang diwajibkan membuat Faktur Pajak

berbentuk elektronik ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.

Direktorat Jenderal pajak melalui keputusan No. KEP 136/PJ/2014 dan

PER-16/PJ/2014 telah menetapkan 45 Pengusaha Kena Pajak yang membuat e-Faktur

mulai 1 Juli 2014. Pada bulan Juli 2015 Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Jawa dan Bali wajib menggunakan e-Faktur,

sedangkan pemberlakuan e-Faktur secara nasional akan serentak dimulai tanggal 1

Juli 2016. Yang mendasari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) membuat aplikasi ini

adalah karena memerhatikan masih terdapat penyalahgunaan Faktur Pajak,

diantaranya wajib pajak non PKP yang menerbitkan faktur pajak padahal tidak

berhak menerbitkan faktur pajak, faktur pajak yang terlambat diterbitkan, faktur

pajak fiktif, atau faktur pajak ganda. Juga karena beban administrasi yang begitu

(39)

30 2.3.2 Dasar Hukum Pembuatan e-Faktur

1) Undang- undang PPN

a. Pasal 13 (8) UU PPN ( Tata Cara Pembuatan Faktur Pajak diatur

dengan atau berdasarkan PMK)

2) Peraturan Menteri Keuangan

a. Pasal 19 PMK 151/PMK.03/2013 (Tata Cara Pembuatan faktur pajak

elektronik lebih lanjut diatur dengan perdirjen)

3) Peraturan Direktorat jenderal Pajak

a. PER-16/PJ/2014 tentang tata cara pembuatan dan pelaporan faktur

pajak berbentuk elektronik.

b. PER- 17/PJ/2014 ( pemberian nomor seri faktur pajak dapat melalui:

petugas khusus di Kantor Pelayanan Pajak, website DJP/e NOFA

online. Wadah layanan perpajakan elektronik (akun PKP dan

sertifikat elektronik).

c. PER 17/PJ/2014 tentang perubahan kedua atas peraturan direktur

jenderal pajak nomor Per-24/Pj/2012 tentang bentuk, ukuran, tata

cara pengisian keterangan, prosedur pemberitahuan dalam rangka

pembuatan,tata cara pembetulan atau penggantian, dan tata cara

pembatalan faktur pajak

4) Keputusan Direktorat Pajak.

a. KEP-136/PJ/2014

Tahapan implementasi e-Faktur:

1Juli 2014 untuk PKP tertentu

(40)

31 1 Juli 2016 untuk seluruh PKP

b. KEP-125/PJ/2015 tentang penetapan pengusaha kena pajak yang

diwajibkan membuat faktur pajak berbentuk elektronik.

5) Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak

a. SE-21/PJ/2014 tentang Tata cara permintaan data faktur pajak ke

Direktorat Jenderal Pajak dalam hal data Pengusaha Kena Pajak hilang

b. SE-20/PJ/2014 tentang tata cara permohonan kode aktivasi dan

password, permintaan aktivasi akun pengusaha kena pajak dan

sertifikat elektronik, serta permintaan, pengembalian, dan pengawasan

nomor seri faktur pajak.

6) Pengumuman Direktorat Jenderal pajak

a. PENG-1/PJ.02/2015 tentang faktur pajak berbentuk elektronik

(e-Faktur).

b. PENG-3/PJ/02.2014 tentang syarat dan ketentuan pemberian sertifikat

elektronik.

c. PENG -6/ PJ.02/2015 tentang penegasan atas e-Faktur.

2.3.3 Transaksi Yang dibuatkan e-Faktur

1) Dibuat untuk setiap penyerahan barang kena pajak (BKP) (Pasal 4 ayat

(1) huruf a dan/atau Pasal 16D UU PPN) dan/atau penyerahan jasa kena

pajak (JKP) (Pasal 4 ayat (1) huruf c UU PPN).

2) Dibuat untuk setiap penyerahan barang kena pajak (BKP) (Pasal 4 ayat

(1) huruf a dan/atau Pasal 16D UU PPN) dan/atau penyerahan jasa kena

(41)

32

Kewajiban pembuatan e-Faktur yang dikecualikan atas penyerahan BKP dan JKP.

(1) Yang dilakukan oleh pedagang eceran sebagaimna dimaksud dalam Pasal

20 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012.

(2) Yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak Toko Retail kepada Orang

Pribadi pemegang paspor luar negeri

(3) Yang bukti pungutan Pajak Pertambahan Nilainya berupa dokumen

(42)

33

2.3.4 Perbedaan faktur pajak kertas dan faktur pajak elektronik

Sebelum Dirjen Pajak mengeluarkan Peraturan tentang e-Faktur, PKP

masih menggunakan faktur pajak berbentuk kertas. Banyak pihak yang dirugikan

oleh penyalahgunaan faktur pajak tersebut. Untuk mengatasi penyalahgunaan

faktur pajak tersebut, DJP meluncurkan elektronik faktur pajak atau yang

disingkat e-Faktur. Terdapat beberapa perbedaan faktur pajak kertas dan faktur

pajak elektronik seperti pada Tabel 2.1 berikut ini.

No Keterangan Faktur pajak kertas Faktur pajak elektronik

1 Format /lay out Bebas tidak ditentukan Ditentukan oleh

aplikasi/sistem yang

ditentukan dan atau

disediakan oleh DJP

(terlampir)

2 Tanda tangan Tangan tangan basah

diatas diatas faktur

pajak kertas

Tanda tangan elektronik

berbentuk QR Code (terlampir)

3 Bentuk dan lembar Diwajibkan berbentuk

kertas dan jumlah

lembar diatur

Tidak diwajibkan untuk

dicetak dalam bentuk

kertas

4 PKP yang membuat Seluruh PKP PKP yang ditetapkan

oleh Dirjen Pajak

5 Jenis transaksi Seluruh Penyerahan BKP/JKP

saja

6 Prosedur

lapor/upload dan

persetujuan DJP

- e-faktur dilaporkan de

DJP dengan cara upload

dan mendapatkan

persetujuan DJP

(43)

34

8 Pelaporan SPT PPN Menggunakan aplikasi

tersendiri

Menggunakan aplikasi

yang sama dengan

aplikasi pembuatan

e-faktur

Sumber : www.pajak.go.id

2.3.5 Manfaat dan kendala dalam penerapan e-Faktur di Indonesia 1) Manfaat penerapan e Faktur

(1) Manfaat bagi pengusaha kena pajak

b) Bagi Pengusaha kena pajak (PKP) penjual

- tanda tangan basah digantikan dengan tanda tangan elektronik,

- e-Faktur pajak tidak harus dicetak sehingga mengurangi biaya

kertas,biaya cetak dan biaya penyimpanan dokumen,

- aplikasi e-Faktur pajak juga membuat SPT PPN sehingga

pengusaha kena pajak tidak perlu lagi membuatnya,

- pengusaha kena pajak yang menggunakan e-Faktur pajak juga

dapat meminta nomor seri faktur pajak melalui situs pajak dan

tidak perlu ke Kantor Pelayanan Pajak.

c) Bagi pengusaha kena pajak (PKP) pembeli

- terlindungi dari penyalahgunaan faktur pajak yang tidak sah,

karena cetakan e-Faktur dilengkapi dengan pengaman berupa

QR code. QR code menampilkan informasi tentang transaksi

penyerahan nilai dasar pengenaan pajak dan pajak

(44)

35

- informasi dalam QR code dapat dilihat menggunakan aplikasi

QR code scanner yang terdapat si smartphone atau gadget

lainnya,

- apabila informasi yang terdapat dalam QR code tersebut

berbea dengan yang ada dalam cetakan e-Faktur pajak, maka

faktur pajak tersebut tidak valid.

(2) Manfaat dari aspek pemerintah

Bagi pemerintah penggunaan e-Faktur sangat berguna dalam.

(1) Kemudahan pengawasan dengan adanya proses validasi Pajak

Keluaran-Pajak Masukan (PK-PM) dan adanya data lengkap dari

setiap faktur pajak.

(2) Mempermudah pelayanan karena akan mempercepat proses

pemeriksaan, pelaporan, dan pemberian nomor seri faktur pajak.

(3) Sistem berbasis elektronik ini akan meminimalkan penyalahgunaan

penggunaan faktur pajak oleh perusahaan fiktif atau pihak yang tidak

bertanggung jawab sehingga potensi pajak yang hilang menjadi

sangat kecil.

2) Kendala penerapan e-Faktur

(1) Kendala geografis di Indonesia

Indonesia adalah negara kepulauan, dengan kondisi geografis sepert

ini tentu akan terjadi perbedaan pembangunan dan fasilitas dalam

penggunaan sistem elektronik atau internet. Tidak semua wilayah

(45)

36

menopang kinerja dari e-Faktur, sehingga ditakutkan di

daerah-daerah terpencil penerapan e-Faktur tidak berjalan secara maksimal.

(2) Kendala sumber daya manusia yang menggunakan e-Faktur dan

kendala dari aplikasi e-Faktur itu sendiri

Dengan kecanggihan dari e-Faktur harus melihat juga kemampuan

dari penggunanya. Kemampuan sumber daya manusia sangat penting

dalam penggunaan e-Faktur, sehingga perlu dilakukan pelatihan dan

sosialisasi menyeluruh ke seluruh wilayah di Indonesia sebelum

e-Faktur di terapkan di seluruh Indonesia e-e-Faktur sebagai sistem

elektronik, antara bahasa pemrograman yang digunakan tidak sama

dengan bahasa yang digunakan undang-undang. Hal ini

menyebabkan adanya kemungkinan ketidaksesuaian penerapan

aturan dengan pelaksanaan dari aplikasi e-Faktur itu sendiri.

2.3.6 Surat Pemberitahuan (SPT)

Surat pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak

digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang

terutang menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan.

1) Fungsi SPT bagi Wajib Pajak Pajak Pertambahan Nilai

Bagi Pengusaha Kena Pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah

sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan

penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai yang sebenarnya

terutang dan melaporkan tentang.

(46)

37

(2) Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan

sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak dan/atau melalui pihak

lain dalam satu Masa Pajak, sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan.

2) Surat Pemberitahuan Masa

Menurut Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-99/PJ/2010 SPT Masa

PPN berlaku mulai Masa Pajak Januari 2011, sehingga dikenal 3

(tiga) jenis SPT Masa PPN yaitu.

(1) SPT Masa PPN Formulir 1111, yang digunakan oleh PKP

yang menggunakan mekanisme Pajak Masukan dan Pajak

Keluaran (Normal). SPT Masa PPN 1111 baik dalam bentuk

formulir kertas (hard copy) maupun dalam bentuk data

elektronik (e-SPT) dapat digunakan oleh PKP yang

menerbitkan dokumen (Faktur Pajak/Nota Retur/Nota

Pembatalan) dengan jumlah tidak lebih dari 25 (dua puluh

lima) dokumen dalam 1 (satu) Masa Pajak (Didik Pomadi,

2012).

(2) SPT Masa PPN Formulir 1111 DM, yang digunakan oleh

PKP yang menggunakan Pedoman Penghitungan

Pengkreditan Pajak Masukan (Deemed DM). PKP yang telah

menyampaikan SPT Masa PPN 1111 DM dalam bentuk data

elektronik (e-SPT), tidak diperbolehkan lagi untuk

menyampaikan SPT Masa PPN 1111 DM dalam bentuk

(47)

38

bentuk data elektronik (e-SPT) dapat digunakan oleh PKP

yang menerbitkan dokumen (Faktur Pajak/Nota Retur/Nota

Pembatalan) dengan jumlah tidak lebih dari 25 (dua puluh

lima) dokumen dalam 1 (satu) Masa Pajak.

(3) SPT Masa PPN Formulir 1107 PUT, yang digunakan oleh

Pemungut PPN.

Batas waktu penyampaian SPT Masa PPN adalah

disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu sadarilah, bahwa orang lain tidak mengetahui apa yang ada dalam pikiran kita sebenarnya, dan kitapun tidak tahu apa yang sedang dipikirkan orang, kecuali dari

memahami pr i nsip - prinsip yang mendasari praktik public relations dengan memberi pandangan tentang kemungkinan penggunaan media komunikasi yang baru dan med i a lama

Peneliti mengobservasi 15 rekam medis pasien, terdapat 10 rekam medis yang tidak lengkap dalam pengisian dokumentasi asuhan keperawatan yang berhubungan dengan pengisian

sekolah dasar di Singapura melalui kontak pribadi para peneliti yang kemudian diisi secara anonim. Sebanyak 85 kuesioner dikembalikan dengan data yang dapat

Anda akan melihat bahwa Anda harus menggunakan literatur untuk menjelaskan penelitian Anda - setelah semua, Anda tidak menulis tinjauan literatur  hanya untuk memberitahu pembaca

• Denda sebesar 50% dari biaya program untuk pembatalan yang dilakukan 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal penyelenggaraan.. • Denda sebesar 100% dari biaya program untuk

Hasil penentuan pengaruh massa adsorben terhadap adsorpsi ion Fe 2+ dikembangkan dari metode yang dilakukan oleh Dede (2010), dilakukan pada konsentrasi adsorbat

Dengan demikian pertumbuhan ekonomi akan makin terarah karena digenjot pada 8 program utama berbasis potensi nasional (yang terdiri dari 22 kegiatan ekonomi) dan