• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III POLIS SEBAGAI DOKUMEN PERJANJIAN ASURANS

C. Unsur-unsur Esensil dari Kontrak Asuransi

Walaupun kontrak asuransi mempunyai beberapa ciri khas, namun ia harus memenuhi bentuk dan syarat umum yang ditetapkan oleh hukum untuk setiap kontrak. Bentuk dan syarat umum yang ditetapkan oleh hukum itu adalah :

1. Perjanjian (Penawaran dan Penerimaan)

Perjanjian terdiri dari penawaran yang dilakuka oleh satu pihak dan penerimaannya oleh pihak kedua. Dalam segala macam asuransi, jenis penawaran terpenting adalah aplikasi asuransi dari calon yang ditanggung. Aplikasi ini dapat secara lisan

2. Pihak-pihak yang kompeten

Untuk sahnya suatu kontrak asuransi seperti juga halnya dengan segala kontrak lain, adalah ia harus dibuat oleh pihak-pihak yang kompeten (mampu). Ada dua kelompok orang yang dianggap tidak kompeten yaitu anak-anak yang belum dewasa, orang-orang yang secara mental tidak kompeten (mampu).

3. Objek yang sah atau legal

Suatu kontrak asuransi biasanya dianggap bertentangan dengan kebijaksanaan negara dan dengan demikian tidak legal adalah jika pihak yang ditanggung tidak

mempunyai kepentingan yang dapat di asuransikan dalam objek yang diasuransikan itu. Jika tidak ada kepentingan yang dapat diasuransikan maka kontrak itu adalah perjudian.

Sebuah contoh lain dari kontrak yang bertentangan dengan kebijaksanaan negara adalah kontrak yang dibuat oleh pihak musuh. Pasal 268 KUH Dagang mengatakan bahwa yang dapat menjadi objek asuransi adalah semua kepentingan yang :

a. Dapat dinilai dengan sejumlah uang b. Dapat tertimpa macam-macam bahaya c. Tidak dilarang oleh undang-undang 4. Imbalan (Consideration)

Suatu kontrak hanya sah jika masing-masing pihak memberikan nilai atau memikul sesuatu kewajiban terhadap pihak lainnya. Kontrak asuransi seringkali menyatakan bahwa imbalan dari pihak yang ditanggung adalah “ketentuan- ketentuan dan ketetapan-ketetapan yang tersebut disini dan premi tertentu”. Ini tidak berarti bahwa premi harus dibayar sebelum polis berlaku. Kenyataannya banyak polis asuransi harta sudah berlaku sebelum diterimanya pembayaran premi. Janji membayar adalah imbalan (Consideration). Sebaliknya pada asuransi jiwa, premi pertama harus dibayar sebelum berlakunya polis.

melakukan pembayaran jika terjadi peristiwa tertentu yang telah ditetapkan”. Polis asuransi adalah dokumen yang memuat kontrak antara pihak yang ditanggung dengan perusahaan asuransinya. Ia dapat berupa secarik kertas kecil, suatu perjanjian singkat yang tidak rumit. Atau ia dapat pula berupa dokumen yang sangat panjang, dimana memuat perjanjian pertanggungan harta dengan berbagai kepentingan yang tersebar di seluruh dunia terhadap beraneka macam bencana. Akan tetapi, baik ia ringkas dan sederhana, maupun panjang dan kompleks, polis asuransi menyatakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari pihak-pihak yang membuat kontrak itu.86

Polis asuransi seperti juga manusia tidaklah serupa bentuknya. Tetapi seperti manusia pula, polis asuransi mempunyai persamaan anatomi. Bagian- bagian yang mudah dipahami adalah :

Deklarasi (Declaration)

Deklarasi memuat uraian tentang apa yang diasuransikan, orang yang ditanggung, premi yang harus dibayar, periode yang dicakup, batas-batas polis atau jumlah asuransi dan setiap jaminan (Warranties) atau janji yang dibuat oleh pihak yang ditanggung mengenai sifat dan kontrol terhadap bahaya.

Persetujuan Pertanggungan

Kadang-kadang dalam persetujuan pertanggungan (Insuring Agreements) ini dirumuskan arti istilah-istilah yang dipakai dalam kontrak itu.

Pengecualian (Exclustions)

86

Perusahaan asuransi mengubah persetujuan pertanggungan yang luas dan umum karena satu dan lain sebab. Pengecualian ini perlu untuk : 1) memudahkan pengelolaan bahaya fisik dan moral, 2) meniadakan penutupan berganda yang telah dimuat dalam polis lain, 3) meniadakan penutupan (Coverage) yang walaupun penting bagi sebagian pihak yang ditanggung, tetapi tidak dibutuhkan oleh pembeli polis tertentu, 4) meniadakan bencana yang tidak dapat ditanggung, dan 5) meniadakan oleh perusahaan asuransi itu atau yang memerlukan pertanggungan dan premi khusus. Pengecualian ini membuat harga penutupan dapat berada pada tingkat yang wajar.

Syarat-Syarat (Conditions)

Aturan-aturan dasar mengenai transaksi asuransi ini dicantumkan dalam syarat- syarat (Conditions). Disini ditentukan tanggung jawab penanggung atas kerugian- kerugian yang ditutup dengan mengenakan kewajiban-kewajiban atas pihak yang ditanggung dan atas pihak penanggung (perusahaan asuransi). Syarat-syarat yang biasa dijumpai dalam polis asuransi adalah yang menyangkut tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban pihak yang ditanggung sesudah terjadinya suatu kerugian, batas waktu untuk pembayaran klaim, batas waktu pengajuan tuntutan terhadap perusahaan, asuransi lain, subrogasi, pembatalan, penyembunyian dan penyelesaian yang dipilih.

Sering kali suatu polis standar atau polis yang sudah tercetak perlu diubah untuk menyesuaikan dengan kebutuhan tertentu. Perubahan ini dilakukan dengan

melampirkan pada polis itu suatu tulisan, stempel atau cetakan yang dijadikan bagian dari kontrak asuransi itu dan dikenal sebagai Endorsement. Polis standar atau polis yang sudah tercetak itu diharapkan lebih fleksibel dan fleksibilitas tersebut didapatkan melalui pemakaian Endorsement. Contoh, beberapa jenis polis selalu memerlukan Endorsement untuk lengkapnya penutupan (Coverage). Polis standar asuransi kebakaran belumlah lengkap sebelum dilampiri dengan formulir harta yang diasuransikan.

Pada zaman permulaan adanya asuransi, setiap kontrak asuransi dibuat antara penanggung dengan pihak yang ditanggung dengan kebebasan penuh. Negara tidak ikut campur tangan dalam persetujuan itu kecuali memberikan mekanisme pemberlakuannya. Dengan berkembangnya asuransi ke tingkat yang sangat teknis, kebebasan ini menimbulkan kesulitan baik bagi pemegang polis maupun bagi perusahaan asuransi. Contoh, seorang yang ditanggung yang memiliki beberapa polis asuransi mengkin setelah dilakukan penelitian yang seksama mendapatkan bahwa penutupan asuransinya bukan saja tumpang tindih tetapi saling bertentangan. Tertanggung memiliki dua polis, namun masing-masing polis ini mungkin memuat suatu pasal yang menolak penutupan jika ada asuransi lain atas harta itu. Dalam bahasa asuransi, polisnya ini adalah nonconcurrent. Ini membuat meningkatnya biaya asuransi yang tidak perlu atau barangkali memberikan sesuatu yang kosong atau pentupan yang berlebihan. Seringkali pula fakta yang dijelaskan diatas baru diketahui sesudah terjadinya suatu kerugian.

Kompetisi polis menyulitkan perusahaan-perusahaan asuransi karena harus terus menandingi tarif premi perusahaan-perusahaan asuransi yang mengeluarkan polis yang licik (Tricky), maka dirasakanlah perlu untuk membuat standarisasi polis.

Polis-polis distandarisasi menurut tiga macam metode yaitu menurut kebiasaan, menurut undang-undang dan berdasarkan persetujuan antar perusahaan. Tentu saja tidak semua polis distandarisasi. Bahkan perusahaan besar yang hendak membeli asuransi tidak usah membeli polis standar. Perusahaan tersebut dapat membuat sendiri suatu formulir yang memenuhi kebutuhan khususnya dan kemudian mencari perusahaan asuransi yang dapat menerbitkan polis sesuai kebutuhannya tersebut.87

Beberapa macam polis, distandarisasi menurut hukum, baik dengan menentukan formulirnya, maupun dengan menetapkan pasal-pasal standar minimum. Contoh, polis asuransi kebakaran adalah polis standar dimana kata demi kata dari polis tersebut ditentukan oleh hukum. Akan tetapi waktu permulaan adanya asuransi kebakaran, masing-masng perusahaan asuransi kebakaran itu membuat formulir polisnya sendiri-sendiri. Polis-polis ini sangat berbeda satu sama lainnya, bukan saja antara polis satu perusahaan asuransi dengan polis perusahaan asuransi lainnya, tetapi bahkan antara polis-polis yang dibuat oleh perusahaan asuransi yang sama (adanya perbedaan polis antara cabang yang berbeda dari satu perusahaan asuransi).

Pada awalnya, bisnis asuransi hanya dijalankan dari kantor pusatnya saja, tetapi dengan munculnya sistem keagenan maka underwriters di kantor pusat menjadi sadar akan perlunya penyusunan kontrak-kontrak asuransi secara ketat untuk melindungi perusahaannya. Beberapa perusahaan asuransi sangat memanjakan

87

pelanggannya pada halaman muka polis dengan memberikan rincian akan luasnya perlindungan asuransi, tetapi kemudian dibagian akhir kontrak itu ia memuat banyak pengecualian-pengecualian (Exclusions) yang tidak ditanggungnya dan syarat-syarat tidak wajar yang harus dipenuhi oleh pihak yang ditanggung sebelum memperoleh penggantian kerugian. Pengecualian-pengecualian dan syarat-syarat ini biasanya tersembunyi dengan huruf-huruf halus di halaman belakang polis ini.

Banyak perusahaan asuransi mengakui manfaat dari polis-polis standar, sehingga mereka berusaha membuat kontrak seragam melalui persetujuan antar perusahaan. Polis standar ini meniadakan persaingan antar perusahaan. Suatu manfaat penting dari standarisasi melalui persertujuan antar perusahaan bagi perusahaan asuransi adalah undang-undang polis standar menjadi tidak perlu lagi. Perusahaan- perusahaan asuransi lebih menyukai tindakan sukarela antar perusahaan daripada paksaan hukum. Contoh terkenal mengenai standarisasi melalui persetujuan antar perusahaan ini agaknya adalah polis asuransi mobil.

Standarisasi adakalanya merintangi kemajuan. Ia mencegah kebebasan membuat kontrak. Tindakan bersama ini jauh lebih lambat daripada tindakan perorangan. Ia tidak disukai karena tidak memungkinkan perusahaan secara sendiri- sendiri melakukan percobaan (Experimentation) dan karenanya memperlambat perubahan-perubahan yang dibutuhkan. Ada perusahaan-perusahaan asuransi yang menolak ikut serta dalam organisasi koperatif karena mereka berpendapat keikutan mereka akan membatasi usaha mereka merintis pentupan-penutupan (coverage) baru.

Jika usaha mereka sukses, maka perusahaan-perusahaan asuransi yang lain akan mengikuti jejak mereka karena tekanan persaingan dan karena adanya keinginan untuk memperbaiki cakupan penutupan (Coverage). Jika gagasan-gagasan baru tidak menguntungkan atau tidak populer, maka indutsri ini secara keseluruhannya tidak begitu terkena oleh perubahan tersebut. Sebeliknya, standarisasi menurut persetujuan juga membuka kemungkinan kepada perusahaan asuransi yang licik yang tidak memakai formulir standar untuk mengeluarkan polis yang merugikan pihak yang ditanggung dengan menawarkan penutupan yang rendah kualitasnya.

Istilah segala risiko (All Risk) seringkali muncul dalam kepustakaan asuransi. Pemakaiannya seringkali dipertukarkan dengan istilah “Comprehensive”. Suatu polis all risk sebenarnya berarti polis yang menutup suatu barang tertentu terhadap kerugian yang disebabkan oleh segala macam bencana. Polis yang demikian tidak akan ada karena biayanya akan terlalu tinggi.

“Baik polis all-risks (segala risiko) maupun polis bencana tertentu, tidak dapat ditentukan penutupannya tanpa memeriksa pasal-pasal pengecualian. Tidaklah mungkin tertanggung mangetahui apa-apa yang ditutupnya. Polis dapat mengecualikan bencana-bencana tertentu, harta-harta tertentu, atau kerugian-kerugian tertentu.”88

Dalam asuransi terdapat beberapa pemakaian istilah komprehensif. Polis Komprehensif adalah polis yang menutup segala risiko dalam ruang lingkup umum

88

dari kontrak itu, selain dari yang khusus dikecualikan. Contoh, polis komprehensif asuransi mobil menutup tanggung jawab yang timbul dari pemilikan, pemeliharaan, atau penggunaan sesuatu mobil, kalau tidak disebut pengecualian. Polis komprehensif juga didefinisikan sebagai asuransi yang menutup segala bencana dengan pengecualian-pengecualian tertentu. Isilah Komprehensif digunakan oleh perusahaan- perusahaan asuransi kebakaran, terutama asuransi kerusakan mobil

Manfaat polis komprehensif adalah jelas. Pihak yang ditanggung hanya perlu membaca suatu polis saja tidak melibatkan banyak polis. Masalah tumpang tindih (Overlapping) penutupan sudah terpecahkan. Bahaya adanya celah yang tidak terasuransikan dapat ditiadakan, sekurang-kurangnya dalam bidang yang ditutup oleh polis itu. Polis Komprehensif menunjukkan pengecualian-pengecualian (Exclusions), sehingga penanggung dapat menjual penutupan yang mungkin terlupakan oleh pembeli jika dipercayakan kepada agen untuk meyakinkan pihak yang ditanggung akan perlunya membeli suatu polis individual. Hal ini akan menyebabkan semakin besarnya jumlah pihak yang ditanggung yang memperoleh penutupan penuh dan perusahan asuransi akan memperoleh penutupan penuh dan perusahaan asuransi akan memperoleh penyebaran risiko yang semakin luas serta seleksi yang semakin baik.

Selain itu, asuransi mempunyai beberapa sifat dalam pertanggungan yaitu sebagai berikut :

1. Kontrak asuransi merupakan Aleatory Contract, yaitu dalam perjanjian jumlah yang dibayarkan tidak sama besarnya dengan banyaknya jumlah uang yang akan kita terima (misalnya pembayaran premi tidak sama besarnya dengan uang yang kita terima kembali bila terjadi penggantian kerugian/Claim.

(Contract of Adhesive). Kontrak disusun oleh perusahaan asuransi, dimana kita menerima atau menolak kontrak tersebut (Take it or life it).

3. Perjanjian asuransi merupakan kontrak yang unilateral (Unilateral Contract) artinya perjanjian berlaku secara unilateral adaikata si tertanggung telah membayar premi, perusahaan asuransi harus melunasi ganti kerugian atau apa yang telah dijanjikan.

4. Meskipun perusahaan asuransi telah berjanji untuk membayar ganti rugi, tapi tertanggung harus memenuhi syarat-syarat, misalnya saja bila terjadi kerugian dikatakan dalam kontrak bahwa dalam waktu satu hari harus memberitahukan kepada perusahaan asuransi. Kalau dalam waktu satu hari tidak dilaporkan, mungkin kerugian yang terjadi tidak akan diganti. Jadi yang merupakan kondisi/syarat disini adalah “kalau dalam waktu sekian...”.

5. Kontrak asuransi harus dibuat secara jujur atau dikatakan pula “a contract uberrimac fidei/contract of utmost good faith”. Hal ini terutama harus diperhatikan pada asuransi pengangkutan, karena perusahaan asuransi tidak mempunyai cukup waktu untuk meneliti calon pembeli asuransi yang banyak. 6. Perjanjian asuransi merupakan Contract of Indemnity yang artinya kita tidak

boleh mencari keuntungan dalam suatu kontrak asuransi, dengan sengaja merusak barang dengan tujuan dapat penggantian yang baru. Oleh karena itu, adanya doktrin ini maka timbullah apa yang dinamakan :

a. Doctrine of Insurable Interest, yang artinya bila benar-benar terjadi kerugian, pembeli asuransi berhak minta ganti kerugian, terhadap milik yang dipertanggungkan itu;

b. Doctrine of Limitation of Recovery, yang artinya ada jumlah tertentu atau jumlah maksimum yang bisa diberikan kepada seseorang (penggantian kerugian)

c. Doctrine of Subrogation, yang artinya hak untuk menagih terhadap pihak ketiga dibebankan kepada perusahaan asuransi.

7. Warranty, ialah suatu jaminan apa yang telah dijanjikan pada masa sekarang, benar-benar dipenuhi pada waktu yang akan datang.

8. Ambiguity yang berarti bilamana terjadi perselisihan antara perusahaan asuransi dengan tertanggung, maka hakim akan membenarkan si tertanggung sebab pembeli asuransi tidak menguasai persoalan dalam asuransi.89

Asuransi merupakan perjanjian timbal timbal balik. Berkaitan dengan hal tersebut, para pihak, yaitu tertanggung dan penanggung masing-masing mempunyai

89

Drs. H. Abbas Salim, M.A, Asuransi dan Manajeme Risiko, Raja Grafindo Persada, Jakarta 1993, hlm. 164-166.

hak dan kewajiban yang saling berhadap-hadapan. Hak dan kewajiban tersebut dapat disimpulkan dari ketentuan KUH Dagang dan polis yang merupakan alat bukti ditutupnya perjanjian.

Adapun hak dan kewajiban dimaksud antara lain sebagai berikut : 1. Hak Tertanggung

a. Menuntut agar polis ditandatangani oleh penanggung (Pasal 259 KUH Dagang)

b. Menuntut aga polis segera diserahkan oleh penanggung (Pasal 260 KUH Dagang)

c. Meminta ganti kerugian kepada penanggung, karena pihak yang disebut terakhir ini lalai menandatangani dan menyerahkan polis sehingga menimbulkan kerugian kepada tertanggung (Pasal 261 KUH Dagang) d. Melalui pengadilan, tertanggung dapat membebaskan penanggung dari

segala kewajibannya pada waktu yang akan datang. Untuk selanjutnya, tertanggung dapat mengasuransikan kepentingannya kepada penanggung yang lain untuk waktu dan bahaya yang sama dengan asuransi yang pertama (Pasal 272 KUH Dagang)

e. Meniadakan Solvabiliteit Verzekering, karena tertanggung ragu-ragu akan kemampuan penanggungnya (Pasal 280 KUH Dagang). Dalam hal ini harus tegas bahwa tertanggung hanya akan mendapat ganti kerugian dari salah satu penanggung saja.

f. Menuntut pengembalian premi baik seluruhnya maupun sebagian, apabila perjanjian asuransi batal atau gugur. Hak tertanggung mengenai hal ini dilakukan apabila tertanggung beritikat baik, sedangkan penanggung bersangkutan belum menanggung risiko (Premi Restorno, Pasal 281 KUH Dagang)

g. Menuntut ganti kerugian kepada penanggung apabila peristiwa yang diperjanjikan dalam polis terjadi.

2. Kewajiban tertanggung

a. Membayar premi kepada penangung (Pasal 246 KUH Dagang)

b. Memberikan keterangan yang benar kepada penanggung mengenai objek yang diasuransikan (Pasal 251 KUH Dagang)

c. Mengusahakan atau mencegah agar peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian terhadap objek yang diasuransikan tidak terjadi atau dapat dihindari. Apabila dapat dibuktikan oleh penanggung, bahwa tertanggung tidak berusaha untuk mencegah terjadinya peristiwa tersebut, dapat

menjadi salah satu alasan bagi penangung untuk membeirkan ganti kerugian, bahkan sebaliknya menuntut ganti kerugian kepada tertanggung (Pasal 283 KUH Dagang)

d. Memberitahukan kepada penanggung bahwa telah terjadi peristiwa yang menimpa objek yang diasuransikan, berikut usaha-usaha pencegahannya. 3. Hak Penanggung

a. Menuntut pembayaran premi kepada tertanggung sesuai dengan perjanjian. b. Meminta keterangan yang benar dan lengkap kepada tertanggung yang

berkaitan dengan objek yang diasuransikan kepadanya.

c. Memiliki premi dan bahkan menuntutnya dalam hal peristiwa yang diperjanjikan terjadi tetapi disebabkan oleh kesalahan tertanggung sendiri (Pasal 276 KUH Dagang)

d. Memiliki premi yang sudah diterima dalam hal asuransi batal atau gugur yang disebabkan oleh perbuatan curang dari tertanggung (Pasal 282 KUH Dagang).

e. Malakukan asuransi kembali (Reinsurance Hervezekering) kepada penanggung yang lain, dengan maksud untuk membagi risiko yang dihadapinya (Pasal 271 KUH Dagang).

4. Kewajiban Penanggung

a. Memberikan ganti kerugian atau memberikan sejumlah uang kepada tertanggung apabila peristiwa yang diperjanjikan terjadi, kecuali jika terdapat hal yang dapat menjadi alasan untuk membebaskan dari kewajiban tersebut.

b. Menandatangani dan menyerahkan polis kepada tertanggung (Pasal 259, 260 KUH Dagang)

c. Mengembalikan premi kepada tertanggung jika asuransi batal atau gugur, dengan syarat tertanggung belum menanggung risiko sebagian atau seluruhnya (Premi Restorno, Pasal 281 KUH Dagang)

d. Dalam asuransi kebakaran, penanggung harus mengganti biaya yang diperlukan untuk membangun kembali apabila dalam asuransi tersebut diperjanjikan demikian (Pasal 289 KUH Dagang). 90

Demikian antara lain beberapa hak dan kewajiban tertanggung dan penanggung dalam perjanjian asuransi sebagai perjanjian timbal balik. Agar perjanjian asuransi yang diadakan terlaksana dengan baik, masing-masing pihak

90

Prof. DR. H. Man Suparman Sastrawidjaja, SH, SU, Aspek-aspek Hukum Asuransi dan

dituntut untuk melaksanakan kewajibannya berdasarkan itikad baik yang merupakan prinsip penting dalam perjanjian pada umumnya seperti tertulis pada Pasal 1338, ayat 3 KUH Perdata.

Dokumen terkait